Anda di halaman 1dari 12

Packaging Pharmaceutical Product

Disusun oleh :

Yessy Khoiriyani G1F010008

Galih Samodra G1F010012

Rizki Puspitasari G1F010031

Abstrak
Pengemasan merupakan suatu perlakuan pengamanan terhadap bahan atau produk baik
yang sudah mengalami pengolahan atau belum sampai ke tangan konsumen dengan
kondisi baik. Dalam dunia farmasi biasa digunakan teknik pengemasan strip untuk
sediaan solid. Untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material digunakan,
multi wall paper sack. Saat ini manusia menggunakan teknologi untuk membuat kemasan
plastik sintetik. Banyak faktor yang harus di pertimbangkan dalam memilih komponen-
komponen pengemasan untuk bentuk-bentuk takaran bahan padat, seperti kecocokan
produk hingga aspek kemudahan pengaksesan.

Kata kunci : pengemasan produk farmasi, teknik pengemasan produk farmasi, packaging
pharmaceutical product
Pengemasan dalam dunia farmasi mempunyai peran penting, sebab suatu sediaan
tidak akan berarti apabila pengemasannya buruk atau tidak sesuai dengan bentuk
sediaan tersebut. Hal ini dapat menyebabkan rusaknya bahan yang dikemas baik karena
faktor fisik (penyimpanan) maupun faktor kimia (stabilitas bahan yang dikemas). Pada
umumnya pengemasan berfungsi untuk menempatkan bahan atau hasil pengolahan atau
hasil industri dalam bentuk yang memudahkannya dalam penyimpanan, pengangkutan,
dan distribusi sampai ke tangan konsumen. Secara garis besar fungsi pengemasan adalah
sebagai berikut :

1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga ke konsumen, agar


produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran.
2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet,
panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba
yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.
3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada
kemasan.
4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi
10, 1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal
ini penting dalam dunia perdagangan.
5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, melindungi pengaruh buruk dari produk di
dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam,
atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat
menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-
produk lain di sekitarnya.
6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan
sirup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol plastik.
7. Menambah daya tarik calon pembeli.
8. Sarana informasi dan iklan.
9. Memberi kenyamanan bagi pemakai (Julianti dan Mimi, 2006).
Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk
dengan kemasan):
a) Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan
pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman.
b) Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-
kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak
karton untuk wadah strip obat dan sebagainya.

c) Kemasan tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer,
sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan.
Misalnya botol yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian
dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas.

Material Tipe Kegunaan


Botol, ampul, vial berisi
Gelas Primer solution atau tablet
Botol, ampul, vial berisi
solution atau tabletPembungkus
yang terdiri dari beberapa
Plastik PrimerSekunder kemasan primer
Wol Primer Pengisi kosong
Penyusun aerosol, penutup
Logam Primer bahan
Papan Sekunder Kotak berisi kemasan primer
Kertas Sekunder Leaflet, label
Penutup yang memberi segel
Liners Primer kompresi
(Lund, 1994).
Dalam hal material, tidak semua bahan dapat berfungsi sebagai pengemas demikian pula
persyaratan dan spesifikasi bahan pengemas untuk keperluan yang satu berbeda dengan
yang lain. Beberapa persyaratan bahan pengemas adalah :
a) Memiliki permeabilitas terhadap udara (oksigen dan gas lain) yang baik

b) harus bersifat tidak toksik dan tidak bereaksi (inert), sehingga tidak terjadi reaksi
kimia yang dapat menyebabkan atau menimbulkan perubahan warna, flavor dan citarasa
produk yang dikemas

c) harus mampu menjaga produk yang dikemas agar tetap bersih dan merupakan
pelindung terhadap pengaruh panas, kotoran dan kontaminan lain

d) harus mampu melindungi produk yang dikemasnya dari kerusakan fisik dan
gangguan dari cahaya (penyinaran)

e) harus mudah dibuka dan ditutup dan dapat meningkatkan kemudahan penanganan,
pengangkutan dan distribusi

f) harus mampu menjelaskan identifikasi dan informasi dari bahan yang dikemasnya,
sehingga dapat membantu promosi atau memperlancar proses penjualan.

Dengan banyaknya persyaratan yang diperlukan untuk bahan kemas, maka tentu saja
bahan kemas alami tidak dapat memenuhi semua persyaratan tersebut sehingga manusia
dengan bantuan teknologi berhasil membuat bahan kemas sintetik yang dapat memenuhi
sebagian besar dari persyaratan minimal yang diperlukan (Anonim, 2006).

Kualifikasi dan Validasi


CPOB mensyaratkan industri farmasi untuk mengidentifikasi validasi yang perlu
dilakukan sebagai bukti pengendalian terhadap aspek kritis dari kegiatan yang dilakukan.
Perubahan signifikan terhadap fasilitas, peralatan dan proses yang dapat mempengaruhi
mutu Produk hendaklah divalidasi. Validasi adalah tindakan pembuktian dengan cara
yang sesuai bahwa tiap bahan, proses, prosedur, kegiatan, sistem, perlengkapan atau
mekanisme yang digunakan dalam produksi maupun pengawasan mutu akan senantiasa
mencapai hasil yang diinginkan (Anonim, 2006).

Validasi untuk mesin, peralatan produksi dan sarana penunjang disebut kualifikasi.
Dimana kualifikasi tersebut adalah langkah pertama dalam melaksanakan validasi di
industri farmasi (Priyambodo, 2007).
Peralatan
Desain dan kontruksi peralatan pengemasan produk hendaklah memenuhi persyaratan
sebagai berikut:

 Peralatan hendaklah didesain dan dikontruksikan sesuai dengan


tujuannya. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan awal, produk
antara, produk jadi tidak boleh menimbulkan reaksi yang dapat menimbulkan
identitas, mutu atau kemurnian di luar batas yang ditentukan.
 Bahan yang diperlukan untuk pengoperasian alat khusus, misalnya pelumas atau
pendingin tidak boleh bersentuhan dengan bahan yang sedang diolah sehingga tidak
mempengaruhi identitas, mutu atau kemurnian bahan awal, produk antara ataupun
produk jadi.
 Peralatan hendaklah didesain sedemikian rupa agar mudah dibersihkan. Peralatan
tersebut hendaklah dibersihkan sesuai prosedur tertulis yang rinci serta disimpan
dalam keadaan bersih dan kering. Hendaklah tersedia alat timbang dan alat ukur
dengan rentang dan ketelitian yang tepat untuk proses produksi dan pengawasan.
Peralatan yang digunakan untuk menimbang, mengukur, memeriksa dan mencatat
hendaklah diperiksa ketepatannya dan dikalibrasi sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan. Hasil pemeriksaan dan kalibrasi hendaklah dicatat dan disimpan dengan
baik (Anonim, 2006).
Kegiatan pengemasan produk dilaksanakan di bawah pengendalian yang ketat untuk
menjaga identitas, keutuhan dan mutu produk akhir yang dikemas. Semua kegiatan
pengemasan dilaksanakan sesuai dengan instruksi yang diberikan dan menggunakan
bahan pengemas yang tercantum dalam prosedur pengemasan induk. Rincian
pelaksanaan pengemasan dicatat dalam catatan pengemasan batch (Anonim, 2006).

Seluruh wadah, yang digunakan untuk penyimpanan obat dan tutupnya tidak boleh
mempengaruhi kualitas obat yang tersimpan di dalamnya. Wadah dan tutupnya
dibersihkan dulu sebelum digunakan. Dengan menggunakan cara yang cocok dapat
dijamin bahwa persyaratan kemurnian mikrobiologis bagi bahan obat dan sediaan obat
yang tercantum dalam Farmakope dapat terpenuhi. Setelah pembersihan dan
pengeringan wadah, sejauh tidak digunakan, disimpan dalam kondisi tertutup. Wadah
harus diberi tanda yang jelas sesuai dengan persyaratannya setelah diisi dengan obat.
Wadah dan tutup yang terbuat dari plastik dan elastik, diuji seperti “Pengujian barang
terbuat dari plastick dan elastik” (Voight, 1995).

