Anda di halaman 1dari 23

»

KONSEP DASAR CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh

membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.

Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar

untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses

faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan

tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan

“homeostasis”.

A. KOMPARTEMEN CAIRAN

Seluruh cairan tubuh didistribusikan diantara dua kompartemen utama, yaitu : cairan intraselular

(CIS) dan cairan ekstra selular (CES). Pada orang normal dengan berat 70 kg, Total cairan tubuh

(TBF) rata-ratanya sekitar 60% berat badan atau sekitar 42 L. persentase ini dapat berubah,

bergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas ( Guyton & Hall, 1997)

1. Cairan Intraselular (CIS) = 40% dari BB total

 Adalah cairan yang terkandung di dalam sel. Pada orang dewasa kira-kira 2/3 dari cairan tubuh

adalah intraselular, sama kira-kira 25 L pada rata-rata pria dewasa (70 kg). Sebaliknya, hanya ½

dari cairan tubuh bayi adalah cairan intraselular.

2. Cairan Ekstraselular (CES) = 20% dari BB total

 Adalah cairan diluar sel. Ukuran relatif dari (CES)menurun dengan peningkatan usia. Pada bayi

baru lahir, kira-kir ½ cairan tubuh terkandung didalam (CES). Setelah 1 tahun, volume relatif dari

(CES) menurun sampai kira-kira 1/3 dari volume total. Ini hampir sebanding dengan 15 L dalam

rata-rata pria dewasa (70 kg). Lebih jauh (CES) dibagi menjadi :

(a) Cairan interstisial (CIT) : Cairan disekitar sel, sama dengan kira-kira 8 L pada orang dewasa.

Cairan limfe termasuk dalam volume interstisial. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume (CIT) kira-

kira sebesar 2 kali lebih besar pada bayi baru lahir dibanding orang dewasa.

(b) Cairan intravaskular (CIV) : Cairan yang terkandung di dalam pembuluh darah. Volume relatif

dari (CIV) sama pada orang dewasa dan anak-anak. Rata-rata volume darah orang dewasa kira-

kira 5-6 L (8% dari BB), 3 L (60%) dari jumlah tersebut adalah PLASMA. Sisanya 2-3 L (40%)

terdiri dari sel darah merah (SDM, atau eritrosit) yang mentranspor oksigen dan bekerja sebagai

bufer tubuh yang penting; sel darah putih (SDP, atau leukosit); dan trombosit. Tapi nilai tersebut

diatas dapat bervariasi pada orang yang berbeda-beda, bergantung pada jenis kelamin, berat

badan dan faktor-faktor lain. Adapun fungsi dari darah adalah mencakup :

– pengiriman nutrien (mis ; glokusa dan oksigen) ke jaringan

– transpor produk sisa ke ginjal dan paru-paru


– pengiriman antibodi dan SDP ke tempat infeksi

– transpor hormon ke tempat aksinya

– sirkulasi panas tubuh

3. Cairan Transelular (CTS) :

 Adalah cairan yang terkandung di dalam rongga khusus dari tubuh. Contoh (CTS) meliputi cairan

serebrospinal, perikardial, pleural, sinovial, dan cairan intraokular serta sekresi lambung. Pada

waktu tertentu (CTS) mendekati jumlah 1 L. Namun, sejumlah besar cairan dapat saja bergerak

kedalam dan keluar ruang transelular setiap harinya. Sebagai contoh, saluran gastro-intestinal

(GI) secara normal mensekresi dan mereabsorbsi sampai 6-8 L per-hari.

Secara Skematis Jenis dan Jumlah Cairan Tubuh dapat digambarkan sebagai berikut :

 PROSENTASE TOTAL CAIRAN TUBUH DIBANDINGKAN BERAT BADAN

 DISTRIBUSI CAIRAN TUBUH


 Keterangan : Untuk laki-laki, BB = 70 Kg

 Catatan : Sebenarnya ada kompartemen CES lain, yaitu : limfe & cairan transeluler. Cairan

transelular hanya 1-2 % BB, meliputi cairan sinovial, pleura, intraokuler, dll.

 NILAI RATA-RATA CAIRAN EKSTRASELULER (CES) DAN CAIRAN INTRASELULER (CIS) PADA

DEWASA NORMAL TERHADAP BB

Maxwell, Morton H. Clinical Disorders of Fluid and Electrolyte Metabolism, 4th ed. McGraw Hill,

1987, p.9.

B. FUNGSI CAIRAN TUBUH

1. Sarana untuk mengangkut zat-zat makanan ke sel-sel

2. Mengeluarkan buangan-buangan sel

3. Mmbentu dalam metabolisme sel

4. Sebagai pelarut untuk elektrolit dan non elektrolit

5. Membantu memelihara suhu tubuh

6. Membantu pencernaan

7. Mempemudah eliminasi

8. Mengangkut zat-zat seperti (hormon, enzim, SDP, SDM)


C. KOMPOSISI CAIRAN TUBUH

Semua cairan tubuh adalah air larutan pelarut, substansi terlarut (zat terlarut)

1. Air

Air adalah senyawa utama dari tubuh manusia. Rata-rata pria Dewasa hampir 60% dari berat

badannya adalah air dan rata-rata wanita mengandung 55% air dari berat badannya.

2. Solut (terlarut)

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis substansi terlarut (zat terlarut) elektrolit dan non-

elektrolit.

(a) Elektrolit : Substansi yang berdiasosiasi (terpisah) di dalam larutan dan akan menghantarkan

arus listrik. Elektrolit berdisosiasi menjadi ion positif dan negatif dan diukur dengan kapasitasnya

untuk saling berikatan satu sama lain( miliekuivalen/liter

 mEq/L ) atau dengan berat molekul dalam garam ( milimol/liter mol/L ). Jumlah kation dan

anion, yang diukur dalam miliekuivalen, dalam larutan selalu sama.

 Kation : ion-ion yang mambentuk muatan positif dalam larutan. Kation ekstraselular utama

adalah natrium (Na˖), sedangkan kation intraselular utama adalah kalium (K˖). Sistem pompa

terdapat di dinding sel tubuh yang memompa natrium ke luar dan kalium ke dalam

 Anion : ion-ion yang membentuk muatan negatif dalam larutan. Anion ekstraselular utama

adalah klorida ( Clˉ ), sedangkan anion intraselular utama adalah ion fosfat (PO4ɜ).

Karena kandungan elektrolit dari palsma dan cairan interstisial secara esensial sama (lihat Tabel.

1-2), nilai elektrolit plasma menunjukkan komposisi cairan ekstraselular, yang terdiri atas cairan

intraselular dan interstisial. Namun demikian, nilai elektrolit plasma tidak selalu menunjukkan

komposisi elektrolit dari cairan intraselular. Pemahaman perbedaan antara dua kompartemen ini

penting dalam mengantisipasi gangguan seperti trauma jaringan atau ketidakseimbangan asam-

basa. Pada situasi ini, elektrolit dapat dilepaskan dari atau bergerak kedalam atau keluar sel,

secara bermakna mengubah nilai elektrolit palsma.

(b) Non-elektrolit : Substansi seperti glokusa dan urea yang tidak berdisosiasi dalam larutan dan

diukur berdasarkan berat (miligram per 100 ml-mg/dl). Non-elektrolit lainnya yang secara klinis

penting mencakup kreatinin dan bilirubin.

Tabel. 1.2 Unsur utama kompartemen cairan tubuh


 Ini adalah daftar parsial. Unsur lain termasuk ion kalsium Ca 2+, magnesium Mg2+, protein dan

asam organik.

Catatan : Nilai tertentu adalah rata-rata.

Pendapat ahli lain tentang unsur utama kompartemen cairan tubuh disebutkan sebagai berikut :

Morgan, G. Edward. Clinical Anesthesiology. Appleton & Lange, 1996, p.518

 KANDUNGAN ELEKTROLIT CAIRAN TUBUH

 INTAKE DAN OUTPUT RATA-RATA HARIAN DARI UNSUR TUBUH YANG UTAMA
Catatan : Kehilangan cairan melalui kulit (difusi) & paru disebut Insensible Loss (IWL)

Bila ingin mengetahui “Insensible Loss (IWL)” maka kita dapat menggunakan penghitungan

sebagai berikut :

 DEWASA = 15 cc/kg BB/hari

 ANAK = (30 – usia (th)) cc/kg BB/hari

 Jika ada kenaikan suhu :

IWL = 200 (suhu badan sekarang – 36.8C)

(Dari Iwasa M, Kogoshi S. Fluid Therapy. Bunko do, 1995. P 8.)

JUMLAH KEHILANGAN AIR DAN ELEKTROLIT per 100 kcal BAHAN METABOLIK DALAM KEADAAN

NORMAL MAUPUN SAKIT

D. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan cairan dan elektrolit diantaranya adalah

1. Usia

Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan dan berat
badan. selain itu sesuai aturan, air tubuh menurun dengan peningkatan usia. Berikut akan

disajikan dalam tabel perubahan pada air tubuh total sesuai usia.

2. Jenis kelamin

Wanita mempunyai air tubuh yang kurang secara proporsional, karena lebih banyak mengandung

lemak tubuh

3. Sel-sel lemak

Mengandung sedikit air, sehingga air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh

4. Stres

Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan glikolisis otot,

mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air. Proses ini dapat meningkatkan produksi

ADH dan menurunkan produksi urine

5. Sakit

Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjal dan jantung, gangguan hormon akan

mengganggu keseimbangan cairan

6. Temperatur lingkungan

Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl melalui

keringat sebanyak 15-30 g/hari

7. Diet

Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini akan

menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraselular.


Report this ad

Report this ad
KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT
SERTA KESEIMBANGAN ASAM BASA
RESUME PATOLOGI

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

SERTA KESEIMBANGAN ASAM BASA

Disusun oleh : HARMOKO

Tingkat : I.B. 1

Dosen Pembimbing : Drs.M.Nasir A.hamid,S.pd.

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2012/2013

KESEIMBANGAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

SERTA KESEIMBANGAN ASAM BASA

Definisi cairan tubuh

Cairan tubuh adalah cairan suspensi sel di dalam tubuh makhluk yang memiliki
fungsi fisiologis tertentu. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air ( pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan dua parameter
penting, yaitu: volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ektrasel. Ginjal mengontrol volume
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas
cairan ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan urine sesuai kebutuhan untuk
mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Tubuh manusia
tersusun kira-kira 50%-60% cairan.

Prosentase cairan tubuh

a. Prosentase dari total cairan tubuh bervariasi sesuai dengan individu dan tergantung
beberapa hal antara lain :

1) Umur

Cairan tubuh menurun dengan bertambahnya usia.

2) Kondisi lemak tubuh


Mengandung sedikit air, air tubuh menurun dengan peningkatan lemak tubuh.

3) Jenis Kelamin

Wanita dewasa mempunyai jumlah cairan tubuh lebih sedikit dibanding pada pria, kerena jumlah
lemak dalam tubuh wanita dewasa lebih banyak dibandingkan dengan pria.

b. Jumlah normal air pada tubuh manusia


1. Bayi (baru lahir): 75 % Berat Badan
2. Dewasa :

· Wanita dewasa (20-40 tahun): 50 – 55% Berat Badan

· Pria dewasa (20-40 tahun): 55 – 60% Berat Badan

· Usia lanjut : 45-50% Berat Badan

Fungsi Cairan

a. Pelarut universal

1) Senyawa bergerak lebih cepat dan mudah

2) Berperan dalam reaksi kimia.

Contoh: Glukosa larut dalam darah dan masuk ke sel

3) Sebagai medium untuk reaksi metabolisme dalam sel

4) Transport nutrient, membersihkan produk metabolisme dan substansi lain

b. Pengaturan suhu tubuh

1) Mampu menyerap panas dalam jumlah besar

2) Membuang panas dari jaringan yang menghasilkan panas

Contoh: Otot-otot selama excercise

c. Pelicin

1) Mengurangi gesekkan (sebagai pelumas)

. Reaksi- d reaksi kimia

1) Pemecahan karbohidrat

2) Membentuk protein

e. Pelindung

1) Cairan Cerebro-spinal, cairan amniotic

Komposisi Cairan Tubuh


Cairan tubuh berisikan:

a. Oksigen yang berasal dari paru-paru

b. Nutrien yang berasal dari saluran pencernaan

c. Produk metabolisme seperti karbondiokasida

d. Ion-ion yang merupakan bagian dari senyawa atau molekul yang disebut juga elektrolit.
Seperti misalnya sodium klorida dipecah menjadi satu ion Natrium atau sodium (Na +) dan satu
ion klorida (Cl–). Ion yang bermuatan positif disebut kation, sedangkan yang bermuatan negatif
disebut anion

Cairan tubuh berada pada dua kompartemen yaitu Cairan Intraselular (CIS) dan Cairan
Ektraselular (CES)

a. Cairan Intraselular

Cairan intrasel merupakan cairan yang berada dalam sel di seluruh tubuh. Cairan ini berfungsi
sebagai media penting dalam proses kimia. Jumlahnya sekitar 2/3 dari jumlah cairan tubuh atau
40% dari berat badan. Elektrolit kation terbanyak adalah K+, Mg+, sedikit Na+. Elektolit anion
terbanyak adalah HPO42-, protein-protein, sedikit HCO3–, SO42-, Cl–

b. Cairan Ekstrasel

Cairan ekstrasel merupakan cairan yang berada diluar sel, jumlahnya sekitar 1/3 dari total cairan
tubuh atau sekita 20% dari berat badan. Cairan ekstrasel berperan dalam transport nutrient,
elektrolit dan okseigen ke sel dan membersihkan hasil metabolisme untuk kemudian
dikeluluarkan dari tubuh, regulasi panas, sebagai pelumas pada persendian dan membran mukosa,
penghancuran makanan dalam proses pencernaan.

Cairan ekstrasel terdiri dari:

1) Cairan interstisial

Cairan Interstisial merupakan cairan yang berada disekitar sel misalnya cairan limfe, jumlahnya
sekitar 10%-15% dari cairan ekstrasel. Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar
2 kali lipat pada bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa.

2) Cairan intavaskuler

Cairan Intravaskuler adalah cairan yang terkandung dalam pembuluh darah misalnya plasma,
jumlahnya sekitar 5% dari cairan ekstrasel. Hingga saat ini belum ada alat yang tepat/pasti untuk
mengukur jumlah darah seseorang, tetapi jumlah darah tersebut dapat diperkirakan sesuai dengan
jenis kelamin dan usia, komposisi darah terdiri dari kurang lebih 55%plasma, dan 45% sisanya
terdiri dari komponen darah seperti sel darah merah, sel darah putih dan platelet.

3) Cairan transelular

Cairan Transelular merupakan cairan yang berada pada ruang khusus seperti cairan
serebrospinalis, perikardium, pleura, sinova, air mata, intaokuler dan sekresi lambung, jumlahnya
sekitar 1%-3%.
Didalam cairan ekstrasel terdapat elektrolit kation terbanyak Na +,sedikit K+, Ca2+, Mg2+ serta
elektrolit anion terbanyak Cl– , HCO3–, protein pada plasma, sedikit HPO42-SO42-.

Human Body:

1. Tissue (40%)
2. Fluid (60%)
 Ekstraselular (20%)
 Intraselular (40%) -> Interstisial (10-15%), Intravaskluler (5%), dan Transeluler (1-3%)

Definisi Elektrolit dan kebutuhan elektrolit

Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion
jika berada dalam larutan. Elektrolit terdapat pada seluruh cairan tubuh. Cairan tubuh
mengandung oksigen, nutrien, dan sisa metabolisme (seperti karbondioksida), yang semuanya
disebut ion. Beberpa jenis garam akan dipecah menjadi elektrolit. Contohnya NaCl akan dipecah
menjadi Na+ dan Cl–. Pecahan elektrolit tersebut merupakan ion yang dapat mengahantarkan arus
litrik. Elektrolit adalah substansi ion-ion yang bermuatan listrik yang terdapat pada cairan. Satuan
pengukuran elektrolit menggunakan istilah milliequivalent (mEq). Satu milliequivalent adalah
aktivitass secara kimia dari 1 mg dari hidrogen.

 Ion-ion positif disebut kation. Contoh kation antara lain natrium, kalium, kalsium, dan
magnesium

 ion-ion negatif disebut anion. Contoh anion antara lain klorida, bikarbonat, dan fosfat.

a. Keseimbangan Elektrolit

Keseimbangan elektrolit sangat penting, karena total konsentrasi elektrolit akan


mempengaruhi keseimbangan cairan dan konsentrasi elektrolit berpengaruh pada fungsi sel.
Elektrolit berperan dalam mempertahankan keseimbangan cairan, regulasi asam basa,
memfasilitasi reaksi enzim dan transmisi reaksi neuromuscular. Ada 2 elektrolit yang sangat
berpengaruh terhadap konsentrasi cairan intasel dan ekstrasel yaitu natrium dan kalium.

1) Keseimbangan Natrium/sodium (Na+)

Natrium merupakan kation paling banyak pada cairan ekstrasel serta sangat berperan dalam
keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot. Ion natrium didapat dari saluran
pencernaan, makanan atau minuman kemudian masuk ke dalam cairan ekstrasel melalui proses
difusi. Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran pencernaan dan kulit.
Pengaturan konsentrasi ion natrium dilakukan oleh ginjal, jika konsentrasi natrium serum
menurun maka ginjal akan mengeluarkan cairan sehingga konsentrasi natrium akan meningkat.
Sebaliknya jika terjadi peningkatan konsentrasi natrium serum maka akan merangsang pelepasan
ADH sehingga ginjal akan menahan air. Jumlah normal 135-148 mEq/Lt

2) Keseimbangan kalium/potassium (K+)

Kalium adalah kation yang paling banyak pada intraseluler. Ion kalium 98% berada pada cairan
intasel, hanya 2% berada pada cairan ekstrasel. Kalium dapat diperoleh melalaui makanan seperti
daging, buah-buahan dan sayuran. Jumlah normal 3,5-5,5 mEq/Lt.

3) Keseimbangan Kalsium (Ca2+)


Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, terutama berikatan dengan fosfor
membentuk mineral untuk pembentukan tulang dan gigi. Diperoleh dari reabsorpsi usus dan
reabsorpsi tulang. Dikeluarkan melalui ginjal, sedikit melalui keringat dan disimpan dalam
tulang. Pengaturan konsentrasi kalsium dilakukan hormon kalsitonin yang dihasilkan oleh kelnjar
tiroid dan hormon paratiroid. Jika kadar kalsium rendah maka hormon paratiroid dilepaskan
sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi kalsium pada tulang dan jika terjadi peningkatan kadar
kalsium maka hormon kalsitonin dilepaskan untuk menghambat reabsorpsi tulang. Jumlah normal
4-5mEq/Lt.

4) Keseimbangan Magnesium (Mg2+)

Magnesium biasanya ditemukan pada cairan intrasel dan tulang, berperan dalam metabolisme sel,
sintesis DNA, regulasi neuromuscular dan fungsi jantung. Sumbernya didapat dari makanan
seperti sayuran hijau, daging dan ikan. Magnesium Diabsorpsi dari usus halus, peningkatan
absorpsi dipengaruhi oleh vitamin D dan hormon paratiroid.

5) Keseimbangan Fosfor (PO4–)

Fosfor merupakan anion utama cairan intasel, ditemukan juga di cairan ekstrasel, tulang, otot
rangka dan jaringan saraf. Fosfor sangat berperan dalam berbagai fungsi kimia, terutama fungsi
otot, sel darah merah, metabolisme protein, lemak dan karbohidrat, pembentukan tulang dan gigi,
regulasi asam basa, regulassi kadar kalsium. Di reabsorpsi dari usus halus dan banyak ditemukan
dari makanan daging, ikan dan susu. Disekresi dan reabsorpsi melalui ginjal. Pengaturan
konsentrasi fosfor oleh hormon paratiroid dan berhubungan dengan kadar kalsium. Jika kadar
kalsium meningkat akan menurunkan kadar fosfat demikian sebaliknya. Jumlah normal sekitar
2,5-4,5 mEq/Lt.

6) Keseimbangan Klorida (Cl–)

Klorida merupakan anion utama pada cairan ekstrasel. Klorida berperan dalam pengaturan
osmolaritas serum dan volume darah bersama natrium, regulasi asam basa, berperan dalam buffer
pertukaran oksigen dan karbondioksida dalam sel darah merah. Disekresi dan direabsorpsi
bersama natrium diginjal. Pengaturan klorida oleh hormon aldosteron. Kadar klorida yang normal
dalam darah orang dewasa adalah 95-108mEq/Lt.

7) Keseimbangan Bikarbonat

Bikarbonat berada di dalam cairan intrasel maupun di dalam ekstrasel dengan fungsi utama yaitu
regulasi keseimbangan asam basa. Disekresi dan direabsorpsi oleh ginjal. Bereaksi dengan asam
kuat untuk membentuk asam karbonat dan suasana garam untuk menurunkan PH. Nilai normal
sekitar 25-29mEq/Lt.

b. Pengaturan dan Fungsi Elektrolit

Elektrolit Pengaturan Fungsi


Sodium ( )  Reabsorpsi dan sekresi ginjal
 Aldosteron,meningkatkan reabsorpsi
natrium di duktus kolekting nefron
 Pengaturan dan distribusi volume cairan
ekstrasel
 Mempertahankan volume darah
 Menghantarkan impuls saraf dan
kontraksi otot
Potassium ( )  Sekresi dan konservasi oleh ginjal
 Aldosteron meningkatkan pengeluaran
 Pemindahan dalam dan luar sel
 Insulin membantu memindahkan ke
dalam sel dan luar sel,jaringan yang
rusak
 Mempertahankan osmolaritas dan cairan
intrasel
 Transmisi saraf dan impuls elektrik
 Pengaturan transmisi impuls jantung dan
kontraksi otot
 Pengaturan asam basa
 Kontraksi tulang dan otot polos
Kalsium ( )  Distribusi antara tulang dan cairan
ekstrasel
 Hormon paratiroid meningkatkan serum
,kalsitonin menurunkan kadar serum
 Pembentukan tulang dan gigi
 Transmisi impuls saraf
 Pengaturan kontraksi otot
 Mempertahankan pace maker jantung
 Pembekuan darah
 Aktivitas enzim pancreas,seperti lipase
Magnesium ( )  Dipertahankan dan dikeluarkan oleh
ginjal
 Meningkan adsorpsi oleh vitamin D dan
hormon paratiroid
 Metabolisme intrasel
 Pmpa sodium-potasium
 Relaksasi kontraksi otot
 Transmisi impuls saraf
 Pengaturan fungsi jantung
Klorida ( )  Pengeluran dan reabsorpsi bersama
sodium dalam ginjal
 Aldosteron meningkatkan adsorpsi
klorida dengan sodium
 Produksi HCl
 Pengaturan keseimbangan cairan
ekstrasel dan volume vaskuler
 Keseimbangan asam-basa
Pospat ( )  Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
 Paratiroid hormon menurunkan kadar
serum dengan meningkatkan sekresi
ginjal
 Pembentukan tulang dan gigi
 Metabolism karbohidrat,lemak,dan
protein
 Metabolisme seluler produksi ATP dan
DNA
 Fungsi otot,saraf,dan sel darah merah
 Pengaturan asam-basa
 Pengaturan kadar kalsium
Bikarbonat ( )  Eksresi dan reabsorpsi oleh ginjal
 Pembentukan oleh ginjal
 Buffer utama dalam keseimbangan
asam-basa

Jenis Cairan Elektrolit

Cairan elektrolit adalah cairan saline atau cairan yang memiliki sifat bertegangan tetap. Cairan
saline terdiri atas cairan isotonik, hipotonik, dan hipertonik. Konsentrasi isotonik disebut juga
normal saline yang banyak dipergunakan. Contohnya:

a. Cairan Ringer’s, terdiri atas: Na+, K+, Cl–, dan Ca2+


b. Cairan Ringer’s Laktat, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl–, Ca2+, dan HCO3–
c. Cairan Buffer’s, terdiri atas: Na+, K+, Mg2+, Cl–, dan HCO3–

Gangguan/Masalah Kebutuhan Elektolit

a. Hiponatremia

Hiponatremia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam plasma darah yang
ditandai dengan adanya kadar natrium plasma yang kurang dari 135 mEq/Lt, mual, muntah dan
diare.

b. Hipernatremia

Hipernatremia merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam plasma tinggi yang
ditandai dengan addanya mukosa kering, oliguria/anuria, turgor kulit buruk dan permukaan kulit
membengkak, kulit kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik, serta
kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/Lt. kondisi demikian dapat disebabkan oleh
dehidrasi, diare, dan asupan, air yang berlebihan sedangkan asupan garamnya sedikit.

c. Hipokalemia

Hipoklemia merupakan suatu keadaan kekurangan kadar kalium dalam darah. Hipokalemia ini
dapat terjadi dengan sangat cepat. Sering terjadi pada pasien yang mengalami diare yang
berkepanjangan dan juga ditandai dengan lemahnya denyut nadi, turunnya tekanan darah, tidak
nafsu makan dan muntah-muntah, perut kembung, lemah dan lunaknya otot, denyut jantung tidak
beraturan (aritmia), penurunan bising usus, kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5 mEq/L.

d. Hiperkalemia

Hiperkalemia merupakan suatu keadaan di mana kadar kalium dalam darah tinggi, sering terjadi
pada pasien luka bakar, penyakit ginjal, asidosis metabolik, pembe:rian kalium yang berlebihan
melalui intravena yang ditandai dengan adanya mual, hiperaktivitas sistem pencernaan, aritmia,
kelemahan, jumlah urine sedikit sekali, diare, adanya kecemasan dan irritable (peka rangsang),
serta kadar kalium dalam plasma mencapai lebih dari 5 mEq/L.

e. Hipokalsemia
Hipokalsemia me:rupakan keekurangan kadar kalsium dalam plasma darah yang ditandai de:ngan
adanya kram otot dan kram perut, kejang, bingung, kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3
mEq/L dan kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh pengaruh
pengangkatan kelenjar gondok atau kehilangan sejumlah kalsium karena sekresi intestinal.

f. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia merupakan suatu ke;adaan kelebihan kadar kalsium dalam darah yang dapat
terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan kelenjar gondok dan makan vitamin D secara
berlebihan, ditandai dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-mual,
koma, dan kadar kalsium dalam plasma lebih dari 4,3 mEq/L.

g. Hipomagnesia

Hipomagnesia merupakan kekurangan kadar magnesium dalam darah yang ditandai dengan
adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki dan tangan, takikardi, hipertensi, disorientasi dan
konvulsi. Kadar magnesium dalam darah kurang dari 1,3 mEq/L.

h. Hipermagnesia
Ilipermagnesia merupakan kondisi kelebihan kadar magnesium dalam darah yang ditandai
dengan adanya, koma, gangguan pernapasan, dan kadar magnesium lebih dari 2,5 mEq/L.

Faktor yang Berpengaruh pada Keseimbangan Cairan dan Elektrolit

Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara lain :

a. Umur

Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh pada luas
permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih mudah mengalami
gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan
keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau jantung.

b. Iklim

Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai dengan 5 L
per hari.

c. Diet

Diet seseorag berpengaruh terhadap intake cairan dan elktrolit. Ketika intake nutrisi tidak adekuat
maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan
protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan cairan
sehingga hal ini akan menyebabkan edema.

d. Stress

Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glykogen otot.
Mrekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah

e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh.
Misalnya :

 Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.

 Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses regulator


keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh

 Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan


pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya secara
mandiri.

f. Tindakan Medis

Banyak tindakan medis yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh seperti :
suction, nasogastric tube dan lain-lain.

g. Pengobatan

Pengobatan seperti pemberian deuretik, laksative dapat berpengaruh pada kondisi cairan dan
elektrolit tubuh.

h. Pembedahan

Pasien dengan tindakan pembedahan memiliki resiko tinggi mengalami gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh, dikarenakan kehilangan darah selama pembedahan.

Keseimbangan Asam Basa

Disamping air dan elektrolit cairan tubuh juga mengandung asam-basa, seperti asam karbonat ( ).
Keadaan asam dan basa ditentukan oleh adanya pH cairan tubuh. pH adalah sImbol dari adanya
ion hydrogen dalam larutan pH netral adalah 7, jika dibawah 7 maka disebut asam dan diatas 7
disebut basa. Sedangkan pH plasma normal aldalah 7,35-7,45. Untuk memperthankan pH plasma
normal dalam tubuh terdapat buffer asam-basa yaitu larutan yang terdiri dari dua atau lebih zat
kimia untuk mencegah terjadinya perubahan ion hydrogen.

Keseimbangan asam-basa ditentukan oleh pengaturan buffer pernafasan dan ginjal.

a. Sistem Buffer

Buffer membantu mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan menetralisir kelebihan asam


melalui pemindahan atau pelepasan ion hydrogen. Jika terjadi kelebihan ion hydrogen pada cairan
tubuh maka buffer akan meningkat ion hydrogen sehingga perubahan pH dapat diminimalisir.
Sistem buffer utama pada cairan ekstraseluler adalah bikarbonat ) dan asam karbonat ( ). Selain
itu untuk mempertahankan keseimbangan pH juga berperan plasma protein,hemoglobin,dan
posfat.

b. Pengaturan pernapasan

Paru-paru membantu mengatur keseimbangan asam-basa dengan cara mengeluarkan


karbondioksida. Karbondioksida secara kuat menstimulasi pusat pernapasan. Ketika
karbondioksida dan asam bikarbonat dalam darah meningkat pusat pernapasan distimulasi
sehingga menjadi meningkat. Karbondioksida dikeluarkan dan asam karbonat menjadi
turun. Apabila bikarbonat berlabihan maka jumlah pernapasan akan diturunkan.
Pengaturan pernapasan dan ginjal saling bekerja sama dalam mempertahankan keseimbangan
asam basa. Di paru-paru karbondioksida bereaksi dengan air membentuk asam karbonat, yang
kemudian asam karbonat akan dipecah di ginjal menjadi hidrogen dan bikarbonat.

Paru-Paru Ginjal
CO2 + H2O ↔ H2CO3 ↔ H + HCO3

(asam karbonat)

c. Pengaturan oleh Ginjal

Pengaturan keseimbangan asam-basa oleh ginjal relative lebih lama dibandingkan dengan
pernapasan dan sistem buffer yaitu beberapa jam atau beberapa hari stelah adanya ketidak-
seimbangan asam-basa. Ginjal mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan pengeluaran
selektif bikarbonat dan ion hydrogen. Ketika kelebihan hydrogen terjadi dan pH menjadi turun
(asidosis) maka ginjal mereabsorpsi bikarbonat dan mengeluarkan ion hydrogen. Pada keadaaan
alkalosis atau pH tinggi,maka ginjal akan mengeluarkan bikarbonat dan menahan ion hydrogen.
Normalnya kadar serum bikarbonat 22-26 mEq/L.

Keseimbangan Asam dan Basa dalam darah


Derajat keasaman merupakan suatu sifat kimia yang penting dari darah dan cairan tubuh lainnya.
Satuan derajat keasaman adalah pH:
# pH 7,0 adalah netral
# pH diatas 7,0 adalah basa (alkali)
# pH dibawah 7,0 adalah asam.
Suatu asam kuat memiliki pH yang sangat rendah (hampir 1,0); sedangkan suatu basa kuat
memiliki pH yang sangat tinggi (diatas 14,0).
Darah memiliki pH antara 7,35-7,45.
Keseimbangan asam-basa darah dikendalikan secara seksama, karena perubahan pH yang sangat
kecilpun dapat memberikan efek yang serius terhadap beberapa organ.
Tubuh menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
1. Kelebihan asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia
Ginjal memiliki kemampuan untuk merubah jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya
berlangsung selama beberapa hari.
2. Tubuh menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap
perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah.
Suatu penyangga pH bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu larutan.
Penyangga pH yang paliing penting dalam darah menggunakan bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu
komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah, maka akan dihasilkan lebih banyak
bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida. Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran
darah, maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
3. Pembuangan karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang
dihasilkan oleh sel.
Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut
dikeluarkan (dihembuskan).
Pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida yang dihembuskan dengan
mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan.
Jika pernafasan meningkat, kadar karbon dioksidadarah menurun dan darah menjadi lebih basa.
Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru
mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Adanya kelainan pada satu atau lebih mekanisme pengendalian pH tersebut, bisa menyebabkan
salah satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu
sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan dimana darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu
sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.

Asidosis dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu akibat dari
sejumlah penyakit.
Terjadinya asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah metabolisme
yang serius.

Asidosis dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik, tergantung kepada
penyebab utamanya.
Asidosis metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam
pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal.
Asidosis respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit paru-paru atau
kelainan pernafasan.

Gangguan keseimbangan asam dan basa


A. Asidosis Respiratorik
1. Pengertian

Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan


karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan
yang lambat.

Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam
keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.

Tingginya kadar karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan,
sehingga pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
2. Penyebab

Asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara
adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti
:
a. Emfisema
b. Bronkitis kronis
c. Pneumonia berat
d. Edema pulmoner
f. Asma.

Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang
kuat, yang menekan pernafasan Asidosis respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit
dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.

3. Gejala
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya memburuk, rasa
mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan koma. Stupor dan koma
dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau jika pernafasan sangat terganggu;
atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu terganggu. Ginjal berusaha untuk
mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat, namun proses ini memerlukan waktu
beberapa jam bahkan beberapa hari.

4. Diagnose

Biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah dan pengukuran


karbondioksida dari darah arteri.

5. Pengobatan

Pengobatan asidosis respiratorik bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru. Obat-
obatan untuk memperbaiki pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru-paru seperti
asma dan emfisema.

Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin perlu diberikan
pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.

B. Asidosis Metabolik

1. Pengertian

Asidosis Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya
kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH,
darah akan benar-benar menjadi asam.

Seiring dengan menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai
usaha tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah
karbon dioksida.

Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.

Tetapi kedua mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu
banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.

2. Penyebab

Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama adalah :


a. Jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu bahan
yang diubah menjadi asam.

Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).Overdosis aspirin pun
dapat menyebabkan asidosis metabolik.

b. Tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.Tubuh dapat
menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu
diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan
memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton. Asam yang berlebihan juga
ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula.
c. Asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam jumlah
yang semestinya.

Bahkan jumlah asam yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi
secara normal. Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa
terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal
untuk membuang asam.
1. Penyebab utama dari asidois metabolik : Gagal ginjal
2. Asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal)
3. Ketoasidosis diabetikum
4. Asidosis laktat (bertambahnya asam laktat)
5. Bahan beracun seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau
amonium klorida
6. Kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, leostomi atau
kolostomi.
3. Gejala

Asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya penderita merasakan
mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau sedikit lebih cepat, namun
kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini.

Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa,
rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk,
tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.

4. Diagnosa

Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah yang diambil dari
darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri digunakan sebagai contoh karena
darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.

Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan bikarbonat
dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu menentukan
penyebabnya.

Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton dalam urin biasanya menunjukkan suatu
diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis
metabolik yang terjadi disebabkan oleh keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan
pemeriksaan air kemih secara mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.

5. Pengobatan

Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh, diabetes


dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan racun tersebut dari
dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati overdosis atau keracunan
yang berat.

Asidosis metabolik juga bisa diobati secara langsung.Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan
hanya cairan intravena dan pengobatan terhadap penyebabnya.

Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat
hanya memberikan kesembuhan sementara dan dapat membahayakan.
C. Alkalosis Respiratorik
1. Pengertian

Alkalosis Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang
cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam darah menjadi rendah.

2. Penyebab

Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu banyaknya
jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah. Penyebab hiperventilasi yang paling
sering ditemukan adalah kecemasan. Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah :

a. Rasa nyeri
b. Sirosis hati
c. Kadar oksigen darah yang rendah
d. Demam
e. Overdosis aspirin.

3. Gejala

Alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat menyebabkan rasa gatal
disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk, bisa terjadi kejang otot dan
penurunan kesadaran.
4. Diagnosa

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida dalam darah arteri. pH
darah juga sering meningkat.
5. Pengobatan

Biasanya satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika


penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika
penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.

Menghembuskan nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu
meningkatkan kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang
dihembuskannya.

Pilihan lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin,
kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini
dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar karbondioksida
meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi kecemasan penderita dan
menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

D. Alkalosis Metabolic

1. Pengertian

Alkalosis Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya
kadar bikarbonat.

2. Penyebab
Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah
kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam
lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit,
terutama setelah pembedahan perut).

Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu
banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.

Selain itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah
yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan asam basa
darah.

Penyebab utama akalosis metabolik :

a. Penggunaan diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)


b. Kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung
c. Kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat
penggunaan kortikosteroid).

3. Gejala

Alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung), otot berkedut dan
kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang berat, dapat terjadi kontraksi
(pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan (tetani).

4. Diagnosa

Dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam keadaan basa.

5. Pengobatan

Biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan dan elektrolit (natrium dan kalium)
. Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida secara intravena.

Adaptasi Fisiologi Cairan dan Elektrolit pada Ibu Hamil

Cairan dan elektrolit pada masa kehamilan sangat penting dipertahankan,karena pada awal
kehamilan sering mengalami mual dan muntah serta diare yang berakibat pada kekurangan cairan
dan elektrolit. Perasaan mual dan muntah pada awal kehamilan disebabkan karena peningkatan
hormon human Chorionic Gonadotropin ( hCG). Selama kehamilan sekitar 500-900 mEq sodium
dipertahankan untuk kebutuhan fetus. Untuk mencegah pengeluaran sodium yang
berlebihan,ginjal meningkatkan reabsorpsi tubular.

Pada ibu hamil sering disertai penimbunan cairan pada ekstremitas bawah karena terhambatnya
aliran darah sehingga menyebabkan filtrasi glomerulus rate menurun,hal ini menyebabkan edema.

Prinsip Kebutuhan Cairan pada Ibu Hamil

a. Jumlah masukan cairan yang direkomendasikan dalam sehari adalah sekitar 6-8 gelas
(1500-2000 ml).

b. Pada wanita hamil kebutuhan air akan meningkat sampai 10-12 gelas per hari. atau paling
tidak minum setiap 15 menit sekali.
c. Cairan diperlukan untuk meningkatkan volume darah dan air ketubah.

d. Jika mual-mual dan muntah di trimester pertama tidak diimbangi dengan usaha
memasukkan kembali makanan dan minuman, maka terjadi dehidrasi.

DAFTAR PUSTAKA

Aris, Setiawan dkk. 2009. Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mhasiswa Kebidanan. Jakarta: TIM

Sacharin,Rosa M. 1994. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC

Uliyah, Musrifatul dkk. 2009. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta:
Salemba Medika

Kuntarti. 2005. Keseimbangan Cairan, Elektrolit Asam dan Basa. Diunduh


dari http://sites.google.com/site/asidosis/Home/keseimbangan-cairan-elektroli (Diakses 14
November 2011)
Elis. 2009. Kebutuhan Cairan pada Ibu Hamil. Diunduh
dari http://elisdcabi.blogspot.com/2009/11/kebutuhan-cairan-pada-ibu-hamil.html (Diakses 15
November 2011)
Yasir. 2009. Keseimbangan Cairan Tubuh dan Asam-Basa. Diunduh
dari http://httpyasirblogspotcom.blogspot.com/2009/02/keseimbangan-cairan-tubuh-dan-
asam-basa.html (Diakses 14 November 2011)
Siswanto. 2006. Kebutuhan cairan dan elektrolit. Diunduh
dari http://www.sisroom.blogspot.com/2006/05/kebutuhan-cairan-dan-
elektrolit.html (diakses 14 November 2011)
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-smk/kelas_xi/kekuatan-asam-dan-basa/
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/konsep-ph-poh-dan-pkw/
http://www.smkn1bandung.com/modul/adaptip/adaptif_kimia/larutan_asam_dan_basa.pdf
http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia_dasar/asam_dan_basa/sifat-sifat-asam-basa-dan-
garam/

Anda mungkin juga menyukai