Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN DENGAN CA. SERVIKS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi
Kanker serviks atau yang lebih dikenal dengan kanker leher rahim adalah
tumor ganas yang tumbuh di dalam leher rahim atau serviks yang merupakan
bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina. Pada
penderita kanker serviks terdapat sekelompok jaringan yang tumbuh secara
terus-menerus yang tidak terbatas, tidak terkoordinasi dan tidak berguna bagi
tubuh sehingga jaringan di sekitarnya tidak dapat berfungsi dengan baik
(Sarwono, 2006).
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari metaplasia
epitel di daerah skuamokolumner junction yaitu daerah peralihan mukosa
vagina dan mukosa kanalis servikalis. Kanker serviks merupakan kanker yang
terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada organ reproduksi
wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim
(uterus) dan liang senggama atau vagina. Kanker leher rahim biasanya
menyerang wanita berusia 35-55 tahun. Sebanyak 90% dari kanker leher
rahim berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya
berasal dari sel kelenjar penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju
ke rahim.
2. Tanda dan Gejala
Tanda-tanda dini kanker serviks kebanyakan tidak menimbulkan gejala.
Akan tetapi, dalam perjalanannya akan menimbulkan gejala seperti:
a. Keputihan yang makin lama makin berbau akibat infeksi dan nekrosis
jaringan.
b. Perdarahan yang terjadi diluar senggama (tingkat II dan III)
c. Perdarahan yang dialami segera setelah senggama (75-80%)
d. Perdarahan spontan saat defekasi
e. Perdarahan spontan pervaginam
Pada tahap lanjut keluhan berupa:
a. Cairan pervaginam berbau busuk
b. Nyeri panggul
c. Nyeri pinggang dan pinggul
d. Sering berkemih
e. Buang air kecil atau besar yang sakit
f. Gejala penyakit yang redidif
g. Anemi akibat perdarahan berulang
h. Rasa nyeri akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf

3. Penyebab
Kanker serviks terjadi jika sel - sel serviks menjadi abnormal dan
membelah secara tidak terkendali, jika sel - sel serviks terus membelah, maka
akan terbentuk suatu masa jaringan yang disebut tumor yang bisa bersifat
jinak atau ganas, jika tumor tersebut ganas maka keadaannya disebut kanker
serviks.
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara
pasti, tetapi terdapat beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap
terjadinya kanker serviks yaitu :
a. HPV ( Human Papiloma Virus )
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis ( Kandiloma Akuminata )
yang ditularkan melalui hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya
adalah HPV tipe 16, 18.
1) Timbulnya keganasan pada binatang yang diinduksi dengan virus
papiloma.
2) Dalam pengamatan terlihat adanya perkembangan menjadi
karsinoma pada kondilom akuminata.
3) Pada penelitian 45 dan 56, keterlibatan HPV pada kejadian kanker
dilandasi oleh beberapa faktor yaitu: epidemiologic infeksi HPV
ditemukan angka kejadian kanker serviks yang meningkat.
4) DNA HPV sering ditemukan pada Lis ( Lesi Intraepitel Serviks )
b. Merokok
Pada wanita perokok konsentrasi nikotin pada getah servik 56 kali lebih
tinggi dibandingkan didalam serum, efek langsung bahan tersebut pada
serviks adalah menurunkan status imun lokal sehingga dapat menjadi
kokarsinogen infeksi virus.
c. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini ( kurang dari 18
tahun).
d. Berganti - ganti pasangan seksual
e. Suami atau pasangan seksualnya melakukan hubungan seksual pertama
pada usia 18 tahun, berganti - berganti pasangan dan pernah menikah
dengan wanita yang menderita kanker serviks.
f. Pemakaian DES ( Diethilstilbestrol ) pada wanita hamil untuk mencegah
keguguran.
g. Pemakaian Pil KB
Kontrasepsi oral yang dipakai dalam jangka panjang, yaitu lebih dari
lima tahun dapat meningkatkan resiko relatif 1,53 kali. WHO
melaporkan resiko relative pada pemakaian kontrasepsi oral sebesar 1,19
kali dan meningkat sesuai dengan lamanya pemakaian.
h. Infeksi herpes genitalis atau infeksi klamedia menahun
i. Golongan ekonomi lemah
Dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam melakukan tes pap smear
secara rutin dan pendidikan yang rendah.
( Dr imam Rasjidi, 2010 )

4. Patofisiologi
Dari beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kanker sehingga
menimbulkan gejala atau semacam keluhan dan kemudian sel - sel yang
mengalami mutasi dapat berkembang menjadi sel displasia. Apabila sel
karsinoma telah mendesak pada jaringan syaraf akan timbul masalah
keperawatan nyeri. Pada stadium tertentu sel karsinoma dapat mengganggu
kerja sistem urinaria menyebabkan hidroureter atau hidronefrosis yang
menimbulkan masalah keperawatan resiko penyebaran infeksi. Keputihan
yang berkelebihan dan berbau busuk biasanya menjadi keluhan juga, karena
mengganggu pola seksual pasien dan dapat diambil masalah keperawatan
gangguan pola seksual. Gejala dari kanker serviks stadium lanjut diantaranya
anemia hipovolemik yang menyebabkan kelemahan dan kelelahan
sehingga timbul masalah keperawatan gangguan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh.
Pada pengobatan kanker leher rahim sendiri akan mengalami beberapa
efek samping antara lain mual, muntah, sulit menelan, bagi saluran
pencernaan terjadi diare gastritis, sulit membuka mulut, sariawan, penurunan
nafsu makan( biasa terdapat pada terapi eksternal radiasi ). Efek samping
tersebut menimbulkan masalah keperawatan yaitu nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh. Sedangkan efek dari radiasi bagi kulit yaitu menyebabkan
kulit merah
dan kering sehingga akan timbul masalah keperawatan resiko tinggi
kerusakan integritas kulit. Semua tadi akan berdampak buruk bagi tubuh yang
menyebabkan kelemahan atau kelemahan sehingga daya tahan tubuh
berkurang dan resiko injury pun akan muncul. Tidak sedikit pula pasien
dengan diagnosa positif kanker leher rahim ini merasa cemas akan penyakit
yang dideritanya. Kecemasan tersebut bisa dikarenakan dengan kurangnya
pengetahuan tentang penyakit, ancaman status kesehatan dan mitos
dimasyarakat bahwa kanker tidak dapat diobati dan selalu dihubungkan
dengan kematian. (Price, syivia Anderson, 2005)
5. Pathway /WOC
Virus herpes simplex
Virus HPV Faktor-faktor resiko
Sito megalo virus

Penekanan sel Ca
Ca Serviks pada saraf

Nyeri

Psikologis Pendarahan Bau busuk Pengobatan

Kurang pengetahuan
- Hipovolemi Ggn. Bodi Ggn. Pola Eksternal radiasi
- Anemia image Seksual
Ansietas
Resiko
Infeksi Kulit merah, Depresi Mulut
kering sumsum kering
Intoleransi
stomatitis
aktifitas tulang
Gangguan Hb 
Resiko tinggi
integritas
terjadinya syok
kulit
hipovolemik Anemia

Sel-sel kurang O2

Gastrointestin kurang O2

Resiko
kekurangan Mual, muntah
volume cairan
Ketidakseimbangan
Nutrisi

Kelemahan/kelelahan

Daya tahan tubuh berkurang


Resiko injury

Resiko tinggi infeksi


6. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
1) Keluarnya cairan encer dari vagina dan berbau busuk
2) Pendarahan yang terjadi, volume darah yang keluar
3) Ekspresi wajah ibu menahan nyeri (meringis)
4) Raut wajah pucat
5) Kelemahan pada pasien
6) Keringat dingin
7) Posisi tubuh menahan rasa nyeri di daerah abdomen
b. Palpasi
1) Nyeri tekan abdominal
2) Perubahan denyut nadi
3) Peningkatan suhu tubuh

7. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


a. Pemeriksaan Pap Smear
Pemeriksaan pap smear adalah salah satu pemeriksaan sel leher rahim sampai
mengarah pada pertumbuhan sel kanker sejak dini. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
mendeteksi sel kanker lebih awal pada pasien yang tidak memberikan keluhan. Sel
kanker dapat diketahui pada sekret yang diambil dari porsi serviks. Pemeriksaan ini
harus mulai dilakukan pada wanita usia 18 tahun atau ketika telah melakukan
aktivitas seksual sebelum itu. Setelah tiga kali hasil pemeriksaan pap smear setiap
tiga tahun sekali sampai usia 65 tahun. Pap smear dapat mendeteksi sampai 90%
kasus kanker leher rahim secara akurat dan dengan biaya yang tidak mahal,
akibatnya angka kematian akibat kanker leher rahim pun menurun sampai lebih dari
50%. Setiap wanita yang telah aktif secara seksual sebaiknya menjalani pap smear
secara teratur yaitu 1 kali setiap tahun. Apabila selama 3 kali berturut-turut
menunjukkan hasil pemeriksaan yang normal, maka pemeriksaan pap smear bisa
dilakukan setiap 2 atau 3 tahun sekali. Hasil pemeriksaan pap smear adalah sebagai
berikut :
1) Normal
2) Displasia ringan (perubahan dini yang belum bersifat ganas)
3) Displasia berat (perubahan lanjut yang belum bersifat ganas)
4) Karsinoma in situ (kanker terbatas pada lapisan serviks paling luar)
5) Kanker invasif (kanker telah menyebar ke lapisan serviks yang lebih dalam atau
ke organ tubuh lainnya).

b. Pemeriksaan DNA HPV


Pemeriksaan ini dimasukkan pada skrining bersama-sama dengan Pap smear
untuk wanita dengan usia di atas 30 tahun. Penelitian dalam skala besar
mendapatkan bahwa Pap smear negatif disertai DNA HPV yang negatif
mengindikasikan tidak akan ada CIN 3 sebanyak hampir 100%. Kombinasi
pemeriksaan ini dianjurkan untuk wanita dengan umur di atas 30 tahun karena
prevalensi infeksi HPV menurun sejalan dengan waktu. Infeksi HPV pada usia 29
tahun atau lebih dengan ASCUS hanya 31,2% sementara infeksi ini meningkat
sampai 65% pada usia 28 tahun atau lebih muda. Walaupun infeksi ini sangat sering
pada wanita muda yang aktif secara seksual tetapi nantinya akan mereda seiring
dengan waktu. Sehingga, deteksi DNA HPV yang positif yang ditentukan kemudian
lebih dianggap sebagai HPV yang persisten. Apabila hal ini dialami pada wanita
dengan usia yang lebih tua maka akan terjadi peningkatan risiko kanker serviks.
c. Tes IVA
IVA adalah singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat, merupa kan
metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat.
Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada
perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks (Bryant,
2012).
d. Biopsi
Biopsi dilakukan jika pada pemeriksaan panggul tampak suatu pertumbuhan
atau luka pada serviks, atau jika hasil pemeriksaan pap smear menunjukkan suatu
abnormalitas atau kanker. Biopsi ini dilakukan untuk melengkapi hasil pap smear.
Teknik yang biasa dilakukan adalah punch biopsy yang tidak memerlukan anestesi
dan teknik cone biopsy yang menggunakan anestesi. Biopsi dilakukan untuk
mengetahui kelainan yang ada pada serviks. Jaringan yang diambil dari daerah
bawah kanal servikal. Hasil biopsi akan memperjelas apakah yang terjadi itu kanker
invasif atau hanya tumor saja.
e. Kolposkopi (pemeriksaan serviks dengan lensa pembesar)
Kolposkopi dilakukan untuk melihat daerah yang terkena proses metaplasia.
Pemeriksaan ini kurang efisien dibandingkan dengan pap smear, karena kolposkopi
memerlukan keterampilan dan kemampuan kolposkopis dalam mengetes darah yang
abnormal.
f. Tes Schiller
Pada pemeriksaan ini serviks diolesi dengan larutan yodium. Pada serviks
normal akan membentuk bayangan yang terjadi pada sel epitel serviks karena
adanya glikogen. Sedangkan pada sel epitel serviks yang mengandung kanker akan
menunjukkan warna yang tidak berubah karena tidak ada glikogen.
g. Radiologi
1) Pelvik limphangiografi, yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada
saluran pelvik atau peroartik limfe.
2) Pemeriksaan intravena urografi, yang dilakukan pada kanker serviks tahap
lanjut, yang dapat menunjukkan adanya obstruksi pada ureter terminal.
Pemeriksaan radiologi direkomendasikan untuk mengevaluasi kandung kemih
dan rektum yang meliputi sitoskopi, pielogram intravena (IVP), enema barium,
dan sigmoidoskopi. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau scan CT abdomen
/ pelvis digunakan untuk menilai penyebaran lokal dari tumor dan / atau
terkenanya nodus limpa regional.

8. Diagnosis / Kriteria Diagnosis


Interpretasi sitologi yang dapat menunjang diagnosis kanker serviks :
a. Hasil pemeriksaan negatif
Tidak ditemukan sel ganas. Ulangi pemeriksaan sitologi dalam 1 tahun lagi.
b. Inkonklusif
Sediaan tidak memuaskan. Bisa disebabkan fiksasi tidak baik. Tidak ditemukan sel
endoserviks, gambaran sel radang yang padat menutupi sel. Ulangi pemeriksaan
sitologi setelah dilakukan pengobatan radang dan sebagainya.
c. Displasia
Terdapat sel - sel diskariotik pada pemeriksaan mikroskopik. Derajat ringan, sedang,
sampai karsinoma in situ. Diperlukan konfirmasi dengan kolposkopi dan biopsi.
Dilakukan penangan lebih lanjut dan harus diamati minimal 6 bulan berikutnya.
d. Hasil pemeriksaan positif
Terdapat sel - sel ganas pada lapisan epitel serviks melalui pengamatan mikroskopik.
Harus dilakukan biopsi untuk memperkuat diagnosis. Penanganan harus dilakukan di
rumah sakit rujukan dengan seorang ahli onkologi.

9. Penatalaksanaan Medis
Terapi karsinoma serviks dilakukan bila mana diagnosis telah dipastikan secara
histologik dan sesudah dikerjakan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup
melakukan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan (tim kanker / tim onkologi). Pemilihan
pengobatan kanker leher rahim tergantung pada lokasi dan ukuran tumor, stadium
penyakit, usia, keadaan umum penderita, dan rencana penderita untuk hamil lagi. Lesi
tingkat rendah biasanya tidak memerlukan pengobatan lebih lanjut, terutama jika daerah
yang abnormal seluruhnya telah diangkat pada waktu pemeriksaan biopsi. Pengobatan
pada lesi prekanker bisa berupa kriosurgeri (pembekuan), kauterisasi (pembakaran, juga
disebut diatermi), pembedahan laser untuk menghancurkan sel-sel yang abnormal tanpa
melukai jaringan yang sehat di sekitarnya dan LEEP (loop electrosurgical excision
procedure) atau konisasi.

a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar),
seluruh kanker sering kali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun
melalui LEEP (loop electrosurgical excision procedure) atau konisasi. Dengan
pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak. Karena kanker bisa
kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang dan Pap smear
setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika penderita
tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani histerektomi.
b. Terapi penyinaran (radioterapi)
Terapi radiasi bertujuan untuk merusak sel tumor pada serviks serta mematikan
parametrial dan nodus limpa pada pelvik. Kanker serviks stadium II B, III, IV
sebaiknya diobati dengan radiasi. Metoda radioterapi disesuaikan dengan tujuannya
yaitu tujuan pengobatan kuratif atau paliatif. Pengobatan kuratif ialah mematikan sel
kanker serta sel yang telah menjalar ke sekitarnya atau bermetastasis ke kelenjar
getah bening panggul, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin kebutuhan
jaringan sehat di sekitar seperti rektum, vesika urinaria, usus halus, ureter.
Radioterapi dengan dosis kuratif hanya akan diberikan pada stadium I sampai
III B. Apabila sel kanker sudah keluar ke rongga panggul, maka radioterapi hanya
bersifat paliatif yang diberikan secara selektif pada stadium IV A. Terapi penyinaran
efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih terbatas pada daerah panggul.
Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk merusak sel-sel kanker dan
menghentikan pertumbuhannya.
Ada dua jenis radioterapi yaitu radiasi eksternal yaitu sinar berasal dari sebuah
mesin besar dan penderita tidak perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya
dilakukan sebanyak 5 hari/minggu selama 5-6 minggu. Keduannya adalah melalui
radiasi internal yaitu zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan
langsung ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1-3 hari dan selama itu
penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama
1-2 minggu. Efek samping dari terapi penyinaran adalah iritasi rektum dan vagina,
kerusakan kandung kemih dan rektum dan ovarium berhenti berfungsi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah penatalaksanaan kanker dengan pemberian obat melalui
infus, tablet, atau intramuskuler. Obat kemoterapi digunakan utamanya untuk
membunuh sel kanker dan menghambat perkembangannya. Tujuan pengobatan
kemoterapi tegantung pada jenis kanker dan fasenya saat didiag nosis. Beberapa
kanker mempunyai penyembuhan yang dapat diperkirakan atau dapat sembuh
dengan pengobatan kemoterapi. Dalam hal lain, pengobatan mungkin hanya
diberikan untuk mencegah kanker yang kambuh, ini disebut pengobatan adjuvant.
Dalam beberapa kasus, kemoterapi diberikan untuk mengontrol penyakit dalam
periode waktu yang lama walaupun tidak mungkin sembuh. Jika kanker menyebar
luas dan dalam fase akhir, kemoterapi digunakan sebagai paliatif untuk memberikan
kualitas hidup yang lebih baik. Kemoterapi secara kombinasi telah digunakan untuk
penyakit metastase karena terapi dengan agen-agen dosis tunggal belum
memberikan keuntungan yang memuaskan. Contoh obat yang digunakan pada kasus
kanker serviks antara lain CAP (Cyclophopamide Adrem ycin Platamin), PVB
(Platamin Veble Bleomycin) dan lain –lain.

10. Komplikasi
Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah sangat menurun yang
berhubungan dengan peningkatan teknik-teknik pembedahan tersebut. Komplikasi
tersebut meliputi: fistula uretra, disfungsi kandung kemih, emboli pulmonal, limfosit,
infeksi pelvis, obstruksi usus besar dan fistula rektovaginal.
Komplikasi yang dialami segera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit, sistitis radiasi
dan enteritis. Komplikasi berkaitan pada kemoterapi tergantung pada kombinasi obat
yang digunakan. Masalah efek samping yang sering terjadi adalah supresi sumsum
tulang, mual dan muntah karena penggunaan kemoterapi yang mengandung sisplatin.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Pasien Penanggung / Suami
Nama : Nama :
Umur : Umur :
Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :
Status Perkawinan : Alamat :
Agama :
Suku :
Alamat :
No. CM :
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
Sumber Informasi :

b. Alasan Dirawat
1) Alasan MRS
2) Keluhan saat dikaji
c. Riwayat Obstertri dan Ginekologi
1) Riwayat menstruasi :
 Menarche : Umur ..... Siklus teratur ( ) tidak ( )
 Banyaknya : ................ Lamanya : .......................
 Keluhan : ................
 HPHT : ................
2) Riwayat pernikahan :
 Menikah : ................ Lama : ................. tahun
3) Riwayat kelahiran, persalinan, nifas yang lalu
4) Riwayat Keluarga Berencana
 Akseptor KB : jenis .............. Lama : ...................
 Masalah : .....................
 Rencana KB : .....................
d. Pola Fungsional Kesehatan
1) Pola Manajemen Kesehatan-Persepsi Kesehatan
2) Pola Metabolik-Nutrisi
3) Pola Eliminasi
4) Pola Aktivitas-Latihan
5) Pola Istirahat-Tidur
6) Pola Persepsi-Kognitif
7) Pola Konsep Diri-Persepsi Diri
8) Pola Hubungan-Peran
9) Pola Reproduktif-Seksualitas
10) Pola Toleransi Terhadap Stres-Koping
11) Pola Keyakinan-Nilai
e. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
 GCS : .....................
 Tingkat Kesadaran : .....................
 Tanda-tanda vital : TD ........... N ......... RR .......... T ...........
 BB : ..................... TB : .......... LILA : ..............
Head to toe
1) Kepala Wajah
o Inspeksi
o Palpasi
2) Leher
o Inspeksi
o Palpasi
3) Dada
o Inspeksi
o Palpasi
o Perkusi
o Auskultasi
4) Abdomen
o Inspeksi
o Auskultasi
o Perkusi
o Palpasi
5) Genetalia
o Kebersihan
o Keputihan
6) Perineum dan anus
o Perineum
o Hemoroid
7) Ekstremitas atas
o Oedema
o Varises
o CRT
Ekstremitas bawah
o Oedema
o Varises
o CRT
o Pemeriksaan Reflek
f. Data Penunjang
 Pemeriksaan Laboratorium
 Pemeriksaan radiologik
g. Diagnosa Medis
-
h. Pengobatan
-

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri b.d penekanan sel kanker pada syaraf pada tekanan intrapelvik dan tekanan
inta abdomen
b. Ketidakseimbangan nutrisi b.d mual muntah karena proses ekstrenal radiologi
c. Resiko infeksi. d.b pengeluaran pervaginam (darah, keputihan)
d. Ansietas b.d berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pengobatan
e. Gangguan integritas kulit b.d efek dari prosedur pengobatan
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa Tujuan Dan Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperwatan Hasil
1. Nyeri b.d penekenan Setelah dilakukan Pain management Pain management
sel kanker pada tindakan asuhan 1. Kaji riwayat nyeri, 1. Mengetahui tingkat
syaraf pada tekanan keperawatan selama lokasi, frekuensi, nyeri klien dan
intrapelvik dan 3x24 jam diharapkan durasi, intensitas, menentukan tindakan
tekanan nyeri klien hilang atau dan skala nyeri yang akan dilakukan
intraabdomen berkurang. 2. Observasi reaksi non selanjutnya
NOC: verbal dari 2. Untuk mengetahui
Pain control ketidaknyamanan tingkat nyeri dn
Comfort level 3. Gunakan teknik ekspresi wjaah pasien
Kritera hasil: komunikasi 3. Agar pasien terbuka
a. Klien mengatakan terapiutik untuk dan menyampaikan
nyeri hilang atau menegetahui masalah yang diderita
berkurang pengalaman nyeri 4. Mengurangi rasa
b. Ekspresi wajah pasien nyeri
rileks 4. Kontrol lingkungan 5. Untuk membuat
c. Pasien tampak yang dapat eadaan pasien lebih
tenang tidak gelisah mempengaruhi nyeri baik dan nyaman
d. Tanda-tanda vital seperti suhu 6. Untuk memberikan
dalam batas normal ruangan, penanganan yang
Nadi(60-100x/mnt), pencahayaan dan paling baik dalam
pernapasan kebisingan mengatasi nyeri
normal(16- 5. Pilih dan lakukan 7. Mengetahui tanda
24x/mnt), TD( 100- penanganan kegawatan
140 mmHg/60-90 nyeri(farmakologi, 8. Memberikan rasa
mmHg), suhu non farmakologi dan nyaman dan
normal(36,5-37,50c) interpersonal) membantu
e. Pasien dapat 6. Berikan tindakan mengurangi rasa nyeri
melakukan teknik kenyamanan dasar 9. Mengontrol nyeri
relaksasi dan yaitu relaksasi, maksimum
distraksi dengan distraksi, imajinasi, 10. Menentukan
tepat sesuai dengan message. intervensi selanjutnya
indikasiuntuk 7. Awasi dan pantau
mengontrol nyeri TTV
8. Berikan posisi yang
nyaman
9. Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
10. Kolaborasi
pemberian analgetik
2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Nutrition Management Nutrition Management
nutrisi b.d mual tindakan asuhan 1. Kaji adanya alergi 1. Untuk mengetahui
muntah karena keperawatan selama dan status nutrisi adanya alergi dan
proses ekstrenal 3x24 jam diharapkan klien status nutrisi
radiologi status nutrisi klien 2. Kolaborasi dengan 2. Untuk menentukan
dapat dipertahankan ahli gizi untuk jumlah kalori dan
untuk memenuhi menentukan jumlah nutrisi yang
kebutuhan tubuh. kalori dan nutrisi dibutuhkan pasien
NOC: yang diutuhkan pasien 3. Memantau
Nutritional status: 3. Ukur badan setiap peningkatakan BB
food and fluid intake hari atau sesuai 4. Kebutuhan jaringan
Nutritional status: indikasi metabolic adequate
nutrient intake 4. Beritahu klien untuk oleh nutrsi
Weight control makan makanan 5. Identifikasi
Kriteria hasil: tinggi kalori, kaya defisiensi nutrisi
a. Pasien protein dan tetap 6. Agar nutrisi
menghabiskan 1 sesuai diet(rendah terpenuhi
porsi makanan yang garam) Nutrition Monitoring
disedikan 5. Pantau masukan 1. Untuk menegetahui
b. Berat badan klien makanan setiap hari kenyamanan pasien
normal 6. Anjurkan pasien selama makan
c. Hasil Hb dalam makan sedikit tapi 2. Untuk mengtahui
batas normal sering kemampuan pasien
d. Pasien menunjukan Nutrition Monitoring selama makan
peningkatan nafsu 1. Monitoring dalam mencerna
makan lingkungan selama makananya
e. Tidak terjadi mual makan 3. Untuk mengetahui
atau muntah 2. Monitor mual dan klori dan intake
f. Pasien tidak tampak muntah nutrisi
pucat atau lemas 3. Monitor kalori dan
g. Tidak ada tanda intake nutrisi
tanda mal nutrisi
3 Risiko infeksi. b.d Setelah dilakukan Infection Control Infection Control
pengeluaran tindakan asuhan 1. Kaji adanya infeksi 1. Mengurangi
pervaginam(darah, keperawatan selama disekitar area serviks terjadinya infeksi
keputihan) 3x24 jam diharapkan 2. Tekankan pada 2. Agar tidak terjadi
klien tidak mengalami pentingnya personal penyebaran infeksi
penyebaran infeksi dan hygene 3. Mencegah terjadinya
dapat menjaga diri dari 3. Pantau tanda tanda infeksi
infeksi. vital terutama suhu 4. Membantu
NOC: 4. Berikan perawatan mempercepat
Imunne Status dengan prinsip aseptic penyembuhan
Knowledge: dan antiseptic 5. Mencegah terjadinya
Infection control 5. Tempatkan klien pada infeksi
Risk control lingkungan yang 6. Meminimalisi infeksi
Kriteria hasil: terhindar dari infeksi 7. Mencegah terjadiny
a. Tidak ada tanda- 6. Kolaborasi pemberian infeksi silang
tanda infeksi pada obat antibiotic 8. Untuk
area sekitar serviks( 7. Bersihkan lingkungan meminimalisasi
kalor, rubor, dolor, setelah dipakai pasien terjadinya infesi
tumor, fungsio 8. Batasi pengunjung silang
laesia) bila perlu 9. Untuk mencegah
b. Tanda-tanda vital 9. Instruksikan pada terjadinya infeksi
dalam batas normal pengunjung untuk silang antara pasien
Nadi(60-100x/mnt), mencucui tangan saat dan pengunjung
pernapasan berkunjung dan 10. Untuk mencegah
normal(16- setelah selesei infeksi silang
24x/mnt), TD( 100- berkunjung 11. Untuk
140 mmHg/60-90 10. Cuci tangan meminimalisasi
mmHg), suhu setiap sebelum dan infeksi silang dan alat
normal(36,5-37,50c) sesuadah melakukan perlindungan diri
c. Nilai WBC (sel tindakan keperawatan 12. Untuk
darah putih) dalam 11. Gunakan baju, menurunkan infksi
batas normal yaitu sarung tangan sebagai kandung kencing
4-9 103/uL alat pelindung 13. Untuk
d. Menunjukan 12. Gunakan kateter mengetahui tanda dan
perilaku hidup sehat intermiten untuk gejala sistemik lokal
menurunkn infeksi 14. Untuk
kandung kencing mengetahui kadar
13. Monitor tanda granulosit, leukosit
dan gejala sistemik 15. Untuk
lokal menentukan
14. Monitor intervensi selanjutnya
perhitungan agar infeksi tidak
granulosit, leukosit lebih parah lagi
15. Laporkan kultur
positif
4 Ansietas b.d Setelah dilakukan Anxiety Reduction Anxiety Reduction
berhubungan dengan tindakan asuhan 1. Bantu klien untuk 1. Memberikan
kurang pengetahuan keperawatan selama mengungkapkan kesempatan untuk
tentang prosedur 3x24 jam diharapkan pikiran dan mengungkapkan
pengobatan kecemasan klien hilang perasaannya ketakutannya
atau berkurang. 2. Berikan lingkungan 2. Membantu
NOC: terbuka dimana klien mengurangi
Anxiety self-control merasa aman untuk kecemasan
Anxiety level mendiskusikan 3. Meningkatkan
Coping perasaan atau kepercayaan klien
Criteria hasil: menolak untuk bicara 4. Meningkatkan
a. Klien mengatakan 3. Pertahankan bentuk kemampuan control
perasaan cemasnya sering bicara dengan cmas
hilang atau klien. 5. Mengurangi
berkurang 4. Bantu klien atau kecemasan
b. Terciptanya orang terdekat dalam
lingkungan yang mengenali dan
aman dan nyaman mengklarifikasi rasa
bagi klien takut.
c. Klien tampak rileks 5. Berikan informasi
dan senang karena yang akurat, konsisten
mendapat perhatian mengenai prognosis,
d. Keluarga atau orang pengobatan serta
terdekat dapat dukungan orang
mengenali dan terdekat
mengklarifikasi rasa
takut yang timbul
dari klien
e. Klien mendapat
informasi yang
akurat ,pengobatan
dan pasien mendapat
dukungan dari orang
terdekat
5 Gangguan integritas Setelah dilakukan 1. Kaji integritas kulit 1. Mengetahui keadaan
kulit b.d efek dari tindakan asuhan 2. Inspeksi kulit yang umum kulit
prosedur pengobatan keperawatan selama diradiasi 2. Mengetahui keadaan
3x24 jam diharapkan 3. Bersihkan daerah umum kulit
klien tidak menglami yang terbuka dengan 3. Meminimalkan
kerusakan integritas air. Pengeringan penyebarn infeksi
kulit. dengan udara atau 4. Menghindari iritas
NOC : ditepuk ang semakin parah
Integritas Jaringan : 4. Instruksikan pasien 5. Efek kemerahan dapat
Kulit dan Membran untuk tidak mencukur terjadi pada terapi
Mukosa kulit yang iritasi radiasi
Criteria hasil: 5. Bantu klien untuk 6. Mempertahankan
a. Elastisitas tidak menghindari kebersihan kulit tanpa
terganggu menggaruk kulit mengiritasi kulit
b. Hidrasi tidak 6. Mandikan dengan air 7. Membantu
terganggu hangat dan sabun menghindari trauma
c. Tidak berkeringat ringan kulit
d. Tekstur tidak 7. Bantu klien untuk 8. Efek kemerahan dapat
terganggu menghindari terjadi pada terapi
e. Integritas kulit tidak menggaruk kulit radiasi
terganggu 8. Tinjau protocol 9. Meningkatkan
f. Lesi pada kulit tidak perawatan kulit untuk sirkulasi dan
ada klien yang mendapat mencegah tekanan
g. Pengelupasan kulit terapi radiasi pada kulit
tidak ada 9. Anjurkan memakai
pakaian yang lembut
dan longgar, biarkan
klien tidak
menggunakan bra
bila menimbulkan
tekanan
6 Risiko injuri b.d Setelah dilakukan Injury Control Injury Control
kelemahan dan tindakan asuhan 1. Instruksikan dan 1. Membantu
kelelahan keperawatan selama bantu dalam mobilitas mengurangi kelelahan
3x24 jam diharapkan secara tepat 2. Membantu klien
klien tidak mengalami 2. Anjurkan untuk untuk melakukan
cedera atau injuri. berpegangan tangan kegiatan
NOC : atau minta bantuan 3. Membantu
Risk Injury pada keluarga dalam mempercepat
Criteria hasil: melakukan suatu penyembuhan
a. Klien dapat kegiatan
meningkatkan 3. Pertahankan posisi
keamanan tubuh tepat dengan
ambulansi dukungan alat
b. Klien mampu bantuan
menjaga
keseimbangan tubuh
ketika akan
melakukan aktivitas
c. Klien mampu
meningkatkan
fungsi fungsional
pada ekstremitas
7 Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Citakan hubungan 1. Pedoman antisipasi
seksual b.d tindakan asuhan terapeutik atas dasar dapat membantu klien
perubahan fungsi keperawatan selama saling percaya, saling memeneuhi proses
tubuh akibat terkena 3x24 jam diharapkan memahami dan adaptasi pada keadaan
penyakit kanker klien mampu berikan kepecayaan yang baru
serviks mempertahankan diri kepada klien 2. Masalah seksualitas
aktivitas seksual pasien 2. Dengerkan seringkali menjadi
tetap adekuat pada pernyataan klien atau masalah yang
tingkat yang sesui orang terdekat tersembunyi yang
dengan kondisi 3. Informasikan kepada seringkali tidak
fisiologis tubuhnya. klien tentang efek dari diungkapkan dengan
Sexual control proses penyakit gamblang
Criteria hasil: kanker serviks yang 3. Pedoman antisipasi
a. Klien mampu dialaminya terhadap dapat membantu klien
memahami tentang fungsi seksualnya beradaptasi
arti seksualitas termasuk didalamnya 4. Meningkatkan diskusi
b. Klien mampu efek samping dari untuk menemukan
mengungkapkan pengobatan kanker pemecahan masalah
pemahamannya yang akan dijalani 5. Komunikasi terbuka
tentang efek kanker 4. Diskusikan alternative dapat membantu
serviks yang ekspresi seksual yang dalam
dialaminya terhadap dapat diberikan mengidentifikasi
fungsi seksualnya kepada klien sesuai masalah dan
c. Klien mampu dengan kebutuhan meningkatkan diskusi
mendiskusikan 5. Dorong klien untuk untuk menemukan
masalah tentang berbagi pikiran pemecahan masalah
gambaran diri, dengan orang terdekat 6. Membantu
perubahan fungsi 6. Libatkan pasangan memudahkan untuk
seksual dan hasrat dalam diskusi mengambil intervensi
seksual dengan selanjutnya
orang terdekat yang
dialaminya
8 Resiko tinggi Setelah dilakukan Shock Prevention: Shock Prevention:
terjadinya syok tindakan asuhan 1. Kaji tanda terjadnya 1. Mengetahui penyebab
hipovolemik b.d keperawatan selama syok terjadinya syok
perdarahan 3x24 jam diharapkan 2. Observasi KU 2. Memantau kondisi
pervaginam syok klien berkurang 3. Observasi TTV klien selama masa
atau tidak terjadi syok. 4. Monitor tanda perawatan terutama
NOC: pendarahan pada saat terjadi
Shock Severity 5. Cek Hb dan pendarahan hingga
Criteria hasil: hematokrit diketahui terjadi
a. Klien tidak adanya tanda syok
mengalami 3. TTV normal
penurunan menandakan keadaan
kesadaran umum pasien baik
b. Klien tidak 4. Perdarahan data
mengalami anemia diatasi sehingga klien
c. Tanda-tanda vital tidaksampai syok
dalam batas normal 5. Untuk mengetahui
d. Klien tidak tampak tingkat kebocoran
pucat pembuluh darah pada
klien sebagai acuan
untuk melakukan
tindakan lebih lanjut.
9 Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan 1. Monitor respon fisik , 1. Untuk mengetahui
b.d kelemahan asuhan keperawatan emosi , sosial dan keadaan umum pasien
umum selama 1 x 24 jam spiritual 2. Mempermudahkan
dengan 2. Bantu klien ntuk pasien dalam
mempertahankan ADL membuat jadwal melakukan latihan
pasien latihan diwaktu luang 3. Untuk
3. Bantu untuk mempermudahkan
NOC:
mengidentifikasi pasien dalam
Activity therapy aktifitas yang disukai mengidentifikasi
4. Bantu klien untuk 4. Memfasilitasi pasien
Endurance
mengidentifikasi dalam
Psychomotor Energy aktivitas yang mampu mengidentifikasi
Dengan Kriteria hasil : dilakukan aktivitas yang mampu
dilakukanmasalah
1. Mampu melakukan 5. Bantú pasien untuk
aktivitasya
aktivitas sehari - hari mengembangkan
5. Untuk membangkitkan
(ADLs) secara motivasi diri dan
semangat pasien dalam
mandiri penguatan
mempercepat
2. Berpartisipasi dalam
6. Bantu pasien untuk kesembuhannya.
aktivitas fisik tanpa
memilih aktivitas 6. Untuk mempercepat
disertai peningkatan
konsisten yang sesuai kesembuhan pasien
tekanan darah , nadi
dengan kemampuan 7. Untuk mempermudah
dan Respirasi
7. Kolaborasikan pasien dalam
3. Memulihkan energy
dengan tenaga melakukan aktivitas
saat istirahat
.rehabilitasi medik / secara mandiri dengan
4. Mempertahankan
fisioterapi dalam tepat
daya tahan otot
merencanakan
ektremitas atas
program terapi yang
5. Menunjukkan
tepat.
tingkat energy yang
stabil

10 Resiko kekurangan Setelah dilakukan 1. Monitor status cairan 1. Mengetahui keadaan


volume cairan b.d asuhan keperawatan 2. Pertahankan catatan umum pasien
kehilangan volume selama 1 x 24 jam intake dan output 2. Mencegah pasien agar
cairan aktif dengan yang akurat tidak dehidrasi
mempertahankan 3. Monitor status hidrasi 3. Mengetahui keadaan
kebutuhan cairan pasien (kelembaban pasien dalam
dan pasien tidak membran mukosa, keseimbangan cairan
dehidrasi nadi adekuat, tekanan 4. Untuk mengetahui
darah ortostatik ) keadaan umum pasien
NOC:
4. Monitor vital sign 5. Mengetahui intake
Fluid balance 5. Monitor masukan input dan output
makanan / cairan dan nutrisi pasien
Hydration
hitung intake kalori 6. Mengetahui BB
Nutrional Status : Food harian pasien
and fluid intake 6. Monitor status nutrisi 7. Mencegah penurunan
7. Dorong keluarga BB pasien dan
Dengan criteria hasil :
untuk membantu kebutuhan cairannya
1. Mempertahankan pasien makan 8. Mencegah
urine output sesuai 8. Persiapkan untuk kekurangan cairan
dengan usia dan BB, transfusi dan agar pasien tidak
BJ urine normal , 9. Kolaborasikan dalam lemas
HT normal pemberian cairan IV 9. Meningkatkan status
kebutuhan cairan
2. Tekanan darah , nadi
pasien
, suhu tubuh dalam
batas normal

3. Tidak ada tanda


tanda dehidrasi,
elastisitas turgor
baik,

4. Membrane mukosa
lembab, tidak ada
rasa haus yang
berlebihan

11 Gangguan citra Setelah dilakukan 1. Kaji secara verbal 1. Untuk mengetahui


tubuh b.d tahapan asuhan keperawatan dan non verbal keadaan pasien dalam
perkembangan selama 1 x 24 jam terhadap tubuhnya menerima penyakitnya
penyakit dan terapi dengan meningkatkan 2. Jelaskan tentang 2. Mempermudah pasien
penyakit citra tubuh pasien pengobatan , untuk penerimaan
perawatan , kemajuan penyakitnya
NOC:
dan prognosis 3. Meningkatkan
Body image penyakit kepercayaan diri
3. Dorong klien pasien terhadap
Self esteem
untuk tubuhya
Dengan criteria hasil: Mengungkapkan 4. Meningkatkan
perasaanyan interaksi dan
1. Body image positif
4. Fasilitasi kontak komunikasi pasien
2. Mampu antara pasien dengan dengan keluarga
mengidentifikasi keluarga
kekuatan personal

3. Mempertahankan
interaksi social
DAFTAR PUSTAKA

Emilia, Ova, dkk, 2010. Bebas Ancaman Kanker Serviks. Yogyakarta: MedPress.

Nurwijaya, Hartati, dkk. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker Serviks. Jakarta: Elex Media
Komputindo

Nanda Internasional. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi
10. Jakarta : EGC

NIC. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi Keenam. Yogyakarta: Moco
Media

NOC. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi Kelima. Yogyakarta: Moco
Media

Hamilton, Persis. 1995. Dasar - Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6. Jakarta : EGC

Brunner and Suddarth. 1996. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Volume 3. Jakarta :
EGC

Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima Medika

Doengoes, Marylynn, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC

Price, Sylvia. 2002. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - Proses Penyakit, Edisi 6, Volume 2.
Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth. 1996. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC

Mansjoer, Arif dkk. 1999. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1. Jakarta : Media Ausculapius

Anda mungkin juga menyukai