PENDAHULUAN
dibuktikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat yang dahulu berbelanja
di pasar tradisonal, namun saat ini masyarakat lebih suka berbelanja di pasar modern
seperti swalayan dan department store. Perilaku konsumen tersebut merupakan salah
satu faktor pemicu berkembangnya bisnis ritel. Sopiah dan Syihabuddin (2008:121)
meningkatnya permintaan barang dan jasa ritel, hal ini membuat perkembangan
perusahaan ritel nasional semakin meningkat. Berkembangnya perusahaan ritel saat ini
kompetitif.
Banyak usaha di Bali khususnya kota Denpasar telah berkembang, hal ini
atas barang dan jasa. Kondisi seperti ini menjadi pendorong untuk tumbuhnya bisnis
dagang. Ritel merupakan suatu upaya yang dilakukan perusahaan manufaktur dalam
1
konsumen dalam memenuhi kebutuhannya (Utami, 2010:5). Carefour, Robinson,
Matahari, Ramayana, Tiara, Hardy’s adalah beberapa bisnis ritel di Kota Denpasar.
Salah satu ritel lokal yang mampu mempertahankan eksistensinya dalam persaingan
bisnis ritel di kota Denpasar adalah Tiara Dewata. Perusahaan ritel pada umumnya
dalam perusahan ritel tersebut, sedangkan pembelian tak terencana adalah perilaku
fresh, mengatur produk yang dijual sejajar dengan mata dan diurutkan secara vertikal
dari barang yang jarang di beli oleh konsumen sampai barang yang sering dibeli.
Tabel 1.1 Hasil Pra Survei Pembelian Impulsif di Tiara Dewata Denpasar
2
No Pernyataan Ya Tidak
1 Saya membeli dengan spontan di Tiara Dewata 9 11
2 Saya membeli dengan terburu-buru di Tiara Dewata 15 5
3 Saya membeli dengan dipengaruhi keadaan suasana hati 7 13
di Tiara Dewata
4 Tiara Dewata menggunakan tata cahaya lampu yang 11 9
terang
5 Pengelompokan produk di dalam Tiara Dewata rapi 16 4
6 Saya merasakan kenikmatan saat berbelanja di Tiara 13 7
Dewata
7 Saya merasakan kesenangan saat berbelanja di Tiara 17 3
Dewata
Jumlah (%) 62,85 37,14
terjadi akibat adanya nilai hedonik konsumen serta baiknya atmosfir gerai dari Tiara
Dewata tersebut.
sengaja dimana keputusan pembelian dibuat secara cepat dan tanpa berpikir secara
bijak atas pertimbangan yang ada. Harmancioglu et al. (2009) menyatakan, pembelian
tidak terencana merupakan seluruh pembelian yang dibuat tanpa recana terlebih
kegiatan belanja awalnya konsumen dipengaruhi oleh motif yang bersifat rasional,
yakni berkaitan dengan manfaat yang diberikan oleh produk tersebut. Nilai lain yang
mempengaruhi kegiatan belanja yang dilakukan oleh konsumen adalah nilai yang
bersifat emosional atau yang di kenal dengan nilai hedonik. Konsumen juga
3
diperolehnya selain manfaat produk yang akan dinikmatinya dalam kegiatan belanja
kesenangan yang di dorong oleh pencapaian tujuan yang bersifat hedonik. Jadi apabila
pelanggan merasa senang dan nyaman saat berbelanja disuatu gerai maka akan
Sebagian besar keputusan konsumen dibuat saat berada di dalam gerai (Fam et
al., 2011). Keinginan konsumen untuk berbelanja dapat diwujudkan melalui atmosfer
gerai yang disajikan oleh toko tersebut. Salah satu cara untuk menarik minat
mempengaruhi keputusan pembelian konsumen seperti cahaya, musik, warna dan bau.
