Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sosiologi terutama menelaah gejala-gejala yang wajar dalam
masyarakat seperti norma-norma, kelompok sosial, lapisan masyarakat,
lembaga-lembaga kemasyrakatan, proses sosial, perubahan sosial dan
kebudayaan, serta perwujudannya. Tidak semua gejala tersebut berlangsung
secara norml sebagaiman dikehendaki masyarakat bersangkutan. Gejala-gejala
yang tidak dikehendaki merupakan gejala abnormal atau gejala-gejala
patologis. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur masyarakat tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya sehingga menyebabkan kekecewaan-
kekecewaan dan penderitaan. Gejala-gejala abnormal tersebut dinamkan
maslah-masalah sosial.
Masalah-masalah sosial tersebut berbeda dengan problema-problema
lainya di dalam masyarakat karena masalah-masalah sosial tersebut
berhubungan erat dengan nilai-nilai sosial dan lembaga-lembaga
kemasyarakatan. Masalah tersebut bersifat sosial karena bersangkut paut
dengan hubungan antarmanusia dan di dalam kerangka bagian-bagian
kebudayaan yang normatif. Hal ini dinamakan masalah karena bersnagkut-paut
dengan gejala-gejala yang mengganggu kelanggengan dalam masyarakat.
Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kehidupan kelompok
sosial. Atau, menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok warga
kelompok sosial tersebut sehingga menyebabkan kepincangan ikatan sosial.
Dalam keadaan normal terdapat integrasi serta keadaan yang sesuai pada
hubungan-hubungan antar unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat. Apabila
antar unsur-unsur tersebut terjadi bentrokan, maka hubungan-hubungan sosial
akan terganggu sehingga mungkin terjadi kegoyahan dalam kehidupan
kelompok.

1
Dewasa ini berbagai macam bentuk penyimpangan sosial semakin
meningkat dan marak terjadi di masyarakat. Seiring dengan berkembangnya
zaman yang semakin canggih, justru berbagai macam bentuk penyimpanagan
sosial semakin bermunculan dan terjadi. Mulai dari berbagai penyimpangan
kecil seperti tato ataupun tindik, sampai tindakan penyimpangan besar bahkan
bersifat kriminal seperti pembunuhan dan pemerkosaan, seamakin meningkat
akhir-akhir ini. Bukan tidak mungkin globalisasi jaman sekarang ini menjadi
salah satu faktor cukup dominan dalam peningkatan penyimpangan sosial di
masyarakat. Karena pada dasarnya globalisasi itu sendiri identik dengan pasar
bebasa dan kapitalis, dimana batas antar negara /warga negara seakan semu
sehingga berbagi macam bentuk hal apapun dapat dengan mudah dan cepat
tersebar bahkan tersosialisasi, serta bisa dilakukan oleh siapapun, dimanapun,
dan kapanpun itu. Termasuk dalam hal perkembangan penyimpangan sosial.
Salah satu bentuk penyimpangan sosial yang cukup meresahkan dan
mengawatirkan perkembangannya, yakni penyimpangan sosial berupa
kenakalan remaja yang akhir-akhir ini semakin marak terjadi.
Tentunya seiring berkembangnya waktu, bentuk dan jenis kenakalan
remaja semakin beragam dan bervariasi, serta semakin meningkat
implementasinya di masyarakat. Para remaja zaman sekarang semakin berani
untuk bertindak, dan semakin bebas untuk berekspresi, termasuk dalam hal
penyimpangan sosial. Sudah banyak bukti akan perkembangan berbagai
macam bentuk penyimpangan sosial berupa kenakalan remaja ini, mulai dari
pornografi, merokok, pemerkosaan bahkan sampai tindak anarkis premanisme
dan narkoba banyak dilakukan oleh para remaja masa kini. Selain faktor
kurangnya kontrrol sekolah dan keluarga, tak bisa dipungkiri faktor globalisasi
juga berpengaruh dalam perkembangan kenakalan remaja masa kini. Karena
secara langsung maupun tidak langsung globalisasi sudah meliputi proses
kehidupan sosial di masyarakat yang pasti sangat mudah berdampak dan
berpengaruh pada kehidupan sosial remaja itu sendiri. Kenakalan remaja
merupakan salah satu bentuk dinamika sosial, karena biar bagaimanapun hal

2
tersebut akan selalu tetap ada dan terjadi, semua tergantung pada solusi kita
untuk penanganannya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan masalah sosial ?
2. Apa pengertian dari kenakalan remaja ?
3. Apa saja faktor yang mendasari serta mendukung terjadinya kenakalan
remaja ?
4. Bagaimana solusi yang tepat untuk menanggulangi perkembangan
kenakalan remaja ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor apa sajakah yang mendasari serta mendukung terjadinya
kenakalan remaja terkait dengan perkembangan era globalisasi sekarang ini.
Selain itu untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kenakalan remaja di
era globalisasi sekarang ini, juga untuk mengetahui macam-macam dan jenis-
jenis perilaku yang tergolong kenakalan remaja maasa kini. Serta yang terakhir
dan terpenting yakni untuk mengetahui dan mencari solusi penanggulangan
ataupun pencegahan yang tepat untuk menanggulangi perkembangan
kenakalan remaja sekarang ini.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Masalah Sosial


Istilah masalah sosial mengandung dua kata, yakni masalah dan sosial.
Kata “sosial” membedakan masalah ini dengan masalah ekonomi, politik,
fisika, kimia, dan masalah lainnya. Meskipun bidang-bidang ini masih terkait
dengan masalah sosial. Kata “sosial” antara lain mengacu pada masyarakat,
hubungan sosial, struktur sosial, dan organisasi sosial. Sementara itu kata
“masalah” mengacu pada kondisi, situasi, perilaku yang tidak diinginkan,
bertentangan, aneh, tidak benar, dan sulit.
Ada 2 elemen penting terkait dengan definisi masalah sosial. Elemen
yang pertama adalah elemen objektif. Elemen objektif menyangkut keberadaan
suatu kondisi sosial. Kondisi sosial disadari melalui pengalaman hidup kita,
media dan pendidikan, kita bertemu dengan peminta-peminta yang terkadang
datang dari rumah ke rumah. Kita menonton berita tentang peperangan,
kemiskinan, dan human trafficking atau perdagangan manusia. Kita membaca
diberbagai media, surat kabar, bagaimana orang kehilangan pekerjaannya.
Sementara itu elemen subjektif adalah masalah sosial menyangkut pada
keyakinan bahwa kondisi sosial tentu berbahaya bagi masyarakat dan harus
diatasi. Kondisi sosial seperti itu antara lain adalah kejahatan, penyalahgunaan
obat, dan polusi. Dan kondisi ini tidak dianggap oleh masyarakat tentu sebagai
masalah sosial tetapi bagi masyarakat yang lain, kondisi itu dianggap sebagai
kondisi yang mengurangi kualitas hidup manusia.

2.2 Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja merupakan tingkah laku yang yang melampaui
batas toleransi orang lain atau lingkungan sekitar serta suatu tindakan yang
dapat melanggar norma-norma dan hukum. Secara sosial kenakalan remaja
ini dapat disebabkan oleh suatu bentuk pengabaian sosial sehingga remaja
ini dapat mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang.

4
Sumiati (2009), mendefinisikan kenakalan remaja adalah suatu
perilaku yang dilakukan oleh remaja dengan mengabaikan nilai-nilai sosial
yang berlaku di dalam masyarakat. Kenakalan remaja meliputi semua
perilaku yang menyimpang dari norma-norma dan hukum yang dilakukan
oleh remaja. Perilaku ini dapat merugikan dirinya sendiri dan orang-orang
sekitarnya.
Hurlock (1999), menyatakan kenakalan remaja adalah tindakan
pelanggaran hukum yang dilakukan oleh remaja, dimana tindakan tersebut
dapat membuat seseorang atau remaja yang melakukannya masuk kedalam
penjara.
Gunarsa (2004), mendefinisikan kenakalan remaja itu terjadi pada
remaja yang mempunyai konsep diri lebih negatif dibandingkan dengan
remaja yang tidak bermasalah. Remaja yang dibesarkan dalam keluarga
kurang harmonis dan memiliki kecenderungan yang lebih besar menjadi
remaja yang nakal dibandingkan remaja yang dibesarkan dalam keluarga
harmonis dan memiliki konsep diri yang positif.

2.3 Faktor Terjadinya Kenakalan Remaja


 Faktor Internal
Perilaku delinkuen pada dasarnya merupakan kegagalan sistem
pengontrol diri anak terhadap dorongan-dorongan instingtifnya, mereka
tidak mampu mengendalikan dorongan-dorongan instingtifnya dan
menyalurkan kedalam perbuatan yang tidak bermanfaat.

1) Segi Psikologis
Pandangan psikoanalisa menyatakan bahwa sumber semua
gangguan psikiatris, termasuk gangguan pada perkembangan anak
menuju dewasa serta proses adaptasinya terhadap tuntutan lingkungan
sekitar ada pada individu itu sendiri.

5
2) Segi Kepribadian
Faktor Pribadi yang kotor yang mengacu kepada orang yang
akhlaknya atau sifat-sifatnya keji (mazmumah) seperti pemarah, tamak,
dengki, pendendam, panas baran, sombong, tidak amanah dan lainnya.
Keadaan ini terjadi kerana individu itu telah dikuasai oleh naluri agresif
dan tidak rasional yang mewakili nafsu kehaiwanan, yang merupakan
hasil daripada pengalaman buruk yang mendendam yang pernah
diterimanya sejak kecil. Pribadi yang kotor mungkin telah bermula sejak
kecil dan kemudian semakin menguat seiring anak itu beranjak remaja
dan menjadi pemicu kenakalan remaja terjadi. Dengan kata lain
kepribadian fitrah (baik) anak telah tertimpa oleh kepribadian kotor
yang semakin menguat.

Contohnya: Kegiatan di masa remaja sering hanya berkisar pada


kegiatan sekolah dan seputar usaha menyelesaikan urusan di rumah,
selain itu mereka bebas, tidak ada kegiatan. Apabila waktu luang tanpa
kegiatan ini terlalu banyak, pada si remaja akan timbul gagasan untuk
mengisi waktu luangnya dengan berbagai bentuk kegiatan. Apabila si
remaja melakukan kegiatan yang positif, hal ini tidak akan
menimbulkan masalah. Namun, jika ia melakukan kegiatan yang negatif
maka lingkungan dapat terganggu. Seringkali perbuatan negatif ini
hanya terdorong rasa iseng saja. Tindakan iseng ini selain untuk mengisi
waktu juga tidak jarang dipergunakan para remaja untuk menarik
perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapkan dapat berasal dari
orangtuanya maupun kawan sepermainannya.

 Faktor Eksternal
Disamping faktor-faktor internal, perilaku delinkuen juga dapat
diakibatkan oleh faktor-faktor yang berada diluar diri remaja, dan justru
faktor-faktor eksternal ini memiliki akibat dan pengaruh yang lebih
berbahaya bagi para remaja dalam hal kenakalan remaja, seperti:

6
1) Faktor Keluarga
Keluarga merupakan wadah pembentukan peribadi anggota
keluarga terutama bagi remaja yang sedang dalam masa peralihan, akan
tetapi apabila pendidikan dalam keluarga itu gagal akan terbentuk
seorang anak yang cenderung berperilaku delinkuen, semisal kondisi
disharmoni keluarga (broken home), overproteksi dari orang tua,
rejected child, dll.

a) Broken Home dan Quasi Broken Home


Keadaan rumah tangga yang berantakan dapat membawa
pengaruh psikologis buruk bagi perkembangan mental dan
pendidikan anak. Karena dasar pribadi anak terutama dibentuk
dalam lingkungan keluarga. Jika kehilangan salah satu dari kedua
orang tua atau kehilangan keduannya karena meninggal maupun
bercerai dan lain-lainnya, menyebabkan anak kehilangan contoh
model orang dewasa. Kehilangan kasih sayang, kehilangan pendidik
atau pemimbing yang sangat ia butuhkan.

b) Over proteksi dan perhatian orang tua


Memanjakan anak secara berlebihan dimana anak selalu
mendapatkan segala sesuatu dari orang tuanya walaupun hal itu
tidak sesuai dengan norma pendidikan. Tidak sedikitpun anak
merasa kesulitan dalam hidupnya. Sikap perhatian orang tua yang
berlebihan ini dapat menumbuhkan sifat malas, apatis kepada anak
dalam menghadapi problema hidup yang sebenarnya sangat penting
dan membantu bagi perkembangan dan kematangan anak itu sendiri.
Sehingga anak tidak percaya akan dirinya, merasa dirinya berpribadi
kecil. Akhirnya anak lebih cenderung kearah kenakalan (juvenile
delinquency).

c) Rejected Childs

7
Rejected Childs merupakan sebutan bagi anak-anak yang
ditolak oleh orang tua mereka dan terbuang keberadaannya dari
keluarga asalnya. Baik itu terbuang sewaktu masih kecil, maupun
saat sudah beranjak remaja. Kebanyakan anak-anak terbuang ini,
bermotif sama, yakni tidak dinginkan keberadaannya oleh keluarga
asalnya, sehingga mereka dibuang dan ditolak dari sebuah sistem
sosial bernama keluarga. Bagi rejected childs, keluarga adalah suatu
ironi, dan kemunafikan, tapi juga keinginan dan harapan yang
terdalam. Mereka terlepas dari sistem keluarga dan bertahan untuk
hidup sendiri.

d) Pengaruh buruk dari orang tua


Banyak orang tua yang tidak dapat berperan sebagai orang
tua yang seharusnya. Mereka hanya menyediakan materi dan sarana
serta fasilitas bagi si anak tanpa memikirkan kebutuhan batinnya.
Orang tua juga sering menuntut banyak hal tetapi lupa untuk
memberikan contoh yang baik bagi si anak. Sebenarnya kita
melupakan sesuatu ketika berbicara masalah kenakalan remaja,
yaitu hukum kausalitas. Sebab, dari kenakalan seorang remaja selalu
dikristalkan menuju faktor eksternal lingkungan yang jarang
memerhatikan faktor terdekat dari lingkungan remaja tersebut dalam
hal ini orangtua.

Kenakalan orang tua di keluarga

Contohnya seperti :

Suka berkata-kata kasar, suka menghujat atau memaki, mengajari


anak untuk melakukan perlawanan ketika anak diganggu orang lain,
suka menyakiti anak secara fisik dan psikis, merokok seenaknya di
depan anak-anak, dl (masalah akhlak), mengabaikan pelaksanaan
syariat, sholat, melalaikan sholat, bahkan tidak pernah sholat,
membiarkan anak-anak gadisnya tidak menutup aurat, membiarkan

8
anak-anaknya bergaul bebas (pacaran), membiarkan anak-anaknya
minum-minuman keras, dll.

Kenakalan orang tua di masyarakat

Contohnya seperti :

Berjudi, mabuk-mabukan, berzina, berghibah atau memfitnah,


menghambur-hamburkan uang dengan gaya hidup yang konsumtif,
bergaya hidup mewah, menyediakan sarana kemaksiatan, ini
misalnya, jadi bandar narkoba, jadi bandar judi, menyediakan
tempat hiburan (diskotik), dll.

Kenakalan orangtua di pemerintahan

Contohnya seperti :

Suka korupsi, kolusi, nepotisme, mengeluarkan kebijakan yang


bertentangan dengan hajat hidup orang banyak, suka melakukan
pungli atau suap menyuap, suka melanggengkan kemaksiatan,
memberi izin untuk usaha prostitusi/lokalisasi, perjudian, tempat
diskotik, pabrik minuman keras, dengan dalih besar pemasukannya,
menutup mata terhadap problem yang diakibatkan usaha prostitusi,
perjudian, narkoba, peredaran minuman keras, diskotik, dll.
Menerapkan aturan kehidupan yang tidak benar dan tidak baik,
yakni Kapitalisme-Sekularisme (termasuk juga Sosialisme-
Komunisme).

2) Faktor Lingkungan Sekolah


Sekolah sebagai tempat pendidikan anak-anak dapat menjadi
sumber terjadinya konflik-konflik psikologis yang pada prinsipnya
memudahkan anak menjadi delinkuen.. Pengaruh negatif yang
menangani langsung proses pendidikan antara lain kesulitan ekonomi
yang dialami pendidik dapat mengurangi perhatiannya terhadap anak
didik. Pendidik / guru sering tidak masuk, akibatnya anak-anak didik

9
terlantar, bahkan sering terjadi guru marah kepada muridnya. Biasanya
guru marah apabila terjadi sesuatu yang menghalangi keinfinannya
tertentu. Dia akan marah, apabila kehormatan direndahkan, baik secara
langsung maupun tisak langsung, atau sumber rejekinya dan
sebangsanya dalam keadaan bahaya, sebagian atau seluruhnya atau lain
dari itu. Selain itu lingkungan sekolah yang tidak menguntungkan,
semisal: kurikulum yang tidak jelas, guru yang kurang memahami
kejiwaan remaja, guru yang bersikap reject (menolak), sekolah atau guru
yang mendisiplinkan anak didik dengan cara yang kaku dan tanpa
menghiraukan perasaan anak dan sarana sekolah yang kurang memadai
serta suasana sekolahan buruk, juga bisa menjadi pengaruh negatif
perkembangan kenakalan remaja.

Walaupun demikian faktor yang berpengaruh di sekolah bukan


hanya guru dan sarana serta perasarana pendidikan saja. Lingkungan
pergaulan antar teman pun besar pengaruhnya. Pergaulan dengan
teman-teman lainnya di sekolah juga menjadi faktor yang justru lebih
kuat dari faktor internal sekolah itu sendiri. Seperti kita ketahui, seiring
dengan perkembanagn teknologi dan zaman sekatang ini, remaja-remaja
semakin berani membebaskan dirinya dari sistem nilai yang ada, dan
menimbulkan perilaku-perilaku menyimpang seperti kenakalan remaja.

3) Faktor Lingkungan Masyarakat


Lingkungan merupakan faktor eksternal yang paling dominan dalam
perkembangan kenakalan remaja masa kini. lingkungan pun memiliki
pengaruh vital dalam pembentukan karakter remaja yang selanjutnya
akan diperankan dalam proses sosialisasinya sebagai makhluk sosial,
termasuk perannya untuk berbuat kenakalan atau tidak. Seseorang dapat
menjadi buruk atau jelek karena hidup dalam lingkungan yang buruk
(Eitzen, 1986:10). Lebih jauh dikritisi, kondisi semacam itu
memungkinkan seseorang (baca: remaja) melakukan penyimpangan
karena lingkungan telah mengalami disorganisasi sosial, sehingga nilai-

10
nilai dan norma yang berlaku telah lapuk atau seakan tinggal nama/
sebagai simbol. Dengan kata lain, sanksi yang ada seolah sudah ‘tidak’
berlaku lagi.

4) Faktor Sosial Budaya


Faktor budaya adalah bagian dari faktor sosial sehingga sering
disebut faktor sosial budaya. Di Indonesia kenakalan remaja umumnya
terdapat di kota – kota teristimewa di kota yang besar seperti Jakarta,
jarang terjadi di desa – desa walaupun akhir – akhir ini kenakalan remaja
telah merambat ke daerah pedesaan juga. Penduduk di desa umumnya
berstatus petani, budaya masyarakat desa umumnya monokultural (satu
macam budaya) yang cukup kokoh dan diturunkan melalui transmisi
nenek moyang. Anak – anak secara dini membiasakan diri dengan
berbagai kepercayaan budaya seperti pemujaan nenek moyang,
pemujaan roh – roh dan benda – benda.

Berbeda dengan di daerah perkotaan, dengan cepatnya usaha


pembangunan yang menggunakan teknologi modern, usaha
industrialisasi yang pesat, mobilitas yang tinggi dan urbanisasi yang
tidak terbendung sering menyebabkan kegoncangan – kegoncangan
sosial disertai dengan frustasi dari anggota – anggota masyarakatnya.
Penduduk perkotaan umumnya terdiri dari berbagai ragam budaya
(multikultral) serta status sosial ekonomi yang berbeda - beda, sehingga
menyulitkan di dalam melakukan kontrol sosial.

Faktor – faktor sosial budaya yang dapat menimbulkan konflik pada


remaja:

a) Timbul perbedaan besar antara budaya keluarga dan pertukaran


budaya dalam sikap dan nilai.
b) Transmisi budaya keluarga sangat minimal (komunikasi terhambat)
orangtua acuh tak acuh terhadap tingkah anaknya (kurang korektif)

11
c) Trasmisi budaya keluarga kadang – kadang mengalami kesulitan
karena kedua orangtua mempunyai kebudayaan yang berlainan
(orangtua berasal dari suku yang berbeda)
5) Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi, juga menjadi salah satu faktor eksternal yang
dominan dan tidak kalah penting dalam terciptanya kepribadian anak
yang delinquent. Faktor ekonomi yang lemah dan sangat kurang, sangat
berpotensi menimbulkan kenakalan dalam psikologis para remaja.
Mereka para remaja yang berasal dari orang tua yang berekonomi
lemah, kebanyakan terbawa pengaruh teman maupun trend
perkembangan zaman yang semakin beragam.

6) Faktor Media Elektronik


Dilihat dari Tv, video, film dan sebagainya nampaknya ikut berperan
merusak mental remaja, padahal mayoritas ibu-ibu yang sibuk
menyuruh anaknya menonton tv sebagai upaya menghindari tuntutan
anak yang tak ada habisnya. Sebuah penelitian lapangan yang pernah
dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa film-film yang
memamerkan tindak kekerasan sangat berdampak buruk pada tingkah
laku remaja. Anak yang sering menonton film-film keras lebih terlibat
dalam tindak kekerasan ketika remaja dibandingkan dengan teman-
temannya yang jarang menonton film sejenis.

2.4 Solusi Menanggulangi Kenakalan Remaja


Kenakalan remaja merupakan suatu problematika sosial yang
membutuhkan penanngulangan berkalan dan kontinu, tak cukup hanya sekali
untuk mengatasinya. Ini bagaikan suatu efek samping yang pasti ada dari
kehidupan manusia di dunia. Sehingga lebih tepat penanggulangan yang ada
berikut ini hanya sebatas langkah preventif dan minimalisir dari kenakalan
remaja yang ada. Karena sebagai suatu resiko dan efek samping dari

12
kehidupan, keberadaan kenakalan remaja akan selalu ada kapanpun,
dimanapaun, oleh siapapun di kehidupan sosial manusia di dunia ini.

A. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang primer dan bersifat
fundamental. Disitulah remaja dibesarkan, memperoleh penemuan-penemuan,
belajar dan berkembang. Bermodalkan pengalaman-pengalaman yang
diperolehnya dalam keluarga inilah bergantung kelangsungan hidupnya. Tidak
hanya remaja yang belajar menghadapi kehidupannya yang “baru” tetapi orang
tua juga perlu banyak belajar menghadapi perubahan-perubahan dan
menemukan cara terbaik untuk menghadapinya.

Orang tua sebaiknya mempersiapkan diri untuk mengenal lebih jauh dalam
membimbing anaknya saat masa remaja :

a) Kenali mereka lebih dekat yaitu informasi mengenai remaja dan perubahan-
perubahan yang terjadi di dalam dirinya.
b) Kenali perubahan fisik pada remaja dan dampaknya terhadap diri anak.
c) Kenali perubahan emosi remaja dan caranya mencari perhatian orang tua
serta reaksi emosinya dalam menghadapi masalah.
d) Menciptakan hubungan komunikasi yang harmonis, nyaman dan penuh
kasih sayang bagi remaja, membentuk kebiasaan-kebiasaan yang positif,
memberlakukan aturan dalam keluarga, menyikapi “kesalahan” anak,
“mengambil hati” anak dan “mencuri perhatian” anak.
e) Adanya motivasi dari keluarga untuk mendapatkan sebanyak mungkin figur
orang-orang dewasa yang telah melampaui masa remajanya dengan baik
juga mereka yang berhasil memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada
tahap mencapai identitas peran dan lemahnya kontrol diri
B. Lingkungan Sekolah
a) Sekolah sebagai pusat pendidikan bagi siswa dalam rangka menimba
pengetahuan, keterampilan seni budaya, olahraga serta meningkatkan budi
pekerti yang luhur, untuk ini diperlukan sarana dan prasarana yang

13
memadai serta perlu diciptakan lingkungan yang bersih, sehat, tertib serta
aman agar dapat menunjang keberhasilan PBM karena itu guru perlu dapat
menciptakannya.
b) Sekolah juga wajib memberikan pendidikan agama lanjutan setelah
keluarga, sebagai indikator pengimplementasian nilai-nilai moral dan
agama pada siswa (anak remaja), karena sekolah merupakan tempat kedua
remaja sering dan mudah berinteraksi dengan berbagai hal termasuk yang
buruk.
c) Lingkungan sekolah yang sehat dan dinamis. Guru adalah orangtua siswa
di sekolah karena itu perlu adanya sikap berdialog guru dengan siswa
tentang berbagai hal khusus tentang masalah belajar sehingga keberhasilan
dalam belajar dapat tercapai.
d) Perhatian guru terhadap siswanya diupayakan agar dapat mengetahui
kelemahan siswa dalam banyak aspek terutama dalam proses belajar dan
pergaulan yang sehat sehingga guru menadapat cara yang paling baik
untuk menolong dan mengatasi kesulitan lainnya siswanya.
e) Motivasi belajar siswa timbul dari dirinya sendiri sehingga siswa dapat
belajar dengan tertib, patuh pada peraturan yang ada di sekolah dan tidak
terpengaruh oleh hal – hal yang negative
f) Program sekolah yang terpadu. Diberikan kegiatan intrakurikuler dan
ekstrakurikuler secara terpadu. Melalui kegiatan pramuka, olahraga,
kesenian, karya wisata, pencinta alam dan sebagainya, dapat memberikan
aktivitas yang sehat dan dinamis serta bekal untuk masa depannya.
C. Lingkungan Masyarakat
a) Pengadaan karang taruna, remaja masjid, KNPI atau organisasi pemuda
lainnya oleh masyarakat sebagai wadah aktifitas yang bermanfaat bagi
para remaja, serta dalam organisasi remaja diharapkan remaja dapat
berkomunikasi dengan teman – temannya, membicarakan masalah –
masalah atau kesulitan yang dialaminya dengan dibimbing oleh konsultan
yang ada di dalam organisasi tersebut.

14
b) Bersama remaja warga masyarakat juga aktif dalam melaksanakan bakti
sosial sehingga diperoleh pengalaman praktis yang positif dari kehidupan
bermasyarakat. Hal ini untuk melatih fisik, mental, aktivitas dan
kreativitas remaja sehingga terbentuk pribadi yang militant dan dinamis
sebagai generasi penerus.
c) Masyarakat hendaknya menjadi kontrol sosial terbesar perkembangan para
remaja, dengan mengarahkan remaja kea rah yang baik
D. Pemerintah
a) Dalam hal pendidikan dan ilmu pengetahuan, pemerintah harus turut
serta memberikan penanaman tata nilai dan norma yang baik dan seuai
dengan kehidupan sosial dan beragama Indonesia melalui, pemberian
bidang studi seperti Pendidikan Agama, Pendidikan Kewarganegaraan,
Ilmu Budaya Dasar, Pendidikan Pancasila, dll.
b) Dalam hal kehidupan sosial, pemerintah wajib menjadi kontrol sosial
bagi pertumbuhan dan perkembangan generasi muda negaranya, dengan
memberi fasilitas-fasilitas sosial baik berupa, bacaan, tayangan maupun
teknologi yang mendidik dan membentuk pribadi remaja yang baik.
c) Pemerintah perlu mengadakan berbagai penyuluhan kepada para remaja
mengenai hal-hal negative yang dapat merusak masa depan para remaja.
Salah satunya kenakalan remaja.

15
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kenakalan Remaja merupakan suatu bentuk problematika sosial yang
telah ada dan akan selalu ada dalam kehidupan sosial. Tak hanya sekadar
penyimpangan bahkan kenakalan remaja bisa berupa tindak kriminal bila itu
sudah merugikan bahkan membahayakan nyawa orang lain. Dalam kaitannya
dengan era globalisasi sekarang ini, kenakalan remaja telah menjadi efek
langsung yang semakin berkembang implikasinya dalam masyarakat. Pola
hidup budaya barat sebagai salah satu aspek bawaan globalisasi, banyak
memberi implikasi buruk bagi kehidupan para remaja di Indonesia. Berbagai
bentuk kenakalan remaja baru yang belum pernah ada sebelumnya, kini kian
merebak dan menyebar dalam diri remaja. Berbagai paket negatif globalisasi
membawa banyak dampak perubahan bagi perkembangan psikologis dan fisik
remaja di Indonesia.
Kian hari remaja Indonesia semakin tak terkendali mengekspresikan diri
mereka, berbagai hal menyimpang dan kriminil tak segan di lakukan mereka.
Mulai dari narkoba, seks bebas, miras, vandalisme, violenisme, sampai tato dan
tindik kini telah berkembang sebagai bentuk kenakalan remaja dan
problematika sosial baru di masyarakat. Efek negatif globalisasi terhadap
kenakalan remaja yang semakin mengkhawatirkan tersebut, tentunya
membutuhkan solusi berkala untuk meminimalisir bahkan mencegah, dari kita
semua, tak terkecuali remaja itu sendiri sebagai sumber daya manusia negeri
ini dan generasi penerus bangsa ini. Karena kenakalan remaja merupakan suatu
problema sosial yang selauada dan menjadi resiko kehidupan manusia di dunia
ini, kapanpun, dimanapun, dan oleh siapapun

3.2 Saran
Semua pihak yang terkait, khususnya keluarga dan sekolah sebagai dua
lingkungan terdominan remaja, wajib memberi pendidikan dan pengetahuan

16
yang baik berdasar tata nilai, norma, agama, serta hokum yang berlaku di
negarai ini, serta menjadi pembentuk, pembimbing sekaligus pengawas
kepribadian dan pertumbuhan remaja ke arah yang positif terhindar dari efek-
efek negatif, termasuk salah satunya ke dalam kenakalan remaja.
Perkembangan Iptek di era globalisasi sekarang harusnya bisa
dimanfaatkan dengan baik sebagai pembentuk kepribadian generasi cerdas bagi
para remaja sekarang ini. Serta bisa disikapi dengan baik dan bijaka akan
berbagaid dampak negatif dari perkembangan teknologi ini. Sehingga tidak
terlahir kenakalan remaja berupa atau akibat disfungsional teknologi

17

Anda mungkin juga menyukai