Anda di halaman 1dari 16

STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN TERMINAL PETI KEMAS

PELABUHAN BELANG-BELANG
THE FEASIBILITY STUDY OF BELANG BELANG CONTAINER PORT DEVELOPMENT
Fita Kurniawati
Badan Litbang Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110
email: fita.kurniawati@gmail.com

Diterima: 10 April 2015, Revisi 1: 30 April 2015, Revisi 2: 18 Mei 2015, Disetujui: 25 Mei 2015

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi kelayakan pengembangan terminal petikemas di
Pelabuhan Belang Belang. Data yang digunakan adalah kombinasi dari data kualitatif dan data
kuantitatif sebagai dasar untuk melakukan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
Pelabuhan Belang Belang layak untuk dapat dikembangkan menjadi pelabuhan terminal petikemas,
namun perlu memperhatikan kebutuhan fasilitas pelabuhan yang saat ini masih terbatas. Beberapa
hal yang menjadi pertimbangan kelayakan pengembangan adalah (1) berdasarkan hasil tinjau ulang
kebijakan arah pengembangan Pelabuhan Belang Belang telah diakomodir dalam rencana kebijakan
pembangunan dari tingkat nasional hingga daerah dan sesuai dengan rencana induk pelabuhan
nasional untuk diarahkan sebagai pelabuhan utama tersier, (2) kondisi hinterland sebagai data
dukung kelayakan secara ekonomi Pelabuhan Belang Belang, yaitu berupa potensi investasi dan
peluang berdasarkan komponen sektor pembentuk PDRB Provinsi Sulawesi Barat bahwa setiap
kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat memiliki keunggulan komparatif dengan nilai LQ tertinggi
sebesar 5.19 untuk sektor industri pengolahan, (3) proyeksi potensi arus barang menunjukkan
kecenderungan tren arus barang mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan kurva
eksponensial dan (4) letak pelabuhan berada di lokasi yang strategis, namun Pelabuhan Belang
Belang masih membutuhkan penataan ruang terkait rencana pengembangan dengan permukiman
warga disekitar pelabuhan serta peningkatan fasilitas untuk pengembangan terminal peti kemas.
Kata kunci: kelayakan, terminal peti kemas, Pelabuhan Belang-Belang

ABSTRACT
The research aimed at to conduct the lialibility development study for container terminal of Belang Belang Port. The
data used is quantitative and qualitative data as the base to conduct descriptive analyses.The result showed that the
Port of Belang Belang is feasible to be developed into a port container terminal, though it is necessary to improve and
complete the needs of the port facilities. There are some considerations for the feasibility to develop this port which are
(1) based on the policy review toward the development plan for Belang Belang Port, it has been accomodated at the
national level of policy development and regional policy and also it has accordanced with the national port port
master plan to be directed as tertiary major port, (2) based on hinterland condition as the economic feasibility
supporting data, whether there are some investment potential and opportunities based on the GDP-forming sectoral
components in West Sulawesi Province which showed that each district has comparative advantage with the
highest value of LQ was 5.19 for the manufacturing sector, (3) forecast analyses for the flow of goods at Belang
Belang Port showed an increasing trend for the flow of goods as indicated by the exponential curve and (4) it has
strategic location though Belang Belang Port still required the spatial development plan related to the neighborhoods
around the port as well as to complete and improve the terminal container facilities.
Keywords: feasibility, terminal container development, Belang-Belang Port

Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 139
PENDAHULUAN penataan kondisi lingkungan pelabuhan serta
Adanya perubahan sistem dan mekanisme kerja pembangunan dermaga yang telah selesai
Pemerintah sesuai UU No. 23 Tahun 2014 dan dibangun tahun 1999. Namun status pelabuhan
PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian masih dalam lingkup kerja dibawah UPT (Unit
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pelaksana Teknis) Direktorat Jenderal
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Perhubungan Laut. Adanya rencana
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, peningkatan status Pelabuhan Belang Belang
menjadikan Pemerintah Pusat memberikan menjadi pelabuhan utama yang dapat melayani
pelimpahan kewenangan kepada Pemerintah kegiatan ekspor-impor akan membutuhkan
Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota peningkatan dan pembangunan khususnya
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan terkait kebutuhan pembangunan infrastruktur
pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan pelabuhan. Berangkat dari kondisi tersebut
tugas pembantuan. maka perlu diketahui kelayakan pengembangan
Pelabuhan Belang Belang khususnya untuk
Pembagian kewenangan tersebut berupa kebutuhan pengembangan terminal peti kemas.
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan dalam bentuk pengembangan TINJAUAN PUSTAKA
wilayah Pemerintah Provinsi dan pemerintah
daerah kabupaten/kota. Tujuan pembagian A. Peran Pelabuhan dalam Pengembangan
kewenangan tersebut adalah agar masing- Wilayah
masing daerah dapat mengejar Pelabuhan merupakan salah satu mata rantai
ketertinggalannya dan berkembang sesuai yang sangat penting dari seluruh proses
potensi dan kemampuannya. Pembangunan perdagangan dalam negeri maupun luar
infrastruktur karenanya menjadi prioritas utama negeri. Pelabuhan bukan sekedar tempat
dalam rangka mempercepat pembangunan di bongkar muat barang maupun naik
daerah dan mempercepat pertumbuhan turunnya penumpang tetapi juga sebagai titik
perekonomian masyarakat. temu antar moda angkutan dan pintu
Kabupaten Mamuju merupakan wilayah gerbang ekonomi bagi pengembangan
pengembangan ibukota kabupaten untuk ekonomi sekitarnya.
Provinsi Sulawesi Barat sebagai hasil pemekaran Pelabuhan dapat berperan dalam
dari Provinsi Sulawesi Selatan. Posisi Kabupaten merangsang pertumbuhan kegiatan
Mamuju yang cukup strategis dan berpotensi ekonomi, perdagangan, dan industri dari
menjadi pusat perniagaan menjadikan status wilayah pengaruhnya (Soemantri, 2003).
Mamuju diprioritaskan untuk diubah dari Dengan kata lain Pelabuhan juga berperan
Kabupaten menjadi Kotamadya. sebagai pintu gerbang komersial suatu
Pelabuhan Belang Belang adalah satu dari 3 daerah/negara, titik peralihan darat dan laut
(tiga) pelabuhan nasional, selain Pelabuhan serta sebagai tempat penampungan dan
Mamuju dan Pelabuhan Polewali yang ada di distribusi barang (PT. Pelabuhan Indonesia,
Provinsi Sulawesi Barat. Berdasarkan 2000).
Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 414 Pelabuhan tidak bisa dipisahkan dengan
Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk daerah hinterlandnya. Hinterland pelabuhan
Pelabuhan Nasional, Pelabuhan Belang Belang adalah daerah-daerah yang terletak di sekitar
masuk klasifikasi sebagai pelabuhan (belakang) pelabuhan, termasuk di dalamnya
pengumpul dan pada tahun 2015 diarahkan adalah kota pelabuhan itu sendiri dan kota-
sebagai pelabuhan utama. kota serta daerah-daerah pedalaman di luar
Realisasi pembangunan infrastruktur Pelabuhan kota pelabuhan yang saling memiliki
Belang Belang diwujudkan dalam bentuk hubungan ekonomi dengan pelabuhan.

140 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 3, Mei-Juni 2015


Interrelasi antara hinterland dan pelabuhan melayani proses pengangkutan barang yang
ini bersifat saling menguntungkan, karena sudah dikemas dalam peti kemas.
pelabuhan memiliki fungsi sebagai tempat Sedangkan terminal petikemas adalah ter-
yang mempunyai berbagai fasilitas untuk minal yang dilengkapi sekurang-kurangnya
memasarkan (mengekspor) produk-produk dengan fasilitas berupa tambatan, dermaga,
hinterland keluar daerah atau keluar negeri, lapangan penumpukan (container yard) serta
dan sebaliknya juga sebagai tempat untuk peralatan yang layak untuk melayani
mengimpor produk-produk dari luar negeri kegiatan bongkar muat petikemas.
atau luar daerah ke hinterland melalui jalur Dalam sistem pelabuhan peti kemas
pelayaran. Oleh karena itu, selain bisa terdapat 3 (tiga) komponen utama yaitu
diartikan sebagai daerah pedalaman, hinter- adanya pelabuhan atau dermaga dan
land juga bisa diartikan sebagai daerah fasilitasnya, peti kemas dan peti kemas
penyangga yang merupakan produsen dan sendiri. Menurut Triatmodjo (2008), proses
konsumen komoditas ekspor-impor bongkar muat peti kemas membutuhkan
(Supriyono, 2009). beberapa fasilitas seperti dermaga sebagai
Operasionalisasi pelabuhan merupakan hasil tempat sandar kapal, apron merupakan
kinerja dari variabel jaringan kerja pelabuhan tempat penyandaran kapal dengan marshal-
yang saling berhubungan dalam sebuah ling yard, container yard, gudang konsolidasi, con-
sistem tatanan pelabuhan. Pengembangan tainer freight station, maintenance and repair shop,
sistem pelabuhan tidak dapat dilepaskan dari gate and interchange, pusat pengendali dan
pengembangan wilayah dimana pelabuhan depot peti kemas.
tersebut berada. Beberapa komponen yang yang berfungsi
Sebagaimana disebutkan dalam KP 414 menunjang kelancaran penanganan
Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana petikemas termasuk bongkar muat didalam
Induk Pelabuhan Nasional bahwa suatu terminal petikemas antara lain meliputi
perencanaan pelabuhan harus mampu forklift, side loader/top loader, transtainer, gantry
mengantisipasi dinamika pertumbuhan crane/total crane, headtruck, chasis trailer, fix
kegiatan ekonomi dan terintegrasi kedalam spreader dan straddle carrier. Termasuk juga
penyusunan rencana induk pelabuhan fasilitas lain seperti sumber tenaga listrik
khususnya dikaitkan dengan MP3EI khusus berpendingin, suplai bahan bakar,
(Masterplan Masterplan Percepatan dan suplai air tawar, penerangan, peralatan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indone- keamanan dan keselamatan.
sia) dan koridor ekonomi, sistem transportasi
nasional, sistem logistik nasional, rencana tata METODOLOGI PENELITIAN
ruang wilayah serta keterlibatan masyarakat
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian
setempat.
ini adalah pendekatan kualitatif dengan
B. Fasilitas Pelabuhan Peti Kemas kelengkapan data kualitatif maupun
Dalam sistem pelabuhan laut dikenal ada 3 kuantitatif. Tipe penelitian menurut tujuan
(tiga) jenis pelabuhan menurut jenis input adalah penelitian deskriptif.
yang dilayaninya, yaitu pelabuhan Penelitian ini diawali dengan mengumpulkan
penumpang atau orang, pelabuhan cargo data sekunder dan primer yang diperoleh dari
untuk barang curah dan pelabuhan peti berbagai sumber literatur dan hasil observasi
kemas. lapangan dan wawancara. Secara rinci alur
Pelabuhan peti kemas sendiri merupakan pikir penelitian ini digambarkan sebagai
pelabuhan yang dioperasikan untuk berikut.

Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 141
Iden ti fi kasi dan Permsal ahan

D ata Sek un der Peng ump ul an D ata Data Primer

A nal isi s Data

Anal isi s K ebi jak an An al isi s K on dis i Hi n terlan d An alis is K o ndi si Eks is tin g Pela buhan

K esimp ulan dan R ek omen dasi

Gambar 1. Alur Pikir Penelitian

Teknis analisis data yang akan dilakukan dalam Hasil perhitungan analisis LQ menghasilkan 3
penelitian ini terdiri dari: kriteria, yaitu:
1. Analisis kebijakan bertujuan untuk 1. LQ > 1, artinya sektor tersebut menjadi basis
mengetahui kesesuaian antara rencana atau memiliki keunggulan komparatif.
pengembangan Pelabuhan Belang Belang Komoditas di sektor tersebut tidak saja
dengan dokumen perencanaan/kebijakan memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri
yang disusun sehingga terlihat adanya tapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.
keterpaduan rencana kebijakan dari tingkat 2. LQ = 1, artinya sektor tersebut tergolong non
nasional hingga tingkat lokal. basis, tidak memiliki keungulan komparatif.
2. Analisis kondisi hinterland dimaksudkan Komoditas sektor tersebut hanya cukup
untuk mengetahui potensi kewilayahan untuk memenuhi kebutuhan di wilayahnya
ekonomi yang dimiliki oleh Provinsi sendiri.
Sulawesi Barat dalam hal ini potensi hinter- 3. LQ < 1, artinya sektor tersebut tergolong non
land dari Pelabuhan Belang Belang, yaitu basis. Komoditas di sektor tersebut tidak
dengan mengetahui nilai kinerja cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri
perekonomian yang di ukur dari tolok ukur sehingga perlu pasokan atau impor dari luar
struktur pembentuk PDRB melalui metode wilayah.
Location Quetient (LQ). Secara matematis LQ
diformulasikan sebagai berikut: Analisis kondisi eksisting pelabuhan dilakukan
berdasarkan rencana pengembangan Pelabuhan
vi / vt Belang Belang, kondisi topografi dan tata ruang,
LQi  potensi arus barang bongkar muat dan kondisi
Vi / Vt operasional pelabuhan berdasarkan sarana
prasarana saat ini. Potensi arus barang diketahui
dimana:
dengan melakukan analisis proyeksi arus
vi = output sektor-i pada tingkat kawasan barang di Pelabuhan Belang Belang untuk
vt = output total (PDRB) kawasan tersebut mengetahui perkiraan potensi arus bongkar
muat barang di masa mendatang yang dilakukan
V i = output sektor-i untuk wilayah yang lebih dengan menggunakan persamaan bangkitan/
luas tarikan perjalanan yang dibentuk dari korelasi
Vt = output total (PDRB) wilayah yang lebih atau hubungan antara variabel tak bebas (vol-
luas tersebut (wilayah referensi) ume bongkar muat) dan variabel bebas, yaitu

142 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 3, Mei-Juni 2015


penduduk dan PDRB (variabel sosial) dengan pelabuhan di Sulawesi meliputi pelabuhan
persamaan: di Makassar, Mamuju dan Manado.
Y = ax1 + bx2 + c, Karenanya salah satu prioritas
pembangunan infrastruktur Provinsi
dimana: Sulawesi Barat diarahkan pada
Y = volume barang pengembangan terminal petikemas di
Pelabuhan Belang Belang yang diharapkan
x1 = penduduk
dapat menjadi pintu masuk perdagangan
x2 = PDRB dan memberikan dampak positif terhadap
c = konstanta aktivitas perekonomian di Provinsi Sulawesi
Barat.
HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan rencana induk pembangunan
Sulawesi Barat, Pelabuhan Belang Belang
A. Analisis Kebijakan
akan dijadikan kawasan pengembangan
Provinsi Sulawesi Barat merupakan provinsi ekonomi dalam rangka mewujudkan arah
ke-33 sekaligus provinsi termuda di Pembangunan Koridor Ekonomi (PKE)
Republik Indonesia sebagai hasil pemekaran Sulawesi. Salah satunya, yaitu dengan
dari Provinsi Sulawesi Selatan. Dalam UU No menjadikan daerah ini sebagai sentra
26 Tahun 2004 tentang Pembentukan Provinsi pengolahan bahan baku industri seperti
Sulawesi Barat pada pasal 7 disebutkan kakao maupun industri rotan dan
bahwa ibukota Provinsi Sulawesi Barat pengolahan bahan mentah tambang nikel.
berkedudukan di Mamuju. Arah Guna mendukung rencana induk PKE
pemanfaatan ruang dalam RTRW Provinsi tersebut maka dibutuhkan penataan kawasan
Sulawesi Barat selanjutnya disusun Belang-Belang dan dukungan pelabuhan
berdasarkan persandingan Peta Rencana yang bertaraf internasional dengan
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi kelengkapan infrastruktur yang bertaraf
Sulawesi Selatan Subwilayah untuk Sulawesi internasional. Dengan demikian keberadaan
Barat dan berdasarkan Peta Prasarana terminal peti kemas sangat diperlukan oleh
Wilayah Indonesia (PPWI) 2020 untuk dunia industri untuk mendukung kelancaran
Provinsi Sulawesi Barat. Adapun arahan pengiriman dan penerimaan barang. Apabila
pengembangan sistem kota-kota di Provinsi ditinjau dari konteks Sistranas Pelabuhan
Sulawesi Barat mengacu kepada RTRW Belang Belang digolongkan sebagai
Provinsi Sulawesi Barat yang telah ditetapkan pelabuhan pengumpan nasional (feeder),
sebagai Perda No 1 Tahun 2014, Kota yaitu dalam hal ini peran Pelabuhan Belang
Mamuju diarahkan sebagai pelayanan Belang diharapkan dapat melayani
primer untuk Provinsi Sulawesi Barat. Pelabuhan Utama Primer seperti Pelabuhan
Kota Mamuju mempunyai prospek yang Tanjung Perak.
bagus untuk dikembangkan menjadi Guna mengetahui arah kebijakan terkait
kawasan industri. Hal ini disebabkan karena dengan pengembangan Pelabuhan Belang
letaknya yang sangat strategis dan berbatasan Belang maka dilakukan analisis aspek
langsung dengan Selat Makassar yang kebijakan. Analisis kebijakan menurut Walter
merupakan lalu lintas pelayaran menuju Williams (1971) adalah cara mensintesakan
Pulau Kalimantan, Jawa dan Bali. Mengacu hasil penelitian untuk menghasilkan format
pada Dokumen Masterplan Percepatan dan keputusan (penentuan pilihan-pilihan
Perluasan Pembangunan Ekonomi Indone- alternatif) dan untuk menentukan kebutuhan
sia (MP3EI) 2011-2025, dukungan masa depan. Analisis aspek kebijakan dalam
peningkatan konektivitas (infrastruktur) hal ini bersifat deskriptif dan evaluatif

Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 143
mengacu pada dokumen kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Sulawesi Barat. Secara ringkas hasil analisis
(RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka dapat dilihat pada tabel 1.
Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana

Tabel 1. Analisis Kebijakan Pembangunan Pelabuhan Belang-Belang di Provinsi Sulawesi


Barat
Perpres No 2 Tahun 2015 Perda No 1 Tahun 2013 Perda No 1 Tahun 2014 tentang
RPJMN 2015-2019 RPJMD Provinsi Sulawesi RTRW Prov Sulawesi Barat
Buku II Bidang Wilayah Barat 2012-2016
Kegiatan strategis jangka Peningkatan kapasitas dan Kebijakan dan Strategi
menengah nasional untuk fasilitas penunjang Pengembangan Struktur Ruang,
percepatan pembangunan Pelabuhan Belang-Belang dengan strategi (1) peningkatan
infrastruktur Perhubungan yang mampu menjadikannya akses pelayanan perkotaan dan
Laut dan Darat di Provinsi sebagai salah satu pelabuhan pusat pertumbuhan ekonomi
Sulawesi Barat salah satunya bongkar muat dalam skala wilayah meliputi:
di arahkan pada menengah hingga besar dan mempromosikan Pusat Kegiatan
pengembangan fasilitas juga menjadikannya sebagai Nasional (PKNp) Mamuju
pelabuhan laut Belang-belang sub hub dalam (ibukota Kabupaten Mamuju) –
dan pembangunan jalan akses pengembangan koridor Tampapadang - Belang Belang
ke pelabuhan ekonomi Sulawesi. (MATABE) yang potensial
berfungsi sebagai pusat kegiatan
terpadu kepelabuhanan,
kebandarudaraan, industri,
perdagangan, pergudangan
Sumber: Hasil Analisis

Berdasarkan tabel analisis kebijakan bisa lepas dari potensi daerah hinterlandnya.
pembangunan di atas, telah terlihat adanya Adanya aktivitas bongkar muat barang di
kesesuaian arah kebijakan dari tingkat nasional pelabuhan tersebut diindikasikan akan
hingga tingkat provinsi terkait dengan arah berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor-
kebijakan Pelabuhan Belang Belang untuk sektor ekonomi di kawasan hinterlandnya.
dikembangkan sebagai pelabuhan bongkar Letak wilayah Povinsi Sulawesi Barat
muat melalui peningkatan fasilitas sarana dan berhadapan langsung dengan Selat Makassar
prasarana pelabuhan. Dengan demikian rencana yang merupakan salah satu jalur lalu lintas
pengembangan terminal peti kemas Pelabuhan pelayaran Nasional dan Internasional. Letak
Belang Belang telah tertampung dalam strategis ini memberikan nilai tambah yang
perencanaan pada dokumen kebijakan di sangat menguntungkan bagi pembangunan
tingkat nasional dan daerah dan juga telah sosial ekonomi kedepan. Letaknya yang
sesuai perencanaan tata ruang wilayah Provinsi sangat strategis pada posisi silang segitiga
Sulawesi Barat sebagai pusat kegiatan terpadu emas Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur,
kepelabuhanan. dan Sulawesi Tengah lewat pantai barat
B. Analisis Hinterland dengan jarak 445 km dari Makassar Ibukota
Kabupaten Mamuju diarahkan sebagai pusat Provinsi Sulawesi Selatan, 447 Km dari Palu
ekonomi dan perindustrian Provinsi Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah dan Selat
Sulawesi Barat dengan Pelabuhan Belang Makassar/Kalimantan Timur, memberikan
Belang sebagai pintu masuk kegiatan ekspor potensi perencanaan pembangunan yang
impor industri. Besarnya aktivitas bongkar harus ditata dengan baik. Sehingga kekayaan
muat di Pelabuhan Belang Belang pada saat yang terkandung di dalam alam Sulawesi
ini maupun masa yang akan datang, tidak Barat dapat memberikan manfaat yang

144 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 3, Mei-Juni 2015


maksimal untuk kesejahteraan besarnya PDRB antar kabupaten di Sulawesi
masyarakatnya. Provinsi Sulawesi Barat Barat cukup bervariasi karena memiliki
semenjak terbentuk di tahun 2004 hingga saat keunggulan komparatif tiap sektor yang
ini memiliki enam kabupaten, yaitu Majene, berbeda. Kondisi ini menunjukkan bahwa
Polewali Mandar, Mamasa, Mamuju, wilayah hinterland Pelabuhan Belang Belang
Mamuju Utara dan Mamuju Tengah. sesungguhnya memiliki potensi ekonomi
Untuk mengetahui potensi hinterland yang dapat dikembangkan. Salah satu alat
Pelabuhan Belang Belang maka perlu untuk melihat kinerja perekonomian suatu
diketahui sektor unggulan dari pembentuk daerah dari tolok ukur struktur PDRB adalah
kinerja perekonomian yang dapat dengan Location Quotient (LQ). Berdasarkan
mendukung aktivitas Pelabuhan Belang perolehan data PDRB Provinsi Sulawesi Barat
Belang di masa mendatang. Kondisi dan nilai PDRB pada masing-masing
perekonomian wilayah hinterland Pelabuhan kabupaten tahun 2013 dan 2014 maka dapat
Belang Belang dapat dilihat dari nilai PDRB dihitung nilai LQ.
Provinsi Sulawesi Barat. Berdasarkan data Berdasarkan hasil perhitungan LQ untuk
BPS, nilai PDRB Provinsi Sulawesi Barat tahun tahun 2013, Kabupaten Mamuju Utara
2014 mencapai sekitar 29.391,51 miliar rupiah memiliki nilai LQ di atas 1 paling tinggi
atau terjadi peningkatan sekitar 16,40% diantara seluruh kabupaten untuk sektor
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. industri pengolahan, yaitu sebesar 5.19 yang
Apabila dilihat secara regional Pulau merupakan penyumbang terbesar. Industri
Sulawesi, Provinsi Sulawesi Barat menempati pengolahan tersebut berasal dari olahan
pertumbuhan ekonomi yang kedua tertinggi kelapa sawit yang tercatat sekitar 80,73%
setelah Provinsi Sulawesi Selatan. Laju diekspor ke luar. Sementara itu Kabupaten
pertumbuhan Sulawesi Barat tahun 2014 Mamuju tercatat memiliki sektor terbanyak
dipengaruhi oleh beberapa sektor yang dengan nilai LQ di atas 1. Tercatat enam
mengalami laju pertumbuhan yang cukup sektor dengan salah satu nilai terbesar, yaitu
tinggi, yaitu sektor industri pengolahan pada sektor pertambangan dan penggalian
35,92%, sektor listrik, gas dan air sebesar 16,15, sebesar 3.29. Hal ini mengindikasikan bahwa
sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar sektor pertambangan dan penggalian
14,59% sedangkan sektor-sektor lain tumbuh merupakan produk dengan nilai tambah
positif walaupun tidak terlalu tinggi. yang dapat diekspor dari Kabupaten
Mengacu pada data potensi komoditas Mamuju. Untuk Mamuju Tengah data masih
Provinsi Sulawesi Barat, diketahui bahwa tergabung dengan Kabupaten Mamuju.

Tabel 2. Nilai LQ Pertanian dan Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat


Kabupaten
Sektor Polewali Mamuju
Majene Mamasa Mamuju
Mandar Utara
Pertanian 0.97 1.01 1.20 0.79 0.67
Pertambangan dan Penggalian 0.86 0.35 0.80 3.29 1.21
Industri Pengolahan 0.52 0.33 0.61 0.47 5.19
Listrik, Gas dan Air Bersih 1,68 1.37 0.49 1.65 0.68
Konstruksi 1,33 0.59 1.32 2.04 1.66
Perdagangan, Hotel dan Restauran 0,97 1.86 0.77 0.70 0.14
Pengangkutan dan Komunikasi 1.58 0.89 0.61 1.52 1.52
Keuangan, Real Estate dan Jasa
1.68 0.93 0.81 1.63 0.87
Perusahaan
Jasa-jasa 0.87 0.87 0.95 1.90 0.89
Sumber: Hasil Analisis, 2015

Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 145
C. Analisis Kondisi Eksisting pelabuhan strategis dalam koridor
1. Potensi Pengembangan Pelabuhan ekonomi Sulawesi, gambar 6
Belang Belang
Pelabuhan peti kemas adalah kebutuhan
pokok bagi kawasan industri mengingat
pelabuhan peti kemas adalah salah satu
prasarana transportasi utama untuk
keluar masuknya barang di kawasan
industri. Berdasarkan UU No. 39 Tahun
2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus,
Pelabuhan Belang Belang memenuhi
persyaratan untuk dijadikan kawasan
pengembangan industri dan kawasan
ekonomi khusus dalam rangka Sumber: Perpres 32 Tahun 2011
mewujudkan arah Pembangunan Gambar 2. Pelabuhan-Pelabuhan Strategis
Koridor Ekonomi (PKE) Sulawesi. Dalam Koridor Ekonomi Sulawesi
Posisi strategis Pelabuhan Belang Belang
yang berada tepat berada di tepi Selat Posisi dermaga Pelabuhan Belang Belang
Makassar (ALKI) II menjadikan sangat strategis dibandingkan dengan
pelabuhan tersebut berpotensi sebagai dermaga pelabuhan lain seperti
pintu masuk perdagangan barang di pelabuhan Pantoloan, Sulawesi Tengah
kawasan Indonesia timur. Posisi dan Pelabuhan Soekarno-Hatta di kota
pelabuhan sangat strategis pada posisi Makassar, Sulawesi Selatan. Kapal yang
silang segitiga emas Sulawesi Selatan, hendak sandar di Belang-Belang hanya
Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah butuh waktu yang singkat. Hal ini
lewat pantai barat. Terlebih lagi didukung oleh kedalaman dan struktur
keberadaan Pelabuhan Belang Belang jalur masuk perairan Pelabuhan Belang
tidak jauh dari Bandar Udara Tampa Belang yang alami serta kondisi kolam
Padang sehingga memudahkan pelabuhan yang relatif tenang sehingga
interkoneksi dengan kota-kota utama memudahkan kapal-kapal untuk
yang ada di Indonesia, khususnya di bersandar tanpa dibantu oleh kapal
kawasan timur Indonesia. Selanjutnya pandu.
arah kebijakan ini diakomodir dalam
perencanaan induk pembangunan Secara hirarki pelabuhan Belang Belang
Sulawesi Barat. termasuk pelabuhan yang tidak
diusahakan dan menjadi tanggung jawab
Secara topografi pelabuhan Belang dari Ditjen Perhubungan Laut dibawah
Belang memiliki kawasan wilayah yang Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
relatif datar dan cukup luas disekitarnya Belang Belang. Pelabuhan Belang Belang
dan sangat potensial untuk ditetapkan memiliki 4 (empat) wilayah kerja, yaitu:
sebagai lokasi pengembangan KEK.
Kebijakan pengembangan pelabuhan a. Wilayah Kerja Sampaga;
Belang Belang sesuangguhnya telah b. Wilayah Kerja Budong Budong;
sesuai seperti yang dicantumkan dalam c. Wilayah Kerja Bambaloka;
dokumen MP3EI (Masterplan d. Wilayah Kerja Pasangkayu.
Percepatan, Perluasan dan Pembangunan
Keempat wilayah kerja Pelabuhan
Ekonomi Indonesia) yaitu Pelabuhan
tersebut masuk dalam kategori
Belang Belang termasuk salah satu

146 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 3, Mei-Juni 2015


pelabuhan khusus yang diperuntukkan c. Tempat kegiatan alih moda
untuk kepentingan khusus seperti transportasi untuk mendukung
pelayanan bongkar muat untuk industri pergerakan orang dan barang dan
batu bara seperti pada wilker seluruh wilayah Kabupaten Mamuju
Pasangkayu. Adanya rencana ke wilayah lainnya di Indonesia;
pengembangan kota pusat kegiatan d. Penunjang kegiatan ekonomi,
wilayah (PKW) mendorong Pelabuhan perdagangan dan pemerintahan;
Belang Belang meningkatkan statusnya
dari yang semula hanya menjadi e. Tempat distribusi, produksi dan
pelabuhan antar pulau menjadi konsolidasi muatan atau barang.
pelabuhan bertaraf internasional. Dalam Kondisi tersebut didukung oleh potensi
hal ini adalah dengan meningkatan sta- besar Pelabuhan Belang Belang sebagai
tus Pelabuhan Belang Belang menjadi pusat pengangkut hasil komoditi sumber
pelabuhan ekspor. Berkaitan dengan kekayaan alam di Sulawesi mengingat
rencana tersebut, pengembangan posisi strategis Pelabuhan Belang Belang
Pelabuhan Belang Belang saat ini yang terletak di perairan ALKI II.
difokuskan pada pembangunan Pelabuhan Belang Belang sebagai
infrastruktur fasilitas sarana pelabuhan pelabuhan nasional yang diarahkan
laut sehingga memiliki kualifikasi sebagai pelabuhan utama tersier
pelabuhan internasional. selanjutnya ditetapkan dengan
Pengembangan Pelabuhan Belang memperhatikan:
Belang bertujuan untuk meningkatkan a. berperan sebagai pengumpan
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi angkutan peti kemas nasional;
Barat. Rencana tersebut tidak lepas dari b. berperan sebagai tempat alih muat
potensi sumber daya alam yang dimiliki penumpang dan barang umum
Provinsi Sulawesi Barat dan rencana nasional;
induk pembangunan Sulawesi Barat c. berperan melayani angkutan peti
menjadikan Pelabuhan Belang Belang kemas nasional di seluruh Indonesia;
sebagai kawasan pengembangan
d. berada dekat dengan jalur pelayaran
ekonomi. Salah satu pemanfaatan potensi
nasional +50 mil;
tersebut adalah dengan menciptakan
iklim ekspor yang kondusif yang perlu e. kedalaman minimal pelabuhan -9 m
didukung oleh infrastruktur pelabuhan LWS;
sehingga dapat meningkatkan efisiensi f. memiliki dermaga multipurpose
dan efektivitas industri. minimal panjang 150 m, mobile crane
atau skipgear kapasitas 50 ton;
Pembangunan infrastruktur tersebut
ditujukan guna memfasilitasi peran g. jarak dengan pelabuhan nasional
Pelabuhan Belang Belang dimasa lainnya 50-100 mil.
mendatang sebagai: 2. Potensi Arus Barang
a. Simpul dalam jaringan transportasi Berdasarkan pengamatan kegiatan di
baik dalam konteks Provinsi Sulawesi lapangan dan informasi dari petugas
Barat maupun dalam konteks jaringan setempat, aktivitas perkapalan di
pelayaran nasional; dermaga Pelabuhan Belang Belang,
b. Pintu gerbang kegiatan perekonomian Kabupaten Mamuju hingga saat ini masih
khususnya untuk perekonomian sepi karena terkendala fasilitas alat
Kabupaten Mamuju; bongkar muat barang yang ada di
pelabuhan wilayah ini. Setahun pasca

Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 147
rampungnya pembangunan pelabuhan pelabuhan mengambil porsi 40% surplus
ini minat pengusaha kapal masih kurang komoditi sektor unggulan dan tahun 2025
untuk masuk ke pelabuhan karena sarana mengambil porsi 60% surplus komoditi
fasilitas yang masih kurang memadai sektor unggulan sebagaimana dapat
khususnya untuk peralatan bongkar muat dilihat pada gambar 5 dan 6.
barang. Pemanfaatan pelabuhan Belang
Belang saat ini masih digolongkan pada
jenis pelabuhan kargo curah. Jenis
komoditas bongkar muat masih sebatas
pada bahan bangunan seperti semen,
pasir, kerikil, lalu kebutuhan pertanian
seperti pupuk dan komoditas hasil
pertanian dan perkebunan seperti pisang,
kakao, kayu, kelapa, dst.
Pelabuhan Belang Belang telah
dioperasikan sejak tahun 2009 dan
sampai saat ini masih melayani domestik.
Sumber: Kantor Unit Pengelola Pelabuhan Belang Belang
Berdasarkan data kunjungan kapal ke
Gambar 3. Data Kunjungan Kapal di Pelabuhan
Pelabuhan Belang Belang dari tahun 2010-
Belang-Belang Tahun 2010-2013
2013 sebagaimana terlihat pada gambar
1, jumlah kapal yang berkunjung cukup
fluktuatif. Tercatat tahun 2011 jumlah
kunjungan kapal mengalami penurunan
sebesar 7% dibandingkan tahun 2010
namun selanjutnya tahun 2012 terjadi
kenaikan 1% dan terjadi peningkatan
kunjungan kapal sebesar 9% di tahun
2013.
Sementara itu, berdasarkan data bongkar
muat tahun 2013 untuk per-bulannya
sebagaimana terlihat pada gambar 3,
menunjukkan aktivitas bongkar muat Sumber: Hasil Analisis
barang di Pelabuhan Belang Belang Gambar 4. Data Arus Barang Bongkar Muat di
cenderung fluktuatif. Secara total di tahun Pelabuhan Belang-Belang Tahun 2013
2013 tercatat data barang bongkar
sebanyak 71.489 ton dan data barang muat
sebanyak 45.127 ton. Data tersebut juga
mengindikasikan bahwa aktivitas di
Pelabuhan Belang Belang masih di
dominasi kegiatan bongkar dan minim
kegiatan muat.
Berdasarkan data penduduk dan PDRB
Kabupaten Mamuju tahun 2013-2014
selanjutnya diperoleh data prediksi data
bongkar dan muat barang di Pelabuhan
Belang Belang tahun 2015-2027 dengan
Sumber: Hasil Analisis
asumsi tahun 2016 prediksi barang muat
Gambar 5. Prediksi Data Barang Muat

148 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 3, Mei-Juni 2015


maksimum yang dapat masuk pelabuhan
adalah jenis kapal dengan ukuran 12.000
DWT. Kondisi jalan masuk menuju
Pelabuhan Belang Belang sudah cukup
baik dengan konstruksi jalan dari beton
sehingga dapat menahan beban truk con-
tainer.
Namun demikian untuk kebutuhan skala
mendatang Pemda Pemprov Sulawesi Barat
perlu memperhatikan penataan lingkungan
terkait dengan tata letak bangunan di sekitar
Sumber: Hasil Analisis
pelabuhan dan akses masuk menuju
Gambar 6. Prediksi Data Barang Bongkar
pelabuhan. Berdasarkan kondisi gerbang
utama pada Gambar 4 terlihat permukiman
Proyeksi potensi data bongkar muat
penduduk padat di sepnjang jalan masuk.
sebagaimana gambar grafik 4 di atas
dari segi keselamatan areal permukiman
menunjukkan kecenderungan adanya
tersebut perlu direlokasi karena dengan
peningkatan kegiatan seiring dengan arah
semakin ramainya pemanfaatan pelabuhan
kebijakan dalam RPJMD Provinsi Sulawesi
maka truk-truk besar akan lalu lalang dan
Barat dalam upaya pengembangan
mengakibatkan ketidaknyamanan serta
produktifitas sentra-sentra produksi
dapat membahayakan bagi para warga yang
pertanian, perikanan, serta agro bisnis dan
bermukim di sepanjang jalan masuk
industri. Sementara itu prediksi barang
pelabuhan.
bongkar gambar 6, sepenuhnya
menggunakan model persamaan linier dari
data bongkar pelabuhan saat ini. Dengan
demikian adanya rencana pembangunan
prasarana terminal petikemas pelabuhan
Belang Belang diharapkan dapat
mendukung pengembangan kawasan
kepentingan pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Sulawesi Barat. Dalam hal ini,
peran Pemda dan keterlibatan masyarakat
sangat penting untuk mendukung dan
mendorong optimalisasi peran industri
pengolahan komoditi dari sektor-sektor
yang menjadi unggulan di setiap
kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat
sehingga dapat memberikan nilai tambah.
3. Sarana dan Prasarana
Pelabuhan Belang Belang dari segi
geografis merupakan pelabuhan alam
karena memiliki breakwater alami, yaitu
terdapat dua pulau yang terletak tepat di
depan pintu masuk pelabuhan sehingga
kolam pelabuhan relatif tenang. Sumber: Hasil Survei
Kedalaman kolam pelabuhan mencapai Gambar 7. Kondisi Gerbang Utama dan Jalan
12 LWS sehingga ukuran kapal Masuk Pelabuhan

Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 149
Sebagai penghubung antara dermaga dengan Pelabuhan Belang-belang saat ini memiliki dua
fasilitas darat terdapat trestle dan causeway. Trestle dermaga dengan kapasitas 1.000 ton. serta
dibangun dengan konstruksi beton bertulang di panjang dermaga sekitar 101 meter dan lebar
atas tiang pancang sedangkan konstruksi cause- sekitar 15 meter, sementara panjang trestlenya
way berupa timbunan tanah dan pasir serta sekitar 91 meter dengan lebar 6 meter.
pelindung lereng berupa timbunan batu kali.

Sumber: Hasil Survei


Gambar 8. Kondisi Dermaga I dan II Pelabuhan Belang-Belang

Areal darat Pelabuhan Belang Belang terdiri dari 800 m2. Kondisi lapangan penumpukan
pos penjaga, gedung kantor, gudang, dan Pelabuhan Belang Belang terletak di sebelah
lapangan penumpukan dalam kawasan seluas utara berdekatan dengan pergudangan
lima hektar. Pelabuhan Belang Belang memiliki kondisinya saat ini sudah cukup baik meskipun
dua gudang dengan luas masing-masing sekitar untuk perawatan terlihat masih agak kurang.

Sumber: Hasil Survei


Gambar 9. Kondisi Gudang dan Lapangan Penumpukan

Secara lengkap data fasilitas sarana dan Pelabuhan Belang Belang saat ini menyebabkan
prasarana Pelabuhan Belang Belang, diketahui aktivitas perkapalan di dermaga Pelabuhan
pada tabel 3: Belang Belang tergolong sepi. Hal ini juga
Berdasarkan arah kebijakan dan pengembangan dipengaruhi karena terkendala fasilitas alat
kedepannya Pelabuhan Belang Belang bongkar muat barang yang ada di pelabuhan.
diharapkan dapat menangani tidak hanya Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas
barang curah tetapi juga peti kemas. Masih Kantor Pelabuhan Belang Belang saat ini
terbatasnya jumlah barang yang ditangani di Pelabuhan Belang Belang belum sanggup

150 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 3, Mei-Juni 2015


menangani bongkar muat peti kemas sehingga untuk masuk ke pelabuhan karena terbatasnya
menyebabkan para pengusaha kapal enggan sarana fasilitas yang memadai untuk bongkar
muat.

Tabel 3. Kondisi Eksisting Fasilitas di Pelabuhan Belang Belang


Dimensi Tahun
No Jenis Fasiltas Konstruksi Kondisi Keterangan
(luas) Pembuatan
Kedalaman (-12
Dermaga I (dermaga lama) Beton 62 x 15 1999 Baik LWS) depan
1
dermaga
Dermaga II Beton dan Baja 101,4 x 15 2009 Baik
Trestel I Beton 19 m x 6,4 m 1999 Baik
2
Trestel II Beton 90,97 m x 6 m 2009 Baik
3 Gedung Kantor Batu Bata 150 m² 1999 Baik
Gudang Tertutup Lama Batu Bata 200 m² 1999 Baik 2 unit
4
Gudang Tertutup Baru Batu Bata 800 m² 2009 Baik 5 buah gudang
Lapangan Penumpukan
Conblock 3000 m² 1999 Baik
lama
5
Lapangan Penumpukan Kapasitas 3600
Conblock 3600 m² 2009 Baik
Baru T/m2
6 Pos Jaga Bata 12 m² 2009 Baik
Sumber: Kantor Unit Pengelola Pelabuhan Belang Belang

Kegiatan operasional bongkar muat barang manusia. Seperti dapat dilihat pada gambar 10
curah masih mengandalkan penggunaan kapal berikut ini, kegiatan bongkar muat komoditi
crane milik pengusaha atau dilakukan secara semen dilakukan dengan menggunakan kapal
tradisional dengan menggunakan tenaga kerja crane si pemilik barang.

Sumber: Hasil Survei


Gambar 10. Kegiatan Bongkar Muat di Pelabuhan Belang Belang

Ketersediaan sarana dan prasarana pelabuhan mengingat jenis komoditas muatan yang pernah
masih sebatas pada penyediaan gudang dilayani oleh pelabuhan adalah CPO dan bahan
penyimpanan tertutup dan lapangan tambang seperti asphalt dan mangan. Terlebih
penumpukan petikemas. Meskipun telah lagi berdasarkan hasil analisis hinterland dan
tersedia penyedia jasa bongkar muat pelabuhan. potensi arus barang menunjukkan adanya
Namun demikian tidak menutup kemungkinan pertumbuhan volume bongkar muat barang
bahwa Pelabuhan Belang Belang telah cukup secara signifikan.
layak untuk dapat dikembangkan khususnya Terkait dengan pelayanan pelabuhan
untuk kebutuhan terminal peti kemas dilaksanakan oleh petugas operasional

Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 151
pelabuhan yang bertugas selama 1x24 jam jembatan timbang dahulu untuk melakukan
dengan didampingi oleh petugas penjagaan dan pengecekan. Sedangkan penanganan muatan
keselamatan (GAMAT). Berdasarkan data dimulai dari peti kemas masuk ke kawasan
operasional kantor Pelabuhan Belang Belang, pelabuhan melalui gerbang.
kegiatan operasional Pelabuhan Belang Belang Kemudian peti kemas masuk kawasan
hingga saat ini telah melayani kapal-kapal: pelabuhan melewati jembatan timbang untuk
1. Perusahaan pelayaran nasional (Pelnas) melakukan pengkontrolan terhadap kondisi
antara lain PT. Fajar Lautan Nusantara, PT. peti kemas. Selanjutnya dapat menuju ke
Samudera Pasific, dan PT. Sinar Pasific gudang atau langsung menuju lapangan
2. Perusahaan pelayaran (Pelra): PT. Aliran penumpukan sesuai dengan jenis pengiriman
Jaya. peti kemas yang dipakai. Peti kemas
dikelompokkan sesuai perusahaan dan sesuai
Umumnya kapal-kapal tersebut membawa jadwal keberangkatan muatan. Dari lapangan
muatan komoditas seperti semen, pupuk, rotan, penumpukan dan gudang jika sudah
CPO, dan hasil bumi seperti jagung, kelapa dan waktunya naik ke atas kapal, maka petkemas
kayu. Kegiatan operasional bongkar muat diangkut ke dermaga. Di dermaga peti kemas
dilakukan oleh 2 (dua) perusahaan yaitu PT. dinaikkan keatas kapal.
Rimuku Jaya dan PT. Citra Bersama dan
kegiatan TKBM dilakukan oleh PT. Liutan Dalam penentuan fasilitas pelabuhan langkah
Karya. Dari hasil pengamatan dan analisis pertama yang didilakukan adalah penentuan
kondisi saat ini Pelabuhan Belang Belang dapat sistem opersional yang dipakai. Sistem
menggunakan sistem campuran dengan operasional sangat memepengaruhi jenis
kombinasi jenis peralatan untuk penanganan peralatan, penataan layout pelabuhan, dan biaya
muatan sebagai berikut: operasional pelabuhan. Kondisi fasilitas sarana
dan prasarana di Pelabuhan Belang Belang
1. Pemakaian portainer di dermaga. dengan ketiadaan jembatan timbang untuk saat
2. Pemakai truk untuk menghubungkan ini memungkinkan terlaksananya prosedur
dermaga dengan lapangan penumpukan. penanganan kapal dan muatan seperti diatas
3. Pemakaian Rubber Tire Gantry Crane (RTGC) namun dalam jumlah yang masih terbatas. Jenis
di lapangan penumpukan komoditas yang ditangani juga masih terbatas
pada komoditas umum yang tidak
Disamping pemenuhan kebutuhan fasilitas ter-
membutuhkan penanganan khusus.
minal peti kemas, prosedur penanganan kapal
dan muatan di Pelabuhan Belang Belang harus
disusun dengan memperhatikan fasilitas KESIMPULAN
pelabuhan sehingga dapat berjalan seefisien Mengacu pada dokumen perencanaan, rencana
mungkin dan sesuai dengan kebutuhan yang pengembangan terminal peti kemas Pelabuhan
harus terpenuhi. Prosedur ini dimulai dengan Belang Belang telah tertampung dalam
kapal datang untuk bongkar sampai kapal pergi kebijakan nasional, yaitu RPJMN 2015-2019 pada
setelah melakukan muat. Penanganan kapal Buku III Agenda Pembangunan Wilayah dan
dimulai dari kedatangan kapal yang RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 serta
membutuhkan area penjangkaran, alur masuk, telah tertampung dalam kebijakan tata ruang
kolam pelabuhan serta dermaga yang sesuai Provinsi Sulawesi Barat, yaitu dalam rangka
dengan ukuran kapal. Selanjutnya di dermaga mendukung pengembangan kawasan ekonomi
kapal melakukan kegiatan bongkar peti kemas. dan perindustrian kota Mamuju. Dengan
Dari dermaga peti kemas diangkut ke lapangan demikian telah terdapat kesesuaian antara
penumpukan, gudang, atau langsung dikirim kebijakan di tingkat nasional dan di tingkat
kepada alamat pemiliknya. Ketika peti kemas daerah terkait dengan pengembangan
meninggalkan pelabuhan harus melalui Pelabuhan Belang Belang.

152 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 3, Mei-Juni 2015


Analisis kondisi hinterland menunjukkan Pelabuhan Belang Belang kedepannya
Provinsi Sulawesi Barat memiliki keunggulan diarahkan sebagai Pelabuhan Utama
komparatif, yaitu dilihat dari hasil penghitungan sebagaimana ditetapkan dalam Penetapan
LQ (Location Quotient). Sektor industri Rencana Induk Pelabuhan Nasional (KP 414
pengolahan di Kabupaten Mamuju Utara Tahun 2013). Hasil prediksi bongkar muat
dengan nilai LQ = 5.19 merupakan barang memperlihatkan kecenderungan
penyumbang basis terbesar dan menjadi peningkatan arus barang yang ditunjukkan oleh
komoditi ekspor unggulan di Provinsi Sulawesi grafik eksponensial menjadikan Pelabuhan
Barat. Pada basis kedua dengan nilai LQ = 3.29 Belang Belang cukup layak untuk dapat
untuk sektor pertambangan dan penggalian dan dikembangkan kedepannya sebagai pelabuhan
pada basis ketiga dengan nilai LQ = 2.10 untuk peti kemas.
sektor konstruksi di Kabupaten Mamuju. Berdasarkan ketersediaan sarana dan prasarana
Sebagai ibu kota provinsi, Kabupaten Mamuju saat ini, areal darat Pelabuhan Belang Belang telah
tercatat memiliki 6 basis sebagai sektor unggulan dilengkapi oleh pos penjaga, gedung kantor,
dengan nilai LQ > 1. Tingginya nilai LQ untuk gudang, dan lapangan penumpukan. Sementara
sektor industri pengolahan memberikan potensi itu untuk areal laut telah dilengkapi dua dermaga
Provinsi Sulawesi Barat untuk dapat lebih dan dua trestel yang dibangun dengan konstruksi
meningkatkan sentra pengolahan bahan baku beton dan baja. Secara operasional, pelabuhan
industri dan juga bahan mentah tambang seperti menyediakan pelayanan 1x24 jam. Tercatat
Nikel terlebih lagi semenjak pemerintah semenjak di bangun di tahun 2009 beberapa
memberlakukan larangan ekspor bahan mentah perusahaan telah secara rutin melakukan kegiatan
ke luar negeri. Dengan demikian bongkar muat di Pelabuhan Belang Belang.
pengembangan potensi komoditas berjalan Terkait penanganan bongkar muat petikemas,
searah dengan rencana peningkatan status Pelabuhan Belang Belang masih sebatas
Pelabuhan Belang Belang menjadi pelabuhan menyediakan gudang penyimpanan tertutup dan
ekspor dengan didukung oleh potensi ekonomi lapangan penumpukan petikemas. Pelabuhan
hinterlandnya. juga telah menyediakan jasa bongkar muat
Berdasarkan hasil analisis kondisi eksisting namun fasilitas alat bongkar muat barang di
pelabuhan, secara topografi Pelabuhan Belang Pelabuhan Belang Belang masih sangat terbatas
Belang memiliki posisi yang sangat strategis sehingga menyebabkan kegiatan operasional
pada selat Makassar dan secara hirarki teknis pelabuhan saat ini masih sepi. Dengan demikian,
memenuhi persyaratan untuk dijadikan terkait rencana pengembangan terminal
kawasan pengembangan industri dan kawasan petikemas di Pelabuhan Belang Belang masih
ekonomi khusus. Saat ini Pelabuhan Belang perlu dilakukan pemenuhan kelengkapan baik
Belang masih beroperasi sebatas sebagai dari segi infrastruktur, fasilitas sarana prasarana,
pelabuhan nasional yang tidak diusahakan sistem operasional pelabuhan dan penataan
sehingga menjadikan pelabuhan ini hanya pelabuhan.
tempat persinggahan kapal atau perahu dengan Secara keseluruhan maka dapat disimpulkan
fasilitas bongkar muat seadanya tanpa fasilitas bahwa Pelabuhan Belang Belang layak untuk
jembatan timbang, bea cukai dan lain-lain. dikembangan berdasarkan telah adanya
Dengan kata lain pemanfaatannya sebagai dukungan kebijakan di tingkat nasional hingga
pelabuhan peti kemas masih belum maksimal. daerah, posisi strategis pelabuhan secara
Pelabuhan Belang Belang untuk saat ini kewilayahan, potensi ekonomi kewilayahan,
dikategorikan sebagai pelabuhan pengumpan, hasil proyeksi arus muat dan bongkar saat ini
yaitu melayani kegiatan angkutan laut dalam yang menunjukkan tren meningkat dan
negeri, alih muat angkutan dalam negeri dalam ketersediaan sarana dan prasarana pelabuhan
jumlah terbatas. Hal ini menjadi dasar untuk saat ini.

Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 153
UCAPAN TERIMA KASIH Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten Nasional Tahun 2015-2019.
Mamuju, Kepala dan pegawai Kantor Unit Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007
Pengelola Pelabuhan Belang Belang yang telah tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
membantu penulis dalam menyusun kajian ini Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
dan kepada tim dewan redaksi Warta Penelitian Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
yang telah membimbing penulis dalam R. Bintarto. 1968. Beberapa Aspek Geografi, Penerbit
menyempurnakan kajian ini. Karya. Yogyakarta.

DAFTAR PUSTAKA R. Murphey. 1989. On the Evolution of the Port


City, F. Broeze (Ed.), Brides of the Sea: Port Cit-
Badan Pusat Statistik. 2013. Provinsi Sulawesi Barat ies of aria from the 16th – 20th Centuries, Univer-
Dalam Angka Tahun 2013, BPS Provinsi sity of Hawaii Press. Honolulu.
Sulawesi Barat.
Referensi Kepelabuhanan Seri 03 Edisi II. 2000.
Badan Pusat Statistik. 2014. Provinsi Sulawesi Barat Perencanaan, Perancangan dan Pembangunan
Dalam Angka Tahun 2014, BPS Provinsi Pelabuhan, PT. Pelabuhan Indonesia (Persero).
Sulawesi Barat.
Soemantri, Midian. 2003. Tinjauan Tentang
Kementerian Perhubungan. 2013. Keputusan Pelayanan Jasa Pemasaran Secara Otomatis pada
Menteri Perhubungan No. KP 414 Tahun PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II Cabang
2013 tentang Penetapan Rencana Induk Cirebon. Universitas Komputer Indonesia,
Pelabuhan Nasional. Bandung.
Kramadibrata, Soedjono.1985. Perencanaan Supriyono, Agustinus. 2009. Makalah Ilmiah:
Pelabuhan, ITB Bandung. Hubungan Antara Pelabuhan dengan Daerah-
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2013 tentang Daerah Hinterland: Studi Kasus di Pelabuhan
Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah Semarang pada Masa Kolonial Belanda Abad 20,
Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2012 – 2016. Pusat Penelitian Kemasyarakatan Dan
Budaya Lembaga Penelitian UI, Depok.
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Triatmodjo, Bambang, 2009, Perencanaan
Barat. Pelabuhan. Beta Offset, Yogyakarta.
Peraturan Presiden Nomor 32 Tahun 2011 William, Walter, L. 1971. Social Policy Analisys and
tentang Masterplan Percepatan Perluasan dan Research. Elsevier, New York.
Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI)
2011-2025

154 Warta Penelitian Perhubungan, Volume 27, Nomor 3, Mei-Juni 2015

Anda mungkin juga menyukai