Utami (2010) menyatakan terdapat dua macam motivasi berbelanja yang menjadi
perhatian peritel dalam menyediakan atmosfer dalam gerai yang sesuai. Pertama
adalah kelompok yang berorientasi pada motif utilitarian yang lebih me mentingkan
faktor penentu keputusan konsumen. Perencanaan atmosfer gerai yang baik dapat
konsumen saat berbelanja. Zhang et al. (2011) menyebutkan bahwa konsumen yang
4
Nilai hedonik memberikan perasaan senang dan puas kepada konsumen saat
mengulangi kegiatan tersebut, karena konsumen merasa nilai hedonik ini dapat
lebih berorientasi pada motif hedonik menganggap bahwa gerai tidak hanya
dipandang sebagai tempat untuk berbelanja tetapi juga tempat untuk rekreasi dan
hiburan (Zhang et al., 2011), oleh karena itu, konsumen tersebut akan mencari
ini adalah:
5
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam
1) Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya bukti empiris dalam bidang
2) Manfaat praktis
6
fokus terhadap perilaku konsumen sehingga dapat menarik konsumen
BAB I Pendahuluan
penulisan.
Pada bab ini dipaparkan konsep atau teori yang relevan mengenai
7
BAB IV Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bab ini diuraikan gambaran umum perusahaan, deskripsi data hasil
Pada bab ini diuraikan kesimpulan dari hasil analisis data dan saran
8
BAB II
HIPOTESIS PENELITIAN
dan mengkonsumsi produk, jasa atau ide yang diharapkan dapat memuaskan kebutuhan
berbagai proses yang terlibat ketika individu atau kelompok memilih, membeli,
menggunakan, atau membuang produk, jasa, gagasan atau pengalaman yang memenuhi
artinya bahwa pola perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor di dalam diri konsumen
seperti persepsi, pembelajaran, kepribadian, sikap, dan sebagainya serta faktor di luar
diri konsumen seperti faktor situasi, kelompok referensi, keluarga dan lingkungan
pembelian.
9
Gillani (2012) menyatakan aspek yang terpenting dari perilaku konsumen
adalah niat pembelian mereka yang merupakan situasi dimana pelanggan bersedia
untuk melakukan trasaksi dengan penjual. Pemasar yang mengerti perilaku konsumen
keputusan konsumen salah satunya adalah perspektif pengaruh perilaku. Perspektif ini
Atmosfer toko atau store atmosphere menjadi salah satu cara pemasar untuk
menarik para konsumen untuk datang dan melakukan pembelian di dalam toko.
pembelian konusmen. Pemilihan desain toko yang baik akan menarik konsumen untuk
datang ke toko, meningkatkan waktu yang dihabiskan di dalam toko, juga dapat
meningkatkan jumlah produk yang akan di beli (Levy and Weitz, 2012:467).
konsumen, membuat konsumen merasa nyaman saat memilih barang belajaan, dan
mengingatkan mereka produk yang perlu dimiliki untuk keperluan pribadi maupun
10
untuk keperluan rumah tangga. Konsumen tidak hanya memberi respon pada barang
dan jasa yang ditawarkan oleh ritailer, tetapi juga memberikan respon terhadap
lingkungan pembelian yang diciptakan oleh pelaku bisnis ritel. Utami (2010:255)
menyatakan atmosfer gerai (store atmosphere) merupakan kombinasi dari kondisi fisik
temperature udara, musik, aroma yang akan menciptakan citra di benak konsumen.
Melalui suasana toko yang memang sengaja diciptakan, pelaku bisnis ritel berupaya
Setiap toko mempunyai tata letak fisik yang memudahkan atau menyulitkan
harus membentuk suasana terencana yang sesuai dengan pasar sasarannya dan yang
dapat menarik konsumen untuk membeli. Penampilan toko memposisikan toko dalam
benak konsumen (Mowen dan Minor,2002). Proses penciptaan atmosfer gerai adalah
karakteristik toko tersebut melalui pengaturan dan pemilihan fasilitas fisik toko dan
Atmosfer gerai menjadi salah satu cara pemasar untuk menarik para konsumen
untuk datang dan melakukan pembelian di dalam toko. Atmosfer toko merupakan
pembelian yang terbentuk, melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik dan
11
wangi-wangian, tersebut dirancang untuk menghasilkan pengaruh atau respon
emosional dan persepsi khusus dalam diri konsumen sehingga bersedia melakukan
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa atmosfer gerai merupakan lingkungan
dalam dan luar toko yang beberapa diantaranya adalah pencahayaan, warna, bau dan
musik yang dibuat sedemikian rupa oleh para pengusaha untuk mempengaruhi
konsumen.
