Anda di halaman 1dari 17

NAMA : ATIKA RAHMAH NASUTION

NIM : 5173151011
KELAS : PTIK-B

1. PENGERTIAN STRATEGI PEMBELAJARAN

Strategi berasal dari bahasa yunani yaitu strategos yang artinya suatu usaha untuk
mencapai suatu kemenangan dalam suatu peperangan awalnya digunakan dalam
lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang memiliki
esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaran yang dikenal
dalam istilah strategi pembelajaran.

Strategi pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem


pembelajaran yang berupa pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan
umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan falsafah atau teori belajar tertentu.

Adapun pengertian strategi pembelajaran menurut para ahli sebagai berikut :

1. Kemampuan menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan


pembelajaran yang harus dikerjakan gurudan peserta didik agar tujuan pembelajaran
dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2. Gulo menyatakan bahwa strategi pembelajaran merupakan rencana dan cara – cara
membawakan pengajaran dapat dicapai secara efektif.
3. Hamalik, strategi pembelajaran adalah keseluruhan metode dan prosedur yang menitik
beratkan pada kegiatan siswa dalam proses belajar – mengajar untuk mencapai tujuan
tertentu.
4. Makmum merumuskan strategi pembelajaran sebagai prosedur, metode, dan teknik
belajar – mengajar (teaching methods) yang sebagaimana yang dipandang paling
efektif dan efisien serta produktif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh para guru
dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya.
2. KOMPONEN STRATEGI PEMBELAJARAN

Dalam perencanaan pembelajaran sangat penting untuk memilih dan menentukan


strategi belajar mengajar atau pembelajaran yang tepat. Penentuan strategi pembelajaran
ini sangat menentukan bagaimana nantinya kegiatan pembelajaran dilakukan. Strategi
belajar mengajar yang dipilih juga akan menentukan kearah mana proses pembelajaran
akan bermuara. Di dalam strategi belajar mengajar memuat beberapa komponen vital yang
perlu ada dan diperhatikan mulai dari perencanaan, pemilihan, penentuan hingga
pelaksanaan strategi belajar mengajar. Komponen-komponen dalam strategi pembelajaran
inilah yang menyusun utuh bentuk dari strategi belajra mengajar tersebut.

2.1. Guru

Guru adalah pelaku pembelajaran, sehingga dalam hal ini guru merupakan faktor yang
terpenting. Di tangan gurulah sebenarnya letak keberhasilan pembelajaran. Komponen guru
tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa oleh komponen lain, dan sebaliknya guru mampu
memanipulasi atau merekayasa komponen lain menjadi bervariasi. Sedangkan komponen lain
tidak dapat mengubah guru menjadi bervariasi. Tujuan rekayasa pembelajaran oleh guru
adalah membentuk lingkungan peserta didik supaya sesuai dengan lingkungan yang
diharapkan dari proses belajar peserta didik, yang pada akhirnya peserta didik memperoleh
suatu hasil belajar sesuai dengan yang diharapkan. Untuk itu, dalam merekayasa pembelajaran,
guru harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.

2.2. Peserta didik

Peserta didik merupakan komponen yang melakukan kegiatan belajar untuk mengembangkan
potensi kemampuan menjadi nyata untuk mencapai tujuan belajar. Komponen peserta ini dapat
dimodifikasi oleh guru.

2.3.Tujuan

Tujuan merupakan dasar yang dijadikan landasan untuk menentukan strategi, materi, media dan
evaluasi pembelajaran. Untuk itu, dalam strategi pembelajaran, penentuan tujuan merupakan
komponen yang pertama kali harus dipilih oleh seorang guru, karena tujuan pembelajran
merupakan target yang ingin dicapai dalam kegiatan pembelajaran.
2.4.Bahan Pelajaran

Bahan pelajaran merupakan medium untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa materi
yang tersusun secara sistematis dan dinamis sesuai dengan arah tujuan dan perkembangan
kemajuan ilmu pengetahuan dan tuntutan masyarakat. Menurut Suharsimi (1990) bahan ajar
merupakan komponen inti yang terdapat dalam kegiatan pembelajaran.

2.5.Kegiatan pembelajaran

Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, maka dalam menentukan strategi
pembelajaran perlu dirumuskan komponen kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan standar
proses pembelajaran.

2.6.Metode

Metode adalah satu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Penentuan metode yang akan digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran akan
sangat menentukan berhasil atau tidaknya pembelajaran yang berlangsung.

2.7.Alat

Alat yang dipergunakan dalam pembelajran merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran alat memiliki fungsi
sebagai pelengkap untuk mencapai tujuan. Alat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu alat verbal dan
alat bantu nonverbal. Alat verbal dapat berupa suruhan, perintah, larangan dan lain-lain, sedangkan
yang nonverbal dapat berupa globe, peta, papan tulis slide dan lain-lain.

2.8.Sumber Pembelajaran

Sumber pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat atau rujukan
di mana bahan pembelajaran bisa diperoleh. Sehingga sumber belajar dapat berasal dari
masyarakat, lingkungan, dan kebudayaannya, misalnya, manusia, buku, media masa, lingkungan,
museum, dan lain-lain.

2.9.Evaluasi

Komponen evaluasi merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui apakah tujuan yang
telah ditetapkan telah tercapai atau belum, juga bisa berfungsi sebagai sebagai umpan balik untuk
perbaikan strategi yang telah ditetapkan. Kedua fungsi evaluasi tersebut merupakan evaluasi
sebagai fungsi sumatif dan formatif.

2.10. Situasi atau Lingkungan

Lingkungan sangat mempengaruhi guru dalam menentukan strategi pembelajaran. Lingkungan


yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, madrasah, letak madrasah, dan
lain sebagainya), dan hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta didik dengan
orang lain. Contoh keadaan ini misalnya menurut isi materinya seharusnya pembelajaran
menggunakan media masyarakat untuk pembelajaran, karena kondisi masyarakat sedang rawan,
maka diubah dengan menggunakan metode lain, misalnya membuat kliping.

2.11. Peserta Didik Sebagai Raw Input.

Strategi pembelajaran digunakan dalam rangka membelajarkan peserta didik. Untuk itu dalam
pembelajaran seorang guru harus memperhatikan siapa yang dihadapi. Perbedaan peserta didik
tersebut dari segi fisiologisnya adalah pendengaran, penglihatan, kondisi fisik, juga perbedaan dari
segi psikologisnya. Perbedaan segi psikologis tersebut antara lain adalah IQ, bakat, motivasi,
minat/perhatian, kematangan, kesiapan, dan masih banyak lagi. Kondisi-kondisi tersebut sangat
mempengaruhi peserta didik dalam belajar. Untuk itu, dalam menentukan strategi pembelajaran
harus diperhatikan hal-hal di atas.

Pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam menghadapi heterogenitas peserta dalam kelas yang
sama adalah seorang guru disarankan untuk menggunakan multimetode dan multimedia. Hal ini
disebabkan masing-masing metode dan media mempunyai kelebihan dan kekurangan, dan
dimungkinkan masing-masing peserta didik akan mempunyai kecenderungan tertarik pada metode
dan media tertentu.

2.12. Entering Behavior Peserta Didik

Entering bahavior akan dapat diidentifikasi dengan cara sebagai berikut:

 Secara tradisional, telah lazim para guru mulai dengan pertanyaan mengenai bahan yang
pernah diberikan sebelum menyajikan bahan baru.
 Secara inovatif, guru tertentu di berbagai lembaga pendidikan yang memiliki atau mampu
mengembangkan instrumen pengukuran prestasi belajar dengan memenuhi syarat,
mengadakan pretes sebelum mereka mulai mengikuti program belajar mengajar.

Seorang pendidik untuk dapat menentukan strategi pembelajaran yang sesuai terlebih dahulu
harus mengetahui perubahan perilaku, baik secara material-subtansial, struktural-fungsional,
maupun secara behavior peserta didik.

2.13. Pola-pola Belajar Peserta Didik

Mengetahui pola belajar peserta didik adalah modal bagai seorang guru untuk menentukan strategi
pembelajaran. Robert M. Gagne (1979) membedakan pola-pola belajar peserta didik ke dalam
delapan tipe, yang tiap tipe merupakan prasyarat bagi lainnya yang lebih tinggi hierarkinya.
Delapan tipe belajar dimaksud adalah: 1) signal , (belajar isyarat), 2) stimulus-response learning
(belajar stimupons), 3) chaining (rantai atau rangkaian), 4) verbal association,(asosiasi verbal), 5)
discrimination learning (belajar diskriminasi), 6) concept learning (belajar konsep), 7) rule
learning (belajar aturan), problem solving (memecahkan masalah).

Belajar Tipe 1: Signal Learning (Belajar Isyarat)

Belajar tipe ini merupakan tahap yang paling dasar. Jadi, tidak ada persyaratan, namun merupakan
hierarki yang harus dilalui untuk menuju jenjang belajar yang paling tinggi. Signal learning dapat
diartikan sebagai penguasaan pola-pola dasar perilaku bersifat involuntary ( tidak sengaja dan
tidak disadari tujuannya). Dalam tipe ini terlibat aspek reaksi emosional di dalamnya. Kondisi
yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah diberikannya stimulus (signal) secara
serempak dan perangsang-perangsang tertentu secara berulang kali.

Belajar Tipe 2: Stimulus-Respons Learning (Belajar Stimulus-respon)

Bila tipe di atas digolongkan dalam jenis classical condition, maka belajar 2 ini termasuk ke dalam
instrumental conditioning atau belajar dengan trial and error (mencoba-coba). Proses belajar
bahasa pada anak-anak merupakan proses yang serupa dengan ini. Kondisi yang diperlukan untuk
berlangsungnya tipe belajar ini adalah faktor inforcement. Waktu antara stimulus pertama dan
berikutnya amat penting.

Belajar Tipe 3: Chaining (Rantai atau Rangkaian)


Chaining adalah belajar menghubungkan satuan ikatan S-R (Stimulus-Respons) yang satu dengan
yang lain. Kondisi yang diperlukan bagi berlangsungnya tipe belajar ini antara lain, secara internal
anak didik sudah harus terkuasai sejumlah satuan pola S-R, baik psikomotorik maupun verbal.
Selain itu prinsip kesinambungan, pengulangan, dan reinforcement tetap penting bagi
berlangsungnya proses chaining.

Belajar Tipe 4. Verbal Association (Asosiasi Verbal)

Baik chaining maupun verbal association, yang kedua tipe belajar ini, menghubungkan satuan
ikatan S-R yang satu dengan lain. Bentuk verbal association yang paling sederhana adalah bila
diperlihatkan suatu bentuk geometris, dan si anak dapat mengatakan “bujur sangkar”, atau
mengatakan “itu bola saya”, bila melihat bolanya. Sebelumnya, ia harus dapat membedakan bentuk
geometris agar dapat mengenal `bujur sangkar’ sebagai salah satu bentuk geometris, atau mengenal
‘bola’, `saya’, dan ‘itu’. Hubungan itu terbentuk, bila unsurnya terdapat dalam urutan tertentu,
yang satu segera mengikuti satu lagi (conntiguity).

Belajar Tipe 5: Discrimination Learning (Belajar Diskriminasi)

Discrimination learning atau belajar membedakan. Tipe ini peserta didik mengadakan seleksi dan
pengujian di antara perangsang atau sejumlah stimulus yang diterimanya, kemudian memilih pola-
pola respons yang dianggap paling sesuai. Kondisi utama berlangsung proses belajar ini adalah
anak didik sudah mempunyai pola aturan melakukan chaining dan association serta pengalaman
(pola S-R)

Concept learning adalah belajar pengertian. Dengan berdasarkan kesamaan ciri-ciri dari
sekumpulan stimulus dan objek-objeknya, ia membentuk suatu pengertian atau konsep. Kondisi
utama yang diperlukan adalah menguasai kemahiran diskriminasi dan proses kognitif fundamental
sebelumnya.

Belajar konsep dapat dilakukan karena kesanggupan manusia untuk mengadakan representasi
internal tentang dunia sekitarnya dengan menggunakan bahasa. Manusia dapat melakukannya
tanpa batas berkat bahasa dan kemampuannya mengabstraksi. Dengan menguasai konsep, ia dapat
menggolongkan dunia sekitarnya menurut konsep itu, misalnya menurut warna, bentuk, besar,
jumlah, dan sebagainya. la dapat menggolongkan manusia menurut hubungan keluarga, seperti
bapak, ibu, paman, saudara, dan sebagainya; menurut bangsa, pekerjaan, dan sebagainya. Dalam
hal ini, kelakuan manusia tidak dikuasai oleh stimulus dalam bentuk fisik, melainkan dalam bentuk
yang abstrak

Belajar Tipe 7: Rule Learning (Belajar Aturan)

Rule learning belajar membuat generalisasi, hukum, dan kaidah. Pada tingkat ini peserta didik
belajar mengadakan kombinasi berbagai konsep dengan mengoperasikan kaidah-kaidah logika
formal (induktif, dedukatif, sintesis, asosiasi, diferensiasi, komparasi, dan kausalitas) sehingga
peserta didik dapat menemukan konklusi tertentu yang mungkin selanjutnya dipandang sebagai
“rule “: prinsip, daliI, aturan, hukum, kaidah, dan sebagainya.

Belajar Tipe 8: Problem Solving (Pemecahan Masalah)

Problem solving adalah belajar memecahkan masalah. Pada tingkat ini para peserta didik belajar
merumuskan memecahkan masalah, memberikan respons terhadap rangsangan yang
menggambarkan atau membangkitkan situasi problematik, yang mempergunakan berbagai kaidah
yang telah dikuasainya. Belajar memecahkan masalah itu berlangsung sebagai berikut: Individu
menyadari masalah bila ia dihadapkan kepada situasi keraguan dan kekaburan sehingga
merasakan adanya semacam kesulitan. Langkah-langkah yang memecahkan masalah, adalah
sebagai berikut:

 Merumuskan dan Menegaskan Masalah


 Mencari Fakta Pendukung dan Merumuskan Hipotesis
 Mengevaluasi Alternatif Pemecahan yang Dikembangkan
 Mengadakan Pengujian atau Verifikasi

2.14. Instrumental Input atau Sasaran

Instrumental input menunjukkan kualifikasi serta kelengkapan sarana dan prasarana yang
diperlukan untuk berlangsungnya proses pembelajaran. Yang termasuk dalam instrumental input
antara lain guru, kurikulum, bahan/sumber, metode, dan media.

Keberadaan instrumental input ini sangat mempengaruhi dalam menentukan strategi


pembelajaran.
2.15. Enviromental Input ( Lingkungan).

Lingkungan sangat mempengaruhi guru di dalam menentukan strategi belajar- mengajar.


Lingkungan yang dimaksud adalah situasi dan keadaan fisik (misalnya iklim, sekolah, letak
sekolah, dan lain sebagainya), dan hubungan antar insani, misalnya dengan teman, dan peserta
didik dengan orang lain.

Sehubungan dengan hal ini, job description guru dalam implementasi proses belajar- mengajar
sebagai berikut.

 · Perencanaan instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan


organisasi belajar.
 Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya
proses belajar mengajar. Menggerakkan anak didik yang merupakan usaha memancing,
membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar peserta didik.
 Supervisi dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang, manbantu, mengaskan,
dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan instruksional yang
telah didesain sebelumnya.
 Penelitian yang lebih bersifat penafsiran penilaian yang mendukung pengertian lebih luas
dibanding dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan.

3. MODEL STRATEGI PEMBELAJARAN


Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir
yang disajikan secara khas oleh guru di kelas. Dengan mengacu pada Departemen
Pendidikan Nasional,SMPK-4 BPK PENABUR telah mencoba beberapa model
Pembelajaran Yang Efektif antara lain :
1. Cooperatif Script (Dansere Cs..1985)
Metode belajar di mana siswa bekerja kelompok (4 orang) bergantian secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah :
a. Guru membagi siswa dalam kelompok
b. Guru memberikan wacana/ materi kepada siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
c. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pendengar.
d. Pembicara membacakan ringkasannya.
Sementara pendengar:
- menyimak/ mengoreksi/ menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap.
- membantu/ mengingat/ menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi
sebelumnya atau dengan materi lainnya.
e. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar, dan
sebaliknya,serta lakukan seperti di atas.
f. Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru.
g. Penutup

2. Student Teams - Achievment Divisions (STAD)


Tim siswa kelompok prestasi (Slavin 1995)
Langkah-langkah:
a. Membentuk kelompok yang anggotanya terdiri dari 4 orang secara heterogen
(campuran menurut prestasi, jenis kelamin)
b. Guru menyajikan pelajaran
c. Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota kelompok.
Anggotanya yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lainnya sampai semua
anggota dalam kelompok itu mengerti.
d. Guru memberikan kuis/ pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat menjawab tidak
boleh saling membantu
e. Memberi evaluasi
f. Kesimpulan
3. Numbereded Heads Together (Kepala bernomor) -Spencer Kagan,1992-
Langkah-langkah:
a. Siswa dibagi dalam kelompok,setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
b. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar,dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya/ mengetahui jawabannya.
d. Guru memanggil salah satu nomor siswa, dengan nomor yang dipanggil melaporkan
hasil kerja sama mereka.
e. Tanggapan dari teman yang lain kemudian guru menunjuk nomor yang lain
f. Kesimpulan
4. Problem Based introduction (Pembelajaran berdasarkan Masalah )
Langkah-langkah
a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat
pendukung yang dibutuhkan. Memotivasi siswa untuk terlibat aktivitas pemecahan
masalah yang dipilih.
b. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut..(menetapkan topik,tugas,jadwal)
c. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
d. Guru membantu siswadalam merencanakan menyiapkan karya yang sesuai seperti
laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
e. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen
mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
5. Demonstration
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b.Guru menyajikan gambaran sekilas materi yang akan disampaikan
c. Menyiapkan bahan atau alat yang diperlukan
d. Menunjuk salah seorang siswa untuk mendemonstrasikan sesuai skenario
yang telah disiapkan
e. Seluruh siswa memperhatikan demonstrasi dan menganalisanya
f. Tiap siswa mengemukakan hasil analisanya dan juga pengalaman siswa
didemonstrasikan.
g.Guru membuat kesimpulan
6. Word Square
Media: Soal dalam bentuk teka-teki
Langkah-langkah:
a. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai
b.Guru membagi lembaran kegiatan sesuai contoh
c. Siswa menjawab soal (mengisi kotak-kotak tersebut dengan huruf-huruf sesuai
pertanyaan )
d. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.
7. Explisit intruction
Pengajaran langsung
(Resenshina & Stevens,1986)
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola
selangkah demi selangkah
Langkah – langkah:
a. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
b. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
c. Membimbing pelatihan
d. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik
e. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
8. Complete Sentence
Media: Siapkan blanko isian berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
Langkah – langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b.Guru menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau
model dengan waktu secukupnya
c. Guru membentuk kelompok 2 atau 4 orang secara heterogen
d. Guru membagikan lembar kerja berupa pargraf yang kalimatnya belum
lengkap
e. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
f. Siswa berdiskusi secara kelompok
g.Setelah jawaban didiskusikan,jawaban yangsalah diperbaiki. Tiap peserta membaca
sampai mengerti
h.Kesimpulan
9. Artikulasi
Langkah – langkah
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikn materi sebagaimana biasa
c. Untuk mengetahui daya serap siswa,dibentuk kelompok berpasangan dua
d. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima
dari guru dan pasangannyamendengar sambil membuat catatan kecil kemudian berganti
peran. Begitu juga kelompok lainnya.
e. Menugaskan siswa secara bergiliran/ diacak menyampaikan hasil wawancara dengan
teman pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
f. Guru mengulang/ menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa
g. Kesimpulan/ penutup
10. Student Fasilitator and Explaining
Siswa mempersentasikan ide/ pendapat pada rekan peserta lainnya.
Langkah – langkah:
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru mendemonstrasikan/ menyajikan materi
c. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya. Misalnya
melalui bagan/ peta konsep.
d. Guru menyimpulan ide/ pendapat dan siswa
e. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
f. Penutup

4. METODE STRATEGI PEMBELAJARAN

Metode pembelajaran adalah prosedur, urutan, langkah-langkah, dan cara yang digunakan guru
dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Terdapat metode-metode pembelajaran dari metode yang
berpusat pada guru (ekspositori), seperti ceramah, tanya jawab, demonstrasi, sampai dengan
metode yang berpusat pada siswa (discovery/ inquiry), seperti eksperimen.
1. Metode ceramah merupakan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas.
2. Metode tanya jawab merupakan metode mengajar dimana guru menanyakan hal-hal yang sifatnya
faktual.
3. Metode diskusi, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya menggunakan
informasi yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu masalah.
4. Metode kerja kelompok, dengan metode ini siswa dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu
kelompok atau dibagi atas kelompok-kelompok kecil untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
5. Metode demonstrasi dan eksperimen, dengan demonstrasi guru atau narasumber atau siswa
mengadakan suatu percobaan.
6. Metode sosiodrama dan bermain peran merupakan metode mengajar dengan cara
mendramatisasikan masalah-masalah hubungan sosial. Merupakan suatu cara penguasaan bahan-
bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan
imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau
benda mati.
7. Metode pemberian tugas belajar dan resitasi, dengan metode ini guru memberikan tugas, siswa
mempelajari kemudian melaporkan hasilnya.
8. Metode karyawisata, merupakan suatu metode mengajar di mana guru mengajak siswa ke suatu
objek tertentu dalam kaitannya dengan mata pelajaran di sekolah.
9. Drill atau pemberian latihan merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan
terhadap apa yang dipelajari.
10. Metode debat, merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat penting untuk
meningkatkan kemampuan akademik siswa. Materi ajar dipilih dan disusun menjadi paket pro dan
kontra.
11. Metode Pemecahan Masalah (Problem Solving) adalah penggunaan metode dalam kegiatan
pembelajaran dengan jalan melatih siswa menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi
atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Memusatkan pada masalah kehidupannya yang bermakna bagi siswa, peran guru menyajikan
masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan dan dialog.
12. Cooperative Script, adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
13. Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/
diurutkan menjadi urutan logis.
14. Metode Jigsaw, dalam metode ini guru membagi satuan informasi yang besar menjadi komponen-
komponen lebih kecil. Selanjutnya guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar kooperatif
yang terdiri dari empat orang siswa sehingga setiap anggota bertanggungjawab terhadap
penguasaan setiap komponen/ subtopik yang ditugaskan guru dengan sebaik-baiknya.

Selain metode-metode di atas, dikemukakan juga metode pembelajaran bahasa yang lainnya,
yaitu:
1. Metode langsung
Metode pengajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa
tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat
dipelajari selangkah demi selangkah. Di dalam metode langsung terdapat 5 fase yaitu demonstrasi,
pembimbingan,pengecekan, dan pelatihan. Di dalam metode ini terdapat teknik dalam
pembelajaran menulis yaitu teknik gambar atau menulis langsung.
2. Metode Komunikatif
Desain yang bermuatan metode komunikatif harus mencakup semua keterampilan berbahasa.
Metode komunikatif dapat dilakukan dengan teknik menulis dialog. Siswa menulis dialog tentang
yang mereka lakukan dalam sebuah aktivitas. Kegiatan ini dapat dilaksanakan perseorangan
maupun kelompok
3. Metode Integratif
Integratif berarti menyatukan beberap aspek ke dalam satu proses. Integratif terbagi menjadi
interbidang studi dan antarbidang studi. Interbidang studi artinya beberapa aspek dalam satu
bidang studi diintegrasikan. Misalnya, menyimak diintegrasikan dengan berbicara dan menulis.
Metode inregratif dapat dilaksanakan dalam pembelajaran mambaca dengan memberi catatan
bacaan. Siswa dapat membuat catatan yang diangap penting atau kalimat kunci sebuah bacaan.
Dalam melakukan kegiatan membaca sekaligus siswa menulis.
4. Metode Tematik
Dalam metode tematik, semua komponen materi pembelajaran diintegrasikan ke dalam tema
yang sama dalam satu unit pertemuan. Yang perlu dipahami adalah tema bukanlah tujuan tetapi
alat yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Tema tersebut harus diolah dan
disajikan secara kontekstualitas, kontemporer, kongkret, dan konseptual. Tema yang telah
ditentukan harus diolah sesuai dengan perkembangan dan lingkungan siswa. Semua siswa dapat
mengikuti proses pembelajaran dengan logika yang dipunyainya. Siswa berangkat dari konsep ke
analisis atau dari analisis ke konsep kebahasaan, penggunaan, dan pemahaman.
5. Metode Konstruktivitas
Asumsi sentral metode konstruktivistik adalah belajar itu menemukan. Artinya, meskipun guru
menyampaikan sesuatu kepada siswa, mereka melakukan proses mental atau kerja otak atas
informasi itu agar informasi tersebut masuk ke dalam pemahaman mereka. Metode
konstruktivistik didasarkan pada teori belajar kognitif yang menekankan pada pembelajaran
kooperatif, pembelajaran generatif strategi bertanya, inkuiri, atau menemukan dan keterampilan
metakognitif lainnya (belajar bagaimana seharusnya belajar).
6. Metode Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah konsepsi pembelajaran yang membantu guru
menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan pembelajaran yang memotivasi
siswa agar menghubungkan pengetahuan dan terapannya dengan kehidupan sehari-hari. Adapun
metode ini dapat diterapkan dalam salah satu pembelajaran menulis deskripsi. Siswa dapat belajar
dalam situasi dunia nyata.

5. TEKNIK STRATEGI PEMBELAJARAN

Teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang dipakai saat proses pembelajaran berlangsung.
1. Teknik Umum
Teknik umum adalah cara-cara yang dapat digunakan untuk semua bidang studi. Contohnya
antara lain:
a. teknik ceramah, merupakan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas.
b. teknik tanya jawab, merupakan metode mengajar dimana guru menanyakan hal-hal yang sifatnya
faktual
c. teknik diskusi, guru memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya menggunakan
informasi yang telah dipelajari untuk memecahkan suatu masalah
d. teknik ramu pendapat
e. teknik pemberian tugas, dengan metode ini guru memberikan tugas, siswa mempelajari
kemudian melaporkan hasilnya
f. teknik latihan, merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang
dipelajari.
g. teknik inquiri, siswa diberi kesempatan untuk meneliti suatu masalah sehingga dapat menemukan
cara pemecahannya.
h. teknik demonstrasi
i. teknik simulasi
2. Teknik Khusus
Teknik khusus adalah cara mengajarkan (menyajikan atau memantapkan) bahan-bahan
pelajaran bidang studi tertentu. Berikut ini beberapa teknik pembelajaran menulis:
a. teknik mengarang gambar
b. teknik meringkas
c. teknik menyadur
d. teknik melanjutkan karangan
e. teknik mendeskripsikan objek

KESIMPULAN

Dari pengertian beberapa ahli dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah
pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa pedoman umum dan
kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran, yang dijabarkan dari pandangan
falsafah atau teori belajar tertentu.

Rowntree (1974) membagi strategi pembelajaran dalam beberapa kelompok, yaitu, Strategi
pembelajaran penyampaian (exposition), Strategi pembelajaran penemuan (discovery), 3. Strategi
pembelajaran Individual (individual), dan Strategi pembelajaran kelompok (groups). Dari cara
penyajian dan pengolahannya, strategi pembelajaran juga dapat dibedakan menjadi dua yaitu,
Strategi Pembelajaran Deduktif dan Strategi Pembelajaran Induktif.
Dalam pemilihan strategi pembelajaran, guru harus mengacu pada kriteria sebagai berikut:
Kesesuaian antara strategi pembelajaran dengan tujuan atau kompetensi, Kesesuaian strategi
pembelajaran dengan jenis pengetahuan yang akan disampaikan, Kesesuaian strategi pembelajaran
dengan sasaran (kemampuan awal, karakteristik yang berhubungan dengan latar belakang dan
status sosial, karakteristik yang berkaitan dengan perbedaan-perbedaan
kepribadian), Kemampuan strategi pembelajaran (kelompok atau individu), Karakteristik strategi
pembelajaran (kelemahan maupun kelebihannya) , Biaya, dan Waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Rahim, Farida. 2007. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Sapani, Suardi, dkk. 1997. Teori Pembelajaran Bahasa. Jakarta: Depdikbud.
http://yusrikeren85.blogspot.com/2011/11/makalah-pengertian-strategi.html

http://nofifitriasari.blogspot.com/2015/11/makalah-strategi-pembelajaran-dan-macam.html

https://ilmu-pendidikan.net/pembelajaran/strategi-pembelajaran/komponen-strategi-belajar-
mengajar

http://jhinjy-explorer.blogspot.com/2011/04/komponen-komponen-strategi-pembelajaran.html

http://biesantos.blogspot.com/2011/08/komponen-strategi-pembelajaran.html

https://aguswuryanto.wordpress.com/2010/12/22/model-dan-strategi-pembelajaran/

https://agendajaya.blogspot.com/2015/09/macam-macam-strategi-pembelajaran.html\

http://media-grafika.com/model-model-pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai