Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya dalam mata kuliah SISTEM RESPIRASI.
Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua
pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.Akhir kata, saya sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalai ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.

Pontianak, 2 Januari 2013

penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................................. 2
B. Tujuan............................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian OSAS.............................................................................................. 3
B. Etiologi............................................................................................................. 5
C. Faktor Resiko.................................................................................................... 5
D. Patofisiologi...................................................................................................... 6
E. Pathway............................................................................................................. 7
F. Manifestasi Klinis............................................................................................. 8
G. Penatalaksanaan................................................................................................ 10
H. Pencegahan....................................................................................................... 12
I. Komplikasi........................................................................................................ 13
J. Diagnosis.......................................................................................................... 15
K. Asuhan Keperawatan........................................................................................ 15
BAB III PENUTUP
Kesimpulan....................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 22

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
OSAS adalah suatu sindrom dengan ditemukannya episode apnea atau hipopnea
pada saat tidur. Apnea dapat disebabkan kelainan sentral, obstruktif jalan nafas, atau
campuran. Obstruktif apnea adalah berhentinya aliran udara pada hidung dan mulut
walaupun dengan usaha nafas, sedangkan central apnea adalah penghentian
pernafasan yang tidak disertai dengan usaha bernafas akibat tidak adanya rangsangan
nafas. Obstruktif hipoventilasi disebabkan oleh obstruksi parsial aliran udara yang
menyebabkan hipoventilasi dan hipoksia. Istilah obstruktif hipoventilasi digunakan
untuk menunjukkan adanya hipopnea, yang berarti adanya pengurangan aliran udara.
Istilah OSAS dipakai pada sindrom obstruksi total atau parsial jalan nafas yang
menyebabkan gangguan fisiologis yang bermakna dengan dampak klinis yang
bervariasi. Istilah primary snoring (mendengkur primer) digunakan untuk
menggambarkan anak dengan kebiasaan mendengkur yang tidak berkaitan dengan
obstruktif apnea, hipoksia atau hipoventilasi.

B. Tujuan
1. Memahami tentang definisi OSAS
2. Memahami tentang etiologi OSAS
3. Memahami tentang patologi OSAS
4. Memahami tentang tanda dan gejala OSAS
5. Memahami tentang penatalaksanaan OSAS

BAB II

PEMBAHASAN
3
A. Pengertian OSAS
Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS) adalah suatu sindrom obstruksi total
atau parsial jalan nafas yang menyebabkan gangguan fisiologis yang bermakna
dengan dampak klinis yang bervariasi. Prevalensi OSAS adalah 0,7-10,3%.
Beberapa keadaan dapat merupakan faktor risiko OSAS seperti hipertofi adenoid
dan atau tonsil, obesitas, disproporsi sefalometri, kelainan daerah hidung. OSAS pada
anak berbeda dengan dewasa baik faktor risiko maupun tata laksananya. Manifestasi
klinis OSAS pada anak adalah kesulitan bernafas pada saat tidur, mendengkur,
hiperaktif, mengantuk pada siang hari, dan kadang-kadang enuresis.
Diagnosis OSAS secara definitif menggunakan polisomnografi yaitu adanya
indeks apnea atau hipopnea lebih dari 5. Sebagai alternative diagnosis adalah
menggunakan kuesioner Brouillette dkk, observasi dengan video, atau menggunakan
pulse oksimetri. Tata laksana OSAS pada anak adalah pengangkatan adenoid
(adenoidektomi dan/atau tonsilektomi). Angka keberhasilannya cukup tinggi yaitu
sekitar 75%. Selain itu diet untuk penurunan berat badan pada obesitas, serta
pengunaan CPAP (continuous positive airway pressure). Komplikasi yang dapat
terjadi adalah gangguan tingkah laku, kelainan kardiovaskular, dan gagal tumbuh.
Defenisi Sleep apnea syndrome adalah suatu sindrom dengan ditemukannya
episode apnea atau hipopnea pada saat tidur. Apnea dapat disebabkan kelainan
sentral, obstruktif jalan nafas, atau campuran. Obstruktif apnea adalah berhentinya
aliran udara pada hidung dan mulut walaupun dengan usaha nafas, sedangkan central
apnea adalah penghentian pernafasan yang tidak disertai dengan usaha bernafas
akibat tidak adanya rangsangan nafas. Obstruktif hipoventilasi disebabkan oleh
obstruksi parsial aliran udara yang menyebabkan hipoventilasi dan hipoksia. Istilah
obstruktif hipoventilasi digunakan untuk menunjukkan adanya hipopnea, yang berarti
adanya pengurangan aliran udara.
Istilah OSAS dipakai pada sindrom obstruksi total atau parsial jalan nafas yang
menyebabkan gangguan fisiologis yang bermakna dengan dampak klinis yang
bervariasi. Istilah primary snoring (mendengkur primer) digunakan untuk
menggambarkan anak dengan kebiasaan mendengkur yang tidak berkaitan dengan
obstruktif apnea, hipoksia atau hipoventilasi.

B. Etiologi

4
1. Pembesaran amandel menjadi penyebab terbanyak. Ada anak yang amandelnya
amat besar tapi derajat OSAS-nya masih ringan, ada pula sebaliknya. Sebagian
besar sembuh bila amandel diangkat, sebagian kecil tidak.
2. Kelainan tulang wajah seperti rahang yang kecil, midface hypoplasia juga dapat
menyebabkan saluran napas menyempit dan menimbulkan OSAS.
3. Kegemukan menjadi penyebab utama OSAS pada orang dewasa tetapi tidak
pada anak-anak

C. Faktor Resiko
Faktor risiko terjadinya OSAS pada anak antara lain sebagai akibat hipertrofi
adenoid dan tonsil, disproporsi kraniofasial, obesitas. Hipertrofi adenoid dan tonsil
merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan OSAS pada anak. Ukuran
adenoid dan tonsil tidak berbanding lurus dengan berat ringannya OSAS. Terdapat
anak dengan hipertrofi adenoid yang cukup besar, namun OSAS yang terjadi masih
ringan, anak lain dengan pembesaran adenoid ringan menunjukkan gejala OSAS yang
cukup berat.
Hipertrofi adenoid dan tonsil dapat juga menyebabkan penyulit pada anak dengan
kelainan dasar tulang. Walaupun pada sebagian besar anak OSAS membaik setelah
dilakukan adenotonsilektomi, namun sebagian kecil akan menetap setelah dioperasi.
Pada suatu penelitian sebagian kecil anak dengan OSAS yang telah berhasil diatasi
dengan operasi adenotonsilektomi kemudian mengalami rekurensi gejalanya selama
masa remaja. 2,3 Anak dengan anomali kraniofasial yang mengalami penyempitan
struktur saluran nafas yang nyata (mikrognasi dan midface hypoplasia) akan
mengalami OSAS. Pada anak dengan disproporsi kraniofasial dapat menyebabkan
sumbatan saluran nafas meskipun tanpa disertai hipertrofi adenoid.
Salah satu penyebab OSAS yang lain adalah obesitas. Pada dewasa obesitas
merupakan penyebab utama OSAS sedangkan pada anak obesitas bukan sebagai
penyebab utama. Mekanisme terjadinya OSAS pada obesitas karena terdapat
penyempitan saluran nafas bagian atas akibat penimbunan jaringan lemak di dalam
otot dan jaringan lunak di sekitar saluran nafas, maupun kompresi eksternal leher dan
rahang.
Penentuan obesitas dapat dilakukan dengan cara menghitung body mass index
(BMI) dan pengukuran lingkar leher. Untuk penentuan OSAS, yang lebih berperan
adalah lingkar leher dibandingkan dengan BMI.12 Telah diketahui bahwa lingkar

5
leher yang besar atau obesitas pada daerah atas berhubungan dengan peningkatan
penyakit kardiovaskular, demikian pula diduga berhubungan dengan mendengkur dan
OSAS. Diduga bahwa penumpukan lemak pada daerah leher dapat membuat saluran
nafas atas menjadi 8:1.4 Terdapat kecenderungan familial untuk terjadinya OSAS.

D. Patofisiologi
Pasien dengan OSAS mampu mempertahankan patensi saluran nafas bagian atas
selama bangun atau tidak tidur, karena peningkatan tonus otot saluran nafas akibat
input dari pusat kortikal yang lebih tinggi. Namun selama tidur kolaps jalan nafas
bagian atas terjadi pada saat inspirasi dan kadang-kadang meningkatkan usaha
bernafas. Pada anak lebih sering mengalami periode obstruksi parsial saluran nafas
yang berkepanjangan dan hipoventilasi dibandingkan orang dewasa. Keadaan apnea
lebih jarang pada anak dan umumnya waktu lebih singkat daripada orang dewasa.
Hipoksia dan hiperkapnia terjadi akibat siklus obstruksi parsial atau total. Obstruktif
apnea menyebabkan peningkatan aktifitas otot-otot dilatators saluran nafas atas
sehingga mengakibatkan berakhirnya apnea. Pada anak dengan OSAS arousal jauh
lebih jarang, dan obstruksi parsial dapat berlangsung terus selama berjam- jam tanpa
terputus.

E. Pathway

Faktor Resiko

Obesitas Hipertrofi Adenoid & Kelainan Tulang


Tonsil Wajah

OSAS Deprivasi Tidur

Keletihan
Inefektif Pola Penurunan
Nafas Ventilasi
Resiko Intoleransi
Aktivitas
Hipoksemia, Hipoksia
6
Resiko Gangguan
Pertukaran Gas

Hipertrofi adenoid & Gangguan/Susah


Tonsil Menelan

Intervensi Bedah Peradangan/ Inflasi Nyeri Resiko Perubahan


Adenotonsilektomi Nutrisi Kurang dr
Kebutuhan Tubuh
Hipertermi

Pre-Operasi Post-Operasi

Resiko
Gagal Tum-
Kurang Nyeri Bang
Pengetahuan

F. Menastifasi Klinis
Manifestasi klinis yang terbanyak adalah kesulitan bernafas pada saat tidur yang
biasanya berlangsung perlahan-lahan. Sebelum gejala kesulitan bernafasnterjadi,
mendengkur merupakan gejala yang mulamula timbul. Dengkuran pada anak dapat
terjadi secara terus menerus (setiap tidur) ataupun hanya pada posisi tertentu saja.
Pada OSAS, pada umumnya anak mendengkur setiap tidur dengan dengkuran yang
keras terdengar dari luar kamar dan terlihat episode apnea yang mungkin diakhiri
dengan gerakan badan atau terbangun Sebagian kecil anak tidak memperlihatkan
dengkur yang klasik, tetapi berupa dengusan atau hembusan nafas, noisy breathing
(nafas berbunyi). Usaha bernafas dapat terlihat dengan adanya retraksi. Posisi pada
saat tidur biasanya tengkurap, setengah duduk, atau hiperekstensi leher untuk
mempertahankan patensi jalan nafas.
Tanda-tanda umum apnea tidur termasuk unexplained kantuk siang hari, gelisah
tidur dan mendengkur keras (dengan periode keheningan yang diikuti oleh terengah-

7
engah). Gejala kurang umum adalah sakit kepala pagi; insomnia; Kesulitan
berkonsentrasi; perubahan suasana hati seperti mudah marah, kegelisahan dan
depresi; pelupa; peningkatan denyut jantung dan/atau tekanan darah; penurunan sex
drive; berat yang tak diterangkan memperoleh; Peningkatan buang air kecil dan/atau
nocturia; Mulas sering atau Gastroesophageal reflux disease; dan malam berat sweats.
1. Orang Dewasa
Pada dewasa, paling khas individu dengan Sindrom apnea tidur menderita
obesitas, dengan berat tertentu di wajah dan leher. Obesitas sebenarnya tidak
selalu hadir dengan OSA, sejumlah orang dewasa dengan tubuh normal massa
indeks (BMI) memiliki penurunan otot yang menyebabkan keruntuhan saluran
udara dan sleep apnea. Penyebab penurunan nada tidak saat ini difahami. Ciri
gejala sindrom apnea tidur pada orang dewasa adalah berlebihan siang hari
kantuk. Biasanya, orang dewasa atau remaja dengan berat lama apnea tidur akan
jatuh tertidur untuk periode yang sangat singkat dalam perjalanan dari kegiatan
siang hari biasa jika diberi kesempatan untuk duduk atau beristirahat. Perilaku
ini mungkin cukup dramatis, kadang-kadang terjadi selama percakapan dengan
orang lain di pertemuan sosial.
Hipoksia (tidak adanya pasokan oksigen) melalui OSA dapat
menyebabkan perubahan dalam neuron Hipokampus dan korteks frontal tepat di
dalam otak. Penelitian melalui penggunaan neuro-pencitraan mengungkapkan
bukti hippocampal atrofi dalam orang-orang yang menderita OSA. Mereka
menemukan beberapa penderita OSA memiliki masalah mental memanipulasi
informasi nonverbal dan fungsi eksekutif.
2. Anak- anak
Meskipun ini disebut "hypersomnolence" (berlebihan kantuk) juga dapat
terjadi pada anak-anak, sama sekali tidak khas dari anak-anak dengan apnea
tidur. Balita dan anak-anak dengan parah apnea tidur sebaliknya biasanya
bersikap seolah-olah "over-tired" atau "hiperaktif." orang dewasa dan anak-anak
dengan sangat parah apnea tidur juga berbeda dalam tubuh khas '' habitus''.
Orang dewasa umumnya berat, dengan leher yang sangat pendek dan berat.
Anak-anak, di sisi lain, umumnya tidak hanya tipis, tetapi mungkin memiliki
"kegagalan untuk berkembang," di mana pertumbuhan berkurang. Pertumbuhan
yang miskin terjadi karena dua alasan: karya bernapas cukup tinggi kalori yang

8
terbakar pada tingkat tinggi bahkan saat istirahat, dan hidung dan tenggorokan
yang jadi terhalang makan hambar dan secara fisik tidak nyaman. Apnea tidur
pada anak-anak, tidak seperti orang dewasa, sering disebabkan oleh obstruktif
amandel dan adenoids dan kadang-kadang dapat disembuhkan dengan
Tonsilektomi dan adenoidectomy.
Masalah ini juga dapat disebabkan oleh kelebihan berat badan pada anak-
anak. Dalam kasus ini, gejala-gejala yang lebih seperti orang-orang dewasa
gejala merasa: kegelisahan, kelelahan, dan banyak lagi. Anak-anak dengan OSA
mungkin mengalami defisit pembelajaran dan memori. OSA juga telah dikaitkan
dengan skor menurunkan masa kanak-kanak IQ (Halbower, et al. 2006).
Usia sering disertai oleh otot & neurologis hilangnya kemampuan
Airways. Penuaan dini sementara disebabkan oleh depresi kimia; minuman
beralkohol yang paling umum. Permanen saluran udara prematur penuaan
mungkin disebabkan oleh cedera otak traumatis, atau miskin kepatuhan terhadap
perawatan kimia dan terapi wicara.
Individu dengan penurunan otot, jaringan lunak peningkatan sekitar
saluran udara, dan fitur struktural yang menimbulkan saluran udara menyempit
beresiko tinggi untuk apnea tidur. Laki-laki, anatomi yang dicirikan oleh
peningkatan body mass in batang tubuh dan leher, yang lebih khas sleep apnea
penderita, terutama melalui usia menengah dan lebih tua. Wanita dewasa
menderita biasanya kurang sering dan untuk tingkat yang lebih rendah daripada
laki-laki lakukan, karena sebagian untuk fisiologi, tetapi mungkin untuk muncul
link ke tingkat progesteron. Prevalensi pada wanita post-menopausal pendekatan
bahwa laki-laki dalam kisaran usia yang sama.

G. Penatalaksanaan
Tatalaksana OSAS pada anak dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu tindakan
bedah dan medis (non bedah). Tindakan bedah yang dilakukan adalah tonsilektomi
dan/atau adenoidektomi dan koreksi terhadap disproporsi kraniofasial, sedangkan
terapi medis dapat berupa diet pada anak dengan obesitas dan pemakaian nasal CPAP
(Continuous Positif Airway Pressure ).
1. Tonsilektomi dan/atau adenoidektomi
Banyak ahli berpendapat bahwa tindakan tonsilektomi dan/atau
adenoidektomi merupakan tindakan yang harus dilakukan karena keuntungannya

9
lebih besar. Tingkat kesembuhan tindakan ini pada anak sekitar 75-100%. Pada
anak dengan etiologi hipertrofi adenoid dan tonsil saja angka keberhasilannya
tinggi tetapi apabila disertai dengan risiko lain seperti obesitas dan disproporsi
kraniofasial maka pascaoperasi akan tetap timbul OSAS. Meskipun demikian,
karena OSAS terjadi akibat ukuran struktur komponen saluran nafasatas relatif
kecil dibandingkan dengan ukuran absolute dari tonsil dan adenoid, maka para
ahli berpendapat tindakan tonsilektomi dan/atau adenoidektomi tetap diperlukan
pada keadaan di atas. Pasca tonsilektomi dan/atau adenoidektomi diperlukan
pemantauan dengan polisomnografi sebagai tindak lanjut. Kadang-kadang gejala
masih ada dan dalam beberapa minggu kemudian menghilang. Tatalaksana non
medis lainnya seperti penanganan obesitasnya tetap dilakukan meskipun telah
dilakukan tonsilektomi dan/atau adenoidektomi.
2. Continuous positive airway pressure(CPAP)
Nasal CPAP telah digunakan dengan hasil yang baik pada anak termasuk
bayi, anak obesitas, sindrom Down, akondroplasia, dan dengan kelainan
kraniofasial. Pada kelompok usia anak, CPAP terutama berguna untuk pasien
yang obesitas dan pasien dengan OSAS yang menetap setelah dilakukan
tonsilektomi dan/atau adenoidektomi. Sebenarnya indikasi pemberian CPAP
adalah apabila setelah dilakukan tonsilektomi dan/atau adenoidektomi pasien
masih mempunyai gejala OSAS atau sambil menunggu tindakan tonsilektomi
dan/atau adenoidektomi. Kunci keberhasilan terapi CPAP adalah kepatuhan
berobat dan hal tersebut memerlukan persiapan pasien yang baik, edukasi, dan
pemantauan yang intensif.
Penggunaan CPAP dengan peningkatan tekanan inspirasi secara bertahap
atau dengan tekanan ekspirasi yang lebih rendah dapat meningkatkan
kenyamanan pasien. Efek samping CPAP biasanya ringan dan berhubungan
dengan kebocoran udara di sekitar selang masker. Keadaan ini dapat
menyebabkan mata kering, konjungtivitis, dan ruam pada kulit. Dekongestan,
tetes hidung dengan NaCl fisologis atau penggunaan sistem CPAP dengan
menggunakan humidifer dapat mengurangi efek samping.

3. Penurunan berat badan

10
Pada pasien obesitas, penurunan berat badan mutlak di lakukan. Dengan
penurunan berat badan dapat menyebabkan perbaikan OSAS yang nyata.
Penurunan berat badan merupakan kunci keberhasilan terapi OSAS pada anak
dengan predisposisi obesitas. Sayangnya menurunkan berat badan pada anak lebih
sulit dilakukan dari pada dewasa. Pendekatan yang dilakukan harus bertahap
karena menurunkan berat badan secara drastis tidak dianjurkan pada anak. Perlu
kesabaran dan perhatian tenaga kesehatan lebih banyak dalam yang menangani
pasien dengan obesitas. Cara ideal adalah menurunkan berat badan secara
perlahan dan konsisten, hal ini memerlukan waktu lama.
Selain memperbaiki diet pada obesitas, hal yang perlu diperhatkan adalah
penyakit lain yang mungkin menyertainya seperti diabetes melitus atau
hipoertensi. Oleh karena itu sambil menunggu berat badan turun diperlukan
pemasangan CPAP. Nasal CPAP harus digunakan sampai mencapai penurunan
berat badan yang cukup. Peningkatan berat badan akan memperburuk OSAS dan
penurunan berat badan dapat menurunkan gejala OSAS. Dalam hal penanganan
obesitas termasuk di dalamnya adalah modfikasi perilaku, terapi diet, olah raga
(exercise), dan obatobatan. 23 Pada pasien OSAS yang berat dan member
komplikasi yang potensial mengancam hidup memerlukan perawatan di rumah
sakit. 3,11,18
4. Obat-obatan
Obstruksi hidung merupakan faktor yang umumnya dapat mempermudah
terjadinya OSAS pada anak, dan dapat diobati dengan dekongestan nasal atau
steroid inhaler.23,24 Progresteron telah digunakan sebagai stimulan pernafasan
pada pasien anak dengan obesity hipoventilation syndrom. Keberhasilan
pemberian obatobat tersebut kurang bermakna sehingga kurang dianjurkan. Obat-
obat penenang dan obat yang mengandung alkohol harus dihindarkan karena
dapat memperberat OSAS.
5. Trakeostomi
Trakeostomi merupakan tindakan sementara pada anak dengan OSAS
yang berat yang mengancam hidup, dan untuk anak yang tinggal di daerah dengan
peralatan operasi tidak tersedia.

H. Pencegahan

11
Penatalaksanaan OSA terdiri dari tiga kategori, yaitu modikasi perilaku,
menggunakan alat bantu dan pembedahan. Modifikasi perilaku utermasuk pengaturan
posisi tidur, penurunan berat badan, pencegahan obat sedasi, alcohol atau makanan
porsi besar tepat sebelum tidur. Cara pencegahan sleep apnea sama dengan
pencegahan merokok. Pilihan cara yang nyaman , diantaranya :
1. Latihan olah raga untuk memperkuat otot- otot dan mengurangi berat badan.
2. Jangan minum alcohol sebelum tidur.
3. Jangan minum obat penenang, obat tidur maupun anti histamine sebelum tidur.
4. Tidur miring
5. Meninggikan bagian kepala dari tempat tidur sekitar 10 cm
6. Menggunakan berbagai alat bantu yang ada.dua alat bantu yang dapat
digunakan untuk mempertahankan potensi jalan napas dan mengurangi insiden
gangguan napas saat tidur adalah positive aiway pressure (PAP) dan alat bantu
oral.
7. Tindakan operasi adalah pilihan terakhir yang dapat dilakukan untuk
mengurangi penderita merokok dan henti napas saat tidur.
Disamping itu, jika gangguan yang ada terpicu oleh latar belakang keunikan
anatomi, solusi yang ada yakni elangsungkan proses pembedahan. Tindakan
pembedahan yang dapat dilakukan untuk memperluas jalan napas atas pada pasien
dengan OSAS terdiri dari :
1) Operasi hidung.
2) Operasi palatum, dengan atau tanpa tonsilaktomi.
3) Operasi reduksi pangkal lidah.
4) Operasi maksilomandibular.
5) Trakheotomi.
I. Komplikasi
Komplikasi OSAS terjadi akibat hipoksia kronis nokturnal, asidosis, sleep
fragmentation.
1. Komplikasi neurobehavioral
Komplikasi neurobehavioral terjadi akibat hipoksia kronis nokturnal dan
sleep fragmentation. Rasa mengantuk pada siang hari yang berlebihan
dilaporkan terjadi pada 31% - 84% anak dengan OSAS. Keluhan lain yang
dapat menyertai OSAS adalah keterlambatan perkembangan, penampilan di
sekolah yang kurang baik, hiperaktifitas, sikap yang agresi/hiperaktif,
penarikan diri dari kehidupan sosial. Manifestasi gangguan kognitif yang lebih
ringan dapat sering terjadi. Suatu penelitian menunjukkan perbaikan OSAS
dapat menyebabkan perbaikan yang nyata pada fungsi kognitif.

12
2. Gagal tumbuh
Gagal tumbuh merupakan komplikasi yang sering terjadi pada anak-anak
dengan OSAS kira-kira 27 - 56%. Penyebab gagal tumbuh pada anak dengan
OSAS adalah anoreksia, disfagia, sekunder akibat hipertrofi adenoid dan tonsil,
peningkatan upaya untuk bernafas, dan hipoksia. Pertumbuhan yang cepat
terjadi setelah dilakukan adenotonsilektomi.
3. Komplikasi kardiovaskular
Hipoksia nokturnal berulang, hiperkapnia dan asidosis respiratorik dapat
mengakibatkan terjadinya hipertensi pulmonal yang merupakan penyebab
kematian pasien OSAS. Keadaan di atas dapat berkembang menjadi kor
pulmonal. Prevalensi hipertensi pulmonal pada anak dengan OSAS tidak
diketahui. Brouilette dkk4 melaporkan kor pulmonal terjadi pada 55% dari 2
anak dengan OSAS dan Guilleminault dkk, melaporkan adanya cardio
respiratory failure pada 20% dari 50 pasien.
4. Enuresis
Enuresis dapat merupakan komplikasi OSAS. Etiologinya mungkin akibat
kelainan dalam regulasi hormon yang mempengaruhi cairan tubuh. Enuresis
khususnya yang sekunder dapat membaik setelah obstruksi jalan nafas bagian
atas dihilangkan.
5. Penyakit respiratorik
Pasien dengan OSAS lebih mungkin mengaspirasi sekret dari respiratorik
atas yang dapat menyebabkan kelainan respiratorik bawah dan memungkinkan
terjadinya infeksi respiratorik. Keadaan ini dapat membaik setelah dilakukan
tonsilektomi dan/atau adenoidektomi. Beberapa anak dengan tonsil yang besar
mengalami disfagia atau merasa sering tercekik dan mempunyai risiko untuk
mengalami aspirasi pneumonia.
6. Gagal nafas dan kematian
Laporan kasus telah melaporkan adanya gagal nafas pada pasien dengan
OSAS yang berat atau akibat komplikasi perioperatif.

J. Dioagnosis
1. Pola nafas, ketidakefektifan yang b/d Obesitas
2. Ganggua pertukaran Gas b/d Hipoksia dan hiperkapnea, perfusi- ventilasi

13
3. Deprivasi tidur b/d Apnea saat tidur
4. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, perubahan faktor yang b/d sulit menelan,
refleks mengisap pada bayi tidak adekuat, muntah, dan intoleransi makanan.
5. Intoleransi aktivitas yang b/d ketidakseimbangan antara suplaidan kebutuhan
oksigen
6. Kurangnya pengetahuan informasi yang b/d ketidakjelasan sumber informasi

K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
 Kaji adanya gejala deprivasi tidur, seperti perfusi akut, agitasi, ansietas,
gangguan persepsi, reaksi lambat, dan iritabilitas.
2. Pendidikan untuk pasien
 Ajarkan pasien atau keluarga tentang faktor- faktor yang memengruhi
tidur ( misalnya stress gaya hidup yang tidak tenang, penggantin tugas
kerja, suhu ruangan yang terlalu panas atau terlalu dingin ).
3. Aktivitas kaloboratif
 Rujuk ke dokter yang berhubungan dengan kebutuhan untuk menyinjau
kembali program pengobatan jika berhubungan dengan masalah tidur.
 Rujuk ke dokter yang berhubungan dengan penggunaan obat tidur yang
tidak menekan tidur fase REM.
 Lakukan rujukan yang diperlukan untuk penanganan gejala defrifvasi tidur
yang parah (misalnya konpusi akut, agitasi, atau ansietas).
4. Aktivitas lain
 Tangani geja;a deprivasi tidur sesuai dengan kebutuhan , misalnya
ansietas, gelisah, paranoid sementara, tidak mampu berkosentrasi, hal ini
akan berbeda pad setiap pasien.

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No Diagnosa
Tujuan Intervensi
. Keperawatan
1 Pola nafas, - Menunjukkan Pola Pengkajian.
ketidakefektifan nafas yang efektif a. Kaji kebutuhan insersi jalan nafas.
- Menunjukkan pola b. Pantau kecepatan, irama, kedalaman,
yang b/d Obesitas
pernapasan efektif dan usaha respirasi.

14
dibuktikan dengan c. Pantau respirasi yang berbunyi.
status pernafasan yang Pendidikan Pasien/Keluarga.
tidak berbahaya : d. Ajarkan pada pasien tehnik nafas
Ventilasi dan statis dalam dan relaksasi.
e. Informasikan kepada pasien/keluarga
tanda vital.
- Menunjukkan status bahwa tidak boleh merokok
pernafasan diruangan.
f. Intruksikan kepada pasien/keluarga
bahwa harus memberitahu perawat
pada saat terjadi ketidakefektifan pola
pernafasan.
Aktivitas kolaboratif.
g. Laporkan perubahan sensori, bunyi
nafas, pola nafas, nilai GDA, sputum,
dan seterusnya, sesuai dengan
kebutuhan.
h. Berikan obat nyeri untuk
mengoptimalkan pola pernafasan.
Aktivitas lain.
i. Hubungkan dan dokumentasikan
semua data perngkajian.
j. Posisikan pasien untuk
mengoptiamalkan pernafasan.
2 Gangguan - Agar pertukaran Gas : Pengkajian.
pertukaran Gas b/d pertukaran CO2 atau a. Pantau saturasi O2 dengan oksimeter
Hipoksia dan O2 di alveolar untuk nadi.
b. Pantau hasil gas darah.
hiperkapnea, mempertahankan
c. Observasi terhadap sianosis, terutama
perfusi- ventilasi konsentrasi Gas darah
membran mukosa.
arteri.
Pendidikan Pasien/Keluarga.
- Gangguan pertukaran
d. Jelaskan penggunaan alat bantu yang
Gas akan terkurangi
diperlukan.
yang dibuktikan
Aktivitas Kolaboratif.
dengan status

15
pernafasan : ventilasi e. Konsultasikan dengan dokter tentang
tidak bermasalah. kebutuhan akan pemeriksaan gas
- Status pernafasan :
darah arteri (GDA) dan pengguanaan
pertukaran Gas tidak
alat bantu yang dianjurkan sesuai
akan terganggu
dengan adanya perubahan kondisi
dengan indicator
pasien.
gangguan. f. Laporkan perubahan sehubungan
dengan pengkajian data.
g. Berikan obat yang diresepkan untunk
mempertahankan keseimbangan
asam-basa.
Aktivitas Lain.
h. Atur posisi untuk memaksimalkan
potensiaal ventilasi.
i. Atur posisi untuk mengurangi
dispeneu.

3 Deprivasi tidur b/d - Meningkatkan dan Pengkajian.


Apnea saat tidur memperbaiki tidur a. Kaji adanya gejala deprivasi tidur,
- Mengidentifikasi dan
seperti konfusi akut, agitasi, ansietas,
menggunakan
gangguan persepsi, reaksi lambat, dan
tindakan yang dapat
iritabilitas.
meningkatkan tidur/
Pendidikan Pasien/Keluarga.
istirahat
b. Ajarkan pasien/keluarga tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi
tidur.
Aktivitas Kolaboratif.
c. Rujuk kepada dokter yang
berhubungan dengan kebutuhan untuk
meninjau kembali program
pengobatan jika berhubungan dengan
masalah tidur.
d. Lakukan rujukan ynag diperlukan

16
untuk penanganan obat tidur yang
tidak menekan tidur fase REM.
Aktivitas Lain.
e. Tangani gejala deprivasi tidur, sesuai
dengan kebutuhan.
4 Nutrisi kurang dari - Agar kebutuhan pada Pengkajian.
kebutuhan tubuh, tubuh bayi terpenuhi. a. Tentukan motivasi pasien untuk
- Menunjukan status
perubahan faktor mengubah kebiasaan makan.
gizi : asupan b. timbang pasien pada interval yang
yang b/d sulit
makanan, cairan , dan tepat.
menelan, refleks
zat Gizi ditandai Pendidikan Pasien/Keluarga.
mengisap pada
dengan indicator c. Ajarkan metode untuk perencanaan
bayi tidak adekuat,
( sebutkan nilainya 1- makan.
muntah, dan
d. Ajarkan pasien/keluarga tentang
5 ; tidak adekuat
intoleransi
makanan yang bergizi dan tidak
ringan, sedang kuat,
makanan.
mahal.
total)
e. Berikan informasi yang tepat tentang
- Mempertahankan
kebutuhan nutrisi dan bagaimana
berat badan – kg atau
memenuhinya.
pertambahan –Kg
Aktivitas Kolaboratif.
pada (- sebutkan
f. Rujuk ke dokter untuk menentukan
tanggalnya).
penyebab perubahan nutrisi.
g. Diskusikan dengan dokter kebutuhan
stimulasi nafsu makan.
Aktivitas Lain.
h. Buat perencanaan makan dengan
pasien untuk di masukkan dalam
jadwal makan.

5 Intoleransi - Mengurangi aktivitas Pengkajian.


aktivitas yang b/d dan istrahat yang a. Kaji respon emosi, sosial, dan
ketidakseimbangan cukup supaya tidak spiritual terhadap aktivitas.
b. Tentukan penyebab keletihan.
antara suplai dan kecapekan
c. Pantau respon oksigen pasien.

17
kebutuhan oksigen. - Mentoleransi aktivitas Pendidikan Pasien/Keluarga.
yuang biasa dilakukan d. Ajarkan kepada pasien/keluarga
dan ditunjukan tentang teknik perawatan diri yang
dengan daya tahan, akan meminimalkan kansumsi
penghematan energi, oksigen.
dan perawatan diri: Aktivitas Kolaboratif.
aktivitas kehidupan e. Beriakan pengobatan nyeri sebelum
sehari- hari ( dan nyeri.
aksi). Aktivitas Lain.
- Menunjukan
f. Hindari menjadwalkan aktivitas
energy,ditandai dengan
perawatan selam periode istirahat.
indicator sebagai
berikut ( dengan
ketentuan 1-5 : tidak
sama sekali, ringan,
sedang, berat, atau
sangat berat ).
6 Kurangnya - Terpenuhinya Pengkajian.
pengetahuan informasi yang a. Cek keakuratan umpan balik untuk
informasi yang b/d diperlukan klien. memastikan bahwa pasien memahami
- Menunjukan
ketidakjelasan penanganan yang dianjurkan dan
pengetahuan .
sumber informasi. informasi relevan lainnya.
- Mengidentifiksi
b. Lakukan penilaian tingkat
keperluan untuk
pengetahuan pasien dan pahami
penambahan
isinya.
informasi menurut
Pendidikan Pasien/keluarga.
penanganan yang
c. Memberikan pengajaran sesuai
dianjurkan.
dengan tingkat pemahaman pasien,
megulangi informasi bila di perlukan.
Aktivitas Kolaboratif.
d. Memberikan informasi dari sumber-
sumber komunitas yang dapat

18
menolong pasien dalam
mempertahankan program
penanganannya.
Aktivitas Lain.
e. Berinteraksi pada pasien dengan cara
yang tidak menghakimi untuk
menfasilitasi pengajaran.

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Tidur merupakan kebutuhan yang penting dari siklus kehidupan seseorang
.OSAS merupakan penyebab kesakitan yang cukup sering ditemukan pada anak
Manifestasi klinis OSAS dapat berupa mendengkur dengan episode apnea, infeksi
respiratorik berulang, gangguan belajar dan tingkah laku, mengantuk pada siang hari,
gagal tumbuh, enuresis, bernapas melalui mulut, dengan atau tanpa hipertrofi tonsil dan
adenoid atau kelainan kraniofasial. Polisomnografi merupakan pemeriksaan baku emas
untuk menentukan diagnosis OSAS. Beberapa pemeriksaan seperti skor OSAS, dan
pulse oximetry, dapat digunakan sebagai uji tapis. Tonsilektomi dan/atau adenoidektomi
merupakan tatalaksana bedah yang dianjurkan pada OSAS anak disamping CPAP dan
penurunan berat

19
DAFTAR PUSTAKA
Marcus CL. Carroll JL. Obstructive sleep apnea syndrome. Dalam: Loughlin GM, Eiger H,
penyunting. Respiratory disease in children; diagnosis and management. Baltimore,
William & Wilkins, 1994..

Guilleminault C, Eldredge FL, Simmons B. Sleep apnea in eight children. Pediatrics 1976;

Schechter MS, Technical report: Diagnosis and management of childhood obstructive sleep
apnea syndrome.Pediatrics 2002.

Brouillette RT, Fernbach SK, Hunt CE. Obstructive sleep apnea in infants and children. J Pediatr
1982.

Carroll JL, Loughlei GM. Diagnostic criteria for obstructive sleep apnea syndrome in children.
Pediatr Pulmonol 1992.

Deegan MN. Clinical prediction rules in obstructive sleep apnea syndrome. Eur Respir J 1997.

Wilkinson, Judith.M, Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC,
Jakarta: EGC. 2006.

20

Anda mungkin juga menyukai