Anda di halaman 1dari 5

C.

The Measurement Approach to Decision Usefulness


Akuntansi bertanggung jawab untuk menyertakan nilai kini (current values) dalam
pelaporan keuangan. Penyertaan tersebut harus dapat diandalkan (reliable) sehingga kegunaan
laporan keuangan dapat meningkat. Hal ini dimaksudkan agar investor dapat memprediksi
kinerja masa depan perusahaan. Tujuan dari pendekatan pengukuran ini adalah untuk
meningkatkan kegunaan keputusan.

Pendekatan pengukuran untuk pengambilan keputusan memberikan implikasi yang lebih


besar terhadap informasi nilai wajar yang disajikan dalam laporan keuangan. Hal ini dikarenakan
Akuntan mengambil sebuah tanggungjawab untuk memadukan segenap nilai wajar ke dalam
suatu laporan keuangan yang terbatas didasari estimasi dengan logika reliabilitas serta adanya
kewajiban dalam membantu investor untuk memprediksi nilai dan performa perusahaan.
Pendekatan ini akan berguna apabila dalam penerapannya tidak mengorbankan / mengurangi
nilai substansi informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun Sudut pandang ini tidak
mungkin menggantikan akuntansi berbasis historical cost, adanya tuntutan suatu keseimbangan
informasi yang berbasis historis dan berbasis nilai wajar ternyata lebih mengarah kepada nilai
wajar. Alasannya, terkait masalah yang melibatkan suatu efisinsi pasar sekuritas. Pasar
sekuritas tidak sepenuhnya efisien, ketergantungan pada pasar yang efisien untuk membenarkan
berbasis biaya historis laporan keuangan dilengkapi dengan banyak pengungkapan tambahan,
yang mendasari pendekatan perspektif informasi untuk kegunaan keputusan, terancam. Misalnya,
jika investor secara kolektif yang tidak mahir mengolah informasi sebagai teori efisiensi
mengasumsikan, mungkin kegunaan akan ditingkatkan dengan penggunaan lebih besar dari nilai
wajar dalam laporan keuangan yang tepat.

Prospect Theory
Teori ini dimunculkan oleh Kahneman dan Tversky (1979), yang dimaksud oleh Teori
Prospek adalah memberikan alternatif berbasis keperilakuan untuk teori keputusan sesuai dengan
keputusan rasionalisme. Implikasi adanya Teori Prospek ini adalah investor yang
mempertimbangkan investasi beresiko “prospek” akan melakukan evaluasian yang terpisah
antara prospek untung dan rugi. Teori ini berbeda dengan teori-teori Keputusan lainnya karena
investor mengevaluasi keputusan dilihat dari sisi efeknya pada kemakmuran total. Kebencian
pada rugi atau selisih minus dari kemakmuran prospek yang akan diperoleh ini menunjukan ada
nya konsep prilaku individu yang tidak suka walau terjadi kerugian sedikitpun. Adanya Efek
disposisi yaitu investor menunjukkan perilaku pengambil risiko dengan respek pada rugi,
investor menahan saham pada perusahaan yang mengalami rugi (loser) dan menjual saham
perusahaan yang mengalami laba (winner). Asumsi yang digunakan dalam teori ini yaitu Loss
Aversion dan Individu “memberi bobot” probabilitas nilai harapan suatu prospek.

Beta
Beta adalah pengukur volatilitas return suatu sekuritas terhadap return pasar. Beta
menggambarkan besarnya perubahan harga suatu saham tertentu dibandingkan dengan
perubahan harga pasar. Beta pasar diestimasi dengan menggunakan return historis sekuritas dan
pasar, misalnya 200 hari untuk return harian. Beta pasar dapat diestimasi dengan CAPM.Beta
merupakan konsep yang penting dalam akuntansi keuangan karena beta merupakan pengukur
risiko sistematis suatu sekuritas terhadap risiko pasar. Capital Asset Pricing Model (CAPM)
pertama kali diperkenalkan oleh Treynor (1961), Sharpe (1964), dan Lintner (1965). Sharpe et.,
al. (2005:405) mengungkapkan bahwa Capital Asset Pricing Model (CAPM) merupakan model
penetapan harga aktiva equilibrium yang menyatakan bahwa ekspektasi return atas sekuritas
tertentu adalah fungsi linear positif dari sensitivitas sekuritas terhadap
perubahan return portofolio pasarnya. Beta merupakan konsep yang penting dalam akuntansi
keuangan karena beta merupakan pengukur risiko sistematis suatu sekuritas terhadap risiko
pasar.

Risiko sistematis adalah risiko yang tidak dapat didiversifikasi melalui portofolio. Risiko
ini menggambarkan faktor ekonomi secara keseluruhan yang mempengaruhi semua sekuritas
yang ada. Apabila fluktuasi return suatu sekuritas mengikuti fluktuasi return pasar, maka beta
sekuritas tersebut bernilai 1. Beta bernilai 1 berarti bahwa risiko sistematis suatu saham sama
dengan risiko pasar.

Beta pasar modal berkembang perlu disesuaikan karena adanya perdagangan tidak
sinkron. Perdagangan tidak sinkron terjadi karena transaksi di pasar jarang terjadi. Beberapa
sekuritas tidak mengalami perdagangan beberapa lama.Jika beta tidak bias, maka beta pasar (atau
rata-rata tertimbang semua beta) adalah 1. Apabila rata-rata tertimbang beta tidak 1, maka
selisihnya menggambarkan bias dalam beta. Koreksi terhadap beta yang bias dapat dilakukan
dengan tidak metode, yaitu metode yang diajukan oleh Scholes dan Williams (1977), Dimson
(1979), dan Fowler dan Rorke (1983).

Efficient Securities Market Anomalies


Terdapat bukti yang menguatkan bahwa Investor yang Rasional yang membentuk Pasar
Efisien. Alasannya, pasar tidak bisa merespon pada informasi secara pasti, seperti prediksi teori
efisiensi. Harga butuh waktu lama untuk bereaksi atas informasi Laporan Keuangan. Kemudian
adanya return abnormal mengikut rilis informasi. Sehingga Istilah Anomali Pasar Sekuritas
Efisien muncul karena pengaruh mengambang pasca pengumuman dan adanya Respon Pasar
pada Akrual. Berbagai anomali pasar modal efisien:

1. Post-Announcement Drift

Jika laba perusahaan diketahui, kandungan informasi tersebut seharusnya digunakan oleh
investor sesuai dengan teori efisiensi pasar modal. Namun, telah diketahui lama bahwa hal ini
tidak terjadi seperti itu. Bagi perusahaan yang melaporkan berita baik pada laporan kuartalan,
keuntungan abnormalnya cenderung tertunda (drift) hingga pada sekitar 60 hari setelah
pengumuman. Begitu juga bagi perusahaan dengan pengumuman berita buruk, keuntungan
abnormalnya cenderung juga tertunda sekitar 60 hari kemudian. Fenomena ini merupakan suatu
anomali pasar modal efisien yang disebut dengan istilah post-announcement drift. Fenomena
merupakan tantangan serius dan penting dalam pasar modal efisien.

2. Rasio Keuangan

Berdasarkan teori pasar modal efisien, strategi investasi seharusnya didasarkan pada
informasi yang tersedia bagi investor, yaitu informasi tentang rasio keuangan. Rasio keuangan
seharusnya terkait dengan harga sekuritas. Karena itu, harga sekuritas sudah merefleksikan
informasi rasio keuangan. Namun demikian, Ou dan Penman (1989) menemukan bukti bahwa
rasio keuangan tidak segera digunakan oleh investor dan tidak segera terrefleksi dalam harga
sekuritas. Hal ini merupakan suatu anomali pasar modal efisien.

3. Accrual

Teori pasar modal efisien menyatakan bahwa seharusnya pasar bereaksi lebih kuat
terhadap berita baik tentang arus kas aktivitas operasi daripada berita baik tentang accrual. Hal
ini diyakini karena arus kas dari aktivitas operasi lebih mungkin terulang kembali periode yang
akan datang dibandingkan dengan accrual. Akan tetapi, Sloan (1996) menemukan bukti bahwa
pasar bereaksi lebih kuat terhadap accrual daripada terhadap arus kas dari aktivitas operasi.
Temuan ini menambah panjang adanya anomali pasar modal efisien.

Implications of Securities Market Inefficiency for Financial Reporting


Ukuran bahwa pasar tidak secara penuh efisien terlihat dari apakah ada kegunaan yang
ditingkatkan dengan pentingnya pelaporan keuangan. Perdagangan Noise, dimana harga bisa
dibiaskan keatas atau kebawah relatif pada nilai fundamentalnya, akibatnya investor rasional
termasuk analisnya akan menemukan penilaian salah ini dan mengambil manfaatnya. Inefisiensi
Pasar mendukung perspektif pengukuran.

Alasan Kemanfaatan keputusan Pelaporan Keuangan


Kemanfaatan keputusan Pelaporan Keuangan bisa ditingkatkan dengan perhatian yang
ditingkatkan pada pengukuran Pasar tidak seefisien yang diyakini dan Laba menjelaskan hanya
sedikit perubahan harga di sekitar tanggal pengumuman laba, porsi ini semakin menurun atau
semakin meningkatkan harga saham. Teori surplus bersih (CST) menyatakan bahwa nilai pasar
perusahaan dapat dinyatakan dari sisi variabel laba rugi dan neraca. CST juga menerapkan
beberapa basis akuntansi, tetapi menunjukkan bahwa nilai bersih tergantung pada variabel
akuntansi fundamental, konsisten dengan Perspektif Pengukuran. Perhatian yg meningkat pada
aspek pengukuran didukung oleh lebih banyak pertimbangan praktis.

Relevansi Nilai pada Informasi Laporan Keuangan


Dalam hal ini kita melihat dalam riset-riset akuntansi yang banyak menemukan bahwa
harga saham merespon kandungan informasi laba/rugi dan Riset ERC menunjukan bahwa pasar
yang canggih mampu memiliki kemampuan mengekstrak implikasi nilai dari Laporan Keuangan
atas dasar Historical Cost. Relevanti Nilai yaitu ukuran seberapa besar informasi laporan
keuangan memiliki efek material pada return dan harga saham. Lev (1989) mengungkapkan
pasar memiliki respon kecil, terdapat perbedaan signifikansi statistik dan praktisi. Menurut
Statistik mengukur relevansi nilai seperti Relevansi Nilai dan ERC secara signifikan berbeda
dengan nol walaupun sangat kecil. Relevansi nilai rendah atas laba menyarankan bahwa ada
ruang bagi akuntan untuk meningkatkan kemanfaatan Laporan Keuangan.

Ohlson’s Clean Surplus Theory

Teori Ohlson menjelaskan nilai perusahaan dalam kaitannya dengan variabel akuntansi.
Nilai perusahaan diperoleh dari net assets ditambah/dikurangi dengan nilai sekarang dari
pendapatan abnormal di masa depan (goodwill). Teori Ohlson dibentuk dengan asumsi bahwa
tidak ada arbitrase, dividen tidak relevan, dan semua gain dan loses diperoleh dari net income.
Teori Surplus Ohlson—CST dikemukakan oleh (Feltham & Ohlson (1995) intinya

a. Memberikan kerangka kerja yg konsisten dengan Perspektif Pengukuran


b. Menunjukkan bagaimana nilai pasar perusahaan dapat dinyatakan dr sisi komponen
neraca dan laba rugi
c. Berasumsi bahwa ada kondisi ideal dalam pasar, termasuk irelevansi dividen
d. Sukses dalam menjelaskan dan memprediksi nilai perusahaan secara actual
e. Menyatakan bahwa determinan fundamental nilai perusahaan adalah arus dividen.
Dari pernyataan diatas teori ini mendukung Perspektif Pengukuran.

Auditor’s Legal Liablity


Akuntan menghadapi risiko tuntutan hukum yang lebih besar apabila aktiva tetap
dinyatakan terlalu tinggi dibandingkan apabila aktiva tetap dinyatakan terlalu rendah. Hal ini
sesuai dengan prinsip konservatisme. Pengungkapan terhadap risiko (value at risk) juga
berorientasi pada measurement perspective. Dalam hal ini, perusahaan (bukan investor)
menyiapkan penilaian tentang risiko karena perusahaan lebih mengerti risiko yang mereka
hadapi daripada investor. Pengungkapan risiko ini memiliki potensi yang besar dalam decision
usefulness. Akuntan dapat memproteksi diri dengan penggunaan measurement perspective
dengan mengadopsi fair value seperti mark-to-market. Akuntan dapat secara eksplisit menjawab
tuntutan hukum masyarakat dengan mengatakan bahwa laporan keuangan telah mengantisipasi
perubahan nilai instrumen keuangan apakah akan mengarah ke kelangsungan hidup atau ke
kebangkrutan. Dalam hal ini estimasi dan pertimbangan banyak digunakan. Karena itu, akuntan
dapat mengadopsi fair value hanya apabila dengan pengukuran tersebut reliabilitas informasi
keuangan tidak berkurang.
Conclutions on The Measurement Approach to Decisions Usefulness
Perspektif informasi tentang pelaporan keuangan adalah konten untuk menerima biaya
perolehan, dan mengandalkan pengungkapan penuh untuk meningkatkan kegunaan kepada
investor. Bentuk pengungkapan tidak masalah, karena diasumsikan bahwa ada cukup rasional,
informasi investor dengan cepat dan benar menggabungkan bentuk yang wajar dalam harga pasar
yang efisien. Penelitian empiris yang menunjukkan bahwa pasar menemukan informasi laba
bersih setidaknya untuk menjadi berguna. Akibatnya, penelitian empiris dalam perspektif
informasi cenderung menerima harga pasar yang efisien dan untuk mengevaluasi manfaat
informasi akuntansi dalam hal hubungannya dengan harga pasar ini.

Namun, ada sejumlah pertanyaan tentang perspektif informasi. Pertama, pasar surat
berharga mungkin tidak sepenuhnya efisien seperti sebelumnya telah percaya, menunjukkan
bahwa investor mungkin perlu bantuan dalam mencari tahu penuh implikasi dari informasi
akuntansi untuk pengembalian masa depan. Kedua, “pangsa pasar”dari 2 sampai 5% untuk laba
bersih tampaknya rendah dan, meskipun dukungan teoritis telah sulit untuk menemukan banyak
reaksi pasar langsung sama sekali untuk akuntansi-laba noninformasi. Selain itu, tanggung jawab
hukum dapat memaksa akuntan untuk meningkatkan penggunaan nilai wajar dalam laporan
keuangan. Tentu saja, karena alasan kehandalan, perspektif pengukuran akan meluas ke satu set
lengkap laporan keuangan secara nilai wajar. Sebagai contoh, Historis Biaya tidak mungkin
dipindahkan sebagai dasar akuntansi utama untuk aset modal.

Anda mungkin juga menyukai