PELABUHAN BELANG-BELANG
THE FEASIBILITY STUDY OF BELANG BELANG CONTAINER PORT DEVELOPMENT
Fita Kurniawati
Badan Litbang Perhubungan
Jl. Medan Merdeka Timur No. 5 Jakarta Pusat 10110
email: fita.kurniawati@gmail.com
Diterima: 10 April 2015, Revisi 1: 30 April 2015, Revisi 2: 18 Mei 2015, Disetujui: 25 Mei 2015
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan studi kelayakan pengembangan terminal petikemas di
Pelabuhan Belang Belang. Data yang digunakan adalah kombinasi dari data kualitatif dan data
kuantitatif sebagai dasar untuk melakukan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan
Pelabuhan Belang Belang layak untuk dapat dikembangkan menjadi pelabuhan terminal petikemas,
namun perlu memperhatikan kebutuhan fasilitas pelabuhan yang saat ini masih terbatas. Beberapa
hal yang menjadi pertimbangan kelayakan pengembangan adalah (1) berdasarkan hasil tinjau ulang
kebijakan arah pengembangan Pelabuhan Belang Belang telah diakomodir dalam rencana kebijakan
pembangunan dari tingkat nasional hingga daerah dan sesuai dengan rencana induk pelabuhan
nasional untuk diarahkan sebagai pelabuhan utama tersier, (2) kondisi hinterland sebagai data
dukung kelayakan secara ekonomi Pelabuhan Belang Belang, yaitu berupa potensi investasi dan
peluang berdasarkan komponen sektor pembentuk PDRB Provinsi Sulawesi Barat bahwa setiap
kabupaten di Provinsi Sulawesi Barat memiliki keunggulan komparatif dengan nilai LQ tertinggi
sebesar 5.19 untuk sektor industri pengolahan, (3) proyeksi potensi arus barang menunjukkan
kecenderungan tren arus barang mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan kurva
eksponensial dan (4) letak pelabuhan berada di lokasi yang strategis, namun Pelabuhan Belang
Belang masih membutuhkan penataan ruang terkait rencana pengembangan dengan permukiman
warga disekitar pelabuhan serta peningkatan fasilitas untuk pengembangan terminal peti kemas.
Kata kunci: kelayakan, terminal peti kemas, Pelabuhan Belang-Belang
ABSTRACT
The research aimed at to conduct the lialibility development study for container terminal of Belang Belang Port. The
data used is quantitative and qualitative data as the base to conduct descriptive analyses.The result showed that the
Port of Belang Belang is feasible to be developed into a port container terminal, though it is necessary to improve and
complete the needs of the port facilities. There are some considerations for the feasibility to develop this port which are
(1) based on the policy review toward the development plan for Belang Belang Port, it has been accomodated at the
national level of policy development and regional policy and also it has accordanced with the national port port
master plan to be directed as tertiary major port, (2) based on hinterland condition as the economic feasibility
supporting data, whether there are some investment potential and opportunities based on the GDP-forming sectoral
components in West Sulawesi Province which showed that each district has comparative advantage with the
highest value of LQ was 5.19 for the manufacturing sector, (3) forecast analyses for the flow of goods at Belang
Belang Port showed an increasing trend for the flow of goods as indicated by the exponential curve and (4) it has
strategic location though Belang Belang Port still required the spatial development plan related to the neighborhoods
around the port as well as to complete and improve the terminal container facilities.
Keywords: feasibility, terminal container development, Belang-Belang Port
Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 139
PENDAHULUAN penataan kondisi lingkungan pelabuhan serta
Adanya perubahan sistem dan mekanisme kerja pembangunan dermaga yang telah selesai
Pemerintah sesuai UU No. 23 Tahun 2014 dan dibangun tahun 1999. Namun status pelabuhan
PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian masih dalam lingkup kerja dibawah UPT (Unit
Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pelaksana Teknis) Direktorat Jenderal
Pemerintahan Daerah Provinsi dan Perhubungan Laut. Adanya rencana
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, peningkatan status Pelabuhan Belang Belang
menjadikan Pemerintah Pusat memberikan menjadi pelabuhan utama yang dapat melayani
pelimpahan kewenangan kepada Pemerintah kegiatan ekspor-impor akan membutuhkan
Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten/Kota peningkatan dan pembangunan khususnya
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan terkait kebutuhan pembangunan infrastruktur
pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan pelabuhan. Berangkat dari kondisi tersebut
tugas pembantuan. maka perlu diketahui kelayakan pengembangan
Pelabuhan Belang Belang khususnya untuk
Pembagian kewenangan tersebut berupa kebutuhan pengembangan terminal peti kemas.
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas
pembantuan dalam bentuk pengembangan TINJAUAN PUSTAKA
wilayah Pemerintah Provinsi dan pemerintah
daerah kabupaten/kota. Tujuan pembagian A. Peran Pelabuhan dalam Pengembangan
kewenangan tersebut adalah agar masing- Wilayah
masing daerah dapat mengejar Pelabuhan merupakan salah satu mata rantai
ketertinggalannya dan berkembang sesuai yang sangat penting dari seluruh proses
potensi dan kemampuannya. Pembangunan perdagangan dalam negeri maupun luar
infrastruktur karenanya menjadi prioritas utama negeri. Pelabuhan bukan sekedar tempat
dalam rangka mempercepat pembangunan di bongkar muat barang maupun naik
daerah dan mempercepat pertumbuhan turunnya penumpang tetapi juga sebagai titik
perekonomian masyarakat. temu antar moda angkutan dan pintu
Kabupaten Mamuju merupakan wilayah gerbang ekonomi bagi pengembangan
pengembangan ibukota kabupaten untuk ekonomi sekitarnya.
Provinsi Sulawesi Barat sebagai hasil pemekaran Pelabuhan dapat berperan dalam
dari Provinsi Sulawesi Selatan. Posisi Kabupaten merangsang pertumbuhan kegiatan
Mamuju yang cukup strategis dan berpotensi ekonomi, perdagangan, dan industri dari
menjadi pusat perniagaan menjadikan status wilayah pengaruhnya (Soemantri, 2003).
Mamuju diprioritaskan untuk diubah dari Dengan kata lain Pelabuhan juga berperan
Kabupaten menjadi Kotamadya. sebagai pintu gerbang komersial suatu
Pelabuhan Belang Belang adalah satu dari 3 daerah/negara, titik peralihan darat dan laut
(tiga) pelabuhan nasional, selain Pelabuhan serta sebagai tempat penampungan dan
Mamuju dan Pelabuhan Polewali yang ada di distribusi barang (PT. Pelabuhan Indonesia,
Provinsi Sulawesi Barat. Berdasarkan 2000).
Keputusan Menteri Perhubungan No. KP 414 Pelabuhan tidak bisa dipisahkan dengan
Tahun 2013 tentang Penetapan Rencana Induk daerah hinterlandnya. Hinterland pelabuhan
Pelabuhan Nasional, Pelabuhan Belang Belang adalah daerah-daerah yang terletak di sekitar
masuk klasifikasi sebagai pelabuhan (belakang) pelabuhan, termasuk di dalamnya
pengumpul dan pada tahun 2015 diarahkan adalah kota pelabuhan itu sendiri dan kota-
sebagai pelabuhan utama. kota serta daerah-daerah pedalaman di luar
Realisasi pembangunan infrastruktur Pelabuhan kota pelabuhan yang saling memiliki
Belang Belang diwujudkan dalam bentuk hubungan ekonomi dengan pelabuhan.
Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 141
Iden ti fi kasi dan Permsal ahan
Anal isi s K ebi jak an An al isi s K on dis i Hi n terlan d An alis is K o ndi si Eks is tin g Pela buhan
Teknis analisis data yang akan dilakukan dalam Hasil perhitungan analisis LQ menghasilkan 3
penelitian ini terdiri dari: kriteria, yaitu:
1. Analisis kebijakan bertujuan untuk 1. LQ > 1, artinya sektor tersebut menjadi basis
mengetahui kesesuaian antara rencana atau memiliki keunggulan komparatif.
pengembangan Pelabuhan Belang Belang Komoditas di sektor tersebut tidak saja
dengan dokumen perencanaan/kebijakan memenuhi kebutuhan di wilayahnya sendiri
yang disusun sehingga terlihat adanya tapi juga dapat diekspor ke luar wilayah.
keterpaduan rencana kebijakan dari tingkat 2. LQ = 1, artinya sektor tersebut tergolong non
nasional hingga tingkat lokal. basis, tidak memiliki keungulan komparatif.
2. Analisis kondisi hinterland dimaksudkan Komoditas sektor tersebut hanya cukup
untuk mengetahui potensi kewilayahan untuk memenuhi kebutuhan di wilayahnya
ekonomi yang dimiliki oleh Provinsi sendiri.
Sulawesi Barat dalam hal ini potensi hinter- 3. LQ < 1, artinya sektor tersebut tergolong non
land dari Pelabuhan Belang Belang, yaitu basis. Komoditas di sektor tersebut tidak
dengan mengetahui nilai kinerja cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri
perekonomian yang di ukur dari tolok ukur sehingga perlu pasokan atau impor dari luar
struktur pembentuk PDRB melalui metode wilayah.
Location Quetient (LQ). Secara matematis LQ
diformulasikan sebagai berikut: Analisis kondisi eksisting pelabuhan dilakukan
berdasarkan rencana pengembangan Pelabuhan
vi / vt Belang Belang, kondisi topografi dan tata ruang,
LQi potensi arus barang bongkar muat dan kondisi
Vi / Vt operasional pelabuhan berdasarkan sarana
prasarana saat ini. Potensi arus barang diketahui
dimana:
dengan melakukan analisis proyeksi arus
vi = output sektor-i pada tingkat kawasan barang di Pelabuhan Belang Belang untuk
vt = output total (PDRB) kawasan tersebut mengetahui perkiraan potensi arus bongkar
muat barang di masa mendatang yang dilakukan
V i = output sektor-i untuk wilayah yang lebih dengan menggunakan persamaan bangkitan/
luas tarikan perjalanan yang dibentuk dari korelasi
Vt = output total (PDRB) wilayah yang lebih atau hubungan antara variabel tak bebas (vol-
luas tersebut (wilayah referensi) ume bongkar muat) dan variabel bebas, yaitu
Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 143
mengacu pada dokumen kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Sulawesi Barat. Secara ringkas hasil analisis
(RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka dapat dilihat pada tabel 1.
Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana
Berdasarkan tabel analisis kebijakan bisa lepas dari potensi daerah hinterlandnya.
pembangunan di atas, telah terlihat adanya Adanya aktivitas bongkar muat barang di
kesesuaian arah kebijakan dari tingkat nasional pelabuhan tersebut diindikasikan akan
hingga tingkat provinsi terkait dengan arah berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor-
kebijakan Pelabuhan Belang Belang untuk sektor ekonomi di kawasan hinterlandnya.
dikembangkan sebagai pelabuhan bongkar Letak wilayah Povinsi Sulawesi Barat
muat melalui peningkatan fasilitas sarana dan berhadapan langsung dengan Selat Makassar
prasarana pelabuhan. Dengan demikian rencana yang merupakan salah satu jalur lalu lintas
pengembangan terminal peti kemas Pelabuhan pelayaran Nasional dan Internasional. Letak
Belang Belang telah tertampung dalam strategis ini memberikan nilai tambah yang
perencanaan pada dokumen kebijakan di sangat menguntungkan bagi pembangunan
tingkat nasional dan daerah dan juga telah sosial ekonomi kedepan. Letaknya yang
sesuai perencanaan tata ruang wilayah Provinsi sangat strategis pada posisi silang segitiga
Sulawesi Barat sebagai pusat kegiatan terpadu emas Sulawesi Selatan, Kalimantan Timur,
kepelabuhanan. dan Sulawesi Tengah lewat pantai barat
B. Analisis Hinterland dengan jarak 445 km dari Makassar Ibukota
Kabupaten Mamuju diarahkan sebagai pusat Provinsi Sulawesi Selatan, 447 Km dari Palu
ekonomi dan perindustrian Provinsi Ibukota Provinsi Sulawesi Tengah dan Selat
Sulawesi Barat dengan Pelabuhan Belang Makassar/Kalimantan Timur, memberikan
Belang sebagai pintu masuk kegiatan ekspor potensi perencanaan pembangunan yang
impor industri. Besarnya aktivitas bongkar harus ditata dengan baik. Sehingga kekayaan
muat di Pelabuhan Belang Belang pada saat yang terkandung di dalam alam Sulawesi
ini maupun masa yang akan datang, tidak Barat dapat memberikan manfaat yang
Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 145
C. Analisis Kondisi Eksisting pelabuhan strategis dalam koridor
1. Potensi Pengembangan Pelabuhan ekonomi Sulawesi, gambar 6
Belang Belang
Pelabuhan peti kemas adalah kebutuhan
pokok bagi kawasan industri mengingat
pelabuhan peti kemas adalah salah satu
prasarana transportasi utama untuk
keluar masuknya barang di kawasan
industri. Berdasarkan UU No. 39 Tahun
2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus,
Pelabuhan Belang Belang memenuhi
persyaratan untuk dijadikan kawasan
pengembangan industri dan kawasan
ekonomi khusus dalam rangka Sumber: Perpres 32 Tahun 2011
mewujudkan arah Pembangunan Gambar 2. Pelabuhan-Pelabuhan Strategis
Koridor Ekonomi (PKE) Sulawesi. Dalam Koridor Ekonomi Sulawesi
Posisi strategis Pelabuhan Belang Belang
yang berada tepat berada di tepi Selat Posisi dermaga Pelabuhan Belang Belang
Makassar (ALKI) II menjadikan sangat strategis dibandingkan dengan
pelabuhan tersebut berpotensi sebagai dermaga pelabuhan lain seperti
pintu masuk perdagangan barang di pelabuhan Pantoloan, Sulawesi Tengah
kawasan Indonesia timur. Posisi dan Pelabuhan Soekarno-Hatta di kota
pelabuhan sangat strategis pada posisi Makassar, Sulawesi Selatan. Kapal yang
silang segitiga emas Sulawesi Selatan, hendak sandar di Belang-Belang hanya
Kalimantan Timur, dan Sulawesi Tengah butuh waktu yang singkat. Hal ini
lewat pantai barat. Terlebih lagi didukung oleh kedalaman dan struktur
keberadaan Pelabuhan Belang Belang jalur masuk perairan Pelabuhan Belang
tidak jauh dari Bandar Udara Tampa Belang yang alami serta kondisi kolam
Padang sehingga memudahkan pelabuhan yang relatif tenang sehingga
interkoneksi dengan kota-kota utama memudahkan kapal-kapal untuk
yang ada di Indonesia, khususnya di bersandar tanpa dibantu oleh kapal
kawasan timur Indonesia. Selanjutnya pandu.
arah kebijakan ini diakomodir dalam
perencanaan induk pembangunan Secara hirarki pelabuhan Belang Belang
Sulawesi Barat. termasuk pelabuhan yang tidak
diusahakan dan menjadi tanggung jawab
Secara topografi pelabuhan Belang dari Ditjen Perhubungan Laut dibawah
Belang memiliki kawasan wilayah yang Kantor Unit Penyelenggara Pelabuhan
relatif datar dan cukup luas disekitarnya Belang Belang. Pelabuhan Belang Belang
dan sangat potensial untuk ditetapkan memiliki 4 (empat) wilayah kerja, yaitu:
sebagai lokasi pengembangan KEK.
Kebijakan pengembangan pelabuhan a. Wilayah Kerja Sampaga;
Belang Belang sesuangguhnya telah b. Wilayah Kerja Budong Budong;
sesuai seperti yang dicantumkan dalam c. Wilayah Kerja Bambaloka;
dokumen MP3EI (Masterplan d. Wilayah Kerja Pasangkayu.
Percepatan, Perluasan dan Pembangunan
Keempat wilayah kerja Pelabuhan
Ekonomi Indonesia) yaitu Pelabuhan
tersebut masuk dalam kategori
Belang Belang termasuk salah satu
Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 147
rampungnya pembangunan pelabuhan pelabuhan mengambil porsi 40% surplus
ini minat pengusaha kapal masih kurang komoditi sektor unggulan dan tahun 2025
untuk masuk ke pelabuhan karena sarana mengambil porsi 60% surplus komoditi
fasilitas yang masih kurang memadai sektor unggulan sebagaimana dapat
khususnya untuk peralatan bongkar muat dilihat pada gambar 5 dan 6.
barang. Pemanfaatan pelabuhan Belang
Belang saat ini masih digolongkan pada
jenis pelabuhan kargo curah. Jenis
komoditas bongkar muat masih sebatas
pada bahan bangunan seperti semen,
pasir, kerikil, lalu kebutuhan pertanian
seperti pupuk dan komoditas hasil
pertanian dan perkebunan seperti pisang,
kakao, kayu, kelapa, dst.
Pelabuhan Belang Belang telah
dioperasikan sejak tahun 2009 dan
sampai saat ini masih melayani domestik.
Sumber: Kantor Unit Pengelola Pelabuhan Belang Belang
Berdasarkan data kunjungan kapal ke
Gambar 3. Data Kunjungan Kapal di Pelabuhan
Pelabuhan Belang Belang dari tahun 2010-
Belang-Belang Tahun 2010-2013
2013 sebagaimana terlihat pada gambar
1, jumlah kapal yang berkunjung cukup
fluktuatif. Tercatat tahun 2011 jumlah
kunjungan kapal mengalami penurunan
sebesar 7% dibandingkan tahun 2010
namun selanjutnya tahun 2012 terjadi
kenaikan 1% dan terjadi peningkatan
kunjungan kapal sebesar 9% di tahun
2013.
Sementara itu, berdasarkan data bongkar
muat tahun 2013 untuk per-bulannya
sebagaimana terlihat pada gambar 3,
menunjukkan aktivitas bongkar muat Sumber: Hasil Analisis
barang di Pelabuhan Belang Belang Gambar 4. Data Arus Barang Bongkar Muat di
cenderung fluktuatif. Secara total di tahun Pelabuhan Belang-Belang Tahun 2013
2013 tercatat data barang bongkar
sebanyak 71.489 ton dan data barang muat
sebanyak 45.127 ton. Data tersebut juga
mengindikasikan bahwa aktivitas di
Pelabuhan Belang Belang masih di
dominasi kegiatan bongkar dan minim
kegiatan muat.
Berdasarkan data penduduk dan PDRB
Kabupaten Mamuju tahun 2013-2014
selanjutnya diperoleh data prediksi data
bongkar dan muat barang di Pelabuhan
Belang Belang tahun 2015-2027 dengan
Sumber: Hasil Analisis
asumsi tahun 2016 prediksi barang muat
Gambar 5. Prediksi Data Barang Muat
Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 149
Sebagai penghubung antara dermaga dengan Pelabuhan Belang-belang saat ini memiliki dua
fasilitas darat terdapat trestle dan causeway. Trestle dermaga dengan kapasitas 1.000 ton. serta
dibangun dengan konstruksi beton bertulang di panjang dermaga sekitar 101 meter dan lebar
atas tiang pancang sedangkan konstruksi cause- sekitar 15 meter, sementara panjang trestlenya
way berupa timbunan tanah dan pasir serta sekitar 91 meter dengan lebar 6 meter.
pelindung lereng berupa timbunan batu kali.
Areal darat Pelabuhan Belang Belang terdiri dari 800 m2. Kondisi lapangan penumpukan
pos penjaga, gedung kantor, gudang, dan Pelabuhan Belang Belang terletak di sebelah
lapangan penumpukan dalam kawasan seluas utara berdekatan dengan pergudangan
lima hektar. Pelabuhan Belang Belang memiliki kondisinya saat ini sudah cukup baik meskipun
dua gudang dengan luas masing-masing sekitar untuk perawatan terlihat masih agak kurang.
Secara lengkap data fasilitas sarana dan Pelabuhan Belang Belang saat ini menyebabkan
prasarana Pelabuhan Belang Belang, diketahui aktivitas perkapalan di dermaga Pelabuhan
pada tabel 3: Belang Belang tergolong sepi. Hal ini juga
Berdasarkan arah kebijakan dan pengembangan dipengaruhi karena terkendala fasilitas alat
kedepannya Pelabuhan Belang Belang bongkar muat barang yang ada di pelabuhan.
diharapkan dapat menangani tidak hanya Berdasarkan hasil wawancara dengan petugas
barang curah tetapi juga peti kemas. Masih Kantor Pelabuhan Belang Belang saat ini
terbatasnya jumlah barang yang ditangani di Pelabuhan Belang Belang belum sanggup
Kegiatan operasional bongkar muat barang manusia. Seperti dapat dilihat pada gambar 10
curah masih mengandalkan penggunaan kapal berikut ini, kegiatan bongkar muat komoditi
crane milik pengusaha atau dilakukan secara semen dilakukan dengan menggunakan kapal
tradisional dengan menggunakan tenaga kerja crane si pemilik barang.
Ketersediaan sarana dan prasarana pelabuhan mengingat jenis komoditas muatan yang pernah
masih sebatas pada penyediaan gudang dilayani oleh pelabuhan adalah CPO dan bahan
penyimpanan tertutup dan lapangan tambang seperti asphalt dan mangan. Terlebih
penumpukan petikemas. Meskipun telah lagi berdasarkan hasil analisis hinterland dan
tersedia penyedia jasa bongkar muat pelabuhan. potensi arus barang menunjukkan adanya
Namun demikian tidak menutup kemungkinan pertumbuhan volume bongkar muat barang
bahwa Pelabuhan Belang Belang telah cukup secara signifikan.
layak untuk dapat dikembangkan khususnya Terkait dengan pelayanan pelabuhan
untuk kebutuhan terminal peti kemas dilaksanakan oleh petugas operasional
Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 151
pelabuhan yang bertugas selama 1x24 jam jembatan timbang dahulu untuk melakukan
dengan didampingi oleh petugas penjagaan dan pengecekan. Sedangkan penanganan muatan
keselamatan (GAMAT). Berdasarkan data dimulai dari peti kemas masuk ke kawasan
operasional kantor Pelabuhan Belang Belang, pelabuhan melalui gerbang.
kegiatan operasional Pelabuhan Belang Belang Kemudian peti kemas masuk kawasan
hingga saat ini telah melayani kapal-kapal: pelabuhan melewati jembatan timbang untuk
1. Perusahaan pelayaran nasional (Pelnas) melakukan pengkontrolan terhadap kondisi
antara lain PT. Fajar Lautan Nusantara, PT. peti kemas. Selanjutnya dapat menuju ke
Samudera Pasific, dan PT. Sinar Pasific gudang atau langsung menuju lapangan
2. Perusahaan pelayaran (Pelra): PT. Aliran penumpukan sesuai dengan jenis pengiriman
Jaya. peti kemas yang dipakai. Peti kemas
dikelompokkan sesuai perusahaan dan sesuai
Umumnya kapal-kapal tersebut membawa jadwal keberangkatan muatan. Dari lapangan
muatan komoditas seperti semen, pupuk, rotan, penumpukan dan gudang jika sudah
CPO, dan hasil bumi seperti jagung, kelapa dan waktunya naik ke atas kapal, maka petkemas
kayu. Kegiatan operasional bongkar muat diangkut ke dermaga. Di dermaga peti kemas
dilakukan oleh 2 (dua) perusahaan yaitu PT. dinaikkan keatas kapal.
Rimuku Jaya dan PT. Citra Bersama dan
kegiatan TKBM dilakukan oleh PT. Liutan Dalam penentuan fasilitas pelabuhan langkah
Karya. Dari hasil pengamatan dan analisis pertama yang didilakukan adalah penentuan
kondisi saat ini Pelabuhan Belang Belang dapat sistem opersional yang dipakai. Sistem
menggunakan sistem campuran dengan operasional sangat memepengaruhi jenis
kombinasi jenis peralatan untuk penanganan peralatan, penataan layout pelabuhan, dan biaya
muatan sebagai berikut: operasional pelabuhan. Kondisi fasilitas sarana
dan prasarana di Pelabuhan Belang Belang
1. Pemakaian portainer di dermaga. dengan ketiadaan jembatan timbang untuk saat
2. Pemakai truk untuk menghubungkan ini memungkinkan terlaksananya prosedur
dermaga dengan lapangan penumpukan. penanganan kapal dan muatan seperti diatas
3. Pemakaian Rubber Tire Gantry Crane (RTGC) namun dalam jumlah yang masih terbatas. Jenis
di lapangan penumpukan komoditas yang ditangani juga masih terbatas
pada komoditas umum yang tidak
Disamping pemenuhan kebutuhan fasilitas ter-
membutuhkan penanganan khusus.
minal peti kemas, prosedur penanganan kapal
dan muatan di Pelabuhan Belang Belang harus
disusun dengan memperhatikan fasilitas KESIMPULAN
pelabuhan sehingga dapat berjalan seefisien Mengacu pada dokumen perencanaan, rencana
mungkin dan sesuai dengan kebutuhan yang pengembangan terminal peti kemas Pelabuhan
harus terpenuhi. Prosedur ini dimulai dengan Belang Belang telah tertampung dalam
kapal datang untuk bongkar sampai kapal pergi kebijakan nasional, yaitu RPJMN 2015-2019 pada
setelah melakukan muat. Penanganan kapal Buku III Agenda Pembangunan Wilayah dan
dimulai dari kedatangan kapal yang RPJMD Provinsi Sulawesi Barat 2012-2016 serta
membutuhkan area penjangkaran, alur masuk, telah tertampung dalam kebijakan tata ruang
kolam pelabuhan serta dermaga yang sesuai Provinsi Sulawesi Barat, yaitu dalam rangka
dengan ukuran kapal. Selanjutnya di dermaga mendukung pengembangan kawasan ekonomi
kapal melakukan kegiatan bongkar peti kemas. dan perindustrian kota Mamuju. Dengan
Dari dermaga peti kemas diangkut ke lapangan demikian telah terdapat kesesuaian antara
penumpukan, gudang, atau langsung dikirim kebijakan di tingkat nasional dan di tingkat
kepada alamat pemiliknya. Ketika peti kemas daerah terkait dengan pengembangan
meninggalkan pelabuhan harus melalui Pelabuhan Belang Belang.
Studi Kelayakan Pengembangan Terminal Peti Kemas Pelabuhan Belang Belang, Fita Kurniawati 153
UCAPAN TERIMA KASIH Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kabupaten Nasional Tahun 2015-2019.
Mamuju, Kepala dan pegawai Kantor Unit Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007
Pengelola Pelabuhan Belang Belang yang telah tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara
membantu penulis dalam menyusun kajian ini Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
dan kepada tim dewan redaksi Warta Penelitian Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota.
yang telah membimbing penulis dalam R. Bintarto. 1968. Beberapa Aspek Geografi, Penerbit
menyempurnakan kajian ini. Karya. Yogyakarta.