Anda di halaman 1dari 11

PROJECT

TOKOH-TOKOH DALAM GEREJA KATOLIK YANG MENCERMINKAN CITRA


ALLAH DALAM MEMBELA KEMANUSIAAN

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah agama katolik


Dosenpengampu : Oskar Rafael Tampubolon SS., M. PDK

Oleh
Farida Hutabarat
2173111013
Reguler B 2017

PRODI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya yang
memberikan kekuatan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Project ini.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dosen mata kuliah pendidikan agama katolik karena telah membantu saya dalam
pembuatan Project ini.
2. Orang tua karena selalu memberikan motivasi dan doa serta kasih sayang yang
diberikan kepada saya.
3. Teman-teman saya yang membantu saya baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan, untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca. Saya berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Medan, november 2018

Farida Hutabarat

TOKOH-TOKOH DALAM GEREJA KATOLIK YANG MENCERMINKAN CITRA


ALLAH DALAM MEMBELA KEMANUSIAAN

1. Santo Pius V
Paus yang kudus ini dilahirkan di Italia pada tahun 1504. Ia dibaptis dengan nama
Antonius Ghislieri. Antonius sungguh ingin menjadi seorang imam, tetapi tampaknya
angan-angannya itu tidak akan pernah menjadi kenyataan. Orangtuanya miskin. Mereka
tidak punya cukup uang untuk menyekolahkannya. Suatu hari, dua orang imam
Dominikan datang ke rumahnya dan bertemu dengan Antonius. Para imam itu amat suka
kepadanya hingga mereka bersedia mengurus pendidikannya. Demikianlah, pada usia
empat belas tahun, Antonius bergabung dalam Ordo Dominikan. Ia memilih nama
“Mikhael”. Setelah menamatkan studinya, ia ditahbiskan sebagai imam. Kemudian ia
ditahbiskan pula sebagai uskup dan kardinal.

Dengan gagah berani ia mempertahankan ajaran-ajaran Gereja dari mereka yang berusaha
menentangnya. Ia senantiasa hidup dengan bermatiraga. Ketika usianya enam puluh satu
tahun, ia dipilih menjadi paus. Ia memilih nama Paus Pius V. Dulu ia seorang bocah
penggembala domba yang miskin. Sekarang ia adalah pemimpin tertinggi Gereja Katolik
di seluruh dunia. Walaupun demikian, paus tetap rendah hati dan sederhana seperti sedia
kala. Ia masih mengenakan jubah Dominikan-nya yang putih, jubah tua yang selama ini
dikenakannya. Dan tak seorang pun dapat membujuknya untuk menggantinya.

Paus Pius V harus menghadapi banyak tantangan. Ia menimba kekuatan dari salib Yesus.
Setiap hari ia merenungkan sengsara dan wafat Kristus. Pada waktu itu, bangsa Turki
berusaha menguasai seluruh wilayah Kristen. Mereka mempunyai armada angkatan laut
yang hebat di Laut Tengah. Bala tentara Kristen bertempur melawan mereka di suatu
wilayah yang disebut Lepanto, dekat Yunani. Sejak saat bala tentaranya keluar untuk
berperang, Bapa Suci terus-menerus berdoa rosario. Ia mendorong umatnya untuk
melakukan hal yang sama. Puji syukur atas bantuan Bunda Maria, bala tentara Kristen
menang mutlak atas musuhnya. Sebagai ungkapan terima kasih kepada Bunda Maria, St.
Pius V menetapkan Pesta SP Maria Ratu Rosario yang kita rayakan setiap tanggal 7
Oktober.

Paus Pius V wafat di Roma pada tanggal 1 Mei 1572. Pestanya dirayakan pada hari ini
karena tanggal 1 Mei adalah pesta St. Yusuf Pekerja. Pius V dinyatakan kudus oleh Paus
Klemens XI pada tahun 1712. Marilah pada hari ini kita berdoa bagi segenap uskup,
imam dan para pejabat Gereja.

