“Epidemiologi Analitik”
Dosen Pengampu: Suhaimi Fauzan, S.kep., Ners., M.kep
DISUSUN OLEH :
Delia Mentari (I1031181026) Zehro Masitoh (I1031181039)
Endah Setianingsih (I1031181027) Frananda Rajaki (I1031181040)
Meithalia Rossi S. (I1031181028) Lailatul Badriah (I1031181041)
Siska Rafina Dewi (I1031181029) Rosaldi Millenianto (I1031181042)
Putri Ananda Amalia (I1031181030) Hartini (I1031181043)
Wahyu Maulana (I1031181031) Putri Andriani (I1031181044)
M. Rizki Farhan (I1031181032) Ferdinan Sujatmiko (I1031181046)
Arizki Rahman H (I1031181033) Khaira Ummah (I1031181047)
Ersy Aprilya Fransiska (I1031181034) Syarifah Fitria A (I1031181048)
Mutiara Tri H. R (I1031181035) Diah Permatasari (I1031181049)
Suci Kurnia Ningsih (I1031181036) Zainan Nur (I1031181050)
Syaifallah Aziz (I1031181037) Yanuaria Aunkon (I1031181051)
Putri Aldila Oktalia (I1031181038) Golda Clara K (I1031181052)
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.5 Keuntungan dan Kerugian dari Jenis Penelitian Epidemiologi Analitik .....14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengetahui dan mempelajari hubungan antara faktor risiko dan masalah-
masalah kesehatan yang terjadi di dalam masyarakat (Chandra, 2009).
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana ruang lingkup penelitian epidemiologi?
2. Apa tujuan epidemiologi analitik?
3. Apa saja jenis – jenis penelitian epidemiologi analitik dan masing –
masing penggunaannya?
4. Bagimana langkah – langkah penelitian epidemiologi analitik?
5. Apa saja keuntungan dan kerugian dari jenis penelitian epidemiologi
analitik?
6. Bagimana teknik analisis dan interpretasi hasil penelitian deskriptif?
1.3 Tujuan
1. Memahami ruang lingkup penelitian epidemiologi.
2. Mengetahui tujuan epidemiologi analitik.
3. Mengetahui jenis – jenis penelitian epidemiologi analitik dan masing
– masing penggunaannya.
4. Dapat menggambarkan langkah – langkah penelitian epidemiologi
analitik.
5. Mengetahui keuntungan dan kerugian dari jenis penelitian
epidemiologi analitik.
6. Dapat menjelaskan teknik analisis dan interpretasi hasil penelitian
deskriptif.
7. Memenuhi tugas matakuliah Epidemiologi.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Keadaan ini memerlukan instrumen statistik untuk melihat apakah
paparan dan efek berkaitan secara statistik. Epidemiologi mencoba
mencari penyebab sebuah kejadian sehingga konsep kausalitas sangat
penting dalam menentukan penyebab sebuah kejadian. Epidemiologi
analitik menekankan pada aspek kausalitas kejadian suatu penyakit.
Jauh sebelum menyimpulkan sebuah kausalitas, terlebih dahulu
karakteristik paparan ditampilkan secara deskriptif. Adanya fenomena
secara deskriptif yang kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan
Kapan?, Dimana? , Siapa? setelah pertanyaan kapan, dimana dan
siapa terjawab kemudian epidemiologi berlanjut dengan pertanyaan
mengapa?, bagaimana? semua itu dapat terjadi. Pada prinsipnya
terdapat 2 pendekatan dalam mendefinisikan kausal penyakit;
1) Pendekatan determinan
Pendekatan determinan menganggap antara variabel dependent
(penyakit) dan variabel independent (faktor penelitian) berjalan
sempurna, persis yang digambarkan dalam model matematika.
2) Pendekatan Probabilitas
Pendekatan probabilitas merupakan pemberian ruang terhadap
kemungkinan terjadinya kesalahan-kesalahan baik kesalahan
random maupun kesalahan sistematis yang dapat mempengaruhi
hasil kausalitas dari faktor kausal.
Dalam pendekatan probabilitas digunakan pendekatan statistik
untuk meyakinkan apakah terdapat hubungan yang valid antara
faktor penelitian dengan penyakit. Epidemiologi mempelajari
kausa penyakit dengan mengunakan penalaran epidemiologi
(gordis, 2004) yang terdiri dari beberapa langkah, antara lain:
a) Epidemiologi biasanya dimulai dengan data deskriptif. Misal
data yang dilaporkan dari jajaran departemen kesehatan. Data
ini merupakan langkah awal sebagai bahan informasi untuk
menentukan langkah selanjutnya. Laporan-laporan
merupakan hal yang penting guna mendapatkan informasi
5
yang lebih banyak mengenai penyakit dan dijadikan sebagai
dasar awal untuk melihat permasalahan yang ada.
b) Menentukan apakah terdapat hubungan antara sebuah faktor
atau suatu karakteristik seseorang dan terjadinya penyakit
yang menjadi permasalahan.
c) Jika ditemukan hubungan yang signifikan, antara paparan dan
penyakit maka pertanyaan yang muncul adalah apakah
hubungan tersebut merupakan hubungan kausal (penyebab).
6
memberikan arti bahwa terpaparnya sesuatu yang lama dapat
menyebabkan terjadinya suatu akibat.
7
Subyek yang diamati hanya di osevasi satu kali saja dan
pengukuran variable subyek dilakukan pada saat
pemeriksaan tersebut. Jadi, pada studi Cross Sectional
peneliti tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran
yang dilakukan. Desain cross-sectional merupakan desain
yang dapat digunakan untuk penelitian deskriptif, namun
juga dapat untuk penelitian analitik sehingga sering
digunakan untuk studi klinis maupun lapangan.
Langkah – langkah penelitian cross sectional:
Mengidentifikasi variabel-variabel penelitian dan
mengidentifikasi faktor resiko dan faktor efek.
Menetapkan subjek penelitian.
Melakukan observasi atau pengukuran variabel-variabel
yang merupakan faktor resiko dan efek sekaligus
berdasarkan status keadaan variabel pada saat itu
(pengumpulan data).
Melakukan analisi korelasi dengan cara
membandingkan proporsi antar kelompok-kelompok
hasil observasi (pengukuran)
Contoh : Ingin mengetahui hubungan antara anemia
besi pada ibu hamil dengan Berat Badab Bayi Lahir
(BBL) denagn menggunakan rancanagn atau
pendekatan cross sectional.
Ciri khas rancangan cross sectional:
Peneliti melakukan observasi / pengukuran variabel
pada suatu saat tertentu.
Status seorang individu atas ada atau tidaknya kedua
faktor baik pemajanan (exposure) maupun penyakit
yang dinilai pada waktu yang sama.
Hanya menggambarkan hubungan aosiasi bukan sebab
akibat.
8
Apabila penerapannya pada studi deskriptif, peneliti
tidak melakukan tindak lanjut terhadap pengukuran
yang dilakukan.
Dalam waktu bersamaan dapat dikumpulkan variabel
yang banyak, baik variabel resiko maupun efek
b. Kasus Kontrol (case control)
Pada desain ini peneliti melakukan pengukuran variabel
tergantung, yakni efek, sedangkan variabel bebasnya di cari
secara retrospektif, karena itu studi kasus-kontrol disebut
studi longitudinal, artinya subyek tidak hanya di observasi
pada satu saat tetapi diikuti selama periode yang ditentukan.
Pada studi ini dilakukan identifikasi subyek (kasus) yang
telah terkena penyakit (efek), kemudian ditelusuri secara
retrospektif ada atau tidak adanya factor risiko yang diduga
berperan. Pemilihan subyek sebagai control ini dapat
dilakukan dengan cara serasi (matching) atau tanpa
matching.
Tahap-tahap penelitian case control:
Identifikasi variabel-variabel penelitian (faktor resiko
dan efek.Menetapkan objek penelitian (populasi dan
sampel).
Identifikasi kasus.
Pemilihan subjek sebagai kontrol.
Melakukan pengukuran retrospetif (melihat ke
belakang) untuk melihat faktor resiko.
Melakukan analisis dengan menbandingkan proporsi
antara variabel-variabel objek penelitian dengan
variabel-variabel control. Contoh : Peneliti ingin
membuktikan hubungan antara malnutrisi (kekurangan
gizi) pada balita dengan prilaku pemberian makanan
oleh ibu.
9
Ciri rancangan kasus control
Subjek dipilih atas dasar apakah mereka menderita
(kasus) atau tidak (kontrol) suatu kasus yang ingin
diamati kemudian proporsi pemajanan dari kedua
kelompok tersebut dibandingkan.
Diketahui variabel terikat (akibat), kemudian ingi
diketahui variabel bebas (penyebab).
Observasi dan pengukuran tidak dilakukan pada saat
yang sama.
Peneliti melakukan pengukuran variabel bergantung
pada efek (subjek (kasus) yang terkena penyakit)
sedangkan variabel bebasnya dicari secara
retrospektif.
Untuk kontrol, dipilih subjek yang berasal dari
populasi dan karakteristik yang sama dengan kasus.
Bedanya kelompok kontrol tidak menderita penyakit
yang akan diteliti
c. Kohort
Rancangan Kohort adalah rancangan studi epidemiologi
analitik observasional yang mempelajari hubungan antara
paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan
kelompok terpapar dan kelompok tidak terpapar
berdasarkan status penyakit.
Penelitian kohort adalah suatu penelitian yang digunakan
untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko
dengan faktor efek melalui pendekatan longitudinal
kedepan atau prospektif.
Langkah-langkah pelaksanaan penelitian kohort:
Identifikasi faktor-faktor resiko dan efek
Menetapkan subjek penelitian (menetapkan populasi
dan sampel)
10
Pemilihan subjek dengan faktor risiko positif dari
subjek dengan efek negative
Memilih subjek yang akan menjadi anggota kelompok
control
Mengobservasi perkembangan subjek sampai batas
waktu yang ditentukan, selanjutnya mengidentifikasi
timbul tidaknya efek pada kedua kelompok
Menganalisis dengan membandingkan proporsi subjek
yang mendapat efek positif dengan subjek yang
mendapat efek negatif baik pada kelompok risiko
positif maupun kelompok control. Contoh : Penelitian
ingin membuktikan adanya hubungan antara cancer
(Ca) paru (efek) dengan merokok (risiko) dengan
menggunakan pendekatan atau rancangan prospektif.
Ciri khas dari rancangan kohort :
Berasal dari kata romawi kuno yang berarti kelompok
tentara yang berbaris maju ke depan
Subjek dibagi berdasar ada atau tidaknya pemajanan
faktor tertentu dan kemudian diikuti dalam periode
waktu tertentu untuk menentukan munculnya penyakit
pada tiap kelompok
Digunakan untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor resiko dan efek
Sekelompok subjek yang belum mengalami penyakit
atau efek diikuti secara prospektif
Diketahui variabel bebas (penyebab) kemudian ingin
diketahui variabel terikat (akibat)
Dapat dilakukan secara prospektif dan retrospektif
2.3.2 Studi Eksperimental
a. Rancangan Eksperimen Murni
11
Ekperimen murni merupakan rancangan penelitian
ekperimental yang meneliti tentang kemungkinan sebab
akibat antara kelompok perlakuan dan kelompok control
kemudian membandingkannya. Penelitian eksperimen
mempunyai ciri :
Ada perlakuan, yaitu memperlakukan variabel yang
diteliti (memanipulasi suatu variabel).
Ada randominasi, yaitu penunjukan subjek penelitian
secara acak untuk mendapatkan salah satu dari
berbagai tingkat faktor penelitian.
Semua variabel terkontrol, eksperimen murni mampu
mengontrol hampir semua pengaruh faktor penelitian
terhadap variabel hasil yang diteliti
b. Quasi Eksperimen (eksperimen semu)
Quasi Eksperimen (eksperimen semu) adalah suatu metode
penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan
sebab akibat tanpa randomisasi atau pengontrolan selama
penelitian tidak terlalu ketat. Jenis rancangan penelitian ini
dipilih karena adanya keterbatasan pemilihan subjek atau
lingkungan studi. Ciri dari quasi eksperimen, yaitu:
Tidak ada randominasi, yaitu penunjukkan sujek
penelitian secara tidak acak untuk mendapatkan salah
satu dari berbagai tingkat faktor penelitian. Hal ini
disebabkan karena ketika pengalokasian faktor
penelitian kepada subjek penelitian tidak mungkin,
tidak etis, atau tidak praktis menggunakan
randominasi.
Tidak semua variabel terkontrol karena terkait dengan
pengalokasian faktor penelitian kepada subjek
penelitian tidak mungkin, tidak etis, atau tidak praktis
12
menggunakan randominasi sehinggasulit mengontrol
variabel secara ketat.
13
atau rumah sakit bersalin. Batas waktu dan cara pengambilan
sampel (teknik random, atau non random) ditentukan.
Langkah ketiga : Melakukan pengumpulan data, observasi atau
pengukuran terhadap variabel dependen-independen dan variabel-
variabel yang dikendalikan dalam waktu yang sama.
Caranya mengukur berat badan bayi yang sedang lahir, memeriksa
Hb ibu, menanyakan umur, paritas dan variabel-variabel kendali
yang lain.
Langkah keempat : Mengolah dan menganalisis data dengan cara
membandingkan antar kelompok hasil. Bandingkan Berat bayi
lahir dengan Hb darah ibu. Dari analisis ini akan diperoleh bukti
adanya atau tidak adanya hubungan antara anemia dengan BBL.
14
a) Umumnya hanya menentukan kasus yang selamat. Tidak
dapat menentukan mereka yang mati karena penyakit
yang diteliti.
b) Sulit dilakukan terhadap penyakit atau masalah yang
jarang dalam masyarakat.
c) Sulit dipakai untuk penyakit yang akut, pendek masa
inkubasi dan masa akhirnya.
b. Keuntungan dan Kerugian dari Studi Kasus Control
Kerugian
a) Hanya bisa menginvestigasi satu outcome atau satu
kondisi kesehatan/penyakit, karena kita mulai dari satu
kondisi kesehatan dan kita kilas balik ke belakang
banyak paparan yang mungkin telah terjadi.
b) Tidak bisa menghitung angka insiden atau ukuran
asosiasi absolut lainnya. Kasus dipilih dari populasi
sumber yang memiliki outcome, sedangkan kelompok
konrol merupakan estimasi distribusi factor paparan dari
populasi sumber, sehingga hasil perhitungan yang kita
dapatkan adalah Odds rasio (OR). Walaupun asosiasi
bisa ditegakkan dengan perhitungan Odds rasio, tetapi
tidak bisa menghitung resiko absolute (abosulute risk)
karena angka insiden tidak diketahui.
c) Bias seleksi. Tidak mudah untuk memilih responden
sebisa mungkin tidak terpapar dari factor risiko yang
merupakan penyebab dari penyakit pada kelompok
kasus, karena memunginkan kelompok control bisa
menderita sakit yang sama seperti kelompok kasus, tetapi
masih tahap tanpa gejala (asymptomatic group) dengan
factor risiko tersebut. Sehingga kemungkinan terjadi bias
seleksi besar. Misal, untuk mengetahui hubungan antara
kasus kanker paru-paru dan merokok. Untuk pemilihan
15
kasus control, peneliti harus semaksimal mungkin untuk
memilih kelompok ini pada pasien penyakit selain kasus
kanker, yang tidak terpapar dengan rokok, missal
penyakit mag, pasien katarak yang bukan perokok dan
sebagainya.
d) Bias informasi. Seperti kita pahami, bahwa informasi
yang kita akan dapatkan tergantung daya ingat
responden. Rekam medis dapat meminimalisir bias
informasi, tetapi tidak semua factor risiko/paparan
terdokumentasi pada rekammedis. Oleh karena itu,
kemungkinan bias pada informasi tinggi, terutama untuk
kelompok control. Kelompok kasus akan cendeung lebih
mengingat factor risiko yang dia alami dari pada
kelompok control. Seperti contoh diatas, ibu dengan anak
BBLR, umumnya daya ingat akan factor paparan yang
dia alami, memorinya akan lebih tinggi dari pada ibu
yang melahirkan bayi normal, misalnya status merokok,
status gizi, periksa kehamilan dan sebagainya
(rotman,2002).
c. Keuntungan dan Kerugian dari Studi Kohort
Keuntungan
a) Dapat menjadi penilaian terbaik dari studi paparan
penyakit langkah atau baru.
b) Salah satu desain terbaik jika paparan perlu diukur secara
langsung.
c) Hany cara untuk mendapatkan informasi calon untuk
penyakit fatal.
d) Menjelaskan riwayat alami penyakit.
e) Dapat memeriksa beberapa hasil terkait dengan paparan.
f) Dapat memeriksa beberapa hasil terkait dengan paparan.
16
g) Dapat memikirkan kedua tingkat penyakit keseluruhan
dan spesifik.
Kerugian
a) Tidak praktis untuk penyakit langkah atau baru.
b) Tidak signifikat secara statistic.
c) Sarana dan biaya biasanya mahal.
d) Memerlukan waktu yang lama.
B. Studi Eksperimental
a. Keuntungan dan Kerugian dari Studi Eksperimental
Keuntungan
a) Memungkinkan untuk dilakukan randomisasi dan
melakukan penilaian penelitian dengan double blind.
b) Dengan teknik randomisasi, penelitian bisa
mengalokasikan sampel penelitian ke dalam dua atau
lebih kelompok berdasarkan kriteria yang telah
ditentukan penelitian lalu diikuti kedepan.
c) Bisa meminimalisir factor perancu yang dapat
menyebabkan bias dalam hasil penelitian.
Kerugian
a) Berkaitan dengan masalah etika, waktu dan masalah
pengorganisasian penelitian.
(Najmah, 2015)
17
ataupun studi longitudional. Perbedaan utama antara analisis individu dan
analisis ekologi terletak pada pengetahuan peneliti tentang distribusi
bersama antara paparan dan penyakit pada individu. Karena epidemiologi
merupakan sains populasi, maka analisis data tentang relasi paparan-
penyakit pada level individu digunakan untuk memahami perbedaan
distribusi frekuensi penyakit pada kelompok individu atau populasi.
Dalam studi epidemiologi apapun, mengukur variable dengan
benar dan konsisten merupakan kondisi yang tidak dapat dikompromikan.
Karena itu pengukuran variable harus memenuhi syarat validitas dan
reabilitas.
Meskipun analisis data dan interpretasi data dilakukan sambil
berjalan, tetapi harus dihindari analisis dan interpretasi data yang terlalu
dini. Para peneliti yang belum berpengalaman seringkali tergesa-gesa
untuk melakukan hal ini. Analisis dan interpretasi data diperlukan untuk
merangkumkan apa yang telah diperoleh, menilai apakah data tersebut
berbasis kenyataan, teliti, dan benar. Analisis dan interpretasi data juga
diperlukan untuk memberikan masukan bagi perbaikan kegiatan baik bagi
kegiatan peneliti sendiri maupun teman satu tim. Pada akhir kegiatan
penelitian, hasil analisis dan interpretasi data digunakan untuk menarik
kesimpulan dalam laporan.
Analisis dan interpretasi hasil penelitian epidemiologi juga
semakin berkembang dengan berkembangnya ilmu matematika serta ilmu
statistik. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa dalam perkembangan
epidemiologi, bidang statistik dan matematika mempunyai peranan yang
cukup penting. Perubahan konsep penyebab dalam masyarakat, sangat erat
hubungannya dengan kemajuan serta penggunaan kaidah matematika
maupun statistik dalam analis hubungan sebab akibat. Dewasa ini rencana
penelitian dan analisis hasil penelitian dengan kaidah matematika dan
statistic merupakan satu keharusan untuk mencegah terjadinya
bias/penyimpangan maupun error/kesalahan dan untuk lebih mempertajam
hasil penelitian.
18
Teknik analisi data penelitian kualitatif berbeeda dengan
kuantitatif. Analisa data dalam penelitian kuantitatif menggunakan
pendekatan statistic, menghitung korelasi, regresi, uji perbedaan, dan
analisa jalur. Penelitian tindakan dengan pendekatan kualitatifnya
menggunakan analisis yang bersifat naratif-kualitatif. Geoffrey E. Mills
(2000), mengemukakan beberapa teknik analisis data sebagai berikut:
1. Identifikasilah tema-tema dari data yang dikumpulkan secara
individu dari tema-tema yang besar menjadi tema yang lebih kecil.
2. Untuk setiap tema ataupun kelompok data dapat dibuat kode,
umpamanya kode untuk perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
maupun hasilnya.
3. Ajukan pertanyaan-pertanyaan kunci: siapa, apa, dimana, kapan,
mengapa?.
4. Buatlah review keorganisasian dari unit yang diteliti dari visi,
misi, tujuan, struktur sekolah dan lain-lain.
5. Petakan secara visual faktor-faktor yang terkait atau
melatarbelakangi dan diakibatkan oleh sesuatu hal. Misalnya
faktor-faktor yang melatarbelakangi dan diakibatkan oleh proses
pembelajaran, hasil belajar, kegagalan siswa dan lain-lain.
6. Buatlah bentuk penyajian dari temuan dalam bentuk table, grafik,
dan lain-lain.
7. Kemukakan apa yang belum atau tidak ditemukan dalam
penelitian, kemudian identifikasikan.
Teknik interpretassi data dapat dilakukan sebagai berikut: (1)
perluaslah hasil analisis dengan mengajukan pertanyaan berkenaan dengan
hubungan, perbedaan antara hasil analisis, penyebab, implikasi dari hasil
analisi sebelumnya, (2) hubungkan temuan dengan pengalaman pribadi,
(3) berilah pandangan kritis dari hasil analisis yang dilakukan, (4)
hubungkan hasil-hasil analisi dengan teori-teori pada bab sebelumnya, (5)
hubungkan atau tinjaulah dari teori yang relevan dengan permasalahan
yang dihadapi
19
Analisis deskriptif merupakan bentuk analisis data penelitian untuk
menguji generalisasi hasil penelitian berdasarkan satu sample. Analisis
data menurut waktu membandingkan jumlah kasus yang diterima selama
interval waktu tertentu dan membandingkan jumlah kasus selama periode
waktu sekarang dengan jumlah yang dilaporkan selama interval waktu
yang sama dalam periode waktu tertentu.
Data yang diterima dalam sistem surveilans sering disebut sebagai
sinyal. Tujuan dari analisis deskriptif karakteristik waktu adalah untuk
menggambarkan trend, variasi musiman, dan kecelakaan atau wabah
potensial dalam residu.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu Epi yang
berarti upon (pada/tentang), demos yang berarti people
(penduduk/masyarakat). Secara etimologis, epidemiologi berarti ilmu
mengenai kejadian yang menimpa penduduk. Jadi epidemiologi dapat kita
artikan sebagai kajian atau ilmu pengetahuan tentang apa yang terjadi
didalam kehidupan masyarakat.
Epidemiologi meliputi epidemiologi deskriptif dan analitik.
Epidemiologi deskriptif menekankan pada aspek waktu, tempat dan orang.
Epidemiologi deskriptif mencoba mendeskripsikan sebuah kasus/kejadian
yang ada sehingga ukuran yang tepat pada epidemiologi adalah rasio,
insiden, dan prevalensi kasus/kejadian.
Sedangkan epidemiologi analitik menekankan pada dasar
hubungan antara paparan atau karakteristik dengan penyebab dari penyakit
itu sendiri. Kejadian ini memerlukan instrumen statistik untuk melihat
apakah paparan dan efek berkaitan secara statistik. Unit analisis dari studi
epidemiologi adalah sekelompok masyarakat yang bertempat tinggal sama
di suatu daerah batas negara, propinsi, kabupaten, kotamadya, kecamatan,
desa, serta tempat lainnya dan merupakan ilmu yang mempelajari
hubungan antara masalah-masalah kesehatan dengan distribusi dan
frekuensi penyakit yang menimpa masyarakat yang disebut sebagai
epidemiologi analitik. Dalam epidemiologi umumnya unit analisis adalah
individu (disebut analisis individu) atau kelompok (disebut analisis
ekologis, agregat) baik yang dilakukan pada studi potong-lintang (cross-
sectional) ataupun studi longitudional. Perbedaan utama antara analisis
individu dan analisis ekologi terletak pada pengetahuan peneliti tentang
distribusi bersama antara paparan dan penyakit pada individu.
21
3.2 Saran
Harus ada instrument statistic untuk melihat apakah paparan dan
efek berkaitan dengan secara statistic, pengetahuan yag luas dari penelitian
tentang distibusi bersama antara paparan dan penyakit pada induvidu, serta
penulis menyadari bahwa makalah ini banyak kesalahan dan jauh dari
kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan.
Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai
pembahasan makalah dalam kesimpulan diatas.
22
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto, Eko dan Dewi Anggraeni. 2002. Epidemiologi Edisi 2. Jakarta : EGC.
23
Noor, N.N. 1997. Dasar Epidemiologi.Jakarta : PT Rineka Cipta.
24