Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANA (KB) ATAU ALAT KONTRASEPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Praktek Profesi Ners


“Keperawatan Maternitas”

Disusun Oleh
Clara Yollanda. R, S.Kep
NIM 4006180011

Pembimbing Akademik

R. Nety Rustikayanti, M.Kep

PROGRAM PROFESI NERS


PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN
STIKES DHARMA HUSADA BANDUNG
2018
LAPORAN PENDAHULUAN

KELUARGA BERENCANA (KB) ATAU ALAT KONTRASEPSI

A. Definisi Keluarga Berencana

Menurut Sulistyawati (2013), Keluarga berencana merupakan usaha


untuk mengukur jumlah anak dan jarak kelahiran anak yang diinginkan. Maka
dari itu, Pemerintah mencanangkan program atau cara untuk mencegah dan
menunda kehamilan.
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga
kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera
yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013)
Salah satu cara untuk menekan laju pertumbuhan penduduk di
Indonesia adalah melalui program KB. Menurut Prawirohardjo (2010),
keluarga berencana dapat mencegah munculnya bahaya-bahaya akibat :
1. Kehamilan terlalu dini, wanita yang sudah hamil tatkala umurnya belum
mencapai 17 tahun sangat terancam oleh kematian sewaktu persalinan.
Karena tubuhnya belum sepenuhnya tumbuh cukup matang dan siap untuk
dilewati oleh bayi. Lagi pula, bayinya pun dihadang oleh risiko kematian
sebelum usianya mencapai 1 tahun.
2. Kehamilan terlalu terlambat, wanita yang usianya sudah terlalu tua untuk
mengandung dan melahirkan terancam banyak bahaya. Khususnya bila ibu
mempunyai problem kesehatan lain, atau sudah terlalu sering hamil dan
melahirkan.
3. Kehamilan-kehamilan terlalu berdesakkan jaraknya, kehamilan dan
persalinan menuntut banyak energi dan kekuatan tubuh wanita. Kalau ibu
belum pulih dari satu persalinan tapi sudah hamil lagi, tubuhnya tak sempat
memulihkan kebugaran, dan berbagai masalah bahkan juga bahaya
kematian menghadang.
4. Terlalu sering hamil dan melahirkan, wanita yang sudah punya lebih dari 4
anak dihadang bahaya kematian akibat pendarahan hebat dan macam-
macam kelainan bila ibu terus saja hamil dan bersalin lagi.

B. Definisi Kontrasepsi

Dalam Ambarwati (2010), dijelaskan bahwa kontrasepsi berasal dari


kata kontra berarti mencegah atau melawan. Sedangkan konsepsi adalah
pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria)
yang mengakibatkan kehamilan.
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke
dinding rahim (Nugroho dan Utama, 2014). Jadi kontrasepsi adalah
menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan
sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut.

C. Syarat-syarat Alat Kontrasepsi

Kontrasepsi ideal menurut Prawirohadjo (2010), harus memenuhi


syarat-syarat sebagai berikut :
1. Dapat dipercaya
2. Tidak menimbulkan efek yang menggangu kesehatan
3. Daya kerjanya dapat diatur menurut kebutuhan
4. Tidak menimbulkan gangguan sewaktu melakukan koitus
5. Tidak memerlukan motivasi terus menerus
6. Mudah pelaksanaannya
7. Murah harganya sehingga dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat
8. Dapat diterima penggunaannya oleh pasangan yang bersangkutan
D. Macam-macam Alat Kontrasepsi
Menururt Handayani (2010), terdapat beberapa macam alat kontrasepsi
yang dapat digunakan sesuai dengan metodenya, antara lain :
1. Metode kontrasepsi sederhana, terdiri dari 4, yaitu :
a. Metode kalender, metode ini didasarkan pada suatu perhitungan yang
diperoleh dari informasi yang dikumpulkan dari sejumlah menstruasi
secara berurutan. Untuk mengidentifikasi hari subur, dilakukan
pencatatan siklus menstruasi dengan durasi minimal enam dan
dianjurkan dua belas siklus. Untuk menjamin efektivitas maksimum,
metode kalender sebaiknya dikombinasikan dengan indikator-indikator
lainnya.
b. Metode Amenorea Laktasi (MAL), menyusui eksklusif merupakan
suatu metode kontrasepsi sementara yang cukup efektif, selama klien
belum mendapat haid dan waktunya kurang dari enam bulan pasca
persalinan. Efektifnya dapat mencapai 98%. MAL efektif bila
menyusui lebih dari delapan kali sehari dan bayi mendapat cukup
asupan perlaktasi.
c. Metode suhu tubuh, saat ovulasi peningkatan progesteron
menyebabkan peningkatan suhu basal tubuh (SBT) sekitar 0,2°C-0,4°C.
Peningkatan suhu tubuh adalah indikasi bahwa telah terjadi ovulasi.
Selama 3 hari berikutnya memperhitungkan waktu ekstra dalam masa
hidup sel telur diperlukan pantang berhubungan intim. Metode suhu
mengidentifikasi akhir masa subur bukan awalnya
d. Senggama terputus (koitus interuptus), adalah metode keluarga
berencana tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya
(penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. Efektifitas
bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama
terputus setiap pelaksanaannya (angka kegagalan 4– 18 kehamilan per
100 wanita)
2. Metode Barrier
a. Kondom, merupakan selubung atau sarung karet yang dapat dibuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan
alami (produksi hewan) yang dipasang pada penis saat berhubungan
seksual. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga
mencegah Infeksi Menular Seksual termasuk HIV/AIDS.
b. Diafragma, adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks
(karet) yang di insersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan
seksual dan menutup serviks.
c. Spermisida, adalah bahan kimia (non oksinol-9) digunakan untuk
menonaktifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol
(busa), tablet vaginal suppositoria, atau dissolvable film, dan dalam
bentuk krim.
3. Metode Kontrasepsi Modern
a. Kontrasepsi pil, merupakan jenis kontrasepsi oral yang harus diminum
setiap hari yang bekerja mengentalkan lendir serviks sehingga sulit
dilalui oleh sperma. Terdapat dua macam yaitu kontrasepsi kombinasi
atau sering disebut pil kombinasi yang mengandung progesteron dan
estrogen, kemudian kontrasepsi pil progestin yang sering disebut
dengan minipil yang mengandung hormon progesteron
b. Kontrasepsi implant, adalah alat kontrasepsi silastik berisi hormon jenis
progesteron levonorgestrel yang ditanamkan dibawah kulit, yang
bekerja mengurangi transportasi sperma.
c. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR), adalah alat kontrasepsi yang
dimasukkan dalam rongga rahim wanita yang bekerja menghambat
sperma untuk masuk ke tuba fallopii.
d. Kontrasepsi suntikan, adalah kontrasepsi yang diberikan dengan cara
disuntikkan secara intramuskuler di daerah otot pantat (gluteus
maximus).
E. Kontrasepsi KB Pil

1. Definisi KB Pil
Pil oral akan menggantikan produksi normal estrogen dan
progesteron oleh ovarium. Pil oral akan menekan hormon ovarium selama
siklus haid yang normal, sehingga juga menekan releasing factors di otak
dan akhirnya mencegah ovulasi. Pemberian Pil Oral bukan hanya untuk
mencegah ovulasi, tetapi juga menimbulkan gejala-gejala pseudo
pregnancy (kehamilan palsu) seperti mual, muntah, payudara membesar,
dan terasa nyeri (Handayani. 2010).

2. Cara kerja KB Pil


a. Menekan ovulasi
b. Mencegah implantasi
c. Mengentalkan lendir serviks
d. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi ovum akan terganggu
(Saifuddin. 2010)

3. Keuntungan KB Pil
a. Tidak mengganggu hubungan seksual
b. Siklus haid menjadi teratur (mencegah anemia)
c. Dapat digunakam sebagai metode jangka panjang
d. Dapat digunakan pada masa remaja hingga menopouse
e. Mudah dihentikan setiap saat
f. Kesuburan cepat kembali setelah penggunaan pil dihentikan
g. Membantu mencegah kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker
endometrium, kista ovarium, acne, disminorhea.
(Handayani. 2010)

4. Kerugian KB Pil
a. Amenorhea
b. Perdarahan haid yang berat
c. Depresi
d. Kenaikan berat badan
e. Mual dan muntah
f. Perubahan libido
g. Hipertensi
h. Jerawat
i. Nyeri tekan payudara
j. Pusing atau sakit kepala
k. Kesemutan dan baal bilateral ringan
l. Disminorea
m. Perubahan visual
n. Infeksi pernafasan
o. Perubahan fibroid uterus.
(Sinclair. 2010)

5. Indikasi Pemakaian KB Pil


Menurut Sinclair (2010), pil dapat diberikan pada waktu semua
wanita yang bersuami yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut, tidak
sedang hamil, dan tidak ada kontra indikasi.

6. Kontraindikasi Pemakaian KB Pil


a. Kanker payudara dan organ reproduksi
b. Penyakit kuning atau pernah menderita penyakit hati dalam 3 tahun
terakhir
c. Penyakit pembuluh darah
d. Tekanan darah tinggi
e. Decompensio Cordis
f. Diabetes Millitus
(Sinclair. 2010)

7. Efek Samping KB Pil


Penggunaan pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek
samping, antara lain mual, berat badan bertambah, sakit kepala
(berkunang-kunang) perubahan warna kulit dan efek samping ini dapat
timbul berbulan-bulan (Sinclair. 2010)
8. Waktu Pelaksanaan KB Pil
a. Pil diminum pada waktu yang sama setiap hari, sebaiknya malam hari
sebelum tidur
b. Bila lupa minum pil, pil yang lupa segera diminum setelah ingat,
disusul pil yang seharusnya diminum pada hari itu
c. Bila lupa minum pil 2 hari berturut-turut, harus beranggapan dirinya
tidak terlindungi terhadap kemungkinan kehamilan. Sehingga harus
disertai dengan alat KB yang lainnya seperti memakai kondom
d. Pil dapat mengurangi produski air susu maka mereka yang masih mau
menyusui anaknya jangan memakai pil KB

F. Kontrasepsi Suntik
1. Definisi
Kontrasepsi suntik adalah suatu cara kontrasepsi dengan jalan
penyuntikan sebagai usaha pencegahan kehamilan berupa hormonal
progesterone dan estrogen pada wanita usia subur (Sulistyawati. 2013).

2. Cara Kerja Kontrasepsi Suntik

a. Mencegah ovulasi

b. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan


penetrasi sperma

c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi

d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba falloppii. Mencegah


implantasi
(Sulistyawati. 2013)

3. Keuntungan Kontrasepsi Suntik


Keuntungan pengguna KB suntik yaitu sangat efektif, pencegah
kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan seksual,
tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap
penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah, tidak mempengaruhi
ASI, efek samping sangat kecil, klien tidak perlu menyimpan obat suntik,
dapat digunakan oleh perempuan usia lebih 35 tahun sampai
perimenopause, membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan
ektopik, menurunkan kejadian tumor jinak payudara, dan mencegah
beberapa penyebab penyakit radang panggul (Sulistyawati, 2013).

4. Kerugian Kontrasepsi Suntik


Adapun keterbatasan dari kontrasepsi suntik menurut Sulistyawati
(2013), yaitu:
a. Tidak dapat dihentikan sewaktu- waktu sebelum disuntikan
b. Dapat menyebabkan haid tidak teratur
c. Penambahan berat badan
d. Mual, muntah, sakit kepala, nyeri payudara

5. Indikasi Pemakaian Kontrasepsi Suntik


a. Ibu telah mempunyai anak hidup
b. Tidak dalam keadaan hamil
c. Riwayat siklus haid teratur
d. Tidak terdapat kontraindikasi
(Sulistyawati. 2013)

6. Kontraindikasi Pemakaian Kontrasepsi Suntik


a. Hamil
b. Perdarahan pervagina yang tidak diketahui sebabnya
c. Tumor atau keganasan
d. Terdapat penyakit jantung, paru-paru, kelainan faal hati, tekanan darah
tinggi, obesitas, diabetes
(Sulistyawati. 2013)

7. Efek Samping Kontrasepsi Suntik


Efek samping dari suntikan Cyclofem yg sering ditemukan adalah
mual, BB bertambah, sakit kepala, pusing-pusing dan kadang-kadang
gejala tersebut hilang setelah beberapa bulan atau setelah suntikan
dihentikan. Sedang efek samping dari suntikan Depo Provera, Depo
Progestin, Depo Geston, dan Noristeat yg sering dijumpai adalah
menstruasi tidak teratur, masa menstruasi akan lebih lama, terjadi bercak
perdarahan bukan mungkin menjadi anemia pada beberapa klien.

8. Waktu Pelaksanaan Kontrasepsi Suntik


Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan Noristerat
setiap 2 bulan. Wanita yang mendapat suntikan KB tidak mengalami
ovulasi (Sulistyawati. 2013)

G. Kontrasepsi Implant
1. Definisi Kontrasepsi Implant
Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung
levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastik silikon
(polydimethylsiloxane) dan disusukkan di bawah kulit (Saifuddin. 2010).

2. Cara Kerja Kontrasepsi Implan


a. Lendir serviks menjadi kental
b. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi
implantasi
c. Mengurangi transportasi sperma
d. Menekan ovulasi
(Saifuddin. 2010)
3. Keuntungan Kontrasepsi Implant
a. Cara ini cocok untuk wanita yang tidak boleh menggunakan obat yang
mengandung estrogen
b. Perdarahan yang terjadi lebih ringan
c. Tidak menaikan tekanan darah
d. Risiko terjadinya kehamilan ektopik lebih kecil jika dibandingkan
dengan pemakaian Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
e. Dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun) dan bersifat reversible
(Saifuddin. 2010)
4. Kerugian Kontrasepsi Implant
Ada beberapa kerugian yang berhubungan dengan penggunaan
sistem norplant menurut Saifuddin (2010), antara lain :
a. Norplant menyebabkan kekacauan dalam pola perdarahan hingga 80%
pengguna, terutama selama tahun pertama penggunaan, dan beberapa
wanita atau pasangannya tidak dapat menerima perubahan ini.
b. Implant harus dipasang (disisipkan) dan diangkat melalui prosedur
pembedahan yang dilakukan oleh tenaga terlatih. Wanita tidak dapat
memulai atau menghentikan metode tersebut tanpa bantuan klinisi.
Insiden pengangkatan yang mengalami komplikasi adalah kira- kira
5%, suatu insiden yang dapat dikurangi paling baik dengan cara
pelatihan yang baik dan pengalaman dalam menyisipkan Norplant.
c. Karena penyisipan dan pengangkatan Norplant membutuhkan prosedur
bedah minor, biaya pemulaian dan penghentian akan lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrasepsi oral atau metode perintang.
d. Implant dapat dilihat di bawah kulit, “Tanda bukti” penggunaan
kontrasepsi ini mungkin tidak dapat diterima oleh sebagian wanita, dan
oleh beberapa pasangan.
e. Implant tidak diketahui memberikan perlindungan terhadap penyakit
menular seksual seperti herpes, papilomavirus manusia, HIV, gonore,
atau klamidia. Pengguna yang berisiko menderita penyakit menular
seksual harus mempertimbangkan untuk menambah metode perintang
guna mencegah infeksi.

5. Indikasi Pemakaian Kontrasepsi Implant


a. Wanita-wanita yang ingin memakai kontrasepsi untuk jangka waktu
yang lama tetapi tidak bersedia menjalani kontap atau menggunakan
AKDR.
b. Wanita-wanita yang tidak boleh menggunakan pil KB yang
mengandung estrogen.
6. Kontraindikasi Pemakaian Kontrasepsi Implant
a. Kehamilan atau disangka hamil
b. Penderita penyakit hati
c. Kanker payudara
d. Kelainan jiwa (psikosis, neurosis)
e. Varikosis
f. Riwayat kehamilan ektopik
g. Diabetes melitus
h. Kelainan kardiovaskuler

7. Efek Samping Kontrasepsi Implant


Efek samping dari implant adalah sakit kepala, kadang- kadang
terjadi perubahan pola libido dan berat badan, timbulnya akne. Oleh karena
jumlah progestrin yang dikeluarkan ke dalam darah sangat kecil, maka
efek samping yang terjadi tidak sesering pada penggunaan pil KB

8. Waktu Pelaksanaan Kontrasepsi Implant


a. Implant dapat dipasang selama siklus haid ke-2 sampai hari ke-7
b. Bila tidak hamil dapat dilakukan setiap saat
c. Saat menyusui 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan
d. Pasca keguguran implant dapat segera diinsersikan
e. Bila setelah beberapa minggu melahirkan dan telah terjadi haid
kembali, insersi dilakukan setiap saat jangan melakukan hubungan
seksual selama 7 hari

H. Kontrasepsi Intra-Uterine Devices (IUD)


1. Definisi Intra-Uterine Devices (IUD)
IUD adalah Suatu alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam
rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik, ada yang
dililit tembaga (CU), ada pula yang dililit tembaga bercampur perak (Ag),
selain itu ada pula yang dibatangnya berisi hormon progesterone
(Ambarwati. 2010)
2. Cara Kerja Intra-Uterine Devices (IUD)
IUD ini bekerja dengan mencegah pertemuan sperma dengan sel
telur. Ambarwati (2010), menjelaskan cara kerja IUD sebagai berikut :
a. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falop
b. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri
c. Mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma masuk
ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk
fertilisasi
d. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus

3. Keuntungan Intra-Uterine Devices (IUD)


a. Sebagai kontrasepsi efektifitas tinggi IUD dapat efektif segera setelah
pemasangan
b. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat
c. Tidak mempengaruhi produksi ASI
d. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk
hamil
e. Dapat segera dipasang setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila
tidak terjadi infeksi)
f. Dapat digunakan sampai menapouse (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir)
g. Tidak ada interaksi dengan obat-obatan
h. Membantu mencegah kehamilan ektopik
(Saifuddin. 2010)

5. Kerugian Intra-Uterine Devices (IUD)


a. Merasakan sakit dan kejang selama 3 sampai 5 hari setelah pemasangan
b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang
memungkinkan penyebab anemia
c. Perforasi dinding uterus (jarang terjadi : apabila pemasanagan benar)
d. Tidak mencegah IMS termasuk : HIV / AIDS
e. Penyakit radang penggul terjadi sesudah perampuan dengan iras
memakai AKDR, PRP dapat memicu Infertilitas

6. Indikasi Pemakaian Intra-Uterine Devices (IUD)


a. Telah mendapat persetujuan suami
b. Pernah melahirkan dan telah mempunyai anak, serta ukuran rahimnya
tidak kurang dari 5cm
c. Telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk sterilisasi
d. T idak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun
e. Dianjurkan sebagai pengganti pil KB, bagi peserta yang umumnya di
atas 35 tahun
f. Tidak ada kontrasepsi

7. Kontraindikasi Pemakaian Intra-Uterine Devices (IUD)


a. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)
b. Perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya
c. Sedang menderita infeksi genetalia : Vaginitis, serviks
d. Kanker alat Genetalia
e. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm

8. Efek Samping Intra-Uterine Devices (IUD)


a. Perdarahan dank ram selama minggu-minggu pertama setelah
pemasangan. Kadang-kadang ditemukan keputihan yg bertambah
banyak. Disamping itu pada saat berhubungan (senggama terjadi
expulsi IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya
b. Pemasangan IUD mungkin meninmbulkan rasa tidak nyaman dan
dihubungkan dengan resiko infeksi rahim

9. Waktu Pelaksanaan Intra-Uterine Devices (IUD)


Dalam Ambarwati (2010), dijelaskan penggunaan IUD sebaiknya
dilakukan pada saat:
a. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil
b. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid
c. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4
minggu pascapersalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode
amenorea laktasi (MAL)
d. Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila
tidak ada gejala infeksi
e. Selama 1-5 hari setelah senggama yg tidak dilindungi
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati.2010. Praktik Kebidanan Riset Dan Isu. Jakarta : EGC

Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta


: Pustaka Rihama

Nugroho, T dan Utama I, B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta : Nuha Medika

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan


Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka

Saifudin, A Bari. 2010. Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Tridasa

Sinclair. 2010. Buku Saku kebidanan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta : EGC

Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai