Anda di halaman 1dari 16

Farmakologi

Pengobatan terhadap keracunan obat <24Jam

Kelompok IV
Helmi Saputra PO.62.20.1.17.215
Herry Rizaldi PO.62.20.1.17.216
Humaira Maulidah PO.62.20.1.17.217
Ilham Syakh Putra PO.62.20.1.17.218

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALANGKA RAYA
A. Pengertian Keracunan Obat

Keracunan obat adalah kondisi yang disebabkan oleh adanya kesalahan


dalam penggunaan obat. Baik dosis yang berlebihan, maupun kesalahan dalam
mengombinasikan obat. Keracunan obat yang disebabkan oleh salah
mengombinasikan obat biasanya terjadi pada pasien yang mengonsumsi obat
lebih dari satu atau polifarmasi. Hal ini dapat terjadi pada pasien usia lanjut
yang mengalami beragam masalah kesehatan, sehingga memerlukan beragam
jenis obat. Keracunan obat juga dapat terjadi jika obat yang diminum
didampingi oleh minuman atau makanan lain yang menjadi pemicunya.
Sementara, keracunan obat yang disebabkan oleh kelebihan dosis dapat terjadi
secara sengaja atau tidak sengaja. Keracunan obat merupakan suatu efek obat
yang timbul pada pasien karena beberapa faktor seperti miss use (salah
penggunaan), miss dose (salah dosis), salah pemberian obat,dan lain –lain

Cara menghindarinya:

1. Kenali tubuh
Jika mempunyai alergi pada suatu senyawa (baik obat maupun makanan)
maka ingatlah atau bahkan catat agar hal itu tidak terjadi.
2. Kenali obat dan makanan
Tanyakan pada dokter saat memberikan resep atau apoteker saat menebus
obat tentang bagaimana cara penggunaan yang tepat, efek apa yang akan
ditimbulkan, dapatkah menimbulkan alergi bagi kebanyakan orang, dan yang
paling penting bagaimana cara penangannya saaat terjadi alergi.

Jenis dan Tipe Obat


Jenis Obat bebas :

1. Obat yang dapat dibeli atau didapatkan tanpa adanya resep dari tenaga
kesehatan yang berwenang. Contoh : aspirin, obat flu.
2. Obat dengan resep : Obat yang diperjualbelikan secara legal. Contoh : obat
dengan tanda tertentu (® )
3. Obat herbal atau tumbuhan obat , yaitu obat-obatan yang digunakan
berasal dari tumbuhan dan belum mengalami poses kimia dilaboratorium.
Contoh : ginko biloba, jamu, dan lain -lain.

Sistem Distribusi Obat:


1. Penyediaan obat cadangan/terpusat yaitu persediaan obat didalam ruang
rawat Contoh : cairan infus, vitamin .
2. Sediaan dosis obat yaitu penyimpanan ditempat khusus yang sudah diberi
label obat .Contoh : kotak obat untuk tiap –tiap klien.
3. Sistem pembagian obat secara otomatis,Menggunakan mesin yang
berfungsi seperti mesin ATM untuk mengambil obat dengan cepat bila
dalam keadaan darurat.
4. Suplai obat mandiri yaitu obat diberikan dan disimpan oleh klien secara
langsung. Contoh : obat-obat per oral (tablet, sirup).

Legal Aspek Pemberian Obat Tenaga kesehatan yang berwenang untuk


memberikan obat :
1. Medis / dokter
2. Farmasist/ apoteker
3. Perawat

Obat Dalam resep obat harus tercantum :


1. Nama lengkap klien
2. Nama obat yang diberikan
3. Jumlah dan dosis obat yang diinginkan
4. Frekuensi pemberian selama 1 hari.
5. Tanggal resep dibuat
6. Tanda tangan tenaga kesehatan yang membuat resep

B. Mekanisme proses keracunan obat

Zat yang dapat menyebabkan keracunan dapat berbentuk :


1. Padat, misalnya obat-obatan, dan makanan.

2. Gas, misalnya CO.

3. Cair, misalnya alcohol, bensin, minyak tanah, dan zat kimia.

Seseorang dapat mengalami keracunan dengan cara :

1. Tertelan melalui mulut, misalnya keracunan makanan, minuman dan

obat-obatan.

2. Terhisap melalui hidung, misalnya keracunan gas CO.

3. Terserap melalui kulit/mata, misalnya keracunan zat kimia.

4. Melalui suntikan atau gigitan, misalnya gigitan/sengatan binatang

berbisa (ular, kalajengking), dan obat suntik.

C. Cara Mengatasi

Ada berbagai macam-macam keracunan obat, berikut adalah beberapa

contoh keracunan obat dan cara mengatasinya.

1. Keracunan obat Acetaminophen (paracetamol)

a. Obat Acetaminophen adalah obat yang sangat aman

b. Keracunan pada anak-anak yang belum mencapai masa puber,

jarang berakibat fatal, sedangkan untuk umur 12th >,

Acetaminophen bisa mengakibatkan kerusakan hati.

c. Kadar yang bisa menimbulkan keracunan adalah > 10 gram (10-

tablet).
2. Gejala keracunan Acetaminophen terjadi melalui 4 tahapan :

a. Stadium I (beberapa jam pertama) : belum tampa gejala.

b. Stadium II (setelah 24 jam) : mual dan muntah; hasil pemeriksaan

menunjukkan bahwa hati tidak berfungsi secara normal.

c. Stadium III (3-5 hari kemudian) : muntah terus berlanjut;

pemeriksaan menunjukan bahwa hati hamper tidak berfungsi

secara normal.

d. Stadium IV (setelah 5 hari) : penderitaan membaik atau

meninggal akibat gagal hati.

3. Gejala lainnya yang mungkin ditemukan :

1) Gejala mungkin baru timbul 12 jam atau lebih setelah

mengkonsumsi.

a. Berkeringan

b. Kejang

c. Nyeri atau pembengkakan di daerah lambung dan di

perut bagian atas

d. Diare

e. Nafsu makan berkurang

f. Mual dan mntah


g. Pingsan

2) Penanganan keracunan Acetaminophen

a. Pemberian sirup ipekak atau merangsang muntah dan

mengosongkan lambung.

b. Di rumah sakit, dimasukkan selang ke dalam lambung

melalui hidung untuk menguras lambung dengan air.

c. Untuk menyerap Acetaminophen yang tersisa bisa

diberikan arang aktif melalui selang ini.

a) 4 jam keracunan dilakukan pengambilan sampel

darah untuk menentukan konsentrasi obat dalam

plasma, sehingga dapat diberikan antidote.

b) 8 jam sejak keracunan, diberikan antidote secara

i.v.

d. < 1 jam sejak keracunan berikan 1 dosis karbon aktif.


3) Keracunan obat Aspirin (salisilat)

Kadar yang bisa menimbulkan keracunan adalah 150-300

mg/kg BB.

4) Gejala keracunan Aspirin

a. Pernafasan yang cepat dan sedikit.

b. Hiperaktivitas.

c. Peningkatan suhu tubuh.

d. Kadang kejang.

e. Mual dan muntah.

f. Pingsan.

g. Dehidrasi.

h. Sering BAK.

5) Penanganan Keracunan Aspirin

a. Pengurasan lambung dengan 300-600 ml air (tiga atau

empat kali).

b. Jika anak dalam keadaan sadar, diberikan arang aktif

melalui mulut atau melalui selang yang dimasukkan ke

dalam lambung.
c. Untuk dehidrasi ringan dengan minum susu atau jus

buah.

d. Untuk dehidrasi berat diberikan cairan melalui infus.

e. Demam diatasi dengan kompres hangat.

f. Untuk mengatasi pendarahan bisa diberikan vitamin K1.

D. Cara kerja keracunan obat

Racun yang masuk ke dalam tubuh dapat dikelompokkan berdasarkan

mekanisme kerjanya dalam tubuh manusia:

Racun yang bekerja lokal atau setempat. Umumnya akan menimbulkan rasa

nyeri yang hebat dan dapat disertai dengan perforasi.

 zat-zat korosif, misalnya lisol, asam kuat, basa kuat

 bersifat iritan, misalnya arsen, HgCl2

 bersifat anastetik, misalnya kokain, asam karbol

Racun yang bekerja secara sistemik. Umumnya golongan ini memiliki

afinitas terhadap salah satu organ atau sistem.

 Susunan saraf pusat : narkotika, barbiturat, dan alkohol


 Jantung : digitalis dan asam oksalat

 Enzim pernafasan sel : karbon-monoksida dan sianida

 Hati : insektisida golongan ”chlorinated hydrocarbon” dan golongan

fosfor organik

 Medulla spinalis : strychnine

 Ginjal : cantharides dan HgCl2

Racun yang bekerja secara lokal dan sistemik. Pada golongan ini racun yang

pada awalnya bersifat lokal dapat masuk ke darah secara sistemik dan menekan

pusat pernafasan.

 Asam oksalat

 Asam karbol

 Arsen

E. Jenis Obat

1. Calcium Levolinat Ebewe

Nama Generik Asam folinat


Nama Dagang Ferron/Ebewe

Indikasi Antidotum untuk methotreksat.


Kompensansi terhadap aksi antagonis
asam folat pada obat sitostatik, untuk
terapi kombinasi dengan sitistatik
lain seperti 5-fluorourasil pada
tumor gigi,tumor kepala dan leher

Konraindikasi Anemia pemisiosa atau anemia lain


karena defisiensi vitamin B12

Bentuk Sedian Cairan injeksi dalam vial

Dosis Dengan cara injeksi Intra Vena/Infus


Intra Vena. Antidotum terhadap
metotreksat; dosis tergantung kondisi
individu.

Aturan Pakai Sesuai dengan anjuran dokter

Efek Samping Reaksi alergi jarang, remisi


hematalogi dengan progresi
gangguan neurologik

2. Champix

Nama Generik Vareniklin tartrat


Nama Dagang Champix

Indikasi Menghentikan kebiasaan merokok


pada orang dewasa

Kontraindikasi Anak atau remaja < 18 taun

Bentuk Sediaan Tablet

Dosis Sehari 2x1 mg, diikuti dengan


peningkatan secara bertahap selama
1 minggu pertama. Hari ke 1s/d
3:sehari 1x0,5 mg. Hari ke 4s/d
7:sebari 2x0,5 mg. Hari e 8s/d akhir
terapi: sehari 2x1 mg. Pemberian
dosis dimulai 1-2 minggu sebelum
tanggal yang ditentukan untuk
berhebti merokok. Lama terapi 12
minggu, Paien yang tidak toleransi
terhadap efek samping: segari 2x0,5
mg.

Aturan Pakai Sesuai dengan anjuran dokter

Efek Samping Mual,peningkatan nafsu


makan,insomnia,sakit kepala,
somnolen,pusinh,lelahrasa tidak
nyaman pada lambung
3. Desferal

Nama Generik Desferioksamin

Nama Dagang Desferal

Indikasi Talaesemia, diagnostik: test desferal untuk


diagnosa penimbuan besi yanh patalogis.

Kontraindikasi Hamil

Bentuk Sediaan Serbuk Injeksi

Dosis Dosis awal: sehari 0.5-1 g diberikan dalam


1-2 Intramuscular, atau bila diberikan
Intravena, hanya dengan cara infus drip
(lecepatan tidak lebih dari 15 mg/kg/jam,
dosis maksimal 24 jam 80 mg/kg)

Aturan Pakai Sesuai dengan anjuran dokter

Efek Samping Reaksi injeksi-situs, Ruam, Urtikaria,


Demam, Sakit Kepala, Mialgia, Mual,
Takikardia, Hipotensi

4. Ethyol

Nama Generik Amifostin

Nama Dagang Ethyol

Indikasi Mengurangi toksitas kumulatif ginjal karena


pemberian berlang sisplatin pada penderita
kanker ovarium stadium lanjut atau
karsinoma paru selain karsinoma sel kecil

Kontarindikasi Hipotensi,dehidrasi,kerusakan ginjal atau hati

Bentuk Sediaam Cairan Injeksi dalam Vial

Dosis Dewasa sehari 1x740-910 mg/m2 sebagai


infus Intravena selama 15 menit yang dimulai
30 menit sebelum kemoterapi secara infus
cepat

Aturan Pakai Sesuai dengan anjuran dokter

Efek Samping Hipotensi,mual,muntah,ruam,rasa hangat,


menggigil/rasa dingin, pusing, somnolen,
tersedak dan bersin, menurunnya kadar Ca
serum, reaksi alergi

5. Hidonac

Nama Generik Asetilsistein

Nama Dagang Hidonac

Indikasi Keracunan parasetomal yang


disengaja ataupun tidak

Kontraindikasi Jangan menggunakan obat ini untuk


pasien yang memiliki riwayat alergi /
hipersensitivitas.

Bentuk Sediaan Serbuk Injeksi dalam Vial

Dosis Larutan hidonac dalam larutan


glukosa 5% atau larutan fisiologis,
Dewasa dan anak awal 150 mg/kg
bolus dalam waktu 60 menit,larutan
hidonac yang sudah dilarutkan yaitu
50 ml (Untuk dewasa) dan 200ml
(untuk anak) Dosis berikutnya harus
diberikan melalui infus dengan
kecepatan infus tinggi

Aturan Pakai Sesuai dengan anjuran dokter

Efek Samping Urtikaria, angiodema, bronkospasme,


mual, muntah, hipertensi, takikardi,
pusing dan demam
Daftar Pustaka

Stringer, J. L. (2009). Konsep Dasar Farmakologi. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran EGC.

IAI.2012. Informasi Speseialite Obat Indonesia. Surabaya: PT Henson Farma

Widodo, H. (2013). Ilmu Meracik Obat Untuk Apoteker. Yogyakarta: D-

Medika.

A. Syamsuni. (2007). Ilmu Resep. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Anief, M. (2015). Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai