Anda di halaman 1dari 32

MODUL #2

PEMBINAAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA


2016
I. EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran udara
3. Peraturan Menteri LH Nomor 07/2007 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak Bagi Ketel Uap
4. Peraturan Menteri LH Nomor 17/2008 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak Bagi usaha dan/atau kegiatan industri
Keramik
5. Peraturan Menteri LH Nomor 18/2008 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak Bagi usaha dan/atau kegiatan industri
Carbon Black
6. Peraturan Menteri LH Nomor 21/2008 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak Bagi usaha dan/atau kegiatan industri
Pembangkit Tenaga Listri Termal
7. Peraturan Menteri LH Nomor 13/2008 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak Bagi usaha dan/atau kegiatan industri
Minyak dan Gas Bumi
8. Peraturan Menteri LH Nomor 07/2008 tentang Baku Mutu Emisi Tidak Bergerak Bagi usaha dan/atau kegiatan industri
Rayon
9. Peraturan Menteri LH Nomor 12/2008 tentang Pedoman Perhitungan Beban Emisi Kegiatan Industri Minyak dan Gas
Bumi
DASAR HUKUM (lanjutan)
10. Peraturan Menteri LH Nomor 04/2014 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak Bagi kegiatan Pertambangan
11. Keputusan Menteri LH Nomor KEP-13/MENLH/03/1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber tidak Bergerak
12. Keputusan Kepala Bapedal Nomor KEP-205/BAPEDAL/7/1996 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara
Sumber Tidak Bergerak
13. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 1997 tentang Indeks Standar Pencemar udara
14. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 133 tahun 2004 tentang Baku Mutu Emisi Bagi Kegiatan Industri
Pupuk
15. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
16. Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 670 Tahun 2000 tentang Baku Mutu Emisi Sumber tidak Bergerak.
KEWAJIBAN
Peraturan Kewajiban
Pasal 7, KepMenLH 13/1995 Setiap penanggung jawab jenis kegiatan wajib memenuhi ketentuan sebagaimana
berikut :
a) membuat cerobong emisi yang dilengkapi dengan sarana pendukung dan alat
pengaman;
b) memasang alat ukur pemantauan yang meliputi kadar dan laju alir volume
untuk setiap cerobong emisi yang tersedia serta alat ukur arah dan kecepatan
angin;
c) melakukan pencatatan harian hasil emisi yang dikeluarkan dari setiap cerobong
emisi;
d) menyampaikan laporan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam huruf
(c) kepada Gubernur dengan tembusan Kepala Badan sekurang-kurangnya
sekali dalam 3 (tiga) bulan;
e) melaporkan kepada Gubernur serta kepala Badan apabila ada kejadian tidak
normal dan atau dalam keadaan darurat yang mengakibatkan baku mutu emisi
dilampaui.
KEWAJIBAN (lanjutan)
Peraturan Kewajiban
Pasal 17, PERDA No 2/2005 (1) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari sumber tidak bergerak
yang mengeluarkan emisi wajib menaati ketentuan baku mutu udara ambien,
baku mutu emisi, dan baku tingkat gangguan.
(2) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan dari sumber tidak bergerak
yang mengeluarkan emisi wajib menaati ketentuan persyaratan teknis.
PELAKSANAAN
1. Melengkapi persyaratan teknis, yaitu :
1) Nomor & koordinat cerobong
2) Letak lubang sampling 2D/8D (2 bagian dari atas & 8 bagian dari bawah)
3) Diameter lubang sampling min. 10 cm
4) Penutup lubang sampling
5) Tangga
6) Lantai kerja
7) Alat pengendali emisi
2. Melakukan pengujian emisi cerobong ke lab terakreditasi setiap 6 bulan
3. Mengupayakan pemenuhan baku mutu emisi cerobong
4. Membuat dan mengirim laporan setiap 6 bulan
PERSYARATAN TEKNIS IZIN PELAKSANAAN

1) Nomor & koordinat cerobong Izin belum 1) Pengujian emisi cerobong ke lab terakreditasi
2) Letak lubang sampling 2D/8D (2 diatur setiap 6 bulan
bagian dari atas & 8 bagian dari 2) Pemenuhan baku mutu emisi cerobong
bawah) 3) Pelaporan setiap 6 bulan
3) Diameter lubang sampling min. 10 cm
4) Penutup lubang sampling
5) Tangga
6) Lantai kerja
7) Alat pengendali emisi
PENILAIAN SKL EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK (SKLSTB)

No Komponen Nilai Lampiran


PERSYARATAN TEKNIS (30%)
A1 Nomor & koordinat cerobong (Ada (100) / Tidak ada (0)) Foto
A2 Letak lubang sampling 2D/8D (2 bagian dari atas & 8 bagian dari bawah) * (Sesuai (100) / Tidak sesuai (0)) Foto
A3 Diameter lubang sampling min. 10 cm * (Sesuai (100) / Tidak sesuai (0)) Foto
A4 Penutup lubang sampling * (Ada (100) / Tidak ada (0)) Foto
A5 Tangga * (Ada (100) / Tidak ada (0)) Foto
A6 Lantai kerja * (Ada (100) / Tidak ada (0)) Foto
A7 Alat pengendali emisi * (Ada (100) / Tidak ada (0)) Foto
PELAKSANAAN (70%)
A8 Pengujian emisi cerobong ke lab terakreditasi setiap 6 bulan (Iya (100) / Tidak (0)) Hasil lab.
A9 Pemenuhan baku mutu emisi cerobong (Iya (100) / Tidak (0)) Hasil lab.
A10 Pelaporan setiap 6 bulan (Iya (100) / Tidak (0))

Ket : * = apabila kondisi teknis tidak memungkinkan atau tidak perlu, maka jawabannya “100”
PENILAIAN SPL EMISI SUMBER TIDAK BERGERAK (SPLSTB)

Hasil
No Parameter B. Mutu Analisis
Lab.
CEROBONG 1

CEROBONG 2

CEROBONG 3

Jumlah total data hasil analisis laboratorium


Jumlah total data hasil analisis laboratorium yang melebihi baku mutu
Nilai SPLSTB (%)
II. EMISI SUMBER BERGERAK
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran udara
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor
Lama
4. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
5. Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 92 Tahun 2007 tentang Uji Emisi dan Perawatan Kendaraan Bermotor
6. Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 31 Tahun 2008 tentang Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor
Lama
KEWAJIBAN
Peraturan Kewajiban
Pasal 19, PERDA 2/2005 1) Kendaraan bermotor wajib memenuhi ambang batas emisi gas buang
kendaraan bermotor.
2) Kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menjalani uji
emisi sekurang-kurangnya setiap 6 (enam) bulan.
3) Bagi kendaraan bermotor yang dinyatakan lulus uji emisi sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diberi tanda lulus uji emisi.
4) Uji emisi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh instansi
yang bertanggung jawab di bidang lalu lintas dan angkutan jalan dan/atau pihak
swasta yang memiliki bengkel umum yang telah memenuhi syarat.
PELAKSANAAN

1. Melakukan inventarisasi dan identifikasi kendaraan milik perusahaan & karyawan


2. Melakukan pengujian emisi kendaraan ke Bengkel Pelaksana Uji Emisi (BPUE) untuk mobil penumpang
pribadi atau ke Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan untuk kendaraan barang, bis, dll
3. Mengupayakan pemenuhan baku mutu emisi kendaraan
4. Melakukan pengujian emisi kendaraan setiap 6 bulan
5. Membuat dan mengirim laporan setiap 6 bulan
PERSYARATAN TEKNIS IZIN PELAKSANAAN

1) Jumlah kendaraan milik perusahaan & Izin tidak 1) Pengujian emisi kendaraan ke Bengkel Pelaksana
karyawan diatur Uji Emisi (BPUE) atau ke Pengujian Kendaraan
Bermotor Dinas Perhubungan
2) Pemenuhan baku mutu emisi kendaraan
3) Pengujian emisi kendaraan setiap 6 bulan
4) Pelaporan setiap 6 bulan
PENILAIAN SKL SUMBER BERGERAK (SKLSB)

No Komponen Nilai Lampiran


KETERANGAN TEKNIS
A1 Jumlah kendaraan milik perusahaan & karyawan
PELAKSANAAN (100%)
A2 Pengujian emisi kendaraan ke Bengkel Pelaksana Uji Emisi 75%< Jumlah kend. ≤100% (100) Hasil uji emisi
(BPUE) atau ke Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas 50%< Jumlah kend. ≤75% (75)
Perhubungan * 25%< Jumlah kend. ≤50% (50)
0%< Jumlah kend. ≤25% (25)
0% (0)
A3 Pemenuhan baku mutu emisi kendaraan ** 75%< Jumlah kend. memenuhi BME ≤100% (100) Hasil uji emisi
50%< Jumlah kend. memenuhi BME ≤75% (75)
25%< Jumlah kend. memenuhi BME ≤50% (50)
0%< Jumlah kend. memenuhi BME ≤25% (25)
0% (0)
A4 Pengujian emisi kendaraan setiap 6 bulan (Iya (100) / Tidak (0)) Hasil uji emisi
A5 Pelaporan setiap 6 bulan (Iya (100) / Tidak (0))
Ket : * = persentase dari jumlah kendaraan yang ada ; ** = persentase dari jumlah kendaraan yang di uji emisi
PENILAIAN SPL SUMBER BERGERAK (SPLSB)

Jumlah
Jumlah
Jumlah Kend.
No Jenis Bahan Bakar Kend. Uji
Kend. Lulus Uji
Emisi
Emisi
1 Bensin
2 Diesel
Jumlah kendaraan (unit)
Nilai SPLSB (%)
III. KEBISINGAN
DASAR HUKUM
1. Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran udara
3. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
4. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
5. Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 551 Tahun 2000 tentang Penetapan Baku Mutu Udara Ambien dan Baku
Tingkat Kebisingan
KEWAJIBAN
Peraturan Kewajiban
Pasal 6, PerMenLH 48/1996 (1) Setiap penanggung jawab usaha atau kegiatan wajib :
a. mentaati baku tingkat kebisingan yang telah dipersyaratkan
b. memasang alat pencegahan terjadinya kebisingan
c. menyampaikan laporan hasil pemantauan tingkat kebisingan
sekurangkurangnya 3 (tiga) bulan sekali kepada Gubernur, Menteri, Instansi
yang bertanggung jawab di bidang pengendalian dampak lingkungan dan
instansi Teknis yang mebidangi kegiatan yang bersangkutan serta instansi
lain yang dipandang perlu.

(2) Kewajiban sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dicantumkan dalam izin yang
relevan untuk mengendalikan tingkat kebisingan dari setiap usaha atau kegiatan
yang bersangkutan
PELAKSANAAN

1. Membuat/membangun struktur bangunan dan peredam di sumber kebisingan


2. Melakukan pengujian tingkat kebisingan ke lab terakreditasi setiap 6 bulan
3. Mengupayakan pemenuhan ambang batas kebisingan
4. Membuat dan mengirim laporan setiap 6 bulan
PERSYARATAN TEKNIS IZIN PELAKSANAAN

1) Struktur bangunan dan peredam di Izin belum 1) Pengujian tingkat kebisingan ke lab terakreditasi
sumber kebisingan diatur setiap 6 bulan
2) Pemenuhan ambang batas kebisingan
3) Pelaporan setiap 6 bulan
PENILAIAN SKL KEBISINGAN (SKLBS)

No Komponen Nilai Lampiran


PERSYARATAN TEKNIS (30%)
A1 Struktur bangunan dan peredam di sumber kebisingan (Ada (100) / Tidak ada (0)) Gambar struktur & denah
PELAKSANAAN (70%)
A2 Pengujian tingkat kebisingan ke lab terakreditasi setiap 6 bulan (Iya (100) / Tidak (0)) Hasil laboratorium
A3 Pemenuhan ambang batas kebisingan (Iya (100) / Tidak (0)) Hasil laboratorium
A4 Pelaporan setiap 6 bulan (Iya (100) / Tidak (0))
PENILAIAN SPL KEBISINGAN (SPLBS)

Hasil Uji
No Lokasi Pengujian Kebisingan B. Mutu
(dB)

Jumlah total data hasil uji laboratorium


Jumlah total data hasil uji laboratorium yang melebihi baku mutu
Nilai SPLBS (%)
IV. KAWASAN DILARANG MEROKOK
DASAR HUKUM

1. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 2 Tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
2. Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 88 Tahun 2010 tentang Kawasan Dilarang Merokok
3. Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 50 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan
KEWAJIBAN
Peraturan Kewajiban
Pengelola, Pimpinan dan/atau Penanggung Jawab kegiatan atau usaha termasuk angkutan
umum wajib melaksanakan kawasan dilarang merokok dengan ketenluan sebagai berikut :
a. membuat penetapan kawasan dilarang merokok;
b. memasang tanda larangan merokok di tempat yang ditetapkan sebagai kawasan dilarang
merokok;
c. menyediakan sarana pengaduan masyarakat yang dilengkapi dengan nomor telepon,
layanan pesan singkat dan bentuk lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi;
d. menyediakan satuan tugas alau pelugas pengawasan kawasan dilarang merokok termasuk
petugas yang melayani pengaduan;
e. melarang, menegur, memperingatkan dan menindak seliap orang yang merokok tidak
pada tempatnya;
f. menindaklanjuti atas laporan apabila ada yang merokok di kawasan dilarang merokok;
g. memberi contoh dan teladan di tempat yang menjadi tanggung jawabnya;
h. memelihara dan meningkatkan kualitas udara yang sehat dan bersih bebas asap rokok
PELAKSANAAN

1. Melengkapi persyaratan teknis, yaitu :


1) Peniadaaan tempat khusus merokok di dalam gedung
2) Pemasangan tanda dilarang merokok
3) Peniadaan asbak di dalam gedung
4) Penyediaan sarana pengaduan (nomor telpon)
5) Penyediaan petugas pengawas
2. Melakukan pengawasan orang merokok di dalam gedung setiap bulan
3. Melakukan pengawasan bau asap rokok di dalam gedung setiap bulan
4. Menindaklanjuti pengaduan pelanggaran KDM
5. Membuat dan mengirim laporan setiap 6 bulan
PERSYARATAN TEKNIS IZIN PELAKSANAAN

1) Peniadaaan tempat khusus merokok Izin tidak 1) Pengawasan orang merokok di dalam gedung
di dalam gedung diatur setiap bulan
2) Pemasangan tanda dilarang merokok 2) Pengawasan bau asap rokok di dalam gedung
3) Peniadaan asbak di dalam gedung setiap bulan
4) Penyediaan sarana pengaduan 3) Tindak lanjut pengaduan
(nomor telpon) 4) Pelaporan setiap 6 bulan
5) Penyediaan petugas pengawas
PENILAIAN SKL KAWASAN DILARANG MEROKOK (SKLKDM)

No Komponen Nilai Lampiran


PERSYARATAN TEKNIS (50%)
A1 Peniadaaan tempat khusus merokok di dalam gedung (Iya (100) / Tidak (0))
A2 Pemasangan tanda dilarang merokok (Iya (100) / Tidak (0)) Foto
A3 Peniadaan asbak di dalam gedung (Iya (100) / Tidak (0))
A4 Penyediaan sarana pengaduan (nomor telpon) (Ada (100) / Tidak ada (0)) Foto
A5 Penyediaan petugas pengawas (Ada (100) / Tidak ada (0)) Foto
PELAKSANAAN (50%)
A6 Pengawasan orang merokok di dalam gedung setiap bulan (Iya (100) / Tidak (0)) Berita Acara Pengawasan KDM
A7 Pengawasan bau asap rokok di dalam gedung setiap bulan (Iya (100) / Tidak (0)) Berita Acara Pengawasan KDM
A8 Tindak lanjut pengaduan (Iya (100) / Tidak (0)) Catatan pengaduan & penanganan
A9 Pelaporan setiap 6 bulan (Iya (100) / Tidak (0))
KINERJA PENERAPAN KAWASAN DILARANG MEROKOK
(KINKDM)

Bulan
No Indikator

1 Ditemukan orang merokok


2 Ditemukan Tempat Khusus Merokok di dalam gedung
3 Ada tanda Dilarang merokok di setiap tempat/pintu masuk
4 Tercium bau asap rokok
5 Ditemukan asbak di dalam tempat/gedung
6 Ditemukan puntung rokok di dalam tempat/gedung
7 Ada sarana pengaduan (nomor telepon atau lainnya)
8 Ada petugas pengawasan
Jumlah jawaban yang harus dijawab 48.00
Jumlah jawaban "Iya" nomor 3, 7 dan 8 0.00
Jumlah jawaban "Tidak" nomor 1, 2, 4, 5 dan 6 0.00
Kinerja penerapan Kawasan Dilarang Merokok (%) (KIN KDM) 0.00

Anda mungkin juga menyukai