Anda di halaman 1dari 14

Asesmen Otentik

Implikasi diterapkannya standar kompetensi adalah proses asesmen yang dilakukan oleh guru
baik yang bersifat formatif maupun sumatif harus menggunakan acuan kriteria. Sehubungan
dengan itu, dalam menerapkan standar kompetensi guru harus:
1. Mengembangkan matriks kompetensi belajar (learning competency matrix) yang menjamin
pengalaman belajar yang terarah
2. Mengembangkan asesmen otentik berkelanjutan (continuous authentic assessment) yang
menjamin pencapaian dan penguasaan kompetensi.

Asesmen otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang perkembangan dan
pencapaian pembelajaran yang dilakukan peserta didik melalui berbagai teknik yang mampu
mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat bahwa tujuan pembelajaran telah
dikuasai dengan baik dan dicapai. Penilaian otentik sebagai bentuk asesmen dimana peserta didik
diminta untuk menunjukkan tugas-tugas yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari (real-
world task) yang menunjukkan aplikasi bermakna dari pengetahuan dan keterampilannya
(Authentic Assesment Tool Home Page) (John Mueller).
Di dalam asesmen otentik, proses asesmennya seringkali didasarkan pada performa (kinerja)
peserta didik. Peserta didik diminta untuk mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
mereka atau kemampuan (kompetensi) di dalam situasi apapun yang sesuai dengan yang mereka
hadapi. Asesmen otentik dilakukan untuk mendapat sesuatu yang bertujuan:
1. Mengembangkan respon peserta didik daripada menyeleksi pilihan-pilihan yang sudah
ditentukan sebelumnya.
2. Menunjukkan cara berpikir tingkat tinggi (higher order thinking).
3. Secara langsung mengevaluasi proyek-proyek yang bersifat holistik atau menyeluruh.
4. Mensintesis dengan pembelajaran di kelas.
5. Menggunakan kumpulan pekerjaan atau tugas peserta didik (portofolio) dalam jangka waktu
tertentu.
6. Memberikan kesempatan untuk melakukan asesmen secara beragam.
7. Didasarkan dari kriteria yang jelas yang diketahui oleh peserta didik.
8. Berhubungan erat dengan belajar di kelas.

9. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengevaluasi pekerjaannya.


Adapun prinsip-prinsip asesmen otentik adalah:
1. Proses asesmen harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran, bukan
bagian terpisah dari proses pembelajaran (a part of, not apart from, instruction)
2. Pengasesan harus mencerminkan masalah dunia nyata (real world problems), bukan masalah
dunia sekolah (school work-kind of problems)
3. Pengasesan harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang sesuai dengan
karakteristik dan esensi pengalaman belajar,
4. Pengasesan harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan pembelajaran
(kognitif, afektif, dan sensori-motorik).

Deskripsi cara melakukan asesmen otentik dapat diuraikan sebagai berikut:


1. Mengidentifikasi standar yang akan diberikan kepada peserta didik.
2. Mengembangkan tugas-tugas atau bentuk kegiatan (task) untuk peserta didik, sehingga peserta
didik diharapkan dapat menunjukkan kompetensi-kompetensi yang telah diidentifikasi atau
ditentukan.
3. Mengidentifikasi karakteristik dari performa yang baik atau kriteria untuk setiap tugas atau
kegiatan yang telah ditentukan serta kriteria yang akan ditunjukkan oleh peserta didik ketika telah
menguasai seluruh standar kompetensi.
4. Untuk setiap kriteria, dilakukan identifikasi dua atau lebih tingkat performa peserta didik yang
dapat membedakan performa setiap peserta didik yang berbeda disebut rubrik.

Manfaat penilaian otentik bagi siswa, antara lain sebagai berikut:


1. dapat mengungkapkan pemahaman siswa secara keseluruhan atau utuh,
2. menghubungkan apa yang dipelajari dengan pengalaman mereka sendiri,
3. melatih siswa untuk mengumpulkan informasi, menggunakan sumber belajardan berpikir
secara sistematik,
4. menajamkan daya piker, lebih kritis dan berpikir ke tingkat lebih tinggi
5. memiliki tanggung jawab terhadap tugas dan dapat melakukan pilihan,
Penilaian konvensional cenderung dilakukan untuk mengukur hasil belajar peserta didik.
Dalam konteks ini, penilaian diposisikan seolaholah sebagai kegiatan yang terpisah dari
proses pembelajaran. Pemanfaatan penilaian bukan sekadar mengetahui pencapaian hasil
belajar, justru yang lebih penting adalah bagaimana penilaian mampu meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam proses belajar.
Penilaian seharusnya dilaksanakan melalui tiga pendekatan, yaitu assessment of learning
(penilaian akhir pembelajaran), assessment for learning (penilaian untuk pembelajaran), dan
assessment as learning (penilaian sebagai pembelajaran).

Assessment of learning merupakan penilaian yang dilaksanakan setelah proses pembelajaran


selesai. Proses pembelajaran selesai tidak selalu terjadi di akhir tahun atau di akhir peserta
didik menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu. Setiap pendidik melakukan penilaian
yang dimaksudkan untuk memberikan pengakuan terhadap pencapaian hasil belajar setelah
proses pembelajaran selesai, berarti pendidik tersebut melakukan assessment of learning.
Ujian Nasional, ujian sekolah/madrasah, dan berbagai bentuk penilaian sumatif merupakan
assessment of learning (penilaian hasil belajar).

Assessment for learning dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan biasanya
digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan proses belajar mengajar. Dengan
assessment for learning pendidik dapat memberikan umpan balik terhadap proses belajar
peserta didik, memantau kemajuan, dan menentukan kemajuan belajarnya. Assessment for
learning juga dapat dimanfaatkan oleh pendidik untuk meningkatkan performan dalam
memfasilitasi peserta didik. Berbagai bentuk penilaian formatif, misalnya tugas, presentasi,
proyek, termasuk kuis merupakan contohcontoh assessment for learning (penilaian untuk
proses belajar).

Assessment as learning mempunyai fungsi yang mirip dengan assessment for learning, yaitu
berfungsi sebagai formatif dan dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Perbedaannya, assessment as learning melibatkan peserta didik secara aktif dalam kegiatan
penilaian tersebut. Peserta didik diberi pengalaman untuk belajar menjadi penilai bagi dirinya
sendiri. Penilaian diri (self assessment) dan penilaian antar teman merupakan contoh
assessment as learning. Dalam assessment as learning peserta didik juga dapat dilibatkan
dalam merumuskan prosedur penilaian, kriteria, maupun rubrik/pedoman penilaian sehingga
mereka mengetahui dengan pasti apa yang harus dilakukan agar memperoleh capaian belajar
yang maksimal.
Selama ini assessment of learning paling dominan dilakukan oleh pendidik dibandingkan
assessment for learning dan assessment as learning. Penilaian pencapaian hasil belajar
seharusnya lebih mengutamakan assessment as learning dan assessment for learning
dibandingkan assessment of learning, sebagaimana ditunjukkan gambar di bawah ini.
Pada dasarnya instrumen dapat dibagi dua yaitu tes dan non tes. Berdasarkan bentuk atau jenisnya,
tes dibedakan menjadi tes uraian dan obyektif, sedangkan nontes terdiri dari observasi, wawancara
(interview), angket (questionaire), pemeriksaan document (documentary analysis), dan sosiometri.
Instrumen yang berbentuk test bersifat performansi maksimum sedang instrumen nontes bersifat
performansi tipikal.

1. Pengertian Tes
Secara harfiah, kata “tes” berasal dari bahasa Perancis Kuno : testum dengan arti : “piring
untuk menyisihkan logam-logam mulia, dalam bahasa Inggris ditulis dengan test yang dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan dengan “tes”, “ujian”,atau “percobaan”. Testing berarti saat
dilaksanakannya atau peristiwa berlangsungnya pengukuran dan penilaian. Tester adalah
orang yang melaksanakan tes atau pembuat tes. Testee adalah pihak yang dikenai tes (peserta
tes).

Dari segi istilah, menurut Anne Anastasi dalam karya tulisnya berjudul Psychological
Testing, yang dimaksud dengan tes adalah alat pengukur yang mempunyai standar yang
obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas, serta dapat betul-betul digunakan untuk
mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.

Dalam dunia evaluasi pendidikan, yang dimaksud dengan tes adalah cara atau prosedur dalam
pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau
serangkaian tugas/baik berupa pertanyaan-pertanyaan (yang harus dijawab), atau perintah-
perintah oleh testee, sehingga dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau
prestasi, nilai mana dapat dibandingkan dengan nilai-nilai yang dicapai oleh testee lainnya,
atau dibandingkan dengan nilai standar tertentu.
2. Persyaratan Tes
Tes diusahakan mengikuti aturan tentang suasana, cara, dan prosedur yang telah ditentukan
namun tes itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan.

1. Adakalanya tes (secara psikologis terpaksa) menyinggung pribadi seseorang


2. Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar
3. Tes mengategorikan siswa secara tetap
4. Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa
5. Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas

3. Klasifikasi Tes
Tes dapat diklasifikasikan atas :

1. Bagaimana ia diadministrasikan (tes individual atau kelompok)


2. Bagaimana ia di skor (tes objektif atau tes subjektif)
3. Respon apa yang ditekankan (kemampuan atau kecepatan)
4. Tipe respon yang bagaimana yang harus dikerjakan subjek (tes unjuk kerja atau tes
kertas dan pensil )
5. Apa yang akan diukur (tes sampel atau tes sign)
6. Hakikat dari kelompok yang akan diperbandingkan ( tes buatan guru atau tes baku)

4. Ciri-Ciri Tes

1. Validitas
2. Reliabilitas
3. Objektifitas
4. Praktis
5. Ekonomis

5. Jenis-jenis Teknik Tes

1. Berdasarkan fungsi

a. Tes seleksi

Tes seleksi sering dikenal dengan istilah “ujian saringan” atau “ujian masuk”. Tes ini
dilaksanakan dalam rangka penerimaan calon siswa baru, dimana hasil tes digunakan untuk
memilih calon peserta didik yang tergolong paling baik dari sekian banyak calon yang
mengikuti tes.

Sebagai tindak lanjut dari hasil tes seleksi, maka para calon yang dipandang memenuhi batas
persyaratan minimal yang telah ditentukan dinyatakan sebagai peserta tes yang lulus dan
dapat diterima sebagai siswa baru, dinyatakan tidak lulus dan karenanya tidak dapat diterima
sebagai siswa baru.

b. Tes awal

Tes awal sering dikenal dengan istilah pre-test. Tes jenis ini dilaksanakan dengan tujuan
untuk mengetahui sejauh manakah materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah
dapat dikuasai oleh para peserta didik. Jadi tes awal adalah tes yang dilaksanakan sebelum
bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik. Karena itu maka butir-butir soalnya dibuat
yang mudah-mudah. Setelah tes awal berakhir, maka sebagai tindak lanjutnya adalah :

1. Jika dalam tes awal itu semua materi yang ditanyakandalam tes sudah dikuasai
dengan baik oleh peserta didik, maka materi yang telah ditanyakan dalam tes awal itu
tidak diajarkan lagi,
2. Jika materi yang dapat dipahami oleh peserta didik baru sebagian saja, maka yang
diajarkan adalah materi pelajaran yang belum cukup dipahami oleh para peserta didik
tersebut.

c. Tes akhir

Tes akhir sering dikenal dengan istilah post-test. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui apakah semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai
dengan sebaik-baiknya oleh para peserta didik.

d. Tes diagnostik

Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk menentukan secara tepat. Jenis kesukaran
yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu pelajaran tertentu. Dengan diketahuinya
jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh para peserta didik dalam suatu mata pelajaran
tertentu. Dengan diketahuinya jenis-jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik itu
maka lebih lanjut akan dapat dicarikan upaya berupa pengobatan yang tepat. Tes diagnostik
juga bertujuan ingin menemukan jawab atas pertanyaan “apakah peserta didik sudah dapat
menguasai pengetahuan yang merupakan dasar atau landasan untuk dapat menerima
pengetahuan selanjutnya?”.

Materi yang ditanyakan dalam tes diagnostik pada umumnya ditekankan pada bahan-bahan
tertentu yang biasanya atau menurut pengalaman sulit dipahami siswa. Tes jenis ini dapat
dilaksanakan secara lisan, tertulis, perbuatan atau kombinasi dari ketiganya.

e. Tes formatif

Tes formatif adalah tes hasil belajar yang bertujuan untuk mengetahui, sudah sejauh manakah
peserta didik “telah terbentuk” setelah mereka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu.

Tes formatif ini biasanya dilaksanakan di tengah-tengah perjalanan program pengajaran,


yaitu dilaksanakan pada setiap kali satuan pelajaran atau subpokok bahasan berakhir atau
dapat diselesaikan. Di sekolah-sekolah tes formatif ini biasa dikenal dengan istilah “ulangan
harian”.

Tindak lanjut yang perlu dilakukan setelah diketahuinya hasil tes formatif adalah :

1. Jika materi yang diteskan itu telah dikuasai dengan baik, maka pembelajaran
dilanjutkan dengan pokok bahasan yang baru.
2. Jika ada bagian-bagian yang belum dikuasai, maka sebelum dilanjutkan dengan pokok
bahasan baru, terlebih dahulu diulangi atau dijelaskan lagi bagian-bagian yang belum
dikuasai oleh peserta didik.

f. Tes sumatif

Tes sumatif adalah tes hasil belajar yang dilaksanakan setelah sekumpulan satuan program
pengajaran selesai diberikan. Tes sumatif dilaksanakan secara tertulis, agar semua siswa
memperoleh soal yang sama. Butir-butir soal yang dikemukakan dalam tes sumatif ini pada
umumnya juga lebih sulit atau lebih berat daripada butir-butir soal tes formatif.

Yang menjadi tujuan utama tes sumatif adalah untuk menentukan nilai yang melambangkan
keberhasilan peserta didik setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu.

2. Berdasarkan Aspek Psikis

1. Tes intelegensi, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap atau
mengetahui tingkat kecerdasan seseorang.
2. Tes kemampuan, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan untuk mengungkap
kemampuan dasar atau bakat khusus yang dimiliki oleh testee.
3. Tes sikap, yakni salah satu jenis tes yang dipergunakan untuk mengungkap
predisposisi atau kecenderungan seseorang untuk melakukan suatu respon tertentu
terhadap dunia sekitarnya, baik berupa individu-individu maupun obyek-obyek
tertentu.
4. Tes kepribadian, yakni tes yang dilaksanakan dengan tujuan mengungkap ciri-ciri
khas dari seseorang yang banyak sedikitnya bersifat lahiriah.
5. Tes hasil belajar, yang juga sering dikenal dengan istilah tes pencapaian, yakni tes
yang biasa digunakan untuk mengungkap tingkat pencapaian atau prestasi belajar.

3. Penggolongan Lain – Lain

Dari segi yang mengikuti tes, maka tenik tes digolongkan sebgai berikut.

1. Tes individual, yaitu tes dimana tester hanya berhadapan dengan satu orang testee
saja.
2. Tes kelompok, yaitu tes dimana tester berhadapan dengan lebih dari satu orang testee.

Dari segi waktu

1. Power tes, yakni tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan
tes tersebut tidak dibatasi.
2. Speed tes, yaitu tes dimana waktu yang disediakan buat testee untuk menyelesaikan
tes tersebut dibatasi.

Dari segi responnya

1. Verbal tes , yakni suatu tes yang menghendaki respon yang tertuang dalam bentuk
ungkapan kata-kata atau kalimat, baik secara lisan maupun secara tertulis.
2. Non verbal tes, yakni tes yang menghendaki respon dari testee bukan berupa
ungkapan kata-kata atau kalimat, melainkan berupa tindakan atau tingkah laku, jadi
respon yang dikehendaki muncul dari testee adalah berupa perbuatan atau gerakan-
gerakan tertentu.

Dari cara mengajukan Tanya-jawab

1. Tes tertulis yakni jenis tes dimana tester dalam mengajukan butir-butir pertanyaan
atau soalnya dilakukan secara tertulis dan testee memberikan jawabannya juga secara
tertulis.
2. Tes lisan yakni tes dimana didalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan atau soalnya
dilakukan secara lisan dan testee memberikan jawabannya secara lisan pula.

7. Fungsi Tes

1) Fungsi Untuk Kelas

1. Mengadakan diagnosis terhadap kesulitan belajar siswa


2. Mengevaluasi celah antara bakat dengan pencapaian
3. Menaikkan tingkat prestasi
4. Mengelompokkan siswa dalam kelas pada waktu metode kelompok
5. Merencanakan kegiatan proses belajar mengajar untuk siswa secara perorangan
6. Menetukan siswa mana yang memerlukan bimbingan khusus
7. Menentukan tingkat pencapaian untuk setiap anak

2) Fungsi Untuk Bimbingan

1. Menentukan arah pembicaraan dengan orang tua tentang anak mereka


2. Membantu siswa dalam menentukan pilihan
3. Membantu siswa mencapai tujuan pendidikan dan jurusan
4. Memberi kesempatan kepada pembimbing, guru, dan orang tua dalam memahami
kesulitan anak

3) Fungsi Untuk Adminitrasi

1. Memberi petunjuk dalam mengelompokkan siswa


2. Penempatan siswa baru
3. Membantu siswa memilih kelompok
4. Menilai kurikulum
5. Memperluas hubungan masyarakat
6. Menyediakan informasi untuk badan-badan lain

8. Bentuk-Bentuk Tes
1) Tes Subjektif

Pada umunya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar
yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata.

Kebaikan tes subjektif :

1. Mudah disiapkan dan disusun


2. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan
3. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam
bentuk kalimat yang bagus
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya denga gaya
bahasa dan cara sendiri
5. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan

Kelemahan tes subjektif :

1. Kadar validitas dan realibilitasnya rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari
siswa yang betul-betul telah dikuasai
2. Kurang representative dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan
dites karena soalnya hanya beberapa buah saja
3. Kurang representative dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan
dites karena soalnya hanya beberapa buah saja
4. Cara pemeriksaannya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif
5. Pemeriksaannya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual
6. Waktu untuk mengoreksinya lama dan dapat diwakilkan kepada orang lain.

2) Tes Objektif

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini
memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk esai.

Kebaikan tes objektif :


1. Mengandung lebih banyak segi-segi yang positif, lebih representative mewakili isi
yang luas
2. Lebih mudah dan cepat cara pemeriksaannya
3. Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain
4. Dalam pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.

Kelemahan tes objektif:

1. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada esai karena soalnya banyak
dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain
2. Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenal kembali
saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi
3. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan
4. “Kerja sama” antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka

9. Macam-Macam Tes

1. a. Tes benar-salah (true-false)


2. b. Tes pilihan ganda (multiple choice test)
3. c. Menjodohkan (matching test)
4. d. Tes isian (completion test

B. Instrument Non Test

Sebelumnya, sudah disebutkan bahwa salah satu cara untuk mengukur kemampuan siswa
adalah dengan tes dengan berbagai variasinya. Tapi perlu diketahui bahwa tes bukanlah satu-
satunya cara untuk melakukan evaluasi hasil belajar siswa, teknik lain yang dapat dilakukan
adalah teknik non tes. Dengan teknik ini evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa
menguji peserta didik tersebut, melainkan dilakukan dengan pengamatan secara sistematis
(observation), memberi penugasan, melakukan wawancara (interview), penyebaran angket
(questionnaire), memeriksa atau menganalisis dokumen-documen (documentari analysis).
Teknik non tes ini memegang peranan penting terutama dalam rangka evaluasi hasil belajar
peserta didik dalam ranah sikap hidup (affective domain) dan ranah keterampilan
(psychomotoric domain), sedangkan teknik tes sering digunakan untuk mengevaluasi hasil
belajar peserta didik dari segi ranah berfikirnya (cognitive domain).

1. Pengertian Non tes

Teknik nontes merupakan teknik penilaian untuk memperoleh gambaran terutama mengenai
karakteristik, sikap, atau kepribadian. Selama ini teknik nontes kurang digunakan
dibandingkan teknis tes. Dalam proses pembelajaran pada umumnya kegiatan penilaian
mengutamakan teknik tes. Hal ini dikarenakan lebih berperannya aspek pengetahuan dan
keterampilan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan guru pada saat menentukan
pencapaian hasil belajar siswa. Seiring dengan berlakunya kurikulum baru yang didasarkan
pada standar kompetensi dan kompetensi dasar maka teknik penilaian harus disesuaikan
dengan hal-hal sebagai berikut.

1. kompetensi yang diukur;


2. aspek yang akan diukur (pengetahuan, keterampilan atau sikap);
3. kemampuan siswa yang akan diukur;
4. sarana dan prasarana yang ada.

2. Jenis-jenis Teknik Non Tes

i. Pengamatan (Observasi)

Secara umum, pengertian observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan


yang dilakukan dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang dijadikan sasaran pengamatan.

Observasi dapat dilakukan secara partisipasif dan non partisipatif.pada observasi partisipatif,
observer melibatkan diri ditengah-tengah observe. Sedangkan pada observasi nonpartisipatif,
observer bertindak sebagai penonton saja. Observasi juga dapat bersifat eksperimental, yang
dilakukan dalam situasi buatan atau yang dilakukan dalam situasi yang wajar. Sedangkan
observasi sistematis dilaksanakan dengan perencanaan yang sangat matang.

Berikut ini adalah contoh lembaran observasi :

Mata pelajaran :
Topic :
Kelas :
No.
Nama Siswa
Skor/Nilai untuk tiap-tiap Kegiatan/Aspek:
Jumlah Rata-Rata (1),(2),(3),(4),(5),(6) dan (7)

Aspek :

1. ...................
2. ...................
3. ...................
4. ...................
5. ...................
6. ...................
7. ...................
8. dan seterusnya

Semester :
Dalam evaluasi hasil belajar dimana mempergunakan observasi nonsistematis, yaitu
observasi dimana observer atau evaluator dalam dalam melakukan pengamatan dan
pencatatan tidak dibatasi oleh kerangka kerja yang pasti. Maka kegiatan observasi hanya
dibatasi oleh tujuan dari observasi itu sendiri.

Contoh: seorang guru mengadakan observasi pada beberapa mushola, guna mengetahui dan
kemudian menilai keaktifan siswa-siswanya dalam menjalankan ibadah shalat taraweh dan
witir.

Kelebihan dari observasi adalah:


1. Data observasi didapatkan langsung dari lapangan, data yang demikian bersifat
objektif dalam melukiskan aspek-aspek kepribadian peserta didik menurut
kenyataannya.
2. Data observasi mencakup berbagai aspek kepribadian masing-masing individu peserta
didik.

Kelemahan dari observasi adalah:

1. Jika guru kurang cakap dalam melakukan observasi, maka observasinya menjadi
kurang dapat diyakini kebenarannya.
2. Kepribadian dari observer atau evaluator seringkali mempengaruhi penilaian yang
dilakukan dengan cara observasi.
3. Data yang diperoleh dari observasi umumnya baru mengungkap “kullit luar”nya saja.

2. Penugasan

Penilaian dengan penugasan adalah suatu teknik penilaian yang menuntut peserta
didik melakukan kegiatan tertentu di luar kegiatan pembelajaran di kelas. Penilaian
dengan penugasan dapat diberikan secara individual atau kelompok. Penilaian dengan
penugasan dapat berupa tugas atau proyek.

a. Tugas

Tugas adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa secara terstruktur di luar kegiatan kelas,
misalnya tugas membuat cerita tentang matematikawan, menulis puisi matematika,
mengamati suatu obyek, dan lain-lain. Hasil pelaksanaan tugas ini bisa berupa hasil karya,
seperti: karya puisi, cerita; bisa pula berupa laporan, seperti: laporan pengamatan.

Pelaksanaan pemberian tugas perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

1. Banyaknya tugas setiap mata pelajaran diusahakan agar tidak memberatkan siswa
karena memerlukan waktu untuk istirahat, bermain, belajar mata pelajaran lain,
bersosialisasi dengan teman, dan lingkungan sosial lainnya.
2. Jenis dan materi pemberian tugas harus didasarkan kepada tujuan pemberian tugas
yaitu untuk melatih siswa menerapkan atau menggunakan hasil pembelajarannya dan
memperkaya wawasan pengetahuannya. Materi tugas dipilih yang esensial sehingga
siswa dapat mengembangkan keterampilan hidup yang sesuai dengan bakat, minat,
kemampuan, perkembangan, dan lingkungannya.
3. Diupayakan pemberian tugas dapat mengembangkan kreativitas dan rasa tanggung
jawab serta kemandirian.

b. Proyek

Proyek adalah suatu tugas yang melibatkan kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan
pelaporan secara tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu. Contoh proyek antara lain:
melakukan pengamatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, percobaan foto sintesis
tumbuhan dan perkembangan tanaman, mengukur tinggi pohon dan lebar sungai
menggunakan klinometer.

Contoh keterampilan yang dinilai dalam pelaksanaan suatu proyek.


1. Tahap Persiapan : kemampuan membuat perencanaan, merancang kegiatan, dan
mengembangkan suatu ide.
2. Tahap Produksi : kemampuan memilih dan menggunakan bahan, peralatan, dan
langkah-langkah kerja.
3. Tahap Pelaporan : kemampuan melaporkan hasil pelaksanaan proyek, kendala yang
dihadapi, kelengkapan dan keruntutan laporan.

c. Wawancara ( Interview)

Secara umum wawancara adalah cara menghimpun keterangan yang dilaksanakan


dengan cara tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah
serta tujuan yang telah ditentukan.

Dua jenis wawancara yang yang dapat digunakan sebagai alat evaluasi adalah:

1. Wawancara terpimpin (guided interview) yang dikenal dengan wawancara berstruktur


atau wawancara sistematis. Pada wawancara sistematis evaluator melakukan Tanya
jawab lisan dengan peserta didik, orang tua peserta didik untuk menghimpun
keterangan yang diutuhkan untuk proses penilaian terhadap peserta didik tersebut.
Wawancara ini dipersiapkan secara matang dengan berpegang pada panduan
wawancara.
2. Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview) yang dikenal dengan wawancara
bebas, wawancara sederhana atau wawancara tidak sistematis. Dalam wawancara ini
pewawancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta
didik atau orang tua peserta didik tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu.

Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu:

1. Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai background tentang apa
yangakan ditanyakan.
2. Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara
tersebut.
3. Harus menjaga hubungan yang baik.
4. Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya.
5. Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas.
6. Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara.
7. Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber data.
8. Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
9. Guru harus mengobrol dalam wawancara.
10. Batasi waktu wawancara.
11. Hindari penonjolan aku dari guru

Contoh wawancara:

 “Bagaimana cara kamu menghitung luas dari gambar trapezium ini? ”


 “Mengapa kamu menggunakan cara tersebut?”
 “Dari mana kamu mengetahui cara tersebut?”

Kelebihan dari wawancara adalah:


1. Pewawancara dapat berkomunikasi langsung dengan peserta didik sehingga
menghasilkan penilaian yang lengkap dan mendalam.
2. Peserta didik dapat mengeluarkan isi hatinya secara lebih bebas.
3. Data yang didapat dapat berupa data kualitatif dan data kuantitatif.
4. Pertanyaan yang kurang jelas dapat diulang dan dijelaskan kembali dan jawaban yang
belum jelas dapat diminta lagi penjelasannya biar lebih terarah.
5. Wawancara dapat dilengkapi dengan alat bantu agar data yang didapat bisa dicatat
dengan lebih lengkap.

Kelemahan dari wawancara adalah: Jika wawancara yang dilakukan adalah wawancara
bebas, maka kelemahannya terletak pada pertanyaan dan jawaban yang beraneka ragam dan
terkadang tidak terarah kepada focus evaluasi

4. Angket (Quisoner)

Angket adalah suatu alat evaluasi yang digunakan untuk mengungkap latar belakang peserta
didik/ orang tua peserta didik, menemukan kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik
dalam mengikuti proses pembelajaran, motivasi belajar, fasilitas belajar dan lain sebagainya.

Kelebihan angket dibandingkan wawancara dan observasi adalah:

1. Pegumpulan data jauh lebih praktis


2. Menghemat waktu dan tenaga.

Kekurangan angket diantaranya adalah:

1. Jawaban yang diberikan seringkali tidak sesuai dengan kenyataan.


2. Pertanyaan yang disajikan sering kurang tajam, mengakibatkan jawaban yang
diberikan diperkirakan hanya untuk melegakan pihak penilai.

Kuesioner dapat berupa pilihan ganda dan dapat pula berupa skala sikap (skala likert)
Contoh kuesioner skala pilihan ganda :

1. Terhadap teman-teman sekelas saya yang rajin dan khusuk’ dalam menjalankan ibadah
shalat, saya:

a. Merasa tidak harus meniru mereka.


b. Merasa belum pernah memikirkan shalat yang rajin dan khusyu’
c. Merasa ingin jadi mereka, tepi terasa masih sulit.
d. Sedang berusaha agar saya rajin dan khusyu’ dalam shalat.
e. Merasa iri dan ingin seperti mereka.

2. Contoh kuesioner skala likert :

1. Membayar infaq atau sadaqah itu memang baik untuk dikerjakan, akan tetapi sebenarnya
bagi orang yang telah membayarkan zalkatnya tidak perlu lagi untuk menbayar infaq atau
sadaqah. Terhadap pernyataan tersebut saya:

a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju

2. Membayar infaq atau sadaqah tanpa sepengetahuan orang lain itu tidak ada gunanya, sebab
orang lain itundi perlikan ssekali sebagai saksi untuk membuktikan bahwa pembayaran infaq
dab sadaqah itu bukan trmasuk orang yang bakhil. Terhadap pernyataan itu, saya:

a. Sangat setuju
b. Setuju
c. Ragu-ragu
d. Tidak setuju
e. Sangat tidak setuju

5. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)

Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa
menguji (tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan
pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi
mengenai riwayat hidup (auto biography). Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan
seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka
subjek evaluasiakan dapat menarik suatu Pemeriksaan dokumen lainnya misalnya dokumen
yang memuat informasi mengenai kapan siswa itu diterima di sekolah tersebut, apakah ia
pernah meraih kejuaraan sebagai siswa yang berprestasi di sekolahnya, apakah ia memiliki
keterampilan khusus, apakah ia pernah meraih kejuaraan atau penghargaan khusus atas
keterampilannya itu, dll.kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek
yang dinilai. Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya
itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap
bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai