Bedside teaching merupakan suatu metode pembelajaran yang dilakukan di samping tempat tidur klien,
yang terdiri dari mengkaji kondisi klien dan pemenuhan asuhan keperawatan (Nursalam & Ferry, 2008).
Menurut Snell (2008) bedside teaching merupakan sebuah pembelajaran yang aktif yang melibatkan
pasien. Dapat disimpulkan bahwa bediside teaching merupakan metode
secara aktif.
1.
Menginterpretasikan data 5.
Mengembangkan sikap yang tepat untuk pasien dan petugas kesehatan yang lain 9.
Prinsip pelaksanaan Bedside Teaching antara lain sebagai berikut Ramani, S. (2003) : 1. Sikap fisik
maupun psikologis dari pembimbing klinik, keluarga dan pasien 2. Jumah pasien dan keluarga dibatasi,
yakni 5-6 orang 3. Diskusi pada awal dan pascademonstrasi didepan klien dilakukan seminimal mungkin
lanjutkan dengan demonstrasi ulang 4. Evaluasi pemahaman pasien dan keluarga sesegera mungkin
terhadap apa yang didapatkan saat itu 5. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum
pernah diperoleh pasien dan keluarga sebelumnya
berikut :
1.
2.
Menekankan pembelajaran pada focus pemecahan masalah
3.
4.
Menyediakan kesempatan yang cukup bagi mahasiswa untuk berlatih Keterampilan 6. Menjadi teladan
yang baik bagi hubungan interpersonal dengan pasien 7. Mengajarkan kepada mahasiswa untuk tetap
berorientasi terhadap kasus penyakit pasien 8. Menunjukkan sikap positif terhadap ajaran
Beberapa kelebihan metode bed side teaching adalah sebagai berikut (Nursalam, 2008) : 1.
Mendapatkan kasus yang sesuai yang dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk
menerapkan keterampilan teknik prosedural dan interpersonal. 2.
Beberapa kelemahan bedside teaching adalah sebagai berikut (Nursalam, 2008) : 1. Dosen/pembimbing
klinik dan mahasiswa yang kurang persiapan fisik, psikologis akan menimbulkan rasa tidak percaya
dalam diri klien. 2. Dosen/pembimbing klinik dan mahasiswa yang tidak memiliki menguasai bahan akan
mengurangi efektifitas pembelajaran.
Mendapatkan kasus penyakit yang spesifik dan pasien yang sesuai dengan criteria b.
Mahasiswa diberitahu hal-hal yang tidak boleh didiskususikan selama berhadapan langsung dengan
pasien. c.
2. Tahap Round
2). Interaksi
Mahasiswa didampingi preceptor melakukan interaksi dengan pasien, fokus pada pengalaman klinis
(usahakan untuk tindak menggunakan kalimat-kalimat yang mudah dipahami oleh pasien)
3). Observasi
4). Instruksi
Preceptor memberikan instruksi pada mahasiwa tanpa membuat mahasiswa malu dihadapan pasien.
5). Penyimpulan
Preceptor membantu mahasiswa menarik kesimpulan berdasarkan hasil interaksi dengan pasien.
2.
1). Debriefing
Proses debriefing dimulai dengan meminta masukan dari pasien dan mahasiswa, beberapa pertanyaan
dari pasien dan mahasiswa, preceptor dapat membicarakan pasien dan mahasiswa, preceptor dapat
membicarakan dengan mahasiswa sendirian jika memerlukan feedback khusus.
Mahasiswa diberikan kesempatan untuk menilai dirinya/self review, peer review kemudian diberikan
umpan balik oleh preceptor.
3). Working Knowledge and Education Mahasiswa didampingi oleh preceptor untuk meningkatan
pembelajaran selanjutnya. Seperti melakukan analisis kasus yang telah dijumpai oleh mahasiswa selama
proses bedside teaching berlangsung. Pertanyaan yang diberikan working knowledgemahasiswa yaitu
apa yang harus mahasiswa lakukan selanjutnya? Apakah harus dipicu dengan skenario kasus yang sama
untuk masa yang akan datang?
Dua belas tips melakukan bedside teaching menurut Ramani, S. (2003) yaitu :
1. Persiapan
2). Persiapan pengetahuan dan keterampilan preceptor terhadap kegiatan yang akan diajarkan dengan
cara mempelajari kasus, terutama dengan menggunakan media CD-ROM, video, dan sebagainya.
4). Persiapan pelatihan dari universitas/fakultas untuk meningkatkan keterampilan klinis dan
keterampilan mengajar.
- Feedback
- Refleksi
3. Mengarahkan Mengarahkan mahasiswa untuk mencoba/latihan dengan cara memberikan peran dari
masing-masing mahasiswa, hal ini dilakukan untuk mencegah kebosanan dari mahasiswa.
4. Perkenalan diri Perkenalan diri preceptor dan mahasiswa kepada pasien, mengenai tujuan kegiatan
yang akan dilakukan serta mengarahkan pasien selama proses bedside teaching berlangsung.
5. Peran model interaksi preceptor dan pasien Pasien dapat melakukan sharing informasi dan
pengetahuan secara teoritis kepada preceptor dan mahasiswa selama kegiatan bedside teaching
berlangsung. 6.
Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan interaksi kepada pasien. Mahasiswa
melakukan komunikasi, anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pada tahap ini preceptor dapat menilai
keterampilan, pengetahuan dan sikap mahasiswa. Hal ini diperlukan untuk merancang dan
merencanaan kegiatan bedside teaching selanjutnya.
8. Preceptor mengevaluasi singkat mahasiswa terhadap apa yang telah mereka lakukan sebelum
meninggalkan pasien. Preceptor meringkas apa yang telah diajarkan dan dipelajari selama kegiatan.
9. Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengklarifikasi atau bertanya, guna mengatasi
kebingungan dan dekompresi dari kegiatan sebelumnya.
10. Beritahu apa yang telah baik/belum baik hal ini bertujuan meningkatkan moral tim, memberikan
kesempatan pada mahasiswa mengeksplorasikan pengetahuan atau keterampilannya untuk mengubah
atau memodifikasi pengajaran.
11. Preceptor mengevaluasi dan merencanakan perubahan apa yang harus dilakukan untuk kegiatan
berikutnya.
12. Preceptor mulai mempersiapkan wawasan, pengetahuan, keterampilan mengajar dan kualitas diri
untuk melakukan kegiatan bedside teaching selanjutnya.
Perawat I (Suci)
Keluarga
:“I
a selamat
pagi mbak..”(tersenyum)
Perawat I (Suci)
keluarga dari pasien atas nama sdr intan dan rika". Keluarga (intan)
keluarga (rika) : "Iya benar, saya keluarga dari sdr rika" Perawat I (Suci)
: “E
mmm baik kalau gitu saya akan mengajukan pertanyaan. Sebelumnya apakah sdr rika dan intan sering
mengeluhkan sesuatu di ibu dan bapak.? Keluarga
:”S
elama saya disini anak saya tidak mengeluhkan sesuatu di saya, mungkin lebih jelasnya lagi mbak bisa
langsung meriksa keadaan anak saya. Perawat I (Suci)
: “O
hh, baik lah ibu jika begitu saya akan langsung memeriksa keadaan anak ibu sekarang. Keluarga
:”I
ya s
ilahkan”
“ sel
amat pagi
Mbak ..”(tersenyum)
Pasien
:“
Iy
Perawat
: “P
erkenalkan Mbak nama saya suci saya mahasiswi dari STIKES Mitra Lampung, pagi ini saya akan
melakukan anamnase dan pemeriksaan tekanan darah kepada mbak, dari pukul 09.00 sampai 09.30
Wib. Kalau boleh saya tau nama Mbak siapa? Dan senangnya dipanggil apa Mb
ak ?”
Pasien
: “I
ya salam kenal juga Mbak, nama saya Rika Dwi Oktina Asngari, Mbak bisa panggil saya dengan panggilan
mbak Rika Perawat I (Suci) :
“B
Pasien
:“
Sejak pertama kali masuk saya merasa kepala saya terasa pusing Perawat I (Suci) : Apakah mbak
mempunyai riwayat penyakit sebelumnya Pasien : "Tidak ada suster". perawat : "Apakah keluarga mbak
ada yang mempunyai riwayat penyakit hipertensi ?". Pasien : "Ada sus, bapak saya memiliki riwayat
penyakit hipertensi" perawat : "Apakah mbak merokok atau meminum minuman keras?". pasien :Tidak
sus, saya tidak merokok dan tidak meminum minuman keras. Sus kok saya sering mudah marah ya?
Perawat
:“
memang dampak yang mbak alami, karena dampak yang di timbulkan dari hipertensi salah satunya yang
mbak rasakan saat ini. Pasien
Perawat
: “T
: “Ohhh..begitu.”(sedikit lega)
Perawat : Baik mbak setelah ini temen saya akan memeriksa tekanan darah Pasien
: “Iya mbak.”(mengangg
:”
Perkenalkan saya suster Endah yang akan memeriksa tekanan darah mbak, waktunya kurang lebih 5
menit, apakah ,mbak bersedia? Pasien : Iya sus saya bersedia Perawat II(Endah) : (Melakukan tindakan),
baik mbak, tekanan darah mbak
saat ini 150/100mmHg. selanjutnya perawat natali akan memberikan informasi tentang hipertensi agar
mbak dapat mencegah hipertensi Pasien :
“Iya,.”(tersenyum)
Perawat (natali) : langsung saja mbak saya akan memberikan informasi mengenai hipertensi".
Daftar Pustaka
Manajemen Keperawatan
Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan dan Manajemen Keperawatan untuk Perawat
Klinis