yang telah menuangkan hasil karya dan kreativitas. Hasil karya tersebut berpotensi
untuk menghasilkan pundi-pundi rupiah bahkan bisa mencapai triliunan. Hal ini
dapat menjadi kerugian yang sangat disayangkan bilamana terdapat pihak lain yang
Pelanggaran hak cipta pada film kerap terjadi pada saat film tersebut
ditayangkan. Pelanggaran tersebut dapat dilihat dari kasus film WARKOP DKI
Reborn: Jangkrik Boss Part 1, Beauty and The Beast, dan La La Land. Kasus
pelanggaran perekaman illegal yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung
jawab dapat merugikan pihak Pencipta serta Pemegang Hak Cipta, dikarenakan
50
51
berlangsung dapat dilakukan oleh siapapun untuk menghargai karya dari pencipta
film serta pemegang hak cipta. Untuk mengantisipasi terjadinya pelanggaran pada
saat pemutaran film melalui sarana teknologi, pada UUHC diatur pada pasal 54
“Untuk mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui sarana
berbasis teknologi informasi, Pemerintah berwenang melakukan:
a. Pengawasan terhadap pembuatan dan penyebarluasan konten
Pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait;
b. Kerja sama dan koordinasi dengan berbagai pihak, baik dalam
maupun luar negeri dalam pencegahan pembuatan dan
penyebarluasan konten pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait; dan
c. Pengawasan terhadap perekaman dengan menggunakan media
apapun terhadap Ciptaan dan produk Hak Terkait di tempat
pertunjukan.”
39
. ST. Muthmainnah Gaffar, 2014, “Starategi Amerika Serikat dalam Mengatasi Pembajakan
Film di Indonesia”, Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, Makassar,
h. 4
52
Pelindungan preventif ini merupakan suatu pencegahan agar tidak terjadinya suatu
hukum bagi rakyat oleh peradilan umum dan peradilan administrasi di Indonesia.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Putu Witari, Kepala Sub Bidang AHU
dan HKI, untuk melindungi Pencipta dan Pemegang Hak Cipta Film yang sedang
Kominfo) terkait apabila adanya penyebarluasan konten hak cipta dan hak terkait
melalui internet, maka pihak Kominfo akan menutup konten tersebut. (Wawancara
pada tanggal 9 Januari 2019). Kanwil Kemenkumham Bali juga bekerja sama
tertuang pada pasal 54 huruf c UUHC, Kanwil Kemenkumham Bali dan Kominfo
53
dalam hal ini tidak melakukan pengawasan mengenai perekaman dengan media
pengaduan dengan cara penutupan konten-konten yang melanggar hak cipta dan
hak terkait. Tetapi apabila terdapat pengaduan dari masyarakat terkait konten yang
melanggar hak cipta dan hak terkait, Ibu I Dewa Ayu Sri Ratnaningsih, Kepala
di Kota Denpasar memiliki cara yang hampir sama dalam memberikan himbauan
kepada penonton. Pengawasan dari Pihak Bioskop dapat dilihat melalui table
sebagai berikut:
Cineplex
Rule pada saat pada saat sebelum film pada saat sebelum film
pelarangan perekaman
mulai mulai
mengatur dan sanksi mengatur dan sanksi dan sanksi yang diberikan
7. Terdapat CCTV di
pada Kantor
Pengawasan Cinemaxx
untuk memantau
melakukan pelanggaran
yang mengganggu
penonton lainnya
*Keterangan: berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Nia (Manager Cinema XXI Level 21), Bapak
Bambang S. (Manager Denpasar Cineplex), Bapak Agus (Staff Cinemaxx Plaza Renon).
56
karya dari Pencipta dan Pemegang Hak Cipta terkait banyaknya terdapat
pelanggaran yang dilakukan oleh penonton sudah diterapkan oleh pihak bioskop di
Kota Denpasar. Pihak Bioskop dalam hal ini sebagai tempat bagi Pencipta dan
Pemegang Hak Cipta untuk mendapatkan hak ekonomi atas karyanya sangat
film ke Sosial Medianya. Namun, Kanwil Kemenkumham Bali dan Kominfo tidak
saja yang melakukan pengawasan tersebut tanpa kerja sama dengan pihak
penghambat perlindungan suatu karya cipta tentang karya cipta sinematografi ialah
kurangnya budaya atau etika Bangsa Indonesia untuk menghargai ciptaan seseorang
57
dan kurang pemahaman masyarakat dan penegakan hukum tentang arti dan fungsi
Ada lima faktor yang mempengaruhi pelaksanaan hukum itu sendiri, yaitu
faktor kaidah hukum, faktor penegak hukum, faktor sarana atau fasilitas, faktor
masyarakat dan faktor budaya hukum. Kelima faktor tersebut saling berkaitan, oleh
karena merupakan esensi dari penegakan hukum, yang sangat relevan dengan
perlindungan hukum itu sendiri. Juga merupakan tolak ukur daripada pelaksanaan
pentingnya hak ekonomi dan hak moral dari Pencipta dan Pemegang Hak Cipta
Film. Pihak Kanwil Kemenkumham Bali dan Kominfo dalam hal ini belum bisa
kewenangan pemerintah tidak dijabarkan atau tidak ditunjuk langsung siapa yang
40
. Adami Chazawi, 2007, Tindak Pidana Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI), Bayumedia
Publishing, Malang, h.17
41
. H.Zainuddin Ali, 2010, Sosiologi Hukum, Cetakan Ke-6, Sinar Grafika, Jakarta, h. 62
58
mencegah pelanggaran Hak Cipta dan Hak Terkait melalui sarana berbasis
merasa tidak ada aturan khusus yang menunjuk mereka sebagai pihak yang
merupakan milik perusahaan swasta, bukan pemerintah, serta penyaluran film dari
pihak Pencipta dan Pemegang Hak Cipta langsung kepada pihak bioskop. Sehingga
pemerintah dalam hal ini hanya mengurus perihal perizinan Bangunan, dan
ketat dari pemerintah akan membuat masyarakat lebih takut untuk melakukan
3. Faktor Masyarakat
Faktor masyarakat adalah faktor dimana aturan itu dapat diterima atau tidak
laporan ke pihak pemerintah dikarenakan masyarakat yang tidak peduli dan tidak
mengetahui harus melaporkan pada pihak mana yang berwenang. Padahal dalam
Hak Cipta dan/atau Hak Terkait melalui sistem elektronik untuk Penggunaan
tersebut.
Faktor sarana dan fasilitas, sangat tergantung dengan sumber daya manusia
dengan pesat sehingga sarana teknologi yang menyajikan berbagai fitur sosial
hak cipta dan hak terkait. Masyarakat juga kurang pemahaman mengenai dampak
kurang menghargai hasil karya Pencipta dan Pemegang Hak Cipta. Perkembangan
sarana dan fasilitas yang semakin pesat tersebut, membuat pemerintah juga harus
mencari cara untuk mengawasi masyarakat pada sosial media, dikarenakan sosial
media yang digunakan oleh masyarakat untuk melakukan pelanggaran bukan milik
pemerintah melainkan milik perusahaan swasta dan memiliki cakupan yang luas.
tersebut, masyarakat lebih memilih untuk tetap bertingkah laku sesuai dengan apa
yang telah menjadi nilai-nilai dan pandangan dalam kehidupan mereka. Teknologi
merugikan Pencipta dan Pemegang Hak Cipta. Kurangnya kesadaran hukum oleh