2. Santo Marianus dan Yakobus, Martir

Marianus dan Yakobus yang berjabatan masing-masing sebagai lektor dan diakon adalah
martir gereja purba yang mati pada tahun 259, pada masa pemerintahan Kaisar Valerian
(253-260). Keduanya ditangkap di Cirta (sekarang: Kontastin, Aljajair). Kemudian
bersama banyak orang Kristen lainnya, mereka digiring ke Lambessa, sekitar 80 mil
jauhnya dari Cirta. Disana mereka disiksa lalu dipenggal kepalanya bersama orang-orang
Kristen lainnya.

3. Santo Yosef-Benedik Cottolengo, Pengaku Iman

Yosef-Benedik hidup antara tahun 1786-1842. Ia membangun rumah penginapan untuk


para gelandangan, yatim-piatu dan penderita sakit yang terlantar. Yosef mengurus 8000
orang lebih semata-mata dari derma saja, karena ia percaya penuh kepada
Penyelenggaraan Ilahi.

4. Santa Katarina dari Siena

St. Katarina dilahirkan pada tahun 1347. Santa yang termashyur ini adalah pelindung
Italia, tanah airnya. Katarina adalah anak bungsu dalam keluarga yang dikaruniai dua
puluh lima anak. Ayah dan ibunya menghendaki agar ia menikah dan hidup bahagia.
Tetapi, Katarina hanya ingin menjadi seorang biarawati. Untuk menyatakan tekadnya, ia
memotong rambutnya yang panjang dan indah. Ia ingin menjadikan dirinya tidak
menarik. Orangtuanya amat jengkel dan seringkali memarahinya. Mereka juga
menghukumnya dengan memberinya pekerjaan rumah tangga yang paling berat. Tetapi
Katarina pantang menyerah. Pada akhirnya, orangtuanya berhenti menentangnya.

St. Katarina seorang yang amat jujur dan terus terang di hadapan Yesus. Suatu ketika ia
bertanya kepada-Nya, “Di manakah Engkau, Tuhan, ketika aku mengalami cobaan yang
begitu mengerikan?” Yesus menjawab, “Puteri-Ku, Aku ada dalam hatimu. Aku
membuatmu menang dengan rahmat-Ku.” Suatu malam, sebagian besar penduduk Siena
ke luar ke jalan-jalan untuk suatu perayaan. Yesus menampakkan diri kepada Katarina
yang sedang berdoa seorang diri dalam kamarnya. Bersama Yesus, datang juga Bunda
Maria. Bunda Maria memegang tangan Katarina lalu memberikannya kepada Putra-nya.
Yesus menyematkan sebentuk cincin di jari tangan Katarina dan ia menjadi pengantin-
Nya.

Pada masa itu, Gereja mengalami banyak sekali masalah. Banyak pertikaian terjadi di
seluruh Italia. Katarina menulis surat-surat kepada para raja dan ratu. Ia bahkan datang
menghadap para penguasa agar berdamai dengan paus dan mencegah peperangan.
Katarina meminta paus untuk meninggalkan Avignon, Perancis dan kembali ke Roma
untuk memimpin Gereja. Ia mengatakan bahwa itulah yang dikehendaki Allah. Bapa Suci
mendengarkan nasehat St. Katarina serta melakukan apa yang dikatakannya.

Katarina tidak pernah lupa bahwa Yesus ada dalam hatinya. Melalui dia, Yesus
memelihara orang-orang sakit yang dirawatnya. Melalui dia, Yesus menghibur para
tahanan yang dikunjunginya di penjara. Santa besar ini wafat di Roma pada tahun 1380.
Usianya baru tiga puluh tiga tahun. Ia dinyatakan kudus oleh Paus Pius II pada tahun
1461. Pada tahun 1970, Paus Paulus VI mengangkatnya sebagai Pujangga Gereja. St.
Katarina menerima kehormatan besar ini karena ia melayani Gereja Kristus dengan gagah
berani sepanjang masa hidupnya yang singkat.

“Engkau bagaikan misteri yang dalam sedalam lautan; semakin aku mencari, semakin
aku menemukan, dan semakin aku menemukan, semakin aku mencari Engkau. Tetapi,
aku tidak akan pernah merasa puas; apa yang aku terima menjadikanku semakin
merindukannya. Apabila Engkau mengisi jiwaku, rasa laparku semakin bertambah,
menjadikanku semakin kelaparan akan terang-Mu.” ~ St. Katarina dari Siena

5. Santo Petrus dari Verona, Martir

Petrus lahir di Verona, Italia, pada tahun 1205. Ia mendapat pendidikan di sekolah
Katolik, padahal keluarganya menganut faham Katarisme. Faham Katarisme
mengajarkan bahwa segala sesuatu yang bersifat kebendaan (materi) adalah buruk dan
jahat, oleh karena itu bukan ciptaan Allah yang MahaBaik. Bumi dan segala isinya yang
bersifat kebendaan bukan ciptaan Allah..

Ajaran Katarisme ini bertentangan sekali dengan ajaran iman Katolik yang diperoleh
Petrus di sekolahnya. Di sekolah ia diajarkan tentang pengakuan Iman Para Rasul
(Credo) yang antara lain berbunyi: “Aku percaya akan Allah Bapa yang MahaKuasa
Pencipta langit dan bumi…” Ajaran iman katolik ini lebih berkesan di hatinya. Kepada
keluarnya ia berkata: “Pengetahuanku tentang rahasia-rahasia iman Katolik sangatlah
jelas dan dalam, dan keyakinanku akan kebenaran-kebenaran itu sungguh kokoh,
sehingga bagiku semuanya itu lebih merupakan sesuatu yang tampak di mataku daripada
yang diimani belaka.”

Setelah menanjak dewasa, Petrus masuk biara Dominikan. Disana ia menerima pakaian
biara dari tangan Santo Dominikus sendiri. Setelah menempuh pendidikan hidup
membiara, ia ditabhiskan menjadi imam. Sebagai imam baru, ia ditugaskan berkhotbah di
seluruh wilayah Lombardia tentang ajaran iman yang benar. Hal ini menimbulkan
kemarahan dan kebencian para penganut Katarisme. Para pengikut aliran sesat itu
menyerangnya dengan berbagai tuduhan palsu. Tanpa menyelidiki secara mendalam
benar-tidaknya ajaran yang disebarkan Petrus dalam khotbah-khotbahnya, para pembesar
masyarakat menegur dan mengecamnya. Menghadapi kecaman-kecaman itu, Petrus tetap
bersemangat menjalankan tugasnya sebagai pengkhotbah dan terus berdoa meminta
kepada Tuhan agar kiranya ia dapat mati untuk Tuhan, sebagaimana telah diteladankan
Yesus dengan mati di salib demi keselamatan manusia, termasuk dirinya. Ia selalu
berkata: “Biarkanlah mereka melakukan apa saja atas diriku sesuai rencana mereka. Aku
tetap bergembira dan bersemangat karena dengan mati aku akan lebih berpengaruh
daripada sekarang.”

Doa-doanya untuk mati dalam nama Tuhan terkabulkan, ketika ia dibunuh oleh dua orang
Kataris sementara menjalankan tugasnya sebagai pengajar agama. Tetapi justru
kematiannya ini membawa banyak berkat bagi orang-orang Kataris. Segera setelah
peristiwa pembunuhan atas dirinya, seorang dari pembunuh itu bertobat dan masuk biara
Dominikan.

6. Santo Hugo/ Hugo Agung, Abbas

Putra bangsawan dari Samur, Prancis ini lahir pada tahun 1024. Ketika berusia 15 tahun,
ia masuk biara Benediktin dan menjadi Abbas biara Kluni pada usia 25 tahun. Ketika itu
biara Perancis ini mulai kuat pengaruhnya di seluruh Eropa. Banyak biara Kluni didirikan
pada masa kepemimpinan Hugo. Aturan-aturan hidup membiara dibuatnya untuk seluruh
biara yang dibangunnya.

Kepribadian yang mengagumkan dan kesalehan hidupnya berpengaruh luas baik di


kalangan gereja maupun pemerintahan negara. Ia menjadi penasihat bagi sembilan orang
Paus, termasuk Sri Paus Gregorius VII (1073-1085) dan banyak pemimpin negara. Ia
berusaha keras untuk membaharui cara hidup para imam dan berusaha membebaskan
Gereja dari pengawasan negara. Karena semuanya itu, ia dikenal sebagai pencinta dan
pencipta perdamaian, dan sebagai sahabat para kusta dan semua orang sakit yang berada
di rumah sakit yang didirikannya di Marcigny. Ia meninggal pada tanggal 29 April 1109
dan digelari kudus pada tahun 1120.

7. Santo Louis Marie Grignon de Monfort, Pengaku Iman

Louis Grignon lahir di Monfort, Prancis, dari sebuah keluarga miskin pada tahun 1673.
Di masa mudanya, ia dikenal lekas marah bila ada sesuatu yang tidak memuaskan
hatinya. Namun ketika ia meningkat dewasa, ia mampu mengendalikan sifatnya itu dan
berubah menjadi seorang yang penuh pengertian dan rendah hati. Perubahan ini menjadi
suatu persiapan yang baik baginya untuk memasuki perjalanan hidup yang panjang
sebagai seorang imam.

Pendidikannya yang berlangsung di Paris dirintangi oleh banyak kesulitan, terutama


karena kekurangan uang, baik untuk biaya pendidikannya maupun untuk kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Hidupnya sungguh memprihatinkan. Biliknya sangat sempit, tanpa
pemanas ruangan di musim dingin. Untuk memperoleh sedikit uang, ia berusaha bekerja
malam di sebuah rumah sakit sebagai penjaga jenazah-jenazah. Namun semua
penderitaan yang menimpanya dihadapinya dengan penuh ketabahan demi mencapai cita-
citanya yang luhur.
Setelah beberapa tahun berkarya sebagai imam misionaris di dalam negeri dan menjadi
pembimbing rohani di sebuah rumah sakit, ia berziarah ke Roma untuk bertemu dengan
Sri Paus Klemens XI (1700-1721). Di Roma ia diterima oleh Sri Paus. Melihat karya dan
kepribadiannya, Sri Paus memberi gelar “Misionaris Apostolik” kepadanya. Oleh Sri
Paus, ia ditugaskan untuk mentobatkan para penganut Yansenisme yang sudah merambat
di seluruh Prancis. Tugas suci itu diterimanya dengan senang hati dan dilaksanakannya
dengan sangat berhasil.

Di Poiters, ia meletakkan dasar bagi Kongregasi Suster-suster Putri Sapientia, sedangkan


di Paris ia menyiapkan Anggaran Dasar bagi tarekat imam-imamnya. Ia menghayati kaul
kemiskinan dengan sungguh-sungguh dengan menggantungkan seluruh hidupnya kepada
kemurahan hati umatnya. Dua kali ia lepas dari usaha pembunuhan oleh para penganut
Yansenisme. Di Indonesia ia dikenal sebagai salah satu pelindung Legio Maria. Ia
mendirikan Tarekat Monfortan, yang anggota-anggotanya berkarya juga di Kalimantan
Barat. Bertahun-tahun terakhir hidupnya dihabiskannya dengan berdiam di sebuah gua
yang sunyi untuk berdoa dan berpuasa hingga menghembuskan nafasnya pada tahun
1716 dalam usia 43 tahun.

8. Santo Petrus Louis Chanel, Martir

Petrus Louis Chanel dikenal sebagai misionaris Prancis yang meminta pewartaan Injil di
Pulau Futuna, Lautan Teduh. Bersama beberapa misionaris lainnya, ia meninggalkan
Prancis pada tahun 1837 menuju Futuna. Sesampainya di Futuna, ia dengan giat
mempelajari bahasa dan adat istiadat setempat agar bisa dengan mudah berkomunikasi
dengan rakyat setempat. Usahanya ini berhasil menarik perhatian penduduk setempat.

Meskipun demikian, para pemimpin masyarakat tidak menyambut baik, bahkan


menentang keras penyebaran iman Kristen diantara penduduk Futuna. Musumusu, salah
seorang kepala suku Futuna sangat menentang Petrus. Ia melancarkan aksi penangkapan
dan penganiayaan terhadap orang-orang yang mengikuti pelajaran agama pada Petrus.
Terhadap Petrus sendiri, ia merencanakan pembunuhan. Untuk maksudnya yang jahat itu,
bersama beberapa orang pengawalnya, ia pergi kepada pastor Petrus untuk mengobati
kakinya yang luka.

Dengan ramah Petrus menyambut mereka dan mengabulkan permohonannya. Tetapi tiba-
tiba mereka menangkap Petrus dan menganiayanya sampai mati. Lalu mereka dengan
diam-diam menguburkan Petrus. Pada hemat mereka, kematian Petrus akan mengakhiri
semua kegiatan penyebaran iman di Futuna. Tetapi perhitungan itu meleset karena
kematian imam yang saleh itu ternyata semakin menyemangati orang-orang serani di
seluruh pulau Futuna untuk tetap mempertahankan imannya. Tiga tahun setelah kematian
Petrus, seluruh penduduk Futuna telah menjadi Kristen, termasuk Musumusu yang telah
membunuh Petrus. Petrus Louis Channel menjadi martir pertama di Kongregasi
Persekutuan Santa Perawan Maria dan martir pertama di Pasifik.

9. Santa Zita

St. Zita dikenal sebagai santa pelindung para pembantu rumah tangga. Ia dilahirkan di
dusun Monte Sagrati, Italia, pada tahun 1218. Orangtuanya sangat saleh dan
membesarkan Zita dengan cinta kasih Kristiani. Merupakan tradisi pada waktu itu bahwa
keluarga-keluarga miskin akan mengirimkan anak-anak gadis mereka kepada keluarga-
keluarga yang terpercaya, yang mampu mempekerjakan mereka. Para gadis itu akan
tinggal dalam keluarga tersebut untuk beberapa waktu lamanya dan dipekerjakan untuk
melakukan tugas-tugas rumah tangga. Zita pergi bekerja di rumah keluarga Fatinelli di
Lucca ketika usianya dua belas tahun.

Bapak dan Ibu Fatinelli adalah orang yang baik, mereka memiliki beberapa pekerja. Zita
senang dapat bekerja dan mengirimkan upahnya kepada orangtuanya. Ia berusaha hidup
penuh tanggung jawab. Ia membiasakan diri untuk berdoa di luar jadwal kerjanya. Setiap
pagi ia bangun pagi-pagi benar agar dapat ambil bagian dalam perayaan Misa.

Zita seorang pekerja yang rajin. Ia merasa bahwa bekerja adalah bagian dari hidupnya.
Tetapi pekerja-pekerja lain iri hati kepadanya. Sedapat mungkin mereka bekerja sedikit
saja. Mereka mulai mencari-cari kesalahan Zita serta memusuhinya tanpa sepengetahuan
majikan mereka. Zita merasa sedih, tetapi ia berdoa mohon kesabaran. Ia tidak pernah
melaporkan mereka. Ia tetap melakukan tugas-tugasnnya sebaik mungkin tanpa peduli
pendapat mereka.

Ketika seorang dari para pekerja berusaha menciumnya, Zita melawan. Laki-laki itu
meninggalkan ruangan dengan cakaran-cakaran di wajahnya. Bapak Fatinelli menanyai
Zita secara pribadi mengenai insiden tersebut. Dengan jujur Zita mengatakan apa yang
telah terjadi. Setelah peristiwa itu, Zita diangkat sebagai kepala pengurus rumah tangga.
Anak-anak Fatinelli pun dipercayakan kepadanya. Dan yang paling menyenangkan, para
pekerja lainnya tidak lagi memusuhinya. Sebagian dari mereka malahan berusaha meniru
teladannya.

Zita melewatkan seluruh hidupnya bersama keluarga Fatinelli. Sementara para pekerja
lainnya datang dan pergi, ia tetap setia. Ia melayani majikannya dengan cinta kasih. Ia
mengasihi mereka seperti ia mengasihi keluarganya sendiri. Dengan teladannya, Zita
membantu orang menyadari bahwa bekerja itu menyenangkan apabila dilakukan dengan
semangat cinta kasih Kristiani. Zita wafat dengan tenang pada tanggal 27 April 1278
dalam usia enam puluh tahun.
Teladan hidup St. Zita menunjukkan pada kita bahwa bekerja itu menyenangkan apabila
dilakukan dengan semangat cinta kasih Kristiani. Bagaimana aku menghargai
pekerjaanku?

10. Santa Lydia Longley, Pengaku Iman

Lydia Longley lahir pada tahun 1674 di Groton, sebuah daerah koloni Inggris di Amerika
Serikat. Keluarga Longley penganut agama Protestan Puritan, yang keras sekali
pandangan hidupnya. Ibunya meninggal dunia ketiak Lydia bersama tiga orang adiknya:
Will, Jemina dan John masih kecil. Dalam usia remajanya, Lydia terpaksa menggantikan
ibunya dalam mengurusi adik-adiknya. Hal ini dilakukannya sampai saat ayahnya
William Longley menikah lagi dengan Crips Deliverance, seorang janda muda. Semenjak
itu, Crips mengambil ahli lagi tugas-tugas Lydia sebagai ibu rumah tangga.

Dari perkawinan kedua ini, William memperoleh lagi empat orang anak: Yosef, Betty,
Richard dan Mathaniel. William mendidik anak-anaknya penuh disiplin bahkan keras.
Mereka dilatih untuk bekerja, berdoa dan menulis. Lydia dibebani tugas mendampingi
adik-adiknya dalam melaksanakan tugas-tugas itu. Setiap minggu mereka bersama orang
Kristen lainnya, dan mendengarkan khotbah pendeta Hobart. Selain itu, Willliam melatih
anak-anaknya menggunakan senjata untuk membela diri bila ada suatu bahaya. Bahaya
besar yang selalu mengancam hidup mereka ialah serangan orang-orang Indian yang
masih biadab. Pada tahun 1694, daerah Groton diserang oleh orang-orang Indian
Abenaki. Ayah dan ibunya bersama beberapa orang lainnya mati terbunuh dalam
peristiwa itu. Tinggallah Lydia, Betty dan John dibiarkan hidup oleh orang-orang Indian
itu. Mereka dibawa sebagai tawanan ke New France, daerah koloni Prancis. Di tengah
perjalanan itu, Betty meninggal dunia dan John dipisahkan dari Lydia.

Setibanya di New France, Lydia dihadapkan ke depan penguasa Prancis setempat. Disana
hadir juga tuan Le Ber, seorang duda yang beragama Katolik. Oleh Tuan Le Ber, Lydia
ditebus dan diangkat menjadi anaknya sendiri. Semenjak itu, kehidupan Lydia tergantung
sepenuhnya pada kebaikan hati Le Ber dan anak-anaknya Pierre dan Jeanne. Ia merasa
senang karena diperlakukan sebagai anak kandung dengan cara hidup Katolik dari
keluarga Le Ber, maupun dari segenap warga kota New France. Lydia kemudian
berkenalan dengan Pastor Pere Meriel, imam di New Frence dan suster-suster Notre
Dame. Atas pemintaan Tuan Le Ber, seorang suster datang mengajarkan bahasa Prancis
kepada Lydia. Pada suatu hari, Lydia diperkenalkan pada suster Mere Bourgooys, pendiri
kongregasi tersebut. Pertemuannya dengan suster Mere Bourgooys menumbuhkan dalam
hatinya keinginan untuk menjadi suster juga.

Atas pengaruh keluarga Le Ber, suster-suster dan pastor Meriel, Lydia kemudian
dipermandikan menjadi Katolik pada tanggal 24 April 1696 dengan nama Magdalena.
Kemudian ia diterima menjadi suster dengan nama suster Magdalena. Pada tanggal 19
September 1699, ia mengikrarkan kaul kekal. Setelah bertugas di New France selama
beberapa tahun, Lydia dikirim ke pulau Orleans untuk menjadi superior biara Keluarga
Kudus disana. Ia meninggal dunia pada tanggal 21 Juni 1758 dan dimakamkan di kapela
Kanak-Kanak Yesus di Montreal.

11. Santo Kletus dan Marselinus

Selama beberapa abad lamanya, nama Anakletus dan Kletus dianggap orang sebagai dua
orang Paus yang berbeda. Tetapi sekarang kedua nama itu dianggap sebagai nama dari
satu orang. Menurut daftar resmi para Paus yang dikeluarkan oleh Tahkta Suci, Paus
Anakletus (Kletus) memimpin gereja dari tahun 76 sampai tahun 88.

Ahli-ahli sejarah Gereja, mengikuti daftar nama Paus yang diterbitkan oleh santo Irenius
dari Lyons, menyamakan Paus Anakletus dengan Kletus. Eusebius dalam bukunya
“Sejarah Gereja” menyatakan, bahwa Linus, Uskup Roma, setelah memimpin selama 12
tahun, mengalihkan kepemimpinannya itu kepada Kletus. Dalam doa bagi para Kudus
dalam perayaan Ekaristi, setelah menyebutkan nama Santo Petrus dan Paulus serta para
rasul lainnya, imam menyebutkan nama Linus dan Kletus. Hal ini menunjukkan bahwa
Anakletus pengganti Santo Petrus, ditetapkan sebagai Paus selama masa yang kurang
damai dan aman di dalam gereja, menyusul masa penganiyaan oleh raja Nero, yang
berlangsung dari tahun 64 sampai 68.

Sangat sedikit informasi yang didapat tentang riwayat hidup Anakletus. Ia membagi kota
Roma dalam 25 buah paroki. Ia membangun dan menghiasi kapela di jalan Ostian
sebagai penghormatan kepada Santo Paulus dan membangun sebuah kapela yang sama di
atas kuburan santo Petrus di Vatikan. Buku para Paus (Liber Pontificalis) menyebutkan
bahwa Anakletus dikuburkan di suatu tempat dekat kuburan Santo Petrus.

Anakletus mati sebagai martir dalam masa penganiayaan kaisar Domitianus II (81-96).
Buku misa Romawi mendaftarkan hari pestanya bersama-sama dengan Marselianus, yang
juga seorang Paus. Marselianus dikenal sebagai Paus yang baik hati dan penuh kasih
kepada umat. Banyak sekali orang kristen yang telah menyangkal imannya pada masa
penganiayaan diterimanya kembali ke pangkuan Gereja, asal saja mereka sungguh-
sungguh bertobat dan bersedia menjalankan tapa untuk menghapus dosa-dosa mereka.
Kebaikan hatinya ini membuat banyak orang mengkritik dan menfitnahnya. Akhirnya ia
sendiri mati dianiaya karena Kristus pada tahun 309.

12. Santo Radbertus


St Radbertus hidup pada abad kesembilan di Perancis. Tak seorang pun tahu siapa
orangtuanya. Mereka meninggalkan bayi mereka yang baru dilahirkan di depan pintu
Biara Notre Dame. Para biarawati mengasihi dan merawat sang bayi. Mereka
menamainya Radbertus. Ketika sudah cukup besar untuk belajar, Radbertus dikirimkan
kepada para biawaran St Petrus yang tak jauh dari sana untuk dididik.

Radbertus senang belajar dan teristimewa menaruh minat pada sastra Latin. Setelah
dewasa, ia hidup tenang sebagai ilmuwan. Ia tetap seorang awam selama beberapa tahun.
Kemudian ia merasakan panggilan untuk menjadi seorang biarawan. Ia menggabungkan
diri dalam suatu komunitas yang dipimpin oleh dua abbas yang penuh semangat, yakni St
Adalhard dan saudaranya yang menggantikannya, Abbas Wala. Radbertus berupaya
menjadi seorang biarawan yang kudus. Ia kerap menemani kedua abbas dalam
perjalanan-perjalanan mereka. Ia menulis biografi kedua abbas setelah mereka wafat.
Radbertus menjadi seorang ahli Kitab Suci. Ia menulis ulasan panjang mengenai Injil St
Matius. Ia juga menulis ulasan mengenai bagian-bagian lain dari Injil. Tetapi karyanya
yang paling tersohor berjudul “Tubuh dan Darah Kristus”.

Radbertus tidak merasakan panggilan untuk menjadi imam. Tetapi ia dibujuk untuk
menerima penunjukkan sebagai abbas selama tujuh tahun lamanya. Kemudian ia
mendesak untuk kembali ke cara hidup dalam doa, meditasi, belajar dan menulis. Masa
jabatannya sebagai abbas sungguh amat sulit baginya meski ia berupaya melakukan yang
terbaik seturut kemampuannya. Ia menghabiskan sisa hidupnya dengan berdoa, menulis
dan melaksanakan tugas-tugas yang dipercayakan kepadanya. Radbertus wafat pada
tahun 860. Kiranya kita senantiasa memuliakan Tuhan atas anugerah hidup.

Anda mungkin juga menyukai