Anda di halaman 1dari 4

PEDOMAN BEDSIDE TEACHING PRAKTEK KLINIK KEPERAWATAN A.

Pengertian Bed side teaching


merupakan metode bimbingan kepada peserta didik yang dilakukan disamping tempat tidur klien
meliputi kegiatan mempelajari kondisi klien dan asuhan keperawatan yang dibutuhkan klien. B.
Tujuan 1. Peserta didik mampu menguasai ketrampilan prosedural 2. Menumbuhkan sikap
professional 3. Mempelajari perkembangan biologis/fisik 4. Melakukan komunikasi dengan
pengamatan langsung C. Prinsip pelaksanaan 1. Adanya kesiapan fisik maupun psikologis dari
pembimbing klinik peserta didik dan klien 2. Jumlah peserta didik dibatasi idealnya 5-6 orang 3.
Diskusi di awal dan akhir demonstrasi didepan klien dilakukan seminimal mungkin 4. Lanjutkan
dengan redemonstrasi 5. Kaji permasaahan peserta didik sesegera mungkin terhadap apa yang
dilakukan 6. Kegiatan yang didemonstrasikan adalah sesuatu yang belum pernah diperoleh peserta
didik sebelumnya,atau apabila peserta didik menghadapi kesulitan penerapannya. D. Pedoman
Pelaksanaan Pedoman pelaksanaan Bed side teaching mempergunakan Satuan Acara Pelajaran (SAP)
yang mengandung unsure-unsur : 1. Pokok Bahasan 2. Sub pokok bahasan 3. Sasaran 4. Tempat 5.
Waktu 6. Pembimbing 7. Tujuan instruksional Umum 8. Tujuan instruksional khusus 9. Materi 10.
Kegiatan belajar mengajar 11. Metode 12. Media 13. Evaluasi 14. Sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar
Belakang Perkembangan metode pembelajaran di bidang kesehatan atau kedokteran dapat dikatakan
berjalan sangat lambat. Hingga tahun 1950-an, metode yang ada belum banyak beranjak dari metode
yang ada sejak zaman Hipocrates yaitu pembelajaran didaktik l dan dijalankan atas arahan para
pendidik yang menjadi narasumber utama. Metode ini disebut sebagai metode tradisional. Hingga
sekarang sebagian besar tenaga pendidik di bidang kesehatan atau kedokteran hanya mengandalkan
metode pembelajaran tradisional dan enggan untuk mengalihkan metode itu menjadi metode
alternatif yang lebih menantang dan berhasil guna. Hanya sebagian kecil tenaga pendidik atau sekolah
kedokteran baru yang banyak menggunakan metodealternatif yang terbukti efektif, salah
satunyabedside teaching. Metode pembelajaran yang tepat efektif dan efisien sangat dibutuhkan bagi
pendidikan di bidang kedokteran atau kesehatan. Pada dasarnya luaran suatu sistem pendidikan,
bukanlah semata-mata tergantung dari metodenya, tetapi lebih kepada bagaimana suatu metode
diterapkan secara benar dan dilaksanakan oleh orang yang sangat kompeten atau profesional dalam
metode tersebut. Bagaimanapun hebatnya metode pembelajaran bila para pengguna atau pelaksana
metode pembelajaran tidak memahami secara benar tentang konsep dan cara penggunaanya, maka
hasilnya juga tidak akan lebih efektif dari berbagai metode sebelumnya. Tiga puluh (30) tahun yang
lalu pelaksanaan bedside teachingmencapai 75 % dari waktu pembelajaran.Sedangkan pada tahun
1978 menurun hingga 16 % dan pada tahun 2007 tidak diketahui bagaimana pelaksanaannya.
Pembelajaran merupakan salah satu metode mendidik peserta didik di klinik yang memungkinkan
pendidik memilih dan menerapkan cara mendidik yang sesuai dengan objektif (tujuan), dan
karakteristik individual peserta didik berdasarkan kerangka konsep pembelajaran (Nursalam, 2002).
Maka pemilihan dan penerapan metode bimbingan klinik dalam kondisi tertentu dengan “Metode
Bedside Teaching” sangat dimungkinkan. Untuk membantu meningkatkan kemampuan/perilaku
profesional tersebut pada mahasiswa, mempersiapkan/meminimalisir hal-hal yang menjadi pengaruh
dalam pembelajaran klinik dan memilih atau menerapkan metode pembelajaran klinik dengan
Bedside Teaching penting untuk dilakukan dengan harapan peserta didik dapat menguasai
keterampilan secara prosedural, tumbuh sikap profesional melalui pengamatan langsung. B. Tujuan 1.
Untuk mengetahui pengertian bedside teaching. 2. Untuk mengetahui tujuan bedside teaching. 3.
Untuk mengetahui prinsip dasar bedside teaching. 4. Untuk mengetahui keuntungan bedside teaching.
5. Untuk mengetahui kerugian bedside teaching. 6. Untuk mengetahui pelaksanaan bedside teaching.
7. Untuk mengetahui hambatan bedside teaching. C. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian bedside
teaching? 2. Apa tujuan bedside teaching? 3. Apa prinsip dasar bedside teaching? 4. Apa keuntungan
bedside teaching? 5. Apa kerugian bedside teaching? 6. Bagaimana pelaksanaan bedside teaching? 7.
Apa hambatan bedside teaching? BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Bedside Teaching Bedside
teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung di depan pasien. Dengan metode bedside
teachingmahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan, melaksanakan kemampuan komunikasi,
keterampilan klinik dan profesionalisme, menemukan seni pengobatan, mempelajari bagaimana
tingkah laku dan pendekatan dokter kepada pasien. Bedside teaching merupakan pembelajaran
kontekstual dan interaktif yang mendekatkan pembelajaran pada real clinical setting. Bedside
teachingmerupakan metode pembelajaran yang peserta didiknya mengaplikasikan kemampuan
kognitif, psikomotor dan afektif secara terintegrasi. Sementara itu, dosen bertindak sebagai fasilitator
dan mitra pembelajaran yang siap untuk memberikan bimbingan dan umpan balik kepada peserta
didik. Di dalam proses bedside teachingdiperlukan kearifan fasilitator tentang kemungkinan timbulnya
hal-hal yang tidak diinginkan sebagai akibat dari interaksi antara peserta didik (mahasiswa
kesehatan)dan pasien. B. Tujuan Bedside Teaching 1. Peserta didik mampu menguasai keterampilan
prosedural. 2. Menumbuhkan sikap profesional. 3. Mempelajari perkembangan biologis/fisik. 4.
Melakukan komunikasi dengan pengamatan langsung. C. Prinsip Dasar Bedside Teaching 1. Adanya
kesiapan fisik maupun psikologis dari pembimbing klinik peserta didik dan klien. 2. Jumlah peserta
didik dibatasi idealnya5-6 orang. 3. Diskusi di awal dan akhir demonstrasi didepan klien dilakukan
seminimalmungkin. 4. Lanjutkan dengan redemonstrasi. 5. Kaji permasalahan peserta didik sesegera
mungkin terhadap apa yang dilakukan. 6. Kegiatan yang didemonstrasikan adalahsesuatu yang belum
pernah diperolehpeserta didik sebelumnya,atau apabilapeserta didik menghadapi
kesulitanpenerapannya. D. Keuntungan Bedside Teaching Dalam penelitian Williams K (Tufts
Univ,Maret 2008) dihasilkan kesimpulan bahwabedside teaching sangat baik digunakan untuk
mempelajari keterampilan klinik. Beberapa keuntungan bedside teaching antara lain : 1. Observasi
langsung. 2. Menggunakan seluruh pikiran. 3. Klarifikasi dari anamnesa dan pemeriksaan fisik. 4.
Kesempatan untuk membentuk keterampilan klinik mahasiswa. 5. Memperagakan fungsi : a.
Perawatan b. Keterampilan interaktif Bedside teaching tidak hanya dapatditerapkan di rumah sakit,
keterampilanbedside teaching juga dapat diterapkan dibeberapa situasi di mana ada pasien. E.
Kerugian Bedside Teaching 1. Gangguan (misalnya ada panggilan telepon/HP berdering). 2. Waktu
rawat inap yang singkat. 3. Ruangan yang kecil sehingga padat dan sesak. 4. Tidak ada papan tulis. 5.
Tidak dapat mengacu pada buku. 6. Pelajar lelah. F. Pelaksanaan Bedside Teaching Keterampilan
bedside teaching dapat kita laksanakan namun sulit mencapai kesempurnaan. Oleh karena itu perlu
perencanaan yang matang agar berhasil dan efektif. Persiapan sebelum pelaksanaanbedside
teaching : 1. Persiapan a. Tentukan tujuan dari setiap sesi pembelajaran. b. Baca teori sebelum
pelaksanaan. 2. Ingatkan mahasiswa akan tujuan pembelajaran : a. Mendemonstrasikan pemeriksaan
klinik. b. Komunikasi dengan pasien. c. Tingkah laku yang profesional. 3. Persiapan Pasien a. Keadaan
umum pasien baik. b. Jelaskan pada pasien apa yang akan dilakukan. 4. Lingkungan/Keadaan Pastikan
keadaan ruangan nyaman untuk belajar : a. Tarik gorden. b. Tutup pintu. c. Mintalah pasien untuk
mematikan televisinya. Pelaksanaan bedside teaching antara lain: 1. Membuat peraturan dasar a.
Pastikan setiap orang tahu apa yang diharapkan dari mereka. b. Mencakup etika. c. Batasi interupsi
jika mungkin. d. Batasi penggunaan istilah kedokteran saat di depan pasien. 2. Perkenalan a.
Perkenalkan seluruh anggota tim. b. Jelaskan maksud kunjungan. c. Biarkan pasien menolak dengan
sopan. d. Anggota keluarga diperkenankanboleh berada dalam ruangan jika pasien mengizinkan. e.
Jelaskan pada pasien atau keluarga bahwa banyak yang akan didiskusikan, mungkin tidak diterapkan
langsung pada pasien. f. Undang partisipasi pasien dan keluarga. g. Posisikan pasien sewajarnya posisi
tim di sekitar tempat tidur. 3. Anamnesa a. Hindari pertanyaan tentang jenis kelamin atau ras. b.
Hindari duduk di atas tempat tidur pasien. c. Izinkan interupsi oleh pasien dan pelajar untuk menyoroti
hal penting atau untuk memperjelas. d. Jangan mempermalukan dokter yang merawat pasien. 4.
Pemeriksaan fisik a. Minta pelajar untuk memeriksa pasien. b. Izinkan pasien untuk
berpartisipasi(mendengarkan bising, meraba hepar, dll). c. Minta tim untuk mendemonstrasikan
teknik yang tepat. d. Berikan beberapa waktu agar pelajar dapat menilai hasil pemeriksaan yang baru
pertama kali ditemukan. 5. Pemeriksaan Penunjang a. Jika mungkin tetap berada disamping tempat
tidur. b. Rongent, ECG bila mungkin. c. Izinkan pasien untuk meninjau ulang dan berpartisipasi. 6.
Diskusi a. Ingatkan pasien bahwa tidak semua yang didiskusikan akan dilaksanakan, biarkan pasien
tahu kapan itu biasa dilaksanakan. b. Hati-hati memberikan pertanyaan yang tidak dapat dijawab
kepada mahasiswa yang merawat pasien. c. Berikan pertanyaan pertama kali pada tim yang paling
junior. d. “Saya tidak tahu” adalah jawaban yang tepat, setelah itu gunakan kesempatan untuk
mencari jawaban. e. Hindari bicara yang tidak perlu. f. Izinkan pasien untuk bertanya sebelum
meninggalkan tempat tidur. g. Minta pasien untuk menanggapibedside teaching yang telah dilakukan.
h. Ucapkan terima kasih pada pasien. G. Hambatan Bedside Teaching Dalam pelaksanaan bedside
teaching, ada beberapa hambatan yang mungkin timbul dalam pelaksanaan bedside teaching: 1.
Gangguan (misalnya panggilan telepon). 2. Waktu rawat inap yang singkat. 3. Ruangan yang kecil
sehingga padat dan sesak. 4. Tidak ada papan tulis. 5. Tidak dapat mengacu pada buku. 6. Pelajar
lelah. Adapun beberapa hambatan dari pasien : 1. Pasien merasa tidak nyaman. 2. Menyakiti pasien,
terutama pada pasien yang kondisi fisiknya tidak stabil. 3. Pasien tidak ada di tempat. 4. Pasien salah
pengertian dalam diskusi. 5. Pasien tidak terbuka. 6. Pasien tidak kooperatif atau marah. BAB III
PENUTUP A. Kesimpulan Bedside teaching adalah pembelajaran yang dilakukan langsung di depan
pasien. Dengan metode bedside teachingmahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan,
melaksanakan kemampuan komunikasi, keterampilan klinik dan profesionalisme, menemukan seni
pengobatan, mempelajari bagaimana tingkah laku dan pendekatan dokter kepada pasien. Metode
bedside teaching merupakan salah satu metode pembelajaran klinik yang efektif, namun hingga saat
ini publikasibedside teaching tidak terlalu gencar, sehingga masih banyak pusat pendidikan kesehatan
yang belum menerapkannya. B. Saran Penulis mengharapkan agar mahasiswa dapat mengetahui dan
memanfaatkan makalah ini untuk menambah wawasan tentang metode bedside teaching sehingga
mahasiswa dapat menerapkan ilmu pengetahuan, melaksanakan kemampuan komunikasi,
keterampilan klinik dan profesionalisme, menemukan seni pengobatan, mempelajari bagaimana
tingkah laku dan pendekatan tenaga medis (dokter, bidan, perawat, dll) kepada pasien,sehingga
masyarakat dapat menghargai profesi tenaga medis dan mereka dapat lebih mencintai profesinya
dengan melihat peran dan tanggung jawab tenaga medis sebagai tenaga pendidik nantinya. DAFTAR
PUSTAKA Anonim. 2012. Metode Bedside Teaching.http://academiclifeinem.blogspot.com (Diakses
tanggal 01 Juli 2014). Anonim. 2012. Bedside Teaching dalam Keperawatan.
http://ksuheime.blogspot.com (Diakses tanggal 01 Juli 2014) Eksap, hendrik. 2011. Bedside
Teaching.http://www.hendrikeksap.blogspot.com (Diakses tanggal 01 Juli 2014).

ed side teaching terdiri atas tiga tahap: tahap persiapan, tahap pengalaman (patient encounter), dan
tahap refleksi. Pada tahap persiapan, mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan tujuan belajar yang
ingin dicapai. Pada tahap persiapan, pembimbing memastikan bahwa mahasiswa paham atas apa
yang akan dihadapi pada saat interaksi dengan pasien dan bagaimana mengoptimalkan kesempatan
itu untuk mencapai tujuan belajar. Pada tahap pengalaman, pasien hadir bersama mahasiswa dan
pembimbing. Pasien mendapat penjelasan tentang aktivitas pembelajaran dan memberikan
persetujuan. Tahap pengalaman dapat berupa demonstrasi atau observasi. Demonstrasi. Pembimbing
klinik mendemonstrasikan suatu interaksi dengan pasien (anamnesis, pemeriksaan fisik, manajemen
pasien, dan aspek komunikasi lainnya). Mahasiswa belajar dari demonstrasi tersebut, dan dapat
dilibatkan dalam diskusi dengan pasien. “Demonstrasi” direkomendasikan pada saat mahasiswa
mempelajari ketrampilan baru atau pada fase-fase awal pembelajaran. Pembimbing klniis berperan
sebagai role model (I am doing, you are watching). Observasi. Mahasiswa mendemonstrasikan suatu
interaksi dengan pasien (anamnesis, pemeriksaan fisik, manajemen pasien, dan aspek komunikasi
lainnya). Pembimbing mengamati kinerja mahasiswa dan memberikan umpan balik. Observasi
direkomendasikan pada saat fase belajar yang lebih lanjut. Pembimbing klniis berperan sebagai
fasilitator (We are doing together atau I am watching, you are doing). Diskusi antara pembimbing dan
mahasiswa pada tahap pengalaman harus mempertimbangkan kepentingan dan kenyamanan pasien.
Oleh karena itu, umpan balik diberikan pada saat dibutuhkan, misalnya, pembimbing melakukan
koreksi cara palpasi hepar. Pasien juga dapat diminta untuk memberi umpan balik, misalnya pada
aspek komunikasi. Pada tahap refleksi, mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan pencapaian
tujuan belajar. Mahasiswa mendapatkan umpan balik, mendiskusikan hal-hal yang belum dipahami,
memperkuat pengetahuan klinis danclinical reasoning, serta merumuskan tujuan belajar untuk bed
side teaching atau aktivitas pembelajaran lain selanjutnya. Untuk menjaga kenyamanan pasien
sebaiknya tahap ini dilakukan di tempat lain tanpa keberadaan pasien

Pengertian Bedside teaching merupakan pembelajaran kontekstual dan interaktif yang mendekatkan
pembelajar pada real clinical setting. Beside teaching merupakan metode pembelajaran di mana
pembelajar mengaplikasikan kemampuan kognitif, psikomotor dan afektif secara terintegrasi.
Sementara itu, dosen bertindak sebagai fasilitator dan mitra pembelajaran yang siap untuk
memberikan bimbingan dan umpan balik kepada pembelajar. Di dalam proses beside teaching
diperlikan kearifan fasilitator tentang kemungkinan timbulnya hal-hal yang tidak diinginkan sebagai
akibat dari interaksi antara pembelajar dan pasien.

Anda mungkin juga menyukai