Bank sampah adalah suatu system pengolahan sampah yang dirancang seperti mekanisme kerja di perbankan dimana masyarakat dapat menabung sampah yang dibuktikan adanya nomor rekening dan buku rekening tabungan sampah. Bank sampah memiliki arti hampir sama dengan bank-bank pada umumnya. Namun bank sampah disini adalah suatu wadah tempat penerimaan sampah dari masyarakat yang kemudian mereka akan merasakan hasil dari sampah yang disetorkan ke teller bank sampah. Pada bank sampah, masyarakat menabung dalam bentuk sampah yang sudah dikelompokkan sesuai jenisnya. Mereka juga mendapatkan sejenis nomor rekening dan buku tabungan. Pada buku tabungan mereka tertera nilai Rupiah dari sampah yang sudah mereka tabung dan memang bisa ditarik dalam bentuk Rupiah (uang). Bank sampah bekerjasama dengan pengepul barang-barang plastik, kardus dan lain-lain, untuk bisa me-rupiahkan tabungan sampah masyarakat. Juga dengan pengolah pupuk organik untuk menyalurkan sampah organik yang ditabungkan.
B. Fungsi Bank Sampah
Adapun fungsi dari bank sampah dapat kita kategorikan sebagai berikut; 1.Sebagai media edukasi bagi anak-anak usia dini tentang bagaimana kita memelihara lingkungan 2. Sarana belajar untuk masyarakat lebih terampil dalam mengolah sampah 3. Menghindari pencemaran lingkungan 4. Menjadikan sampah yang tidak dipandang menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis 5. Dari segi ekonomi, membantu para pengepul sampah dan bagi masyarakat yang mengumpulkan sampah akan memperoleh imbalan berupa uang.
C. Sejarah Bank Sampah Gemah Ripah Badegan Bantul
Bank Sampah Gemah ripah didirikan oleh masyarakat Badegan tahun 2008. Gagasan awal datang dari Bambang Suwerda dosen Politeknik Kesehatan Yogyakarta. Bambang merasa bahwa kesadaran warga tentang masalah sampah masih rendah. Untuk itu timbullah ide bagaimana cara mengelola dan memanfaatkan sampah itu dengan benar, sekaligus memberikan manfaat bagi kehidupan manusia dan lingkungan, maka terbentuklah Bank Sampah Gemah Ripah. Bank Sampah Gemah Ripah merupakan bank sampah pertama di Indonesia bahkan di dunia yang dirancang dengan adanya buku rekening dan nomor rekening serta adanya direkur dan teller bank sampah (Zero to Hero, Metro TV, 2010). Bank Sampah Gemah Ripah bagian dari program bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan yang didirikan tanggal 23 Februari 2008 di Pedukuhan Badegan RT 12 Bantul Yogyakarta. Ide Bank Sampah yang pertama dipeloporin dari Yogyakarta ini sangatunik dan Brilian sebab menyimpan sampah terdengar paradoks. Sampah adalah sesuatu yang biasanya tidak berguna dan dibuang. Jika dihitung secara kasar di Indonesia dengan 250 Juta penduduk kira-kita setara dengan 50 Juta KK, jika diasumsikan perharinya setiap KK menghasilkan dan membuang sampah rumah tangga rata-rata 2 kg, maka setiap hari ada 100 Ribu Ton sampah di Indonesia ini.
D. Proses Penerimaan Sampah
1. Nasabah Memilah sampah dari rumah 2. Dibawa ke Bank Sampah untuk ditabung 3. Teller menimbang, membeli, menentukan jenis dan berat sampah 4. Penabung menerima bukti slip setoran 5. Pembeli sampah mengambil sampah di bank sampah 6. Pembeli sampah menentukan nilai ekonomi setiap sampah dan mengirimkan uang hasil penjualan sampah ke teller 7. Teller memasukkan pendapatan bersih masing-masing penabung ke buku rekening 8. Penabung mengambil tabungan dengan saldo minimal di buku rekening Rp. 5.000 atau sesuai.
E. Pengelolahan Sampah di Bank Sampah Gemah Ripah Badegan Bantul
Menurut relawan di Bank Sampah, sampah di pilah menjadi 3 kantong, kantong I berisi sampah plastik,kantong ke II berisi sampah kertas dan kantong III berupa kaleng dan botol. Untuk harga per kilogram kertas-kertas tergantung dengan jenis kertasnya. Sedangkan plastik,botol,dan kaleng harganya menyesuaikan ukuran. Setiap bulan pihak Bank mendatang-kan pengepul untuk membeli. Walau sudah mempunyai struktur managemen yang boleh dipandang cukup profesional, namun semuanya belum digaji. Mereka masih bekerja secara sukarela tanpa dibayar. Pada mulanya nasabah atau mereka yang menyetor sampah pada bank sampah ini, hanya terdiri dari warga dusun Badegan. Namun sekarang sudah bertambah dari warga dusun lainnya di sekitarnya. Nasabah yang tergolong individu sudah mencapai 150 orang, sedangkan yang komunal sudah 16 kelompok. Pihak Bank hanya memotong 15 % dari setiap individu, untuk yang komunal dipotong 30 %, dari nilai jual sampah. Potongan tersebut untuk membiayai kegiatan operasional Bank tersebut. Tidak semua sampah di setor ke pengepul, ada sebagian sampah yang dikelola menjadi aneka aksesoris rumah tangga, seperti tas, dompet,baju rompi. Semua itu dibuat dari plastik sachet dan untuk sampah gabus dibuat pot bunga. Barang-barang tersebut di jual dengan harga Rp 20.000 sampai Rp 60.000. Untuk memproduksi barang-barang tersebut dilakukan oleh ibu- ibu rumah tangga dusun Badegan sebagai kerja sambilan. Karena melihat banyak mesin jahit ibu-ibu sekitrar banyak yang menganggur sehingga diajaklah mereka untuk membuat kerajinan dari sampah yang di dapat dari para nasabah. Untuk sampah organik sendiri diolah menjadi pupus kompos melalui proses composting, sedangkan sampah sterofoam digunakan sebagai bahan baku tambahan dari pembuatan batako atau kerajinan tangan lainnya.
F. Permasalahan atau Kendala Yang di Hadapi
Menurut salah satu relawan di Bank Sampah, bawasannya masalah yang di hadapi adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum sadar dan masih banyak dengan memakai pradigma “ sampah itu dikumpul,diangkut oleh DPU dan pada akhirnya,dibuang atau dibakar”. Dari pihak relawan bank sendiri sudah sering melakukan sosialisasi dan merubah pradigma tersebut untuk menjadi pradigma menabung “sampah itu dikumpul, dipilah, diangkut dan pada akhirnya di tabung dibank sampah”. Penyuluhan tersebut memuai hasil yang baik, namun masih banyak pula masyarakat di sekitar daerah Yogyakarta yang belum melakukan atau menerapkan pradigma yang di gagas oleh relawan sendiri. DAFTAR PUSTAKA
Ishariatiz,2012,”Bank Sampah”;Yogyakarta Bambang Suwendra SST,MSi,2012,”Pengelolahan Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan”;Yogyakarta