Anda di halaman 1dari 4

TERLAMBAT

Kuminum secangkir kopi hangat yang berada di atas meja dengan cepat. Ku lihat
jam tanganku yang menunjukkan pukul delapan pagi.

“Ya, aku harus bisa memenangkan tender ini”, gumamku.

Dengan tergesa-gesa aku langsung menginjak gas mobilku dengan sigap. Hari ini
adalah hari terpenting dalam hidupku. Aku harus sampai di MG Managemen tepat
waktu. MG Managemen adalah perusahaan desain bangunan terkenal di
Indonesia. Arsitek-arsitek ternama ada didalamnya.

Ketika aku masuk ruangan kulihat tepat didepan mataku ada seseorang yang
sangat aku benci. Dia adalah seseorang yang sudah merusak sekaligus merubah
hidupku. Aku harus memenangkan tender ini bagaimanapun caranya. Apalagi jika
aku mengingat saat dimana dia menusukku dari belakang. Saat dia merebut
tunanganku. Dulu dia memang seorang teman yang sangat dekat denganku.
Bukan hanya itu dia adalah sahabat terbaikku saat kami kuliah dulu. Tapi itu dulu.
Sampai sekarangpun aku tidak pernah mau untuk mendengarkan penjelasannya.

Hari ini aku ingin membuktikan kepadanya sekaligus mantan tunanganku kalau
aku jauh lebih hebat dari Nando. Selain itu, aku juga harus menyelamatkan
perusahaanku yang sedang krisis.

Presentasipun dimulai, Nino giliran pertama untuk mempresentasikan hasil desain


gedung kepada para juri. Aku mengakui bahwa cara dia mempresentasikan dan
hasil desainnya cukup bagus. Tetapi jelas lebih bagus hasil desainku. Setelah dia
selesai mempresentasikan desainnya, sekarang giliranku untuk mempresentasikan
hasil desainku.

Setelah 2 jam menunggu, akhirnya pemenang tender diumumkan. Aku tidak


percaya ini bisa terjadi. Nama Nino diumumkan menjadi pemenang. Sungguh
tidak masuk akal. Sudah jelas hasil karyaku jauh lebih bagus daripada dia. Dengan
sangat emosi, akupun langsung tancap gas menuju perusahaanku. Entah harus
berbuat apa setelah ini, tidak hanya malu karena kalah melawan dia tetapi juga
bingung bagaimana nasib perusahaanku setelah ini.

Tiba-tiba handphoneku bordering menandakan adanya telepon. Tidak kusangka


Nino menelponku. Hatiku semakin gondok melihatnya. Aku tahu dia ingin
menertawakanku karena aku kalah darinya. Pikiranku pun kosong aku sangat
bingung harus berbuat apa. Tanpa aku sadari mobilku berjalan melawan arus.

“Brakkkkkkkkk”.

Mengapa ruangan ini begitu gelap. Aku tidak bisa melihat apapun diruangan ini.
Mungkin karena lampunya dimatikan. Akupun tidak mampu untuk berdiri karena
tubuhku sangat lemas dan kepalaku sangat pusing.

“Pasti ini karena kecelakaan tadi malam”, ucapku dalam hati.

“Yang diluar tolong nyalakan lampunya”, teriakku.

“Lampunya sudah menyala pak. Tapi mata bapak yang tidak dapat keindahan
dunia lagi pak.”

Aku tidak menyangka bahwa kecelakaan tadi malam membawa dampak yang
sangat buruk dalam hidupku. Sepatah katapun tidak dapat terucap dalam
hidupku. Aku merasa bahwa hidupku sudah tidak berarti lagi. Bukan hanya
hidupku yang tidak berarti tetapi juga perusahaanku yang bangkrut sekaligus
tunanganku yang direbut mantan sahabatku. Entah apalagi yang harus aku
perbuat setelah ini. Hidup ini seakan tak adil untukku.

Hari demi hari kujalani dengan dunia yang penuh kegelapan ini. Hinaan dan
cacianpun tak kunjung lepas dariku. Pada suatu hari, dokter menelponku dan
mengatakan bahwa ada yang ingin mendonorkan matanya untukku. Akhirnya hari
yang kutunggu-tunggu datang juga. Hari dimana aku bisa melihat dunia lagi.

“Sudah siap pak?semoga berhasil. Kami akan melakukan semampu kami” Tanya
dokter.

Operasipun berlangsung selama 5 jam dan berjalan dengan lancar. Setelah 3 hari,
perbanpun dibuka.
“1…..2……3 buka matanya ya pak”, sorak dokter.

Perlahan aku membuka mataku. Akhirnya indahnya dunia dapat kulihat kembali.
Aku sangat berterima kasih kepada dokter. Terutama kepada seseorang yang telah
mendonorkan matanya untukku. Akupun tidak tahu siapa yang mendonorkan
matanya untukku. Dokter tidak mau menyebarkan identitas orang itu kepadaku.
Tetapi yasudahlah aku sudah bersyukur sudah bisa melihat lagi.

Akupun memulai semuanya dari awal lagi. Dengan kemampuanku mendesain


suatu bangunan dan mahasiswa lulusan arsitektur disalah satu universitas
ternama di Indonesia membuatku bangkit untuk memulai semuanya. Dengan
membuat replika rumah dari kayu, sedikit demi sedikit aku membuat desain
bangunan kecil, lalu aku menjualnya untuk pajangan rumah. Tidak kusangka hasil
usahaku ini menuai hasil yang cukup memuaskan. Sedikit demi sedikit orderanpun
datang menghampiriku.

Dengan modal yang terbilang cukup dari hasil usahaku membuat replika
bangunan kecil akhirnya aku memutuskan untuk membangun perusahaanku
kembali. Dan alhasil usahakupun berjalan dengan baik.

Pada suatu hari MG Managemen membuka penyaringan pembuatan perumahan


kembali. Dengan ambisiku ini, akupun langsung segera bergegas mendaftarkan
perusahaanku ini. Sekaligus aku ingin membalas dendamku dengan kejadian masa
laluku. Saat dimana aku dipermalukan karena kalah dari mantan sahabatku itu.

Dan akhirnya saat ini tiba, aku diumumkan menjadi pemenang dalam tender ini.
Tetapi ada yang janggal, aku sama sekali tidak melihat mantan sahabatku. Dengan
rasa penasaranpun aku menanyakan ke ruang administrasi. Jawabannya pun
membuatku kaget setengah mati. Aku sungguh tidak percaya.

Lalu aku segera bergegas kerumah sakit untuk memastikan jawaban dari staf
administrasi tersebut. Dokterpun memberikanku sebuah surat berwarna putih
yang diisi didalam amplop berwarna merah yang bertuliskan.

“Akhirnya hari ini tiba, dimana kamu tahu kebenarannya. Cuma ini yang aku bisa
kasih ke kamu. Maaf kalo dulu kamu pernah menyangka kalau aku menusuk kamu
dari belakang. Bukan itu yang sebenarnya terjadi. Saat itu aku sedang dalam
keadaan yang sangat tertekan. Entah apa yang harus aku perbuat. Lalu tunangan
kamu memberikan aku obat pecandu. Aku tidak tahu bahwa dia adalah pengedar
narkoba. Aku juga sering melihat dia jalan bersama lelaki lain. Aku hanya tidak
ingin kamu terluka. Akhirnya aku memutuskan untuk menjalin kasih dengan dia
agar kamu mau memutuskan dia. Lalu setelah itu baru aku putuskan dia. Tapi aku
tidak tahu kalau kamu akan sesakit itu. Maaf kalau aku baru bisa bilang sekarang.
Akibat obat-obatan itu, penyakitku ini sudah tidak dapat tertolong lagi. Virus
sudah menyebar didalam tubuhku. Setelah dokter bilang jika umurku tidak dapat
tertolong lagi, aku langsung menulis surat ini. Tolong jaga mataku. Aku ingin
kamu bisa melihat indahnya dunia lagi. Aku harap kamu bisa jadi arsitek yang
ternama nantinya. Tetaplah jadi sahabat terbaikku. – Salam Nino”

Tubuhku pun tak dapat kugerakkan. Air matapun tak dapatku hentikan. Aku benar-
benar menyesal. Hatikupun tak dapat memungkiri kalau aku memang bersalah.
Aku terlalu merasa paling benar. Aku sangat menyesal tidak mau mendengarkan
penjelasanmu. Aku janji kalau aku akan banggain kamu. Aku akan menjadi
seseorang yang kamu harapkan. Selamat tinggal sahabat.

Anda mungkin juga menyukai