Menurut Ma’ruf (2006), Ballantine et al. (2010), dan Yistiani et al. (2012)
menyebutkan variable Atmosfer Gerai dapat diukur dengan indikator sebagai berikut.
1) Tata cahaya
2) Musik
5) Layout
6) Aroma
7) Pengelompokan produk
8) Display produk
12
Utami (2010:49) menyatakan nilai hedonik lebih bersifat subjektif dan pribadi
karakteristik dari nilai hedonik adalah kesenangan, nilai emosional, dan hiburan
potensi belanja. Bedasarkan beberapa definisi yang telah dijabarkan dapat diartikan
nilai hedonik adalah prilaku konsumen yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
ditentukan sebelumnya.
Samuel (2005). Nilai hedonik juga mengacu pada tingkat persepsi dimana menurut
(Irani dan Hanzaee, 2011) bahwa berbelanja itu dianggap berguna secara emosional
Scarpi (2006) dan Yistiani et al. (2012) menyebutkan variable nilai hedonik
1) Kenikmatan
2) Kesenangan
3) Keingintahuan
4) Hiburan
5) Interaksi sosial
13
2.1.4 Pembelian impulsif
terencana dalam keadaan pembuatan keputusan secara cepat tanpa memikirkan akibat
sangat sadar bahwa volume penjualan yang cukup besar dibangkitkan oleh sifat
pembelian impulsif, dimana lebih dari sepertiga di seluruh pembelian pada super
market dilakukan secara impulsif, sehingga hal ini berdampak pada naiknya laba
perusahaan.
impulsif adalah karena pengaruh stimulus yang berasal dari lingkungan gerai dan
pengaruh situasi gerai. Pembelian impulsif disebabkan oleh stimulus di tempat belanja,
apa yang harus dibeli, keputusan pembelian juga dapat disebabkan karena pengaruh
display dan promosi. Pemasar biasanya tidak hanya akan menampilkan keperluan
pangan secara khusus, melainkan menampilkan keperluan lain seperti permen, snack,
coklat secara jelas untuk memicu impuls pembeli sehingga membeli apa yg harusnya
tidak dibeli.
telah menjadi tantangan bagi para peneliti pasar karena sifatnya yang kompleks.
Disebutkan bahwa membeli impulsif merupakan fenomena rumit dan beragam yang
menyumbangkan sebagaian besar volume produk yang dijual setiap tahun. Penelitian
14
pada konsumen telah difokuskan pada identifikasi faktor yang mendorong membeli
impulsif di berbagai negara maju. Dalam negara berkembang, ada kebutuhan untuk
perbedaan budaya bila dibandingkan dengan negara maju. Berdasarkan perubahan tren
berubah menjadi penelitian yang berkembang dan bisa dilihat di berbagai bentuk ritel.
yang murni (Pure Impulse), pembelian impulsif yang dampak tersugesti (Suggestion
Impulse), pembelian impulsif yang telah direncanakan tetapi tidak secara mendetail
produknya (Planned Impulse) dan pembelian impulsif yang berdasarkan ingatan akan
persediaan yang dimiliki (Reminder Impulse) Purwa (2014). Kesimpulan yang dapat
ditarik bahwa pembelian impulsif adalah pembelian yang tidak direncanakan atau
pembelian yang dilakukan di luar daftar belanja yang sudah ada, terjadi di dalam toko
Menurut Bayley dan Nancarrow (1998), Yistiani et al. (2012), dan Purwa
sebagai berikut.
15
2.2 Kerangka Konseptual
konsep satu terhadap konsep yang lainya dari masalah yang ingin diteliti. Kerangka
konsep ini gunanya untuk menghubungkan atau menjelaskan secara panjang lebar
tentang suatu topik yang akan dibahas. Kerangka ini didapatkan dari konsep ilmu / teori
yang dipakai sebagai landasan penelitian yang didapatkan pada tinjauan pustaka atau
merupakan ringkasan dari tinjauan pustaka yang dihubungkan dengan garis sesuai
penelitian. Kerangka konseptual diperoleh dari hasil sintesis dari proses berpikir
deduktif (aplikasi teori) dan induktif ( fakta yang ada, empiris), kemudian dengan
kemampuan kreatif-inovatif, diakhiri dengan konsep atau ide baru yang disebut
Gambar 2.1
16
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Nilai Hedonik
H1 H3
(Y1)
(X) (Y2)
H2
Yistiani et al. (2012) juga menemukan bahwa Atmosfer Gerai memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap nilai hedonik yang berarti semakin baik atmosfer yang diciptakan
dalam gerai maka dapat meningkatkan timbulnya nilai hedonik pelanggan pada gerai
yang bersangkutan. Serta penelitian dari Prasetyo (2016) yang menyatakan bahwa
17
2.3.2 Pengaruh atmosfer gerai terhadap pembelian impulsif
juga telah membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara store atmosphere
Gerai maka akan meningkatkan pula pembelian impulsif, serta penelitian dari Youn
dan Faber (2000) yang menyebutkan bahwa ketersediaan fasilitas pelayanan dalam
impulsif
berpengaruh signifikan terhadap variabel impulse buying, serta penelitian dari Yistiani
et al. (2012) menemukan bahwa nilai hedonik memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap pembelian impulsif, yang berarti semakin besar nilai hedonik yang dirasakan
18
H3 : Nilai hedonik berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian
impulsif
impulsif
sebagai variabel mediasi antara Atmosfer Gerai dan pembelian impulsif tampak tidak
menunjukan Atmosfer Gerai memiliki pengaruh positif dan signifikan secara tidak
Shopping Value terbukti sebagai variabel intervening dalam hubungan antara Store
impulsif
19
BAB III
METODE PENELITIAN
pengaruh sebab akibat dari variabel yang di teliti (Sugiyono, 2017:20). Penelitian ini
bertujuan untuk meneliti dan menjelaskan pengaruh nilai hedonik memediasi Atmosfer
Dewata karena berdasarkan hasil pra survey ditemukan banyak konsumen melakukan
pembelian impulsif dan Tiara Dewata merupakan salah satu perusahaan ritel yang
terkenal.
Objek yang di teliti dalam penelitian ini adalah pengaruh atmosfer gerai
terhadap nilai hedonik, pengaruh atmosfer gerai terhadap pembelian impulsif dan
20
3.4 Identifikasi Variabel
Merupakan suasana toko yang sangat berpengaruh bagi sebuah toko yang dapat
mempengaruhi betah dan nyamannya para konsumen di toko tersebut, disini yang
dimaksud adalah Atmosfir Gerai yang dimiliki oleh Tiara Dewata tersebut. Mengacu
pada penelitian Ma’ruf (2006), Ballantine et al. (2010) dan Yistianiet al. (2012)
terdapat beberapa indikator Atmosfer Gerai. Agar sesuai dengan subjek penelitian ini,
21
(4) Saat melakukan pembelanjaan, konsumen merasakan display produk yang
Nilai hedonik merupakan suatu emosi yang dimiliki seseorang sehingga dapat
mempengaruhi perilaku dari orang tersebut, mengacu penelitian dari Scarpi (2006) dan
Yistiani et al. (2012) indikator nilai hedonik yang dipakai dalam penelitian ini terdiri
dari:
produk atau jasa, yang dibuat sebelum pembelian. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Bayley dan Nancarrow (1998), Yistiani et al. (2012), dan Purwa (2014),
22
(1) Pembelian dengan spontan, dimana saat melakukan pembelanjaan di Tiara
(2) Pembelian tanpar berpikir akibat yang ditimbulkan, dimana saat melakukan
23
3.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel
3.6.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subyek yang
mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang telah diterapkan oleh peneliti untuk
ini, populasi yang dimaksudkan adalah seluruh konsumen yang telah melakukan
3.6.2 Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
besar agar dapat mewakili populasi; (2) harus mengandung hubungan proporsional
terhadap ukuran populasi. Bila populasi besar dan tidak mungkin mempelajari semua
yang ada dalam populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka
bertujuan untuk memilih responden yang terseleksi oleh peneliti sesuai dengan kriteria
yang sudah ditetapkan. Kriteria sampel pada penelitian ini adalah responden yang
24
3.6.3 Metode penentuan sampel
sampling yakni teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang / kesempatan
yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel
(Sugiyono, 2017: 142). Teknik non probability sampling yang dipilih adalah purposive
indikator sehingga jumlah sampel yang akan diuji dalam penelitian ini didapat dari
x 8 = 104 responden
25
3.7 Jenis Data dan Sumber Data
dikategorikan ke dalam data kualitatif dan data kuantitatif yang dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1) Data Kualitatif , adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan
2) Data Kuantitatif , adalah data dalam bentuk angka yang dapat dinyatakan dan
2017:10)
sebagai berikut :
1) Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya dimana
dicatat untuk pertama kalinya dan masih perlu diolah lebih lanjut agar bisa
memberi hasil bagi penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh
2) Data sekunder dalam penelitian ini adalah institusi atau pihak lain yang
mempublikasikan data yang dikutip terkait dengan topik penelitian ini, seperti
26
3.8 Metode Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan dari jawaban atas kuesioner yang
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
telah ditetapkan maka terlebih dahulu diberikan screening quetions. Pertama, jika calon
namun jika calon responden tidak pernah berbelanja di Tiara Dewata, maka wawancara
selesai. Kedua, jika calon responden pernah melakukan pembelian tidak terencana
menggunakan skala Likert dengan lima tingkatan, dalam hal ini menggunakan asumsi
bahwa skala Likert menghasilkan pengukuran variabel dalam skala interval. Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang skala sosial di mana jawaban setiap pertanyaan memiliki
sejumlah kategori yang berturut-turut dari yang paling positif sampai yang paling
negatif. Pada skala Likert kemungkinan jawaban tidak hanya sekedar setuju dan tidak
setuju atau jenis jawaban lain yang hanya memiliki dua alternatif melainkan dibuat
Alasan lain pemilihan skala Likert dengan lima tingkatan ini antara lain:
27
dibandingkan empat skala, dan agar terlihat kecenderungan pemilihan responden
numerik:
alat pengumpul data. Untuk mengetahui layak atau tidaknya data digunakan maka perlu
dapat digunakan untuk mengukur apa yang harusnya diukur. Dengan menggunakan
instrumen yang valid dalam pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian akan
menjadi valid. Sugiyono (2017 : 178) menyatakan bahwa validitas dapat dilakukan
dengan mengkorelasikan antara skor faktor dengan skor total dan bila korelasi tiap
faktor tersebut bernilai positif (r > 0,3), maka instrumen penelitian tersebut dapat
dikatakan valid.
28
Setelah dilakukan uji validitas, maka dilakukan uji reliabilitas. Uji reliabilitas
bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana konsistensi alat ukur yang digunakan,
sehingga bila alat ukur tersebut digunakan kembali untuk meneliti objek yang sama
dengan teknik yang sama walaupun waktunya berbeda, maka hasil yang akan diperoleh
pengumpulan data, maka diharapkan hasil penelitian ini akan menjadi reliabel. Uji
statistik inferensial.
Model regresi dikatakan model yang baik apabila model tersebut bebas dari
asumsi klasik statistik. Suatu model secara teoritis akan menghasilkan nilai parameter
penduga yang tepat bila memenuhi persyaratan asumsi klasik regresi, yaitu meliputi uji
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terdapat
Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti
29
distribusi normal. Apabila asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid
untuk jumlah sampel kecil. Hal ini berarti bahwa perbedaan antara nilai prediksi
dengan nilai sebenarnya (error) akan terdistribusi secara simestris di sekitar nilai rata
– rata sama dengan nol. Salah satu cara mendeteksi normalitas adalah dengan
mengamati nilai residual. Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
Data dikatakan berdistribusi dengan normal apabila koefisien Asymp. Sig lebih besar
dari α = 0,05.
Untuk dapat mendeteksi ada atau tidaknya multikoliniearitas dapat dilihat dari nilai
tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF). Jika nilai tolerance lebih dari 10
persen atau VIF kurang dari 10 maka dikatakan tidak ada multikoliniearitas. Gejala
multikoliniearitas ditandai oleh R2 yang sangat besar tapi tidak satupun variabel bebas
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan yang lain (Ghozali,
2013:139). Apabila varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain
tetap, maka disebut Heteroskedastisitas Model regresi yang baik adalah model regresi
yang mempunyai varian yang homogen. Untuk dapat mendeteksi ada atau tidaknya
30
heteroskedastisitas dapat dilihat dari nilai signifikansinya di atas 0,05. Jika suatu
yang menyimpang.
dengan cara mendeskripsikan data yang telah terkumpul untuk membuat kesimpulan
yang belaku secara umum (Sugiyono, 2017 : 232). Statistik deskriptif berupa rata – rata
5−1
Interval = = 0,8
5
31
Statistik inferensial adalah teknik statistik yang digunakan untuk menganalisis
data sampel dan hasilnya diberlakukan untuk populasi (Sugiyono, 2017 : 233). Statistik
inferensial yang digunakan adalah analisis jalur (path analysis) dan uji Sobel.
Menurut Ghozali (2013: 249) analisis jalur merupakan perluasan dari analisis
regresi linear berganda, atau analisis jalur adalah penggunaan analisis regresi untuk
menaksir hubungan kausalitas antar variabel (model casual) yang telah ditetapkan
hubungan antara tiga atau lebih dan tidak dapat digunakan untuk mengkonfirmasi atau
32
Hipotesis 4: Atmosfir Gerai (X) berpengaruh terhadap Pembelian Impulsif (Y2)
a) Persamaan sub-struktural 1
Y1 = β1X + ε 1 …………………………………..………….....…(1)
b) Persamaan sub-struktural 2
Y2 = β2X + β3Y1………………...……………...…………...(2)
Keterangan:
X = Atmosfer Gerai
Y1 = Nilai Hedonik
Y2 = Pembelian Impulsif
e1, e2 = error
(a) Pengaruh variabel Atmosfer Gerai (X) terhadap Nilai Hedonik (Y1)
Y1 = β1X + ԑ1 ………………………………………………………………………(3)
Impulsif (Y2)
(c) Pengaruh variabel Nilai Hedonik (Y1) terhadap Pembelian Impulsif (Y2)
33
b) Pengaruh tidak langsung (indirect effect)
berikut:
Keterangan:
Y2 = Pembelian Impulsif
X = Atmosfer Gerai
Y1 = Nilai Hedonik
(ε 1 = √1 – R2)…………………………..……...…………………………(8)
(ε 2 = √1 – R2)…………………………………………………………..(9)
34
Gambar 3.1 Diagram Koefisien Jalur
Nilai Hedonik
(Y1)
β1 β3
Atmosfer Gerai
(X) Pembelian
Impulsif (Y2)
β2
a) Apabila nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas
Sig atau (0,05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak
signifikan.
b) Apabila nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas
Sig atau (0,05 ≥ Sig), maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti signifikan.
35
Uji secara individual ditujukan oleh Tabel (Coefficients). Hipotesis penelitian yang
0,05 dengan nilai sig dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:
(1) Apabila nilai probabilitas 0,05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas
Sig atau (0,05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan H1 ditolak yang berarti tidak
signifikan
(2) Apabila nilai probabilitas 0,05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas
Sig atau (0,05 ≥ Sig), maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti signifikan.
interprestasi atau kesimpulan dari hasil analisis. Koefisien yang signifikan akan
2) Uji Sobel
dikembangkan oleh Sobel (1982) dan dikenal dengan Uji Sobel (Sobel Test). Uji Sobel
digunakan dengan menguji kekuatan pengaruh tidak langsung variable atmosfer gerai
(X) terhadap variabel pembelian impulsif (Y2) melalui variabel nilai hedonik (Y1)
36
dihitung dengan cara mengalikan koefisien jalur X terhadap Y2 (a) dengan koefisien
jalur Y2 terhadap Y2(b) atau ab. Standar error koefisien a dan b ditulis dengan Sa dan
Sb, besarnya standar error tidak langsung (indirect effect) Sab1. Standar error tidak
𝑎𝑏
𝑍= …………………………………
√𝑏 2 𝑠𝑎2 +𝑎2 𝑠𝑏2 +𝑠𝑎2 𝑠𝑏2
Keterangan:
Untuk menguji signifikansi pengaruh tidak langsung, maka dapat dilakukan dengan
Z=
cara membandingkan p- value dan alpha (0,05) atau membandingkan hitung dengan z
tabel, yang menggunakan taraf nyata 5 persen dengan daerah kritis 1,96 dengan
37
z hitung ≤ z table, maka H0 diterima, berarti nilai hedonik (Y1) bukan variabel mediasi
z hitung ≥ z tabel, maka H0 ditolak, berarti nilai hedonik (Y1) merupakan variabel
38