Anda di halaman 1dari 12

Terakreditasi Dirjen Dikti SK No.

56/DIKTI/Kep/2005

Implementasi Teori Konstruksi Sosial


dalam Penelitian Public Relations

Ani Yuningsih

ABSTRACT

How far has PR research been conducting in order to simultaneously update the rapid
development in the field? The answer for this question will indicate whether or onot PR
performance has succeeded in fulfilling its functions among public. Adopting Berger and
Luckmann perspective over the construction of social reality, a PR corporate will achieve a new
level of existence by the process of habitualization involving an effective pattern
of communication. PR role is no more than bridging, managing, and maintaining traditions
based on members of community’s experiences, and then transforming through the organization.

Kata kunci: teori konstruksi, peran humas, habitualisasi

1. Pendahuluan internasional dan sebagainya ( Johnston &


Zawawi, 2004: 18-19). Artinya seseorang yang
1.1 Latar Belakang Masalah terjun di dunia profesi public relations, baik sebagai
Sejak tahun 1980 an, Public Relations Insti- praktisi maupun teoritisi, sudah semestinya
tute of Australia (PRIA) sebagai lembaga asosiasi mengembangkan kapabilitas dan profesionalitas
public relations di Australia, yang berdiri sejak di bidangnya masing-masing. Bila perlu
tahun 1959, dalam setiap konvensi atau diskusi mempelajari bidang lain yang relevan dengan
yang diselenggarakannya mendeklarasikan kebutuhan pekerjaan yang digelutinya.
pentingnya meningkatkan profesi PR melalui self Stagnasi atau kemandekan yang muncul pada
education. Bahkan beberapa mahasiswa yang perkembangan suatu profesi, pada umumnya
mempelajari public relations di Australia, terjadi ketika praktisi maupun teoretisi yang
menggabungkan gelar kelulusan public relations menekuninya kehilangan antusiasme untuk
mereka dengan kelulusan di bidang studi lainnya, berinovasi dan berimprovisasi dengan keahlian
menjadi double degree, sesuai dengan minat dan dan keilmuan yang dimilikinya. Dalam hal ini
arah karier yang ingin mereka capai, seperti dengan termasuk inovasi dan improvisasi penelitian/riset,
ilmu marketing dan manajemen, advertising, yang merupakan esensi perkembangan suatu
journalistic, media studies, hubungan disiplin ilmu, sehingga strategi dan perencanaan

Ani Yuningsih. Implementasi Teori Konstruksi Sosial dalam Penelitian Public Relations 59
komunikasi dalam program public relations pengulangan sangat diperlukan dalam
menjadi “mandul”, atau masalah-masalah yang komunikasi.
dihadapi public relations menjadi “imun” terhadap (7) The shadow Delusion: Sikap yang bersandar
strategi yang ada. Faktor penyebabnya, antara lain, pada “Low profile philosophy” (filsafat Low
semakin meningkatnya daya kritis khalayak profile).
sasaran, dan atau semakin gencarnya pesan-pesan
Beberapa persepsi yang keliru tersebut juga
public relations “canggih” dari para pesaing, dalam
bisa menjadi penyebab datangnya kemandekan
lingkup lokal maupun global.
profesi public relations. Oleh karena itu, menjadi
Joseph F. Awad dalam bukunya The Power of
tugas para profesional untuk segera bangkit dan
Public Relations, seperti dikutip Indrawadi Tamin
membenahinya, melalui berbagai aktivitas yang
(2004 : 2), antara lain mengemukakan adanya tujuh
relevan dengan bidang pekerjaannya masing-
salah persepsi terhadap humas dalam manajemen,
masing. Bagi seorang dosen, teoretisi, konsultan
yakni:
peneliti atau ilmuwan, tentunya sangat relevan bila
(1) Functional Myopia : Ketidakmampuan melihat
memulai aktivitas pembenahan itu dengan
fungsi Public Relations yang sebenarnya
membuka wawasan pengembangan riset public
dalam suatu proses manajemen. Persepsi ini
relations. Kemudian, menyosialisasikan kepada
terlihat dalam sikap para pengambil keputusan
para mahasiswanya agar juga peka terhadap
sbb:
berbagai perspektif aktual dalam riset di bidang
(a) Siapa pun dapat melakukan pekerjaan
public relations.
humas, jadi buat apa menggaji orang khusus
Mengacu pada permasalahan di atas, penulis
untuk mengerjakan itu ?
tertarik untuk mengkaji lebih dalam tentang
(b) Kegiatan PR dilakukan dengan asal-
rentang dan perkembangan riset public relations
asalan
yang terkini, termasuk di dalamnya upaya
(c) Meletakkan PR dalam posisi rendah
mengadopsi dan mengimplementasikan paradigma
dalam organisasi
konstruktivis (melalui teori konstruksi sosial Berger
(d) Menganggap PR hanya sebagai unit Pub-
dan Luckmann) dalam penelitian public relations.
licity atau Event Organizer
Seperti halnya jejak para teoretisi public rela-
(2) The Faucet Philosophy: Berpaling pada
tions terdahulu, adopsi dan implementasi teori-teori
humas kalau lagi saat kritis atau saat
dari disiplin ilmu lain, apalagi disiplin ilmu sosiologi
diperlukan saja.
sebagai salah satu akar ilmu komunikasi, ternyata
(3) The Hysteron Proteron Approach:
dimungkinkan untuk dilakukan para peneliti.
Menganggap bahwa humas tidak perlu
Melalui tulisan sederhana ini akan dipaparkan
melakukan riset.
secara ringkas, apa yang dimaksud dengan teori
(4) Local Anesthesia: Sering menganggap bahwa
konstruksi sosial, serta bagaimana cara
permasalahan yang timbul dalam organisasi
mengimplementasikannya dalam riset public rela-
hanya masalah internal yang berdampak lokal.
tions.
Padahal dengan kemajuan teknologi setiap
masalah berdampak luas (internal dan 1.2 Identifikasi Masalah
eksternal).
(5) Good News Neuresthenia: Sikap yang Agar permasalahan yang dikaji dan dianalisis
bersandar pada “Kita percaya bahwa melalui relatif lebih terfokus, maka dijabarkan ke dalam
informasi publik yang lengkap dan padat beberapa identifikasi masalah berikut ini :
segala hal akan berjalan positif dan baik”. (1) Bagaimana perkembangan dan rentang
(6) The One Shot Communication tic. penelitian public relations (PR)?
Menganggap berkomunikasi cukup sekali atau (2) Bagaimana pengaruh paradigma konstruktivis
seadanya. Padahal kita tahu bahwa melalui teori konstruksi sosial (Berger dan