Beberapa teknologi pengemasan produk farmasi yaitu :

1. Strip packaging
Merupakan pengemasan yang menganut sistem dosis tunggal, biasanya untuk sediaan
padat (tablet, kapsul, kaplet, dan lain-lain) yang digunakan secara per oral. Metodenya
adalah mengemas dengan dua lapisan atas atau bawah, dan kemudian diseal dan dicut.
Produk akan jatuh kedalam mold yang panas, kemudian dibentuk kemasan dan
mewadahi produk tersebut. Produk yang disegel antara dua lapisan tipis ini biasanya
mempunyai segel dan biasanya dipisahkan dari bungkus-bungkus yang bedekatan karena
adanya perforasi. Pemilihan dari material harus tepat, agar tidak ada migrasi dari produk
keluar. Ukuran dan kedalaman dari mold tersebut harus cukup untuk menampung
produk dan membentuk kantong, dan jangan sampai produk tertekan. Contoh : noza,
obat generik seperti dextromethorphan (Anandita, 2012).
Gambar contoh kemasan strip

Gambar stripping process


Strip terdiri dari berbagai macam tergantung bahan penyusun dari strip. Diantaranya
ada PLM (polycellonium), PLO (Polycello) dan PLN (Polynium). PLM merupakan bahan
strip yang paling umum, dimana kandungannya adalah polycello atau cellophan dan
alumunium. Cellophan adalah sejenis bahan dari serat selulosa yang berbentu tipis
transparan, fungsinya dalam kemasan adalah untuk menempelkan pewarna sehingga
strip bisa colorfull. Bahan yang biasa dipakai adalah MST / MT dan PT cellophan.
Alumunium sendiri berfungsi untuk menjaga obat dari pengaruh kelembapan. Semakin
tebal alumunium yang digunakan akan semakin membuat tingkat proteksi menjadi lebih
baik. Namun harus dilihat dari sisi mesin strip, apakah kompatibel atau tidak karena bisa
jadi semakin tebal akan menggangu proses stripping. Antara selophan dan alumunium
ini terdapat satu lapisan yakni PE atau Polyetilen yang berfungsi untuk melekatkan
selophan dan alumunium. Lapisan setelah alumunium sendiri adalah PE lagi, fungsinya
kali ini adalah untuk membuat dua PLM dapat saling melekat saat distripping. Jadi secara
garis besar, ada 4 lapisan dalam PLM yakni selophan (terluar), PE, Alu, PE (terdalam).
Pembuatan PLM secara garis besar yaitu selophan dicetak dan diberi warna lalu PE
dicairkan. Kemudian Alu dan selophan dipasang dalam masing-masing silindernya, saat
akan ditemukan maka diberi cairan PE, sehingga keduanya melekat. Lalu dilapis dengan
PE kembali pada bagian dalam. Untuk PLO dan PLN hampir sama dengan PLM. Hanya
saja PLO komposisinya adalah selophan dan PE sehingga sifatnya elastis dan tembus
pandang (contoh : antimo tablet). Sedangkan PLN kandungannya adalah Alu dan PE
(Anandita, 2012).
Sistem kerja mesin strip sendiri cukup sederhana yakni dengan menyiapkan dua PLM
pada rollernya. kemudian ditengahnya dimasukkan dalam strip dan dipanasi sehingga
PE mencair dan akan melekatkan kedua PLM (Anandita, 2012).
Pemeriksaan strip juga sederhana. Saat kedatangan barang, cukup diperiksa kesesuaian
warna dan teks, lebar PLM dalam satu roll, dan kebersihan PLM. Saat produksi,
dilakukan pengecekan kualitas PLM dengan tes kebocoran menggunakan metilen blue
dalam presure chamber (Anandita, 2012).

2. Blister pack
Dalam proses ini lembar plastik yang tebal dilewatkan pada rol yang telah dipanaskan,
hingga akan terbentuk ruang untuk diisi produk. Produk yang akan dikemas kemudian
dilepas melalui happer, kemudian lembar foil yang sudah dicoat dengan laquer dipakai
untuk menutup lembar plastik yang sudah dibentuk dan berisi produk lalu dicut. Strip
dibentuk dalam tray, dicut sesuai mold dan dimasukkan dalam karton box. Contoh :
panadol atau supra livron (Anandita, 2012).

