ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN GANGGUAN ELIMINASI URIN
Disusun Oleh
2. URETER
3. KANDUNG KEMIH
Merupakan suatu organ cekung yang dapat berdistensi dan tersusun atas
jaringan otot serta merupakan wadah tempat urine dan ekskresi. Vesica urinaria
dapat menampungan sekitar 600 ml walaupun pengeluaran urine normal 300 ml.
Trigonum ( suatu daerah segetiga yang halus pada permukaan bagian dalam
vesica urinaria ) merupakan dasar dari kandung kemih.
Sfingter uretra interna tersusun atas otot polos yang berbentuk seperti
cincin berfungsi sebagai pencegah urine keluar dari kandung kemih dan berada di
bawah kontrol volunter ( parasimpatis : disadari ) (fundamental of nursing hal
1679 – 1681, 2001).
4. URETRA
Urine keluar dari vesica urinaria melalui uretra dan keluar dari tubuh
melalui meatus uretra. Uretra pada wanita memiliki panjang 4 – 6,5 cm. Sfingter
uretra eksterna yang terletak sekitar setengah bagian bawah uretra memungkinkan
aliran volunter urine.
D. PROSES BERKEMIH
Berkemih merupakan proses pengosongan vesika urinaria (kandung kemih).
Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila urinaria berisi ±250 - 450 cc
(pada dewasa) dan 200 - 250 cc (pada anak-anak). (A.Aziz, 2008 : 63)
Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat
menimbulkan rangsangan pada saraf-saraf di dinding vesika urinaria. Kemudian
rangsangan tersebut diteruskan melali medulla spinalis ke pusat pengontrol berkemih
yang terdapat di korterks serebral. Selanjutnya otak memberikan impuls/ragsangan
melalui medulla spinalis neuromotoris di daerah sakral, kemudian terjadi koneksi otot
detrusor dan relaksasi otot sphincter internal. (A.Aziz, 2008 : 63)
Urine dilepaskan dari vesika urinaria tetapi masih tertahan sphincter eksternal. Jika waktu
dan tempat memungkinkan akan menyebabkan relaksasi sphincter eksternal dan urine
kemungkinan dikeluarkan (berkemih). (A.Aziz, 2008 : 64)
Ciri-ciri urine yang normal
Jumlahnya rata-rata 1-2 liter sehari, tetapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang dimasukan. Banyaknya bertambah pula bila terlampau banyak makan
makanan yang mengandung protein, sehingga tersedia cukup cairan yang melarutkan
ureanya. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, tetapi adakalanya jonjot lendir
tipis tampak terapung di dalamnya, baunya tajam, reaksinya sedikit asam terhadap
lakmus dengan PH rata-rata 6, berat jenis berkisar dari 1,010 sampai 1,025 (Pearce, 2009
: 305)
Komposisi urine normal:
- Air (96%)
- Larutan (4%)
a. Larutan organik : urea, ammonia, kreatin, dan asam urat.
b. Larutan anorganik : natrium (sodium), klorida, kalium (potassium), sulfat,
magnesium, fosfor. Natrium klorida merupakan garam yang paling banyak. (A.Aziz, 2008 :
306)
E. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ELIMINASI URINE
a. Intake cairan
Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output
urine atau defekasi. Seperti protein dan sodium mempengaruhi jumlah urine yang
keluar, kopi meningkatkan pembentukan urine intake cairan dari kebutuhan,
akibatnya output urine lebih banyak.
b. Aktivitas
Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan
eksternal. Hilangnya tonus otot kandung kemih terjadi pada masyarakat yang
menggunakan kateter untuk periode waktu yang lama. Karena urine secara terus
menerus dialirkan keluar kandung kemih, otot-otot itu tidak pernah merenggang dan
dapat menjadi tidak berfungsi. Aktifitas yang lebih berat akan mempengaruhi jumlah
urine yang diproduksi, hal ini disebabkan karena lebih besar metabolisme tubuh
Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur urethra
Infeksi
Kehamilan
Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat
Trauma sumsum tulang belakang
Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, urethra.
Umur
Penggunaan obat-obatan
F. PENYAKIT YANG MENIMBULKAN MASALAH ELIMINASI URINE
1. Retensi, yaitu adanya penumpukan urine didalam kandung kemih dan ketidak
sanggupan kandung kemih untuk mengosongkan diri.
2. Inkontinensi urine, yaitu ketidaksanggupan sementara atau permanen otot sfingter
eksterna untuk mengontrol keluarnya urine dari kandung kemih.
3. Enuresis, Sering terjadi pada anak-anak, umumnya terjadi pada malam hari (nocturnal
enuresis), dapat terjadi satu kali atau lebih dalam semalam.
4. Urgency, adalah perasaan seseorang untuk berkemih.
5. Dysuria, adanya rasa sakit atau kesulitan dalam berkemih.
6. Polyuria, Produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal, seperti 2.500
ml/hari, tanpa adanya peningkatan intake cairan.
7. Urinari suppresi, adalah berhenti mendadak produksi urine
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pielogram Intravena
Memvisoalisasi duktus dan pelvis renalis serta memperlihatkan ureter, kandung
kemih dan uretra. Prosedur ini tidak bersifat invasif. Klien perlu menerima injeksi
pewarna radiopaq secara intra vena.
2. Computerized Axial Tomography
Merupakan prosedur sinar X terkomputerisasi yang digunakan untuk memperoleh
gambaran terperinci mengenai struktur bidang tertentu dalam tubuh. Scaner
temografik adalah sebuah mesin besar yang berisi komputer khusus serta sistem
pendeteksi sinar X yang berfungsi secara simultan untuk memfoto struktur internal
berupa potongan lintang transfersal yang tipis.
3. Ultra Sonografi
Merupakan alat diagnostik yang noninvasif yang berharga dalam mengkaji gangguan
perkemihan. Alat ini menggunakan gelombang suara yang tidak dapat didengar,
berfrekuensi tinggi, yang memantul dari struktur jaringan.
4. Prosedur Invasif
a. Sistoscopy
Sistocopy terlihat seperti kateter urine. Walaupun tidak fleksibel tapi ukurannya
lebih besar sistoscpy diinsersi melalui uretra klien. Instrumen ini memiliki
selubung plastik atau karet. Sebuah obturator yang membuat skop tetap kaku
selama insersi. Sebuah teleskop untuk melihat kantung kemih dan uretra, dan
sebuah saluran untuk menginsersi kateter atau isntrumen bedah khusus.
b. Biopsi Ginjal
Menentukan sifat, luas, dan progronosis ginjal. Prosedur ini dilakukan dengan
mengambil irisan jaringan korteks ginjal untuk diperiksa dengan tekhnik
mikroskopik yang canggih. Prosedur ini dapat dilakukan dengan metode perkutan
(tertutup) atau pembedahan (terbuka).
c. Angiography (arteriogram)
Merupakan prosedur radiografi invasif yang mengefaluasi sistem arteri ginjal.
Digunakan untuk memeriksa arteri ginjal utama atau cabangnya untuk mendeteksi
adanya penyempitan atau okulasi dan untuk mengefaluasi adanya massa (cnth:
neoplasma atau kista)
5. Sitoure Terogram Pengosongan (volding cystoureterogram)
Pengisian kandung kemih dengan zat kontras melalui kateter. Diambil foto saluran
kemih bagian bawah sebelum, selama dan sesudah mengosongkan kandung kemih.
Kegunaannya untuk mencari adanya kelainan uretra (misal, stenosis) dan untuk
menentukan apakah terdapat refleks fesikoreta.
6. Arteriogram Ginjal
Memasukan kateter melalui arteri femonilis dan aorta abdominis sampai melalui
arteria renalis. Zat kontras disuntikan pada tempat ini, dan akan mengalir dalam arteri
renalis dan kedalam cabang-cabangnya.
Indikasi :
a. Melihat stenosis renalis yang menyebabkan kasus hiperrtensi
b. Mendapatkan gambaran pembuluh darah suatuneoplasma
c. Mendapatkan gambaran dan suplai dan pengaliran darah ke daerah korteks, untuk
pengetahuan pielonefritis kronik.
d. Menetapkan struktur suplai darah ginjal dari donor sebelum melakukan
tranplantasi ginjal.
7. Pemeriksaan Urine
Hal yang dikaji adalah warna,kejernihan, dan bau urine. Untuk melihat
kejanggalan dilakukan pemeriksaan protein, glukosa, dll.
8. Tes Darah
Hal yang di kaji BUN,bersih kreatinin, nitrogen non protein, sistoskopi, intravenus,
Pathway pyelogram. (fundamental of nursing hal 1700 - 1704,2001)
I.
L.
M.
Merangsang hipotalasia
jaringan prostat
N.
O.
P. Pembesaran bagian
periuretra
Q.
Inkontinensia Urinarius
Fungsional
BPH
Inkontinensia Urine Aliran
Berlebih
Penyempitan lumen posterior Kerusakan otot sfingter eksterna
Inkontinensia Urine Refleks
Peningkatan tekanan pada Inkontinensia Urine Stress
Obstruksi
RetensiVU
Urine
dan uretra Gangguan
DisuriaUrine
daerahEliminasi
obstruksi Urine Inkontinensia
Inkontinensia Urine Dorongan
Urine
R.
No Usia Jumlah/Hari
1 1 – 2 hari 15- 60 ml
4. Keadaan Urine
- Warna
- Bau
- PH
- Kejernihan
- Jumlah
- Protein
- Darah
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol 3. enerbit Kedokteran EGC:
Jakarta.
Harnawatiaj. 2010. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal. Terdapat pada :
http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/03/14/konsep-dasar-pemenuhan-kebutuhan-
eliminasi-fecal/
Septiawan, Catur E. 2008. Perubahan Pada Pola Urinarius. Terdapat pada: www.kiva.org
Sjamsuhidajat. 2004. Buku Ajar Medikal Bedah. Penerbit Kedokteran EGC: Jakarta.
Siregar, c. Trisa , 2004, Kebutuhan Dasar Manusia Eliminasi BAB, Program Studi Ilmu
Keprawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Johnson M., Meridean, M., Moorhead, 2000. NANDA, NIC, NOC. PENERBIT: MOSBY