60 M EDIATOR, Vol. 7 No.1 Juni 2006


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Luckmann) dalam penelitian public relations? Realitas merupakan hasil ciptaan manusia
(3) Bagaimana implementasi teori konstruksi kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap
sosial dalam riset public relations? dunia sosial di sekelilingnya. Max Weber melihat
realitas sosial sebagai perilaku sosial yang memiliki
1.3 Tujuan Penulisan makna subjektif. Oleh karena itu perilaku memiliki
tujuan dan motivasi. Berger dan Luckmann
Penulisan makalah ini pada dasarnya memiliki
mengatakan bahwa realitas sosial terdiri dari tiga
beberapa tujuan sebagai berikut:
macam, yaitu realitas objektif, simbolik, dan
(1) Untuk mengetahui perkembangan dan
subjektif. Realitas objektif terbentuk dari
rentang penelitian public relations (PR).
pengalaman di dunia objektif yang berada di luar
(2) Untuk mengetahui pengaruh paradigma
diri individu dan realita itu dianggap sebagai suatu
konstruktivis melalui teori konstruksi sosial
kenyataan. Realitas simbolik merupakan ekspresi
(Berger dan Luckmann) dalam penelitian pub-
simbolik dari realitas objektif dalam berbagai
lic relations.
bentuk. Sedangkan realitas subjektif adalah
(3) Untuk mengetahui implementasi teori
realitas yang terbentuk sebagai proses penyerapan
Konstruksi Sosial dalam penelitian/riset pub-
kembali realitas objektif dan simbolik ke dalam
lic relations (PR).
individu melalui proses internalisasi (Sudikin, 2002:
201-203).
2. Tinjauan Teoretis Teori Konstruksi Sosial Berger dan Luckmann
2.1 Paradigma Konstruktivis sebagai yang tertuang dalam buku The Sosial Construc-
Landasan Teori Konstruksi Sosial tion of Reality : A Treatise in Sociology of Knowl-
edge (1990) ini merupakan proyek bersama yang
Konstruksi sosial (sosial construction) dikerjakan oleh beberapa sosilolog dan filsuf yang
merupakan sebuah teori sosiologi kontemporer telah mulai dirintis sejak tahun 1962-1963. Namun,
yang dicetuskan Peter L. Berger dan Thomas karena alasan tertentu, beberapa filsuf tidak dapat
Luckmann. Menurut kedua ahli sosiologi tersebut, turut serta dalam penulisan buku ini. Buku ini
teori ini dimaksudkan sebagai satu kajian teoretis kemudian hanya ditulis oleh dua ahli sosiologi,
dan sistematis mengenai sosiologi pengetahuan yaitu Berger dan Luckmann.
(penalaran teoretis yang sistematis) dan bukan Lewat teori konstruksi sosialnya, Berger dan
sebagai suatu tinjauan historis mengenai Luckmann menaruh perhatian pada kajian
perkembangan disiplin ilmu. Oleh karena itu, teori mengenai hubungan antara pemikiran manusia dan
ini tidak memokuskan kepada hal-hal semacam konteks sosial tempat pemikiran itu timbul,
tinjauan tokoh, pengaruh dan sejenisnya, tetapi berkembang dan dilembagakan. Berger dan
lebih menekankan pada tindakan manusia sebagai Luckmann berpandangan bahwa kenyataan itu
aktor yang kreatif dari realitas sosialnya. (Berger dibangun secara sosial, sehingga sosiologi
dan Luckmann, 1990: 40-41). pengetahuan harus menganalisis proses terjadinya
Dalam menjelaskan paradigma konstruktivis, hal itu.
realitas sosial merupakan kontruksi sosial yang Dalam sosiologi pengetahuan atau konstruksi
diciptakan oleh individu. Individu adalah manusia sosial Berger, manusia dipandang sebagai pencipta
bebas yang melakukan hubungan antara manusia kenyataan sosial yang objektif melalui proses
yang satu dengan manusia lainnya. Individu eksternalisasi, sebagaimana kenyataan objektif
menjadi penentu dalam dunia sosial yang mempengaruhi kembali manusia melalui proses
dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Individu internalisasi (yang mencerminkan kenyataan
bukanlah korban fakta sosial, namun sebagai subjektif).
mesin produksi sekaligus reproduksi yang kreatif Tugas sosiologi pengetahuan menurut Berger,
dalam mengkonstruksi dunia sosialnya. ialah untuk menekuni segala sesuatu yang