Gambar contoh kemasan blister


Gambar mesin pengemas blister

Kemasan blister terdiri dari dua lapisan kemasan yang berbeda yakni PTP dan Plastik.
PTP merupakan singkatan dari Press Trough Packaging. Komposisi PTP ini adalah alu
dan PE. Sedangkan plastik yang digunakan bisa PVC atau PVdC, tergantung dari bahan
yang akan diblister. jika bahan sensitif dengan kelembapan maka akan lebih disarankan
PVDC karena lebih protect. Proses produksi awalnya yaitu PVC dibentuk dengan
dipanaskan terlebih dahulu dengan heater namun tidak sampai cair, lalu dibentuk sesuai
dengan cetakannya atau nama kerennya “forming”. Proses forming sendiri prinsipnya
adalah dengan memberikan tekanan udara untuk membentuk plastik panas dan cooler
sehingga plastik yang tertekan udara dalam cetakan akan terbentuk namun tidak bisa
kembali ke bentuk semula karena ada proses pendinginan. kemudian tablet dimasukkan
dalam forming baik manual atau otomatis dan disealing dengan PTP menggunakan panas
pada bagian sampingnya. Baru kemudian dipotong sesuai ukuran blister dengan
menggunakan cutting khusus (Anandita, 2012).

3. Pengemasan bulk produk


Untuk mengemas barang yang cukup banyak atau bulk material digunakan, multi wall
paper sack. Heavy duty bag polyethylene, woven sack polipropylene dan jute bags, tetapi
sekarang ini jute bags sudah kurang popular. Multiwall paper sack : terdiri dari beberapa
lapisan kertas yang saling menunjang, dengan demikian maka beban yang didukung oleh
kantong tersebut akan merata keseluruh lapisan. Jumlah lapisan bisa antara 2 sampai
dengan 6 lapis. Dengan menggunakan beberapa lapisan kertas yang agak tipis adalah
lebih fleksibel dan kuat daripada menggunakan satu atau dua lapisan kertas yang tebal.
Multiwall paper bag dapat digunakan untuk berbagai produk terutama yang berbentuk
bubuk (Julianti dan Mimi, 2006).
Gambar contoh kemasan bulk

Gambar mesin pengemas bulk

4. Pengemasan botol
Kaca merupakan penelitian terdekat untuk bentuk botol yang steril. Hanya sumber
potensial dari pergeresan gas didalam atau diluar botol kaca melalui segel antara penutup
dan leher botol. Teknologi metode-metode evaluasi untuk kaca di dikenal baik dan
dikemas dalam UPS/NF. Bagian-bagian yang penting dari botol kaca adalah tipe botol,
bentuk, isi keseluruhan (juga dikenal dengan kapasitas yang berlebih), pengakhiran leher
botol, warna dan pergeseran bentuk. Hal yang banyak digunakan tipe NP, sebuah kaca
bentuk soda untuk produk yang tidak parental, yaitu produk yang didasari dengan
penggunaan topikal dan oral. Warna yang banyak digunakan adalah kuning gading
(Julianti dan Mimi, 2006).
Gambar kemasan botol

Gambar kemasan botol kaca untuk sediaan injeksi


Gambar mesin pengemas botol

5. Pengemasan kaleng
Syarat-syarat pengaturan, membutuhkan panduan USP/NF yang mencakup pengalengan
dan penutupan, memberikan petunjukan pengemasan dengan bentuk-bentuk takaran
bubuk dalam pengalengan takaran yang banyak. Seorang ahli obat-obatan seharusnya
tidak mengemas kembali sebuah produk dalam pengalengan yang lemah pertahanan.
Pengalengan seharusnya bersih dan aman untuk menjamin identitas kekuatan, kualitas
dan kemurnian dari produk-produk obat-obatan untuk ketahanan hidup. Perusahaan-
perusahaan obat dibutuhkan untuk melakukan tes untuk menemukan hal yang standar
ini. Hal yang kecil akan menjadi sebuah stabilitas penelitian dalam pengalengan bertanda
dan penutupan yang digunakan untuk penjualan produk (Julianti dan Mimi, 2006).

Gambar kemasan kaleng

Perkembangan Teknologi Pengemasan


Saat ini telah dikembangkan teknologi pengemasan bahan pangan dan produk
farmasi yang mencakup :
1. Pengemasan atmosfir termodifikasi (Modified Atmosfer Packaging/MAP)
Merupakan pengemasan produk dengan menggunakan bahan kemasan yang dapat
menahan keluar masuknya gas sehingga konsentrasi gas di dalam kemasan berubah dan
ini menyebabkan laju respirasi produk menurun, mengurangi pertumbuhan mikrobia,
mengurangi kerusakan oleh enzim serta memperpanjang umur simpan. Fabrikasi film
kemasan dapat menghasilkan kemasan dengan permeabilitas gas yang luas serta
tersedianya adsorber untuk O2, CO2, etilen, dan air. Keuntungan dari teknik kemasan aktif
adalah tidak mahal (relatif terhadap harga produk yang dikemas), ramah lingkungan,
mempunyai nilai estetika yang dapat diterima dan sesuai untuk sistem distribusi.
Adanya absorber oksigen dapat menyerap oksigen pada bahan-bahan pangan
seperti hamburger, pasta segar, mie, kentang goreng, daging asap (sliced ham dan
sosis), cakes, dan roti dengan umur simpan panjang, produk-produk konfeksionari,
kacang-kacangan, kopi, herba (dalam farmasi) dan rempah-rempah. Penggunaan
kantung absorber O2 memberikan keuntungan khususnya untuk produk-produk yang
sensitif terhadap oksigen dan cahaya seperti produk bakery dan pizza, daging yang
dimasak dimana pertumbuhan jamur dan perubahan warna merupakan masalah
utamanya.
2. Pengemasan aktif (Active Packaging) dan Smart Packaging
Merupakan teknik kemasan yang mempunyai sebuah indikator eksternal atau internal
untuk menunjukkan secara aktif perubahan produk serta menentukan mutunya. Tujuan
dari kemasan aktif atau interaktif adalah untuk mempertahankan mutu produk dan
memperpanjang masa simpannya.

(Julianti dan Mimi, 2006).


KESIMPULAN
Pengemasan dalam dunia farmasi mempunyai peran penting, yaitu untuk menempatkan
bahan atau hasil pengolahan atau hasil industri dalam bentuk yang memudahkannya
dalam penyimpanan, pengangkutan, dan distribusi sampai ke tangan konsumen.
Teknologi pengemasan sediaan farmasi meliputi strip, blister, bulk, botol, dan kaleng.

REFERENSI
Anindita, Dipta, 2012, Packaging Development at Pharmaceutical Industries-Strip and
Blister, http://www.centro.web.id/2012/01/packaging-development-at-
pharmaceutical.html Diakses tanggal 15 Mei 2012
Anonim, 2006, Pedoman Penerapan Cara Pembuatan Obat yang Baik, Badan
Pengawasan Obat dan Makanan : Jakarta
Julianti, Elisa dan Mimi Nurminah, 2006, Buku Ajar Tekologi Pengemasan, Universitas
Sumatera Utara Press : Sumatera
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=mencegah%20masuknya%20bau%20fungs
i%20pengemasan&source=web&cd=2&ved=0CE0QFjAB&url=http%3A%2F%2Focw.us
u.ac.id%2Fcourse%2Fdownload%2F3130000081-teknologi-
pengemasan%2Fthp_407_textbook_teknologi_pengemasan.pdf&ei=XQ-
xT46zA7CSiQejjLHVCA&usg=AFQjCNEQ0pxU788CA4pCcX7s-G5V9kuJ9w Diakses
tanggal 14 Mei 2012
Lund, Walter, 1994, Pharmaceutical Codex Twelfth Edition, The Pharmaceutical Press :
London
Priyambodo, B., 2007, Manajemen Farmasi Industri, Global Pustaka Utama :
Yogyakarta
Voight, Rudolf, 1995, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, Universitas Gadjah Mada
Press : Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai