Disusun oleh :
Abstrak
Pengemasan merupakan suatu perlakuan pengamanan terhadap bahan atau produk baik
yang sudah mengalami pengolahan atau belum sampai ke tangan konsumen dengan
kondisi baik. Dalam dunia farmasi biasa digunakan teknik pengemasan strip untuk
sediaan solid. Untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material digunakan,
multi wall paper sack. Saat ini manusia menggunakan teknologi untuk membuat kemasan
plastik sintetik. Banyak faktor yang harus di pertimbangkan dalam memilih komponen-
komponen pengemasan untuk bentuk-bentuk takaran bahan padat, seperti kecocokan
produk hingga aspek kemudahan pengaksesan.
Kata kunci : pengemasan produk farmasi, teknik pengemasan produk farmasi, packaging
pharmaceutical product
Pengemasan dalam dunia farmasi mempunyai peran penting, sebab suatu sediaan
tidak akan berarti apabila pengemasannya buruk atau tidak sesuai dengan bentuk
sediaan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya bahan yang dikemas baik karena
faktor fisik (penyimpanan) maupun faktor kimia (stabilitas bahan yang dikemas). Pada
umumnya pengemasan berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau
hasil industri dalam bentuk yang memudahkannya dalam penyimpanan, pengangkutan,
dan distribusi sampai ke tangan konsumen. Secara garis besar fungsi pengemasan adalah
sebagai berikut :
c) Kemasan tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer,
sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan.
Misalnya botol yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian
dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas.
b) harus bersifat tidak toksik dan tidak bereaksi (inert), sehingga tidak terjadi reaksi
kimia yang dapat menyebabkan atau menimbulkan perubahan warna, flavor dan citarasa
produk yang dikemas
c) harus mampu menjaga produk yang dikemas agar tetap bersih dan merupakan
pelindung terhadap pengaruh panas, kotoran dan kontaminan lain
d) harus mampu melindungi produk yang dikemasnya dari kerusakan fisik dan
gangguan dari cahaya (penyinaran)
e) harus mudah dibuka dan ditutup dan dapat meningkatkan kemudahan penanganan,
pengangkutan dan distribusi
f) harus mampu menjelaskan identifikasi dan informasi dari bahan yang dikemasnya,
sehingga dapat membantu promosi atau memperlancar proses penjualan.
Dengan banyaknya persyaratan yang diperlukan untuk bahan kemas, maka tentu saja
bahan kemas alami tidak dapat memenuhi semua persyaratan tersebut sehingga manusia
dengan bantuan teknologi berhasil membuat bahan kemas sintetik yang dapat memenuhi
sebagian besar dari persyaratan minimal yang diperlukan (Anonim, 2006).
Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut kualifikasi.
Dimana kualifikasi tersebut adalah langkah pertama dalam melaksanakan validasi di
industri farmasi (Priyambodo, 2007).
Peralatan
Desain dan kontruksi peralatan pengemasan produk hendaklah memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
Seluruh wadah, yang digunakan untuk penyimpanan obat dan tutupnya tidak boleh
mempengaruhi kualitas obat yang tersimpan di dalamnya. Wadah dan tutupnya
dibersihkan dulu sebelum digunakan. Dengan menggunakan cara yang cocok dapat
dijamin bahwa persyaratan kemurnian mikrobiologis bagi bahan obat dan sediaan obat
yang tercantum dalam Farmakope dapat terpenuhi. Setelah pembersihan dan
pengeringan wadah, sejauh tidak digunakan, disimpan dalam kondisi tertutup. Wadah
harus diberi tanda yang jelas sesuai dengan persyaratannya setelah diisi dengan obat.
Wadah dan tutup yang terbuat dari plastik dan elastik, diuji seperti “Pengujian barang
terbuat dari plastick dan elastik” (Voight, 1995).
1. Strip packaging
Merupakan pengemasan yang menganut sistem dosis tunggal, biasanya untuk sediaan
padat (tablet, kapsul, kaplet, dan lain-lain) yang digunakan secara per oral. Metodenya
adalah mengemas dengan dua lapisan atas atau bawah, dan kemudian diseal dan dicut.
Produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan
mewadahi produk tersebut. Produk yang disegel antara dua lapisan tipis ini biasanya
mempunyai segel dan biasanya dipisahkan dari bungkus-bungkus yang bedekatan karena
adanya perforasi. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari produk
keluar. Ukuran dan kedalaman dari mold tersebut harus cukup untuk menampung
produk dan membentuk kantong, dan jangan sampai produk tertekan. Contoh : noza,
obat generik seperti dextromethorphan (Anandita, 2012).
Gambar contoh kemasan strip
2. Blister pack
Dalam proses ini lembar plastik yang tebal dilewatkan pada rol yang telah dipanaskan,
hingga akan terbentuk ruang untuk diisi produk. Produk yang akan dikemas kemudian
dilepas melalui happer, kemudian lembar foil yang sudah dicoat dengan laquer dipakai
untuk menutup lembar plastik yang sudah dibentuk dan berisi produk lalu dicut. Strip
dibentuk dalam tray, dicut sesuai mold dan dimasukkan dalam karton box. Contoh :
panadol atau supra livron (Anandita, 2012).
Kemasan blister terdiri dari dua lapisan kemasan yang berbeda yakni PTP dan Plastik.
PTP merupakan singkatan dari Press Trough Packaging. Komposisi PTP ini adalah alu
dan PE. Sedangkan plastik yang digunakan bisa PVC atau PVdC, tergantung dari bahan
yang akan diblister. jika bahan sensitif dengan kelembapan maka akan lebih disarankan
PVDC karena lebih protect. Proses produksi awalnya yaitu PVC dibentuk dengan
dipanaskan terlebih dahulu dengan heater namun tidak sampai cair, lalu dibentuk sesuai
dengan cetakannya atau nama kerennya “forming”. Proses forming sendiri prinsipnya
adalah dengan memberikan tekanan udara untuk membentuk plastik panas dan cooler
sehingga plastik yang tertekan udara dalam cetakan akan terbentuk namun tidak bisa
kembali ke bentuk semula karena ada proses pendinginan. kemudian tablet dimasukkan
dalam forming baik manual atau otomatis dan disealing dengan PTP menggunakan panas
pada bagian sampingnya. Baru kemudian dipotong sesuai ukuran blister dengan
menggunakan cutting khusus (Anandita, 2012).
4. Pengemasan botol
Kaca merupakan penelitian terdekat untuk bentuk botol yang steril. Hanya sumber
potensial dari pergeresan gas didalam atau diluar botol kaca melalui segel antara penutup
dan leher botol. Teknologi metode-metode evaluasi untuk kaca di dikenal baik dan
dikemas dalam UPS/NF. Bagian-bagian yang penting dari botol kaca adalah tipe botol,
bentuk, isi keseluruhan (juga dikenal dengan kapasitas yang berlebih), pengakhiran leher
botol, warna dan pergeseran bentuk. Hal yang banyak digunakan tipe NP, sebuah kaca
bentuk soda untuk produk yang tidak parental, yaitu produk yang didasari dengan
penggunaan topikal dan oral. Warna yang banyak digunakan adalah kuning gading
(Julianti dan Mimi, 2006).
Gambar kemasan botol
5. Pengemasan kaleng
Syarat-syarat pengaturan, membutuhkan panduan USP/NF yang mencakup pengalengan
dan penutupan, memberikan petunjukan pengemasan dengan bentuk-bentuk takaran
bubuk dalam pengalengan takaran yang banyak. Seorang ahli obat-obatan seharusnya
tidak mengemas kembali sebuah produk dalam pengalengan yang lemah pertahanan.
Pengalengan seharusnya bersih dan aman untuk menjamin identitas kekuatan, kualitas
dan kemurnian dari produk-produk obat-obatan untuk ketahanan hidup. Perusahaan-
perusahaan obat dibutuhkan untuk melakukan tes untuk menemukan hal yang standar
ini. Hal yang kecil akan menjadi sebuah stabilitas penelitian dalam pengalengan bertanda
dan penutupan yang digunakan untuk penjualan produk (Julianti dan Mimi, 2006).
REFERENSI
Anindita, Dipta, 2012, Packaging Development at Pharmaceutical Industries-Strip and
Blister, http://www.centro.web.id/2012/01/packaging-development-at-
pharmaceutical.html Diakses tanggal 15 Mei 2012
Anonim, 2006, Pedoman Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan
Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta
Julianti, Elisa dan Mimi Nurminah, 2006, Buku Ajar Tekologi Pengemasan, Universitas
Sumatera Utara Press : Sumatera
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=mencegah%20masuknya%20bau%20fungs
i%20pengemasan&source=web&cd=2&ved=0CE0QFjAB&url=http%3A%2F%2Focw.us
u.ac.id%2Fcourse%2Fdownload%2F3130000081-teknologi-
pengemasan%2Fthp_407_textbook_teknologi_pengemasan.pdf&ei=XQ-
xT46zA7CSiQejjLHVCA&usg=AFQjCNEQ0pxU788CA4pCcX7s-G5V9kuJ9w Diakses
tanggal 14 Mei 2012
Lund, Walter, 1994, Pharmaceutical Codex Twelfth Edition, The Pharmaceutical Press :
London
Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama :
Yogyakarta
Voight, Rudolf, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Universitas Gadjah Mada
Press : Yogyakarta