Ani Yuningsih. Implementasi Teori Konstruksi Sosial dalam Penelitian Public Relations 61
dianggap “pengetahuan” dalam masyarakat. Jadi, di luar diri manusia, sedangkan kenyataan subjektif
pusat perhatiannya adalah pada struktur dunia akal ialah kenyataan yang berada di dalam diri manusia.
sehat (commonsense world). Pengetahuan adalah
kegiatan yang menjadikan suatu kenyataan menjadi 2.2 Proses Dialektika Konstruksi
bisa diungkapkan yang berbeda dengan Kenyataan Sosial
kesadaran.
Melalui sentuhan Hegel, yaitu tesis, antitesis,
Kesadaran ialah individu lebih mengenal
dan sintesis, Berger menemukan konsep untuk
dirinya sendiri ketika berhadapan dengan
menghubungkan konsep antara yang subjektif dan
kenyataan tertentu. Pengetahuan terkait dengan
objektif itu melalui konsep dialektika, yang dikenal
urusan subjek dan objek yang berbeda dengan
sebagai eksternalisasi, objektivasi, dan
diri sendiri, sedangkan kesadaran lebih berurusan
internalisasi.
dengan subjek yang sedang mengetahui dirinya
Eksternalisasi ialah penyesuaian diri dengan
sendiri (Sudikin, 2002: 204).
dunia sosiokultural sebagai produk manusia,
Dalam hal ini, Berger mendefinisikan mengenai
objektivasi ialah interaksi sosial dalam dunia
peran dan hakikat sosiologi pengetahuan ialah
intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami
mendefinisikan tentang “kenyataan” dan
proses institusionalisasi, dan internalisasi ialah
“pengetahuan” . Kenyataan sosial lah yang tersirat
individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga-
di dalam pergaulan sosial yang diungkapkan secara
lembaga sosial atau organisasi sosial di mana
sosial melalui komunikasi lewat bahasa,
individu tersebut menjadi anggotanya.
bekerjasama lewat bentuk-bentuk organisasi-
Dialektika tiga hal ini berjalan secara simultan.
organisasi sosial dan sebagainya. Kenyataan sosial
Artinya, ada proses menarik keluar (eksternalisasi)
ini ditemukan di dalam pengalaman intersubjektif.
sehingga seakan-akan hal itu berada di luar
Sedangkan pengetahuan mengenai kenyataan
(objektif) dan kemudian ada proses penarikan
sosial ialah berkaitan dengan penghayatan
kembali ke dalam (internalisasi) sehingga sesuatu
kehidupan bermasyarakat dengan segala
yang berada di luar tersebut seakan-akan juga
aspeknya, meliputi kognitif, psikomotorik,
merupakan sesuatu yang berada di dalam diri.
emosional, dan intuitif.
Masyarakat adalah produk individu sehingga
Jika Durkheim maupun Weber melihat
menjadi kenyataan objektif melalui proses
keterpilahan antara objektivitas dan subjektivitas,
eksternalisasi dan individu juga produk masyarakat
maka Berger melihat keduanya sebagai sesuatu
melalui proses internalisasi.
yang tidak dapat dipisahkan. Diandaikan bahwa
Dengan memandang masyarakat sebagai
terdapat subjektivitas dan objektivitas di dalam
proses yang berlangsung dalam tiga momen
kehidupan manusia dan masyarakatnya (Sudikin,
dialektis yang simultan (eskternalisasi, objektivasi,
2002: 205).
dan internalisasi) serta masalah yang berdimensi
Masyarakat ialah sebagai kenyataan objektif
kognitif dan normatif, maka yang dinamakan
sekaligus sebagai kenyataan subjektif. Sebagai
kenyataan sosial itu adalah suatu konstruksi sosial
kenyataan objektif, masyarakat sepertinya berada
produk masyarakat sendiri (social constructions
di luar diri manusia dan berhadap-hadapan
of reality) dalam perjalanan sejarahnya di masa
dengannya. Sedangkan sebagai kenyataan
lampau, ke masa kini, dan menuju masa depan
subjektif, individu berada di dalam masyarakat itu
(Berger & Luckmann, 1990: 41).
sebagai bagian tak terpisahkan. Dengan kata lain,
individu adalah pembentuk masyarakat dan
2.2.1 Masyarakat sebagai Kenyataan
masyarakat ialah pembentuk individu. Kenyataan
Objektif
sosial itu bersifat ganda dan bukan tunggal, yaitu
kenyataan objektif dan kenyataan subjektif. Masyarakat dalam pandangan Berger dan
Kenyataan objektif ialah kenyataan yang berada Luckmann ialah suatu kenyataan objektif, yang di

62 M EDIATOR, Vol. 7 No.1 Juni 2006


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

dalamnya terdapat proses pelembagaan yang kenyataan subjektif atau realitas internal,
dibangun di atas pembiasaan (habitualisation), diperlukan suatu sosialisasi , baik yang primer-
di mana terdapat tindakan yang selalu diulang- kepada anak (masa pra-sekolah dan sekolah) atau
ulang, sehingga kelihatan pola-polanya dan terus sosialisasi sekunder-kepada orang yang dewasa
direproduksi sebagai tindakan yang difahaminya. (usia dewasa yang sudah memasuki dunia publik)
Jika habitualisasi ini telah berlangsung maka yang berfungsi untuk memelihara dan
terjadilah pengendapan dan tradisi. Keseluruhan mentransformasikan kenyataan subjektif tersebut.
pengalaman manusia tersimpan di dalam kesadaran, Sosialisasi selalu berlangsung di dalam konteks
mengendap, dan akhirnya dapat memahami dirinya struktur sosial tertentu, tidak hanya isinya, tetapi
dan tindakannya di dalam konteks sosial juga tingkat keberhasilannya. Jadi, analisis
kehidupannya, dan melalui proses pentradisian, terhadap sosial mikro atau sosial psikologis dari
akhirnya jadilah pengalaman itu ditularkan kepada fenomen-fenomen internalisasi harus selalu
generasi berikutnya (Sudikin, 2002: 207). dilatarbelakangi oleh sesuatu pemahaman sosial
Untuk menularkan atau transformasi ini, maka makro tentang aspek-aspek strukturalnya.
salah satu instrumen yang penting ialah bahasa. Pemaduan semacam ini yang secara simultan
Bahasa digunakan manusia untuk terjadi di dalam proses eksternalisasi, objektivasi,
mengobjektivasikan pengalaman-pengalaman dan internalisasi.
tersebut kepada yang lain. Di sinilah terdapat Dengan demikian, hubungan antara individu
peranan di dalam tatanan kelembagaan, termasuk dengan institusinya adalah sebuah dialektika
di dalam kaitannya dengan pentradisian (interaktif) yang dieksprasikan dengan tiga mo-
pengalaman dan transformasi pengalam tersebut. ment, yaitu: “Society is human product. Society
Dalam realitas objektif terdapat pelembagaan is an objective reality. Man is sosial product”.
dan legitimasi yang mencakup universum simbolis, Dialektika ini dimediasikan oleh pengetahuan
yaitu proses objektivasi makna-makna baru (logo, yang disandarkan atas memori pengalaman di satu
motto, slogan, mitos, jargon) yang berfungsi sisi dan oleh peranan-peranan yang
mengintegrasikan makna-makna yang sudah memrepresentasikan individu dalam tatanan
diberikan kepada proses-proses pelembagaan institusional.
yang berlainan, fungsinya untuk membuat
objektivasi yang sudah dilembagakan menjadi 2.3 Kinerja Public Relations
masuk akal secara subjektif. sebagai Pembentuk, Pembangun,
Mitologi misalnya , selain mempunyai fungsi dan Pemelihara Citra Lembaga
legitimasi terhadap perilaku dan tindakan, juga
menjadi masuk akal ketika mitologi tersebut Dalam tataran praktis, profesi PR kini sudah
difahami dan dilakukan. Untuk memelihara sangat diakui dan dibutuhkan keberadaannya.
universum itu diperlukan organisasi sosial. Hal ini, Ruang lingkup pekerjaannya pun sudah sangat
tak lain, ialah karena sebagai produk historis dari beragam, yakni meliputi aktivitas: Communica-
kegiatan manusia, maka semua universum yang tions: melakukan pertukaran fikiran, opini-opini
dibangun atau dikonstruk secara sosial itu akan atau pesan-pesan melalui makna visual, lisan
mengalami perubahan karena tindakan manusia, maupun tulisan; Publicity; Promotions; Press
agentry; Integrated marketing; Issues manage-
sehingga diperlukan organisasi sosial untuk
ment; Press Secretary/Public Informations Of-
memeliharanya. Ketika pemeliharaan itu dibangun
ficer; Public Affairs/Lobbyist; Financial Rela-
dengan kekuatan penuh, maka yang terjadi ialah
tions; Community Relations; Internal Relations;
status quo (Sudikin, 2002: 208).
Industry Relations: Minority Relations; Media
2.2.2 Masyarakat sebagai Kenyataan Subjektif Realtions; Public Diplomacy; Event Manage-
ment; Sponshorship; Relationship Marketing;
Untuk menjadikan masyarakat sebagai Fundraising; dll. ( dalam Johnston & Zawawi,

Ani Yuningsih. Implementasi Teori Konstruksi Sosial dalam Penelitian Public Relations 63
2004: 257-159). pada keputusan yang tepat, yang berbasis pada
Semua aktivitas PR tersebut pada dasarnya informasi-informasi akurat hasil penemuan riset.
bertujuan membentuk, membangun, dan “The use of research thus positions public rela-
memelihara citra atau image lembaga/organisasi. tions as a purposive, goal-directed, and problem
Untuk melaksanakan semua aktivitasnya, seorang solving management function” (Broom and Dozier,
PR membutuhkan kemampuan managerial yang 1990: 2).
handal, yang senantiasa mendasarkan Menurut Pritchitt dan Sherman (1994) dalam
keputusannya kepada informasi dan fakta yang Johnston dan Zawawi (2004 : 140), salah satu cara
akurat dan aktual. Dengan demikian PR efektif untuk mengamati proses riset PR adalah
membutuhkan riset atau penelitian. melalui istilah input, output, dan outcome. “In-
puts determine what goes into the project or pro-
Mengapa PR membutuhkan riset atau penelitian?
gram, outputs are the actual elements of the pro-
Riset adalah tugas esensial dalam public rela- gram or campaign, and outcomes are the result
tions, yang digunakan untuk mengidentifikasi of those outputs on the target public or audience”
pemeliharaan suatu program komunikasi, . Model input/output/outcome berikut ini dapat
membantu dalam memantapkan program, digambarkan melalui suatu siklus proses public
memeriksa perkembangan program dan untuk relations sebagai cara untuk memahami apa yang
mengevaluasi efektivitasnya. Misalnya, riset butuh untuk diteliti dan kapan penelitian harus
dibutuhkan untuk menentukan apakah akan dilakukan.
melanjutkan, atau melewati tahap-tahap suatu
Relationship between a model of a PR pro-
kampanye. Melalui fokus penelitian tertentu dan
cess and research
teknik-teknik tersendiri seorang PR bisa
memutuskan untuk mengubah tahapan-tahapan Public relations process
suatu kampanye. (Seitel dalam Johnston dan Identify issue/
Zawawi, 2004 : 138), mengidentifikasi “the contin- Problem/opportunity
ued importance of instinct and intuition in pub-
Establish
lic relations, but states that management requires
Or adjust
more (such as) facts and statistics from public
Organizational
relations professionals to show that their efforts
Goals and
contribute not only to overall organizational ef-
objectives
fectiveness but also to bottom line.”
Input
Saat ini, manajemen memperhatikan
Research into
akuntabilitas. Anggaran yang diinvestasikan
the organization,
dalam aktivitas public relations harus dapat
situation. Publics
dijamin kebenarannya, dimonitor dan
And proposed
dipertanggungjawabkan. Akuntabilitas ini
Massage and
kerapkali dilakukan melalui penilaian atas prospek
strategies
pengembangan investasi bagi masa depan suatu
produk yang terkait dengan efektivitas dan Research focus
ketepatan kampanye. Demikian pula halnya Methodologies
dengan organisasi nonprofit mesti And
memperhitungkan sumber-sumber yang mereka Techniques
gunakan. Cara terbaik untuk menganalisis berbagai formal and informal
factor tersebut adalah melalui riset public rela- Qualitative and
tions. quantitative
Strategi manajemen yang efektif tergantung

64 M EDIATOR, Vol. 7 No.1 Juni 2006


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

Outcome tergabung dalam berbagai organisasi profesi PR


Measurement menyatakan tentang bagaimana sia-sianya
Of achievements membuat keputusan tanpa didukung fakta-fakta.
Evaluate Penelitian mengurangi risiko, menambah
achievements kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan
yang dapat dipertanggungjawabkan, dan
Establish
memberikan suatu metode untuk menguji
Communication
kebenaran dari prasangka kita.
Goals and
Mengacu pada model Pritchitt dan Sherman
Objectives
(1994), maka rentang penelitian PR dapat
Analysis and
dikelompokan kepada tiga kategori jenis penelitian,
Evaluate
yaitu:
activities
(1) Input Research : melalui riset input, praktisi
Output PR dapat mengetahui masalah-masalah apa dan
Measurement peluang-peluang apa yang benar-benar ada; apa
Of activity persepsi-persepsi dan keyakinan-keyakinan
Develop publik, dan alat atau metode komunikasi apa
strategy yang paling efektif membantu organisasi
mencapai tujuan-tujuannya bersama dengan
Implement public-publiknya. Riset input memberi informasi
strategy yang dibutuhkan untuk strategi dan planning/
Proses operasional public relations tentang perencanaan.
planning, implementing dan evaluating, menurut (2) Output Research : melalui riset output, praktisi
Johnston dan Zawawi dapat mengambil beberapa PR dapat mengumpulkan informasi tentang
bentuk. Model siklus diatas secara sederhana ketepatan pesan dan isi/kandungan aktivitas,
menggambarkan suatu proses generik, yang dan kualitas pesan dan presentasi/ penyajian
mengacu pada tahap-tahap riset model input/out- aktivitas. Informasi ini dapat menjadi feedback
put/outcome yang digambarkan melalui lingkaran dalam mengembangkan strategi atau
kedua. Pada pusat dari lingkaran terdapat rentang mengimplementasikan tahapan-tahapan yang
teknik-teknik riset yang dapat digunakan selama sesuai untuk mengembangkan pengiriman pesan.
tahap-tahap tertentu atau pada semua tahapan (3) Outcome Research : berguna tidak hanya untuk
riset. mengindikasi tingkat kesuksesan dan kegagalan
suatu strategi namun dapat menunjukkan
3. Pembahasan bagaimana efektivitas planning dan komunikasi
yang sudah dilakukan. Informasi ini dapat
3.1 Perkembangan dan Rentang digunakan dalam tahap input pada siklus
Penelitian Public Relations berikutnya.
Keberhasilan kinerja public relations (PR), Perkembangan penelitian public relations,
akan dipengaruhi oleh seberapa jauh disiplin ilmu sebagaimana perkembangan pada ranah-ranah ilmu
tersebut mampu mengembangkan riset-riset sosial lainnya, kini tidak lagi terbatas pada
mutakhir yang relevan dengan kebutuhan akan melakukan penelitian yang bersifat kuantitatif,
informasi yang akurat. Fakta, data, dan informasi tetapi juga penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif
yang lengkap dan akurat akan melahirkan plan- cenderung terbuka, dan biasanya berkaitan
ning dan strategi manajemen PR yang efektif. dengan suatu penemuan, penggalian data secara
Penelitian ialah fondasi bagi kebanyakan bebas dan tak terstruktur. Penelitian kualitatif
praktek PR yang baik, para praktisi PR yang seringkali digunakan PR dengan tujuan eksplorasi/

Ani Yuningsih. Implementasi Teori Konstruksi Sosial dalam Penelitian Public Relations 65
penjajagan suatu area yang belum dipetakan atau ada di dalam suatu lembaga atau organisasi.
melibatkan subjek-subjek sensitif. Misalnya, untuk
Feedback Analysis: komplain-komplain
menjajaki kebutuhan dan motivasi para anggota/
(kritik), pujian, saran-saran dan ketidakseimbangan
karyawan, memahami citra organisasi dan budaya
dapat direkam dan dianalisis, dan dimanfaatkan
organisasi yang dimaknai para anggota, dan lain
untuk perencanaan komunikasi yang akan datang.
sebagainya.
Beberapa teknik penelitian kualitatif maupun Media Monitoring: meneliti media coverage,
kuantitatif yang dapat digunakan dalam riset Pub- jumlah target audience suatu program, dan
lic Relations (PR), antara lain, adalah: frekuensi audience menerima pesan yang
In-depth Interview: menggali data melalui diprogramkan. Bila digunakan lebih dari satu me-
wawancara secara komprehensif dan detail, untuk dia, maka the gross rating points (GRP) dari kedua
menggali pikiran, perasaan, dan sikap yang media tersebut dapat dijadikan pertimbangan.
tersembunyi. Content Analysis: menganalisis tema dan
Focus Group: terdiri atas 8 – 15 orang yang kecenderungan-kecenderungan dalam transkrip
memiliki karakteristik yang sama, yang berdiskusi diskusi-diskusi panel, sistematika para praktisi
secara mendalam tentang masalah-masalah yang membuat code dan kuantitas isi pesan pictorial
actual. Diskusi focus group ini membuat praktisi maupun verbal, baik dalam bentuk materi cetakan
PR mampu mengumpulkan informasi awal dari tar- maupun tulisan lainnya. (misalnya menganalisis
get audience tentang pesan-pesan yang isi pidato, laporan, leaflet, makalah yang
komprehensif dan dapat diterima. Teknik ini diseminarkan dll).
digunakan saat merintis pilot project study atau Benchmark Research: digunakan untuk
melakukan pre test tentang pesan-pesan kunci. mengidentifikasi status yang dihadirkan
Etnographic Study: penelitian tentang (pencitraan) dalam rentang topik-topik tertentu,
kelompok sosial atau setting budaya tertentu, di seperti sikap atau opini publik sasaran, jumlah me-
mana peneliti mengobservasi langsung dengan dia coverage, atau readability (keterbacaan) suatu
berada pada situasi mereka. Penelitian ini bertujuan publikasi.
memperoleh pengatahuan tentang rutinitas Environmental Monitoring: pada level
keseharian, kebiasaan, dan aspek-aspek yang organisasi, teknik ini pada tahap proses manajemen
dipredisksi lainnya dalam kehidupan suatu strategis, untuk mengidentifikasi lingkup
kelompok atau budaya yang akan dipelajari. permasalahan. Pada level sosial makro digunakan
Case Study: Bertujuan memperoleh data untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
tentang praktek-praktek dan pengalaman- berpengaruh terhadap perusahaan. Scanning dan
pengalaman hidup nyata. Digunakan untuk tracking adalah dua jenis proses yang dapat
menguji masalah-masalah atau even-even, serta digunakan dalam penelitian ini. “Scanning in-
melalukan analisis dan evaluasi tentang aspek volves ongoing observation of trends in the envi-
positif maupun negatif dari even-even, kampanye- ronment, while tracking is the constant monitor-
kampanye atau program-program lainnya. Hasilnya ing of opportunities or threats in the environ-
dapat dipergunakan untuk pertimbangan ment that affect organization” (Johnston &
perencanaan even-even baru. Analysis of Exist- Zawawi, 2004: 158).
ing Data: Communication Audit: Pada dasarnya
Organizational Culture Study : Digunakan digunakan untuk menganalisis dan mengukur
untuk memahami organisasi dalam term persepsi channel komunikasi, pesan-pesan, dan ethos
image-nya, gaya manajemen, jalur fungsional, komunikasi pada suatu organisasi, baik secra in-
komunikasi dan kebijakan-kebijakan umum yang ternal maupun eksternal. Terdiri atas readership

66 M EDIATOR, Vol. 7 No.1 Juni 2006


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

studies; content analysis, dan readibility stud- Advertising Value equivalents (AVEs): “this
ies. technique involves placing a value on the media
“…readership studies designed to measure coverage obtained by calculating what the space
the number of people in the target public who would have cost in advertising terms”. (Johnston
read organizational publication and remember & Zawawi, 2004: 159).
the information read; content analysis, designed
Secondary Information Sources: studi
to measure how the media handle news and other
kepustakaan dapat digunakan untuk
information about the organization; and
mengumpulkan data yang dibutuhkan, baik
readibility studies which measure the ease with
perpustakaan pribadi, publik, akademik, maupun
which the target public reads all written commu-
pustaka para spesialis (Johnston & Zawawi, 2004:
nication from the organization” (Johnston &
155-159).
Zawawi , 2004: 158).
Melalui paparan tentang jenis-jenis teknik
Corporate Communication Archives :
penelitian kualitatif maupun kuantitatif yang dapat
rekaman tertulis tentang kampanye yang
digunakan dalam disipilin ilmu public relations,
disampaikan organisasi dan pengumpulan data
diharapkan dapat diperoleh gambaran rentang
tentang publik yang ditargetkan, seperti catatan
penelitian PR. Dengan demikian, para mahasiswa
rinci pertemuan (meeting) dan proceedings, dan
yang sedang mengkaji masalah-masalah PR dan
bentuk-bentuk komunikasi corporate lainnya.
sedang melakukan penelitian dapat diarahkan
Testimonials: Penelitian tentang pernyataan untuk mengacu kepada teknik-teknik tersebut.
lisan maupun tulisan tentang kepuasan dari
anggota publik yang dijadikan target. 3.2 Pengaruh Paradigma Konstruktivis
Expert Review: Teknik yang melibatkan terhadap Penelitian di Bidang Public
konsultan praktisi baik perorangan maupun Relations
organisasi yang berpengetahuan atau ahli untuk Ketika menggunakan metode kualitatif,
memverifikasi, mengubah ataupun membantu penelitian di bidang public relations juga tidak
mengembangkan komponen yang dibutuhkan terlepas dari pengaruh perspektif-perspektif
dalam suatu program komunikasi PR. teoretis tertentu. Perspektif teoretis ini dibutuhkan
Internet Monitoring: Memantau isi dalam riset PR, karena teori dapat membimbing
newsgroups online, chat rooms, dan web page pemikiran kita untuk memperoleh peta jalan secara
bulletin boards, untuk mengidentifikasi dan imaginer yang dapat digunakan untuk membantu
menganalisis pandangan pihak lain, dan pemahaman lebih mendalam. Berfikir secara teoritis
memperoleh informasi lebih jaun sebagai bahan artinya menggunakan satu set asumsi tentang
pengembangan dan evaluasi program public rela- bagaimana dunia berjalan dalam keteraturan yang
tions. Misalnya reading newsgroups; using dapat diprediksi dan membuat kesimpulan tentang
search engine; using software; dan subscribing apa yang sedang terjadi. Pendekatan-pendekatan
to mailing list. teoretis mampu mengembangkan wawasan melalui
pertanyaan-pertanyaan yang dikembangkan
Measurement of online presence: Holtz (1999 tentang berbagai event alamiah, dan proses-proses
: 233) menekankan pentingnya menetapkan tujuan yang terjadi dan cara menganalisisnya.
yang terukur, sebelum menjelaskan berbagai cara Bermacam perspektif teori yang digunakan
mengukur dampak dari presentasi/tampilan online untuk memahami dan membahas suatu persoalan
perusahaan. Misalnya mengukur dampak aktivitas yang sama akan mengacu pada asumsi-asumsi
web dalam kampanye terintegrasi (integrated cam- yang sedikit berbeda. Ketika PR didekati melalui
paign), perilaku publik, dll. perspektif teori tertentu, maka asumsi dan

Ani Yuningsih. Implementasi Teori Konstruksi Sosial dalam Penelitian Public Relations 67
pendekatan yang digunakan pun akan terkait masyarakat sendiri (sosial constructions of real-
dengan perspektif tertentu pula. Bisa terjadi teori ity) dalam perjalanan sejarahnya di masa lampau,
lain yang menggunakan asumsi yang berlainan ke masa kini, dan menuju masa depan. Promosi,
akan menganggap pandangan/perspektif tersebut publisitas, event management, community rela-
sebagai impossible atau bahkan jadi bahan tions, dan berbagai aktivitas public relations seperti
tertawaan. telah dikemukakan pada sebelumnya, pada
Mengapa penting untuk memahami PR dari dasarnya merupakan realitas simbolik dan proses
berbagai perspektif teori? objektivasi makna-makna yang ingin disampaikan
Karena bila suatu fenomena hanya didekati organisasi/perusahaan agar diterima dan
melalui perspektif yang terbatas, akan membatasi diinternalisasi oleh khalayak sasaran. Dengan
pula makna “kedalaman” dan “keluasan” atas demikian, melalui perspektif teori konstruksi sosial,
fenomena itu pada diri peneliti. para peneliti di bidang public relations dapat
Mengamati perkembangan penelitian saat ini, memperoleh cara pandang lain untuk menilai
kebanyakan teoretisi PR meminjam/ proses operasional kinerjanya, tidak hanya dari
mengimplementasikan berbagai teori dari disiplin sudut pandang organisasi/perusahaan (penelitian
yang berbeda. Beberapa contoh misalnya teori kuantitatif), namun juga dari sudut pandang
sistem dipinjam dari disiplin sosiologi dan khalayak sasaran (penelitian kualitatif).
organisasi, agenda setting dipinjam dari dispilin
komunikasi, pendekatan “relationship manage- 3.3 Implementasi Teori Konstruksi Sosial
ment” ; teori situasional dari James Grunig dan dalam Penelitian Public Relations
Todd Hunt, Teori tentang opinion, attitude, dan
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,
belief, teori retorika, teori audience and media
masyarakat dalam pandangan Berger dan
effect, sosial learning theory, sosial exchange
Luckmann ialah suatu kenyataan objektif, yang di
theory dan lain sebagainya.
dalamnya terdapat proses pelembagaan yang
Sebagaimana halnya implementasi
dibangun di atas pembiasaan (habitualisation),
pendekatan-pendekatan semiotika dan teori-teori
di mana terdapat tindakan yang selalu diulang-
kritis Habermas juga mulai banyak digunakan
ulang sehingga kelihatan pola-polanya dan terus
dalam penelitian public relations, paradigma
direproduksi sebagai tindakan yang difahaminya.
konstruktivis, khususnya melalui teori konstruksi
Jika habitualisasi ini telah berlangsung maka
sosial, juga bisa digunakan dalam penelitian pub-
terjadilah pengendapan dan tradisi.
lic relations. Pengaruh paradigma konstruktivis
Mengadopsi pandangan Berger dan Luckman
bisa jadi akan cukup besar pada penelitian-
tersebut, organisasi/perusahaan di mana PR
penelitian public relations di masa mendatang,
bekerja dapat dipandang sebagai suatu kelompok
mengingat hakikat kinerja dan fungsi public rela-
masyarakat yang merupakan kenyataan objektif,
tions itu sendiri sebagai keseluruhan upaya
maka di dalamnya terdapat pula proses habitualisasi
membangun citra suatu lembaga/organisasi di
dengan jalan membangun pola-pola komunikasi
mata khalayak sasaran. Konstruksi citra suatu
orgsanisasi yang efektif. Pesan-pesan komunikasi
lembaga/organisasi, merupakan realitas yang
organisasinya itu sendiri bisa merupakan pesan
bersifat ganda. Bila kita menggunakan perspektif
verbal, visual, maupun nonverbal, seperti visi, misi,
teori konstruksi sosial Berger dan Luckmann, maka
logo, slogan, tradisi, dll. Peran PR adalah
bangunan realitas “citra” pun terbentuk melalui
menjembatani dan mengelola dan memelihara
proses yang berlangsung dalam tiga momen
pentradisian pengalaman para anggota organisasi
dialektis yang simultan eksternalisasi-objektivasi-
dan transformasi pengalaman tersebut, melalui
internalisasi.
organisasi yang dikelolanya.
Citra sebagai realitas sosial berdimensi Pelembagaan dan legitimasi yang mencakup
kognitif dan normatif, dan merupakan produk universum simbolis, yaitu proses objektivasi

68 M EDIATOR, Vol. 7 No.1 Juni 2006


Terakreditasi Dirjen Dikti SK No. 56/DIKTI/Kep/2005

makna-makna baru (logo, motto, slogan, mitos, jar- penelitian, yaitu:


gon) yang berfungsi mengintegrasikan makna- (a) Input Research: Riset input memberi
makna yang sudah diberikan kepada proses-proses informasi yang dibutuhkan untuk strategi dan
pelembagaan oleh PR, fungsinya untuk membuat planning/perencanaan.
objektivasi yang sudah dilembagakan menjadi (b) Output Research: melalui riset output,
masuk akal secara subjektif. PR dapat mengetahui praktisi PR dapat mengumpulkan informasi
bagaimana proses ini berlangsung melalui tentang ketepatan pesan dan isi/kandungan
penelitian dengan perspektif teori konstruksi sosial. aktivitas, dan kualitas pesan dan presentasi/
Untuk membangun organisasi/ perusahaan penyajian aktivitas.
sebagai kenyataan subjektif atau realitas internal, (c) Outcome Research: berguna tidak hanya
diperlukan suatu sosialisasi untuk untuk mengindikasi tingkat kesuksesan dan
mentransformasikan kenyataan subjektif tersebut. kegagalan suatu strategi namun dapat
Sosialisasi selalu berlangsung di dalam konteks menunjukkan bagaimana efektivitas planning
struktur sosial tertentu, tidak hanya isinya, tetapi dan komunikasi yang sudah dilakukan.
juga tingkat keberhasilannya. Jadi, praktisi dan Informasi ini dapat digunakan dalam tahap
teoretisi PR perlu melakukan analisis terhadap input pada siklus berikutnya.
sosial mikro atau sosial psikologis dari fenomen- (2) Pengaruh paradigma konstruktivis bisa jadi
fenomen internalisasi harus selalu dilatarbelakangi akan cukup besar pada penelitian-penelitian
oleh sesuatu pemahaman sosial makro tentang public relations di masa mendatang, mengingat
aspek-aspek strukturalnya. Pemaduan semacam ini hakikat kinerja dan fungsi public relations
yang secara simultan terjadi di dalam proses sebagai keseluruhan upaya membangun citra
eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi, yang suatu lembaga/ organisasi di mata khalayak
dapat difahami melalui penelitian. sasaran. Konstruksi citra suatu lembaga/
Dengan kata lain, implementasi teori organisasi, merupakan realitas yang bersifat
konstruksi sosial dalam penelitian public relations ganda. Bila kita menggunakan perspektif teori
dapat dilakukan untuk memahami proses konstruksi sosial Berger dan Luckmann, maka
terbangunnya citra, opini, corporate culture, bangunan realitas “citra” pun terbentuk
brand image, public loyalty, dan lain sebagainya, melalui proses yang berlangsung dalam tiga
pada diri khalayak sasaran. Proses eksternalisasi, momen dialektis yang simultan eksternalisasi-
objektivasi, dan internalisasi dapat ditelusuri dan objektivasi-internalisasi.
dikaji melalui penelitian ini, sehingga tahap demi (3) Implementasi teori konstruksi sosial dalam
tahap akan dapat dipantau, dievaluasi tingkat penelitian public relations, dapat dilakukan
efektivitasnya untuk merumuskan strategi dan untuk memahami proses terbangunnya citra,
perencanaan program yang tepat. opini, corporate culture, brand image, pub-
lic loyalty, dan lain sebagainya, pada diri
4. Penutup khalayak sasaran. Proses eksternalisasi,
objektivasi, dan internalisasi dapat ditelusuri
4.1 Kesimpulan dan dikaji melalui penelitian ini, sehingga
(1) Perkembangan penelitian public relations, tahap demi tahap akan dapat dipantau,
sebagaimana perkembangan pada ranah-ranah dievaluasi tingkat efektivitasnya untuk
ilmu sosial lainnya, kini tidak lagi terbatas pada merumuskan strategi dan perencanaan pro-
melakukan penelitian yang bersifat kuantitatif, gram yang tepat.
tetapi juga penelitian kualitatif.
Mengacu pada model Pritchitt dan Sherman, 4.2 Saran
maka rentang penelitian PR dapat (1) Para praktisi, maupun teoretisi profesi public
dikelompokkan kepada tiga kategori jenis relations sebaiknya selalu mengakses

Ani Yuningsih. Implementasi Teori Konstruksi Sosial dalam Penelitian Public Relations 69
perkembangan metode dan teknik-teknik antara teoretisi dan praktisi public relations.
penelitian yang mutakhir, karena manajemen
public relations yang baik adalah yang Daftar Pustaka
didukung oleh fakta dan informasi yang aktual
dan akurat. Berger.Peter L. and Thomas Luckmann. 1990.
(2) Berbagai perspektif teoretis, baik dalam ranah Tafsir Sosial atas Kenyataan , terj. Hasan
kuantitatif maupun kualitatif, dapat diadopsi Basari dari The Sosial Construction of Real-
bagi kepentingan riset public relations. Jadi, ity: A Treatise in the Sociology of Knowl-
kreativitas dan daya inovasi para teoretisi edge. Jakarta: LP3S.
sangat diperlukan untuk melakukan terobosan Johnston, Jane. And Zawawi, Clara. 2004. Pub-
baru, yang pada gilirannya akan memberikan lic Relations Theory and Practise, Sydney:
manfaat bagi para praktisi ketika menyusun Allen & Unwin.
strategi di lapangan.
Tamin, Indrawadi. 2004 The Myth and Prac-
(3) Perlu dibuatkan peta atau payung penelitian tice of Public Relations, makalah. Jakarta: BPP
dalam disiplin ilmu komunikasi, khususnya Perhumas.
bidang kajian PR, untuk mengarahkan
Sudikin, Basrowi. 2002. Metode Penelitian
penelitian para dosen dan mahasiswa,
Kualitatif Perspektif Mikro. Surabaya: Insan
sehingga tujuan penelitian untuk
Cendekia Surabaya.
pengembangan ilmu tercapai, serta dapat
dilahirkan strategi-strategi baru yang sesuai Waters, Malcolm. 1984. Modern Sociological
dengan tantangan dan kebutuhan. Pada Theory, London, Thousand Oaks, New Delhi:
akhirnya diharapkan tercipta link & match Sage Publications.

70 M EDIATOR, Vol. 7 No.1 Juni 2006

Anda mungkin juga menyukai