Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KEPANITERAAN

BAGIAN PROSTODONSIA

GIGI TIRUAN SEBAGIAN LEPASAN

Disusun oleh :
Azka Surya Satria Putra
12/335421/KG/09240

Dosen Pembimbing :
drg. Murti Indrastuti, M.S., Sp Pros (K)

BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017

1
I. PENDAHULUAN

Gigi Tiruan Sebagian (GTS) adalah gigi tiruan yang menggantikan satu atau lebih
gigi, tetapi tidak semua gigi asli, yang hilang dari satu atau dua lengkung gigi serta dapat
dipasang dan dilepas oleh pasien. Gigi tiruan sebagian mendapat dukungan dari gigi asli
yang masih tinggal, mukosa mulut, atau dukungan kombinasi dari mukosa dan gigi.
Kehilangan elemen gigi, baik sebagian atau seluruhnya, sebaiknya segera dibuatkan
gigi tiruan pengganti, sebab dapat menimbulkan berbagai gangguan pada individu tersebut.
Akibat-akibat yang timbul karena hilangnya gigi dalam waktu yang lama dan tidak
dibuatkan gigi tiruan pengganti antara lain :
1. Migrasi dan rotasi gigi
Hilangnya kesinambungan pada lengkung gigi dapat menyebabkan pergeseran,
miring, atau berputarnya gigi, karena gigi ini tidak lagi menempati posisi yang normal
untuk menerima beban yang terjadi pada saat pengunyahan, sehingga akan
mengakibatkan kerusakan struktur periodontal. Gigi yang miring lebih sulit dibersihkan,
akibatnya kemungkinan terjadinya karies dapat meningkat.
2. Erupsi berlebih
Bila gigi sudah tidak memiliki antagonis lagi, maka akan terjadi erupsi berlebih (over
eruption). Erupsi berlebih dapat terjadi dengan atau tanpa disertai pertumbuhan tulang
alveolar. Struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai
ekstrusi. Bila erupsi berlebih disertai pertumbuhan tulang alveolar, maka akan
menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari penderita perlu dibuatkan gigi tiruan
lengkap.
3. Penurunan efisiensi kunyah
Orang yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, terutama gigi-gigi posterior, akan
merasakan efisiensi kunyah menurun. Pada kelompok orang yang dietnya cukup lunak,
hal ini mungkin tidak terlalu berpengaruh, karena pada saat ini banyak jenis makanan
yang dapat dicerna hanya dengan sedikit proses pengunyahan saja.
4. Gangguan pada sendi temporo mandibula
Kebiasaan mengunyah yang buruk, penutupan berlebih (over closure), serta
hubungan rahang yang eksentrik akan mengakibatkan gangguan pada persendian
temporo mandibula.

2
5. Beban berlebih pada jaringan pendukung
Bila penderita sudah kehilangan gigi aslinya, maka gigi yang masih ada akan
menerima tekanan mastikasi lebih besar, sehingga terjadi pembebanan berlebih (over
loading). Hal ini akan mengakibatkan kerusakan membran periodontal dan lama-
kelamaan gigi tadi menjadi goyah dan terpaksa harus dicabut.
6. Kelainan bicara
Kehilangan gigi anterior atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan bicara,
karena gigi, khususnya gigi anterior, termasuk bagian dari organ fonetik.
7. Memburuknya penampilan
Penampilan dapat menjadi buruk karena kehilangan gigi depan akan mengurangi
daya tarik seseorang, apalagi dari segi pandang manusia modern.
8. Terganggunya kebersihan mulut
Migrasi dan rotasi gigi mengakibatkan gigi kehilangan kontak dengan gigi
tetangganya. Adanya ruang interproksimal yang abnormal mengakibatkan celah di
antara gigi mudah disisipi sisa makanan, sehingga kebersihan mulut jadi terganggu dan
mudah terjadi plak. Pada tahap berikut kejadian karies gigi dapat meningkat.
9. Atrisi
Toleransi terhadap beban mastikasi bisa berwujud atrisi pada gigi geligi, sehingga
dalam jangka waktu panjang akan terjadi pengurangan dimensi vertikal wajah pada saat
gigi dalam keadaan oklusi sentrik.
10. Efek terhadap jaringan lunak mulut
Bila ada gigi yang hilang, ruang yang ditinggalkannya akan ditempati oleh jaringan
lunak pipi dan lidah. Jika berlangsung lama, hal ini akan mengakibatkan kesukaran
adaptasi terhadap gigi tiruan yang kemudian dibuat, karena terdesaknya kembali
jaringan lunak tadi dari daerah yang ditempati protesa. Dalam keadaan seperti ini,
pemakaian gigi tiruan akan dirasakan sebagai suatu benda asing yang cukup
mengganggu.
Tujuan pembuatan GTS pada pasien yang kehilangan sebagian / beberapa gigi
adalah, sebagai berikut:
1. Mengembalikan fungsi pengunyahan
2. Mengembalikan estetik, salah satunya dengan memperbaiki profil muka yang berubah
yang disebabkan karena resorbsi tulang

3
3. Mengembalikan fungsi bicara
4. Mempertahankan keadaan kesehatan individu lebih lanjut

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian gigi tiruan sebagian (GTS) menurut Osborne (1959) adalah gigi tiruan
yang mengganti gigi asli yang hilang sebagian dapat dilepas oleh pasien. Menurut Mc.
Craken (1973), GTS merupakan suatu restorasi prostetik yang mengganti gigi asli yang
hilang dan bagian lain rahang yang tidak bergigi sebagian, mendapat dukungan terutama
dari jaringan di bawahnya, dan sebagian dari gigi asli yang masih tinggal akan menjadi gigi
pegangan.
Untuk mendapatkan GTS yang baik dalam memenuhi fungsinya maka pengetahuan
yang dimiliki operator harus memadai disamping itu perlu kerjasama yang baik dengan
pasien. Jika pasien sadar akan arti pentingnya GTS maka hal ini akan sangat mendukung
keberhasilan dari perawatan tersebut.
Indikasi perawatan GTS adalah:
1. Hilangnya satu gigi atau lebih
2. Keadaan yang baik dari gigi yang masih tinggal dan memenuhi syarat sebagai gigi
pegangan.
3. Keadaan prosesus alveolaris yang masih baik.
4. Kesehatan umum pasien dan kebersihan mulut pasien baik.

Macam-macam GTS :
1. Menurut jaringan pendukungnya:
a. Tooth supported: dukungannya berupa gigi asli
b. Mucosa supported: dukungannya berupa mukosa ujung bebas.
c. Mucosa and Tooth supported: dukungannya berupa mukosa ujung bebas dan gigi
asli.
2. Menurut saat pemasangannya:
a. Immediate protesa : segera dipasang setelah pencabutan
b. Conventional protesa: tidak segera dipasang setelah pencabutan.
3. Menurut bahan yang dipakai:
a. Frame atau metal protesa

4
b. Akrilik protesa
c. Vulcanite protesa.
4. Menurut ada/tidaknya sayap bagian bukal.
a. Open face, dibuat tanpa gusi tiruan di bagian bukal/labial (anterior)
b. Close face, dibuat dengan gusi tiruan di bagian bukal/labial (posterior/anterior).
Gigi tiruan open face diindikasikan pada bagian anterior bila tulang alveolar belum
resorbsi sehingga gigi artifisial dapat dipasang seolah-olah keluar dari gusi (tampak
estetik seperti gigi asli). Gigi tiruan close face diindikasikan pada bagian anterior
bila tulang alveolar telah resorpsi karena sayap dapat meningkatkan estetika dengan
memberi dukungan bagi bibir.

Untuk memudahkan aplikasi atau penerapannya, Applegate membuat 8 ketentuan


berikut :
1. klasifikasi hendaknya dibuat setelah semua pencabutan gigi selesai dilaksanakan
2. bila gigi molar tiga hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak masuk dalam klasifikasi
3. bila gigi molar tiga masih ada dan digunakan sebagai penahan, gigi ini dimasukkan
dalam klasifikasi
4. bila gigi molar dua sudah hilang dan tidak akan diganti, gigi ini tidak dimasukkan dalam
klasifikasi. Contoh bila gigi antagonis molar 2 hilang tidak akan diganti
5. bagian tak bergigi paling posterior selalu menetukan klas utama dalam klasifikasi
6. daerah tak bergigi lain dari pada yang sudah ditetapkan dalam klasifikasi, masuk dalam
modifikasi dan disebut sesuai dengan jumlah daerah atau ruangannya
7. luasnya modifikasi atau jumlah gigi yang hilang tidak dipersoalkan, yang dipersoalkan
adalah jumlah tambahan daerah (ruang) tak bergigi
8. tidak ada modifikasi bagi lengkung rahang klas IV

Klasifikasi gigi tiruan sebagian berdasarkan letak dari daerah yang tidak bergigi menurut
Applegate Kennedy, cit. Soelarko R.M. dan Wachijati H., (1980) yaitu :
1. Klas I
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi yang
tertinggal pada ke dua belah sisi (Bilateral Free end).
2. Klas II

5
Mempunyai daerah tanpa gigi yang terletak di bagian posterior dari gigi yang
tertinggal tetapi hanya pada satu sisi saja (Unilateral Free end)
3. Klas III
Daerah yang tidak bergigi terletak di antara gigi (paradental) dengan kedua gigi tidak
lagi mampu memberi dukungan kepada gigi tiruan secara keseluruhan.
4. Klas IV
Daerah yang tidak bergigi terletak di bagian anterior dan melewati median line.
5. Klas V
Keadaan tidak bergigi paradental, dimana gigi asli anterior tidak dapat dipakai
sebagai gigi penahan atau tak mampu menahan daya kunyah
6. Klas VI
Keadaan tidak bergigi paradental dengan kedua gigi tetangga gigi asli dapat dipakai
sebagai penahan

Klasifikasi gigi tiruan sebagian berdasarkan letak klamer menurut Miller ditentukan
sebagai berikut:
1. Klas I
Menggunakan dua buah klamer dimana klamer-klamer tersebut lurus berhadapan
dan tegak lurus median line (diametral)
2. Klas II
Menggunakan dua buah klamer yang letaknya saling berhadapan dan membentuk
garis diagonal serta melewati median line.
3. Klas III
Menggunakan tiga buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga apabila
klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis, merupakan suatu segitiga yang
terletak di tengah gigi tiruan.
4. Klas IV
Menggunakan empat buah klamer yang letaknya sedemikian rupa sehingga apabila
klamer-klamer itu dihubungkan dengan suatu garis lurus, merupakan suatu segi
empat yang terletak di tengah gigi tiruan.

Menurut Austin dan Lidge (1975), gigi tiruan mempunyai beberapa komponen.
Komponen GTS bahan akrilik antara lalin:

6
1. Basis
Suatu bagian GTS yang terbuat dari akrilik untuk mendukung gigi tiruan,
memindahkan tekanan oklusal ke jaringan di bawahnya, dan memeberikan retensi
serta stabilisasi pada gigi tiruan.
2. Retainer/Penahan atau klamer
Bagian GTS yang terletak pada abutment dan terbuat dari kawat tahan karat. Fungsi
dari klamer yaitu sebagai retensi untuk mencegah pergerakan gigi tiruan ke arah
oklusal. Retainer ada dua macam yaitu :
a. Retainer langsung (direct retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang berkontak
langsung dengan permukaan gigi abutment berupa cengkram atau kaitan presisi.
b. Retainer tidak langsung (indirect retainer), yaitu bagian dari gigi tiruan yang
menahan GTS secara tidak langsung, berupa lengan pengimbang, sandaran/rest
(bagian dari cangkolan yang bersandar pada bidang oklusal atau incisal gigi
pegangan yang memberikan dukungan vertikal terhadap gigi tiruan).
3. Gigi pengganti atau gigi artifisial
Bagian GTS yang mengganti gigi asli yang hilang.
4. Konektor
Konektor dibagi menjadi 2 macam yaitu:
a. Mayor Konektor
Merupakan bagian gigi tiruan yang menghubungkan protesa pada satu sisi
rahang dengan sisi lainya
b. Minor Konektor
Merupakan bagian gigi tiruan yang menghubungakan mayor konektor
dengan bagian lain pada gigi tiruan seperti cangkolan.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan desain GTS adalah sebagai
berikut:
1. Retensi
Daya perlawanan terhadap lepasnya protesa atau gigi tiruan ke arah oklusal. Faktor
pemberi retensi antara lain lengan retentif, klamer, occlusal rest, kontur dan landasan
gigi, oklusi, adhesi, teknana atsmofer, surface tension.
2. Stabilisasi

7
Perlawanan atas ketahanan terhadap perpindahan tempat GTS dalam arah horizontal
dalam keadaan berfungsi. Gigi yang mempunyai stabilisasi pasti mempunyai retensi,
sedangkan gigi yang mempunyai retensi belum tentu mempunyai stabilisasi.
3. Estetika
Dalam prostodonsia yang berhubungan dengan permukaan GTS adalah:
a. Penempatan klamer harus sedemikian rupa sehingga tidak terlihat dalam
posisi bagaimanapun.
b. Gigi tiruan harus tampak asli dan pantas untuk tiap-tiap pasien meliputi
warna dan inklinasi/posisi gigi.
c. Gambaran countouring harus sesuai dengan keadaan pasien.
d. Perlekatan gigi di atas ridge.

Dalam menentukan desain GTS, jika harus ada yang dipilih antara retensi, stabilisasi
dan estetika maka yang dipilih adalah yang paling menguntungkan bagi pasien.
Syarat-syarat pemilihan gigi abutment yang digunakan sebagi pegangan klamer:
1. Gigi pilar harus cukup kuat.
a. Akarnya panjang.
b. Masuk ke dalam prosesus alveolaris dalam dan tidak longgar
c. Makin banyak akar makin kuat.
d. Gigi pilar tidak boleh goyang
e. Tidak ada kelainan jaringan periodontal pada gigi penyangga.
2. Bentuk mahkota sedapat mungkin sesuai dengan macam klamer yang digunakan.
3. Kedudukan gigi tersebut hendaknya tegak lurus dengan prosesus alveolaris, gigi
yang letaknya rotasi atau berputar tidak baik untuk pilar.
4. Gigi tersebut masih vital atau tidak mengalami perawatan.
5. Bila memerlukan dua klamer atau lebih maka hendaknya dipilihkan gigi yang
letaknya sejajar.

Pembuatan desain geligi tiruan merupakan salah satu tahap penting dan merupakan
salah satu faktor penentu keberhasilan atau kegagalan sebuah gigi tiruan. Dalam pembuatan
desain gigi tiruan dikenal 4 tahap yaitu :
Tahap 1 : menentukan klas dari masing-masing daerah tak bergigi (sadel)
Tahap 2 : menentukan macam dukungan dari setiap sadel

8
Dukungan bagi gigi tiruan merupakan dukungan yang berasal dari jaringan mulut
yang menahan atau menyangga gaya oklusal yang diterima protesa. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keadaan jaringan pendukung, panjang
sadel, jumlah sadel, dan keadaan rahang yang akan dipasangi gigi tiruan (Gunadi.,
dkk.,1995).
Tahap 3 : menentukan macam penahan (retainer)
Ada dua macam retainer yaitu direct retainer dan indirect retainer. Penentuan jenis
retainer ini perlu memperhatikan faktor dari dukungan sadel, stabilisasi gigi tiruan,
dan estetika (Gunadi dkk.,1995).
Tahap 4 : menentukan macam konektor
Ada dua macam konektor pada gigi tiruan yaitu konektor mayor dan konektor minor.

9
III. LAPORAN KASUS

A. Identifikasi
Nama Pasien : Hardono Karsono
Umur : 51 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Abdi Dalem Kraton
Bangsa : Indonesia
Alamat : Dhuku Jambidan Banguntapan Bantul DIY
No Kartu : 179873

B. Anamnesa
1. Pemeriksaan Subyektif
Motivasi Datang dengan kemauan sendiri ingin dibuatkan gigi
tiruan
Chief Complaint Merasa kesulitan untuk mengunyah makanan
Present Ilness Merasa terganggu pengunyahannya saat makan serta
dirasa menggangu penampilan
Past Dental Health Pernah mencabutkan giginya beberapa kali tanpa
komplikasi
Belum pernah memakai gigi tiruan lepasan dari
akrilik
Past Medical History Sehat, tidak memiliki riwayat penyakit sistemik,
alergi terhadap obat atau makanan tertentu.
Family History Ayah : Tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
Ibu : Tidak dicurigai menderita penyakit sistemik

2. Pemeriksaan Obyektif
a. Umum
Jasmani : sehat, tak ada kelainan
Rohani : kooperatif dan komunikatif

10
b. Ekstra Oral
Bentuk muka : lonjong, simetris
Profil : cembung
Bibir : sedang
c. Intra Oral
Frenulum Labialis : Rendah
Frenulum Lingualis : Rendah
Frenulum Bukalis : Rendah
Palatum : parabola, tinggi, tidak ada kelainan
Torus Palatinus : Tidak Ada
Lidah : Ukuran dan aktifitas normal
Formula Gigi Geligi :

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

Ket : telah dicabut belum erupsi tumpatan

Diagnosis
Klasifikasi :
Rahang Bawah : Klas I modifikasi 1P Applegate Kennedy
Rahang Atas : Klas I modifikasi 1A Applegate Kennedy

11
IV. RENCANA PERAWATAN

A. Persiapan di dalam mulut


Persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuatkan gigi tiruan sebagian,
meliputi:
1. Perawatan bedah / surgical treatment, misalnya pencabutan gigi yang tidak mungkin
dipertahankan.
2. Perawatan periodontal/ periodontal treatment, misalnya pemeriksaan gigi, gusi, dan
tulang pendukungnya; serta pembersihan karang gigi.
3. Perawatan konservasi / konservatif treatment, misalnya restorasi gigi yang karies.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi hambatan, mencari bidang bimbing, membuat
sandaran oklusal dan bila perlu menciptakan daerah-daerah untuk retensi mekanis.

B. Perawatan dan prosedur kerja laboratorium


Kunjungan I
1. Membuat cetakan untuk model studi dan model kerja pertama (untuk
pembuatan base palte)
Alat : sendok cetak perforated stock tray no. 3
Bahan cetak : alginat
Cara : metode mukostatik
Kemudian dilanjutkan dengan mengisi hasil cetakan dengan stone gips, kemudian
dibuat studi model (boksing).
2. Membuat desain GTSL Akrilik
Desain Gigi Tiruan Sebagian Akrilik Rahang Bawah
a. Tahap 1
Klas I Modifikasi 1P Applegate Kennedy
Indikasi protesa : protesa lepasan, desain bilateral dengan dukungan dari mukosa
dan gigi.
b. Tahap 2
Pemilihan dukungan : dukungan yang dipilih adalah dukungan kombinasi dari
gigi dan mukosa, yaitu gigi 35 dan 46.
c. Tahap 3
Pemilihan jenis penahan :

12
Penahan langsung : Klamer C dengan modifikasi sandaran oklusal menjauhi
sadel pada gigi 35 dan 46.
Penahan tidak langsung : Perluasan basis akrilik ke distal.
d. Tahap 4
Pemilihan konektor : menggunakan plat lingual akrilik setinggi cingulum.

Desain Gigi Tiruan Lepasan Akrilik Rahang Bawah

Keterangan :

Desain Gigi Tiruan Sebagian Akrilik Rahang Atas


a. Tahap 1
Klas I modifikasi 1A Applegate Kennedy
Indikasi protesa : protesa lepasan, desain bilateral dengan dukungan dari mukosa
dan gigi.
b. Tahap 2
Pemilihan dukungan : dukungan yang dipilih adalah dukungan kombinasi dari
gigi dan mukosa, yaitu gigi 13 dan 23.
c. Tahap 3
Pemilihan jenis penahan :
Penahan langsung : Klamer C dengan modifikasi sandaran cingulum pada gigi
13 dan 23.
Penahan tidak langsung : Plat anterior setinggi cingulum dan perluasan basis
akrilik ke distal.

13
d. Tahap 4
Pemilihan konektor : menggunakan plat akrilik setinggi cingulum.

Desain Gigi Tiruan Lepasan Akrilik Rahang Atas

Keterangan :

3. Membuat base plate permanen dan klamer


Model kerja yang telah diperoleh dari cetakan negatif kemudian ditentukan batas
tepi, diperhatikan batas daerah mukosa bergerak dan tidak bergerak, kemudian ditentukan
relief area. Dengan panduan batas-batas fisiologis, dibuat base plate dari wax yang
kemudian akan diganti dengan resin akrilik.
Pembuatan klamer dengan alat dan bahan sebgai berikut:
Bahan: Kawat diameter 0,8 mm untuk gigi posterior.
Alat: Tang pipih, tang bulat, tang ½ bulat.
Pembuatan C klamer dilakukan pada gigi penyangga yaitu gigi 13, 23, 35, dan 46

Kunjungan II
1. Try in base plate
Pada tahap ini perlu diperhatika retensi dan stabilisasi. Retensi yang baikdiperoleh
jika base plate tidak lepas dari tempatnya saat pasien diam. Retensi dicek dengan

14
menekan salah satu sisi pada RB dan mencoba menarik base plate pada RA. Klamer
diperiksa sudah baik atau belum posisinya pada gigi. Base plate diperiksa apakah
ada kecenderungan mengugkit atau tidak

2. Membuat bite rim


Base plate dihaluskan kemudian diatasnya dibuat bite rim dari wax. Bite rim dibuat
setinggi dataran oklusal gigi-gigi yang masih ada dan diperhatikan estetis, tinggi,
lebar dan kesejajaran dataran oklusal.

Kunjungan III
1. Try in bite rim serta base plate dan dilakukan pencatatan Maxillo Mandibular relation
(MMR).
Bite rim kemudian dicobakan ke mulut pasien kemudian dicek :
 Tinggi bite rim : bidang incisal bite rim terlihat 2 mm dibawah garis bibir atas
pasien pada waktu posisi istirahat.
 Profil wajah pasien : bibir pasien harus isotonus (tidak terlalu tegang atau terlalu
kendur). Apabila bibir hipotonus, tambahkan malam pada labial bite rim dan
apabila bibir hipertonus, kurangi malam pada labial bite rim.
 Kesejajaran bite rim : bila dilihat dari anterior bite rim akan nampak sejajar
dengan garis pupil (dilihat dengan bantuan occlusal guide plane) dan bila dilihat
dari lateral maka bite rim nampak sejajar dengan garis chamfer.
Setelah diperoleh kesejajaran oklusal bite rim RA kemudian bite rim RB dipasang.
Pasien kemuian diinstruksikan untuk mengatupkan bite rim yang telah dilunakan sambil
menelan ludah agar didapatkan oklussi sentrik pasien. Vertikal dimensi oklusi dan
vertikal dimensi rest posisi dicek menggunakan metode willis, yaitu pengukuran jarak
pupil ke sudut mulut sama dengan jarak hidung ke dagu (PM = HD) saat rest position
atau HD = PM – 2 mm saat centric relation.
2. Pencetakan dan pembuatan model kerja kedua (untuk pemasangan gigi artifisial) dan
mounting pada artikulator.
Pencetakan model kerja RA dan RB dengan base plate dan bite rim masih terpasang
dilakukan dengan terlebih dahulu mengolesi vaselin pada fitting surface. Cetakan yang
diperoleh adalah model kerja kedua dengan base plate dan bite rim di atasnya. Model
kerja kemudian dimounting pada artikulator.

15
3. Pemasangan gigi artifisial
Pada kasus ini akan dipasang gigi tiruan 11,12,14,15,16,17,24,25,26,27,36,37,44,45,47.
Pada tahap ini perlu diperhatikan kesesuaian bentuk, ukuran, warna, dan bahan gigi
artifisial yang akan dipasang denga gigi asli yang masih tinggal. Gigi ini harus disusun
pada model kerja yang telah dipasang pada artikulator untuk mendapatkan oklusi yang
memuasakan dengan derajat seimbang dan memenuhi kebutuhan estetik. Wax dibentuk
sesuai kontur alami prosesu alveolaris dan tepi gingiva.

Kunjungan IV
Pada kunjugan ke IV dilakukan Try in bite rim yang sudah dipasangi gigi artifisial.
Tujuanya adalah untuk mengamati aspek oklusi, retensi, stabilisasi, estetika, dan
pengucapan huruf-huruf seperti b,p,t,th,h,d,f,v.
Try in dilakukan pada bite rim RA terlebih dahuu baru kemudian RB. Pasien
diinstruksikan untuk mengatupkan bite rim sambil menelan ludah agar didapatkan oklusi
sentrik pasien. Setelah pengamatan seluruh aspek oklusi yang baik telah diperoleh dilakukan
processing gigi tiruan sebagian resin akrilik ujung bebas.

Kunjungan V
Dilakukan insersi gigi tiruan sebagian lepasan pada pasien. Hal-hal yang perlu
diperhatikan antara lain:
1. Pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan
Demi kenyamanan pasien saat pemakaian gigi tiruan maka hambatan pada permukaan
gigi atau jaringan yang dijumpai waktu pemasangan dan pengeluaran gigi tiruan dapat
dihilangkan dengan cara pengasahan gigi tiruan.
2. Retensi
Retensi adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya pemindah yang cenderung
memindahkan gigi tiruan kearah oklusal. Retensi dicek dengan cara memasang gigi tiruan
kedalam mulut, bila gigi tiruan memiliki retensi maka gigi tiruan tidak akan terlepas setelah
dipaang.
3. Stabilisasi
Stabilisasi adalah kemampuan gigi tiruan untuk melawan gaya pemindah yang cenderung
memindahkan gigi tiruan kearah horisontal. Stabilisasi terlihat dalam keadaan berfungsi,
misal pada mastikasi. Pengecekan stabilisasi dilakaukan dengan cara menekan bagian depan

16
dan belakang gigi secara bergantian. Apabila gigi tiruan stabil maka tidak akan menunjukan
pergerakan pada saat tes ini.
4. Oklusi
Pengecekan dilakukan menggunakan kertas artikulasi yang diletakan diantara gigi atas
dan bawah kemudian pasien diminta untuk mengunyah. Pada keadaan normal terlihat
persebaran warna yang merata pada permukaan gigi. Bila terlihat warna yang tebal dan tidak
merata berarti terdapat traumatik oklusi yang harus dihilangkan dengan cara melakukan

17
selctive grinding pada bagian yang bersangkutan.

Instruksi yang disampaikan kepada pasien setelah dilakukan insersi gig tiruan yaitu:
1. Cara pemakaian gigi tiruan.
2. Hipersalivasi merupaka respon awal tubuh terhadap pemasangan gigi tiruan.
3. Pasien diminta memakai gigi tiruan tersebut terus menerus agar terbiasa.
4. Kebersihan gigi tiruan dan rongga mulut harus tetap dijaga.
5. Pada malam hari saat gigi tiruan tidak dipakai maka protesa direndam dalam air dingin
yang bersih agar tidak terjadi perubahan ukuran.
6. Jangan gunakan protesa untuk makan makanan yang keras dan lengket.
7. Apabila timbul rasa sakit setelah pemakaian maka segera dilakukan kontrol.
8. Kontrol seminggu berikutnya setelah insersi pertama kali.

Kunjungan VI
Kontrol pemakaian yang mencakup :
 Pemeriksaan subjektif : apakah terdapat rasa sakit atau mengganjal saat pemakaian
gigi tiruan dan gangguan fungsi bicara atau tidak.
 Pemeriksaan objektif : melihat keadaan GTS bail pada base plate maupun mukosa
dibawahnya, oklusi, stabilisasi, posisi cengkram, keadaan gigi pegangan, jaringan
pendukung dan retensi gigi tiruan.

V. DISKUSI

Pada kasus ini pasien kehilangan gigi 11, 12, 14, 15, 16, 17, 24, 25, 26, 27, 36, 37,
44, 45, dan 47. Pembuatan GTS ini bertujuan untuk mengembalikan fungsi pengunyahan
dan fungsi estetik. Berdasarkan gigi yang hilang, maka kasus RB tersebut termasuk dalam
klasifikasi Klas I modifikasi 1P Applegate Kennedy sedangkan RA merupakan Klas I
modifikasi IA Applegate Kennedy. Hal ini merupakan indikasi pembuatan protesa gigi

18
tiruan lepasan dukungan gigi dan mukosa dengan desain bilateral dan perluasan basis ke
distal untuk kedua rahang.
Tahap-tahap yang perlu diperhatikan dalam membuat desain gigi tiruan sebagian
lepasan adalah :
1. Base plate
Bagian yang melekat pada mukosa mulut yang fungsinya memindahkan tekanan oklusal
ke jaringan di bawahnya.
2. Gigi Abutment
Gigi yang dipilih sebagai gigi abutmen adalah gigi 13, 23, 35, dan 46. Pemilihan gigi
tersebut mempertimbangkan hal sebagai berikut :
 Gigi masih sehat.
 Gigi tertanam kuat dalam prosesus alveolaris.
 Bentuk mahkota gigi sesuai.
 Tidak ada penyakit periodontal pada jaringan gigi.
3. Gigi pengganti
Ukuran gigi pengganti disesuaikan dengan ruang yang tersedia dan warna gigi sesuai
dengan gigi aslinya.
4. Retainer atau klamer
Dibuat klamer C pada gigi 13, 23, 35, dan 46 dengan sandaran oklusal atau cingulum.
Pemilihan cengkeram ini karena pembuatanya yang mudah namun memiliki retensi
yang cukup kuat karena memiliki lengan retentif yang mencegah pergerakan kearah
oklusal.

VI. PROGNOSIS

Diperkirakan hasil perawatan adalah baik karena kesehatan umum baik, jaringan
pendukung sehat serta pasien komunikatif dan kooperatif.

VII. KESIMPULAN

19
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pasien memiliki kasus kehilangan gigi klasifikasi Applegate-Kennnedy klas I
modifikasi 1P pada rahang bawah dan Applegate-Kennnedy klas I modifikasi 1A
pada rahang atas.
2. Pasien dapat dibuatkan GTSL akrilik dengan prognosis baik.
3. Prosedur teknis dan pengetahuan yang baik serta kerja sama pasien dalam perawatan
sangatlah penting guna tercapainya hasil yang baik dan optimum.

DAFTAR PUSTAKA

Applegate, 1959, Essentials of Removable Partial Denture Prosthesis, 2nd ed., W.B.
Saunders Co. Philadelphia, London.

20
Gunadi, H. A., Margo, A., Burhan, L. K., 1995, Buku Ajar
IlmuGeligiTiruanSebagianLepasan, Jilid I, Hipokrates, Jakarta.

Gunadi, H. A., Margo, A., Burhan, L. K., 1995, Buku Ajar Ilmu Geligi TiruanSebagian
Lepasan, Jilid II, Hipokrates, Jakarta.

Henderson, D., McGivney, G. P., Castleberry, D. J., 1985, McCracken’s Removable Partial
Prosthodontics, C. V. Mosby Company, St Louis.

Soelarko, R. M., Wachijati, H., 1980, Diklat Prostodonsia Gigi Tiruan sebagian Lepasan,
FKG Universitas Padjajaran, Bandung.

21

Anda mungkin juga menyukai