Anda di halaman 1dari 10

OBAT ANTIJAMUR

1. Definisi
Obat anti jamur merupakan obat yang digunakan untuk menghilangkan organisme mikroskopis
tanaman yang terdiri dari sel, seperti cendawan dan ragi, atau obat yang digunakan
untuk menghilangkan jamur.

2. Penggolongan Obat
Secara klinik, infeksi jamur dapat digolongkan menurut lokasi infeksinya, yaitu :
1. Mikosis sistemik (infeksi jamur sistemik) terdiri dari deep mycosis (misalnya
aspergilosis, blastomikosis, koksidioidomikosis, kriptokokosis, histoplasmosis,
mukormikosis, parakoksidio – idomikosis, dan kandidiasis) dan sub – cutan mycosis
(misalnya, kromomikosis, misetoma, dan sporottrikosis).
2. Dermatofit, yaitu infeksi jamur yang menyerang kulit, rambut, dan kuku, biasanya
disebabkan oleh epidermofiton dan mikrosporum.
3. Mikosis mukokutan, yaitu infeksi jamur pada mukosa dan lipatan kulit yang
lembab, biasanya disebabkan oleh candida.

Menurut indikasi klinis obat – obat antijamur dapat dibagi atas 2 golongan, yaitu:
1. Antijamur untuk infeksi sistemik, termasuk : amfoterisin B, flusitosin, imidazol
(ketokonazol, flukonazol, mikonazol), dan hidroksistilbamidin.
2. Antijamur untuk infeksi dermatofit dan mukokutan, termasuk griseofulfin,
golongan imidazol (mikonazol, klotrimazol, ekonazol, isokonazol, tiokonazol, dan
bifonazol), nistatin, tolnaftat, dan antijamur topikal lainnya (kandisidin, asam
undesilenat, dan natamisin).

3. ANTI JAMUR UNTUK INFEKSI SISTEMIK


3.1 AMFOTERISIN B
Amfoterisin B mempunyai aktifitas spektrum yang luas terhadap Aspergillus
sp., Mucorales sp., Blastomyces dermatitidid, candida sp., Coccidiodiodes immitis,
Cryptococcus neoformans, Histoplasma capsulatum, paracoccidioides brasiliensis,
Penicillium marneffei. Sedangkan untuk Aspergillus tereus, Fussarium sp.,
Malassezia furfur, Scedosporium sp., dan Trichosporon asahii biasanya resisten.

1
Kebanyakan pasien dengan infeksi mikosis dalam diberikan dosis 1-2 gr
amfoterisin B deoksikolat selama 6-10 minggu. Orang dewasa dengan fungsi ginjal
yang normal diberikan dosis 0,6-1,0 mg/kg BB. Pemberian formula konvensional
dengan cara intravena dapat segera menimbulkan efek samping seperti demam,
menggigil dan badan menjadi kaku. Biasanya timbul setelah 1-3 jam pemberian obat.
Mual dan muntah dapat juga dijumpai tetapi jarang, sedangkan efek lokal flebitis
sering juga dijumpai. Efek samping toksik yang paling serius adalah kerusakan
tubulus ginjal. Kebanyakan pasien yang mendapat formula konvensional sering
menderita kerusakan fungsi ginjal terutama pada pasien yang mendapat dosis lebih
dari 0,5/kgBb/hari. Formula konvensional dapat juga menyebabkan hilangnya
potasium dan magnesium. Pasien yang mendapat pengobatan lebih dari 2 minggu,
dapat timbul anemia normokromik dan normositik sedang .

3.2 FLUSITOSIN
Flusitosin efektif terhadap Candida sp., Cryptococcus neoformans,
Cladophialophora carrionii, Fonsecaea sp., Phialophora verrucosa. Pada orang dewasa
dengan fungsi ginjal yang normal, pemberian flusitosin diawali dengan dosis 100
mg/kg BB perhari, dibagi dalam 4 dosis dengan interval 6 jam namun jika terdapat
gangguan ginjal pemberian flusitosin diawali dengan dosis 25 mg/kgBB.
Efek samping yang sering dijumpai yaitu mual,muntah dan diare.
Trombositopenia dan leukopenia dapat terjadi jika konsentrasi obat di dalam darah
meninggi, menetap (>100 mg/L) dan dapat juga dijumpai jika obat dihentikan.
Peninggian kadar transaminase dapat juga dijumpai pada beberapa pasien tetapi dapat
kembali normal setelah obat dihentikan.

3.3 IMIDAZOL DAN TRIAZOL

Ketokonazol
Ketokonazol mempunyai ikatan yang kuat dengan keratin dan mencapai keratin
dalam waktu 2 jam melalui kelenjar keringat ekrin. Penghantaran akan menjadi lebih
lambat ketika mencapai lapisan basal epidermis dalam waktu 3-4 minggu.
Konsentrasi ketokonazol masih tetap dijumpai, minimal 10 hari setelah obat
dihentikan . Ketokonazol merupakan antijamur pertama yang dapat diberikan
per oral. Ketokonazol diabsorbsi dengan baik melalui oral yang menghasilkan kadar
yang cukup untuk menekan pertumbuhan berbagai jamur. Dengan dosis oral 200 mg,

2
diperoleh kadar puncak 2-3 mcg/ml yang bertahan selama 6 jam atau lebih. Absorbsi
akan menurun pada pH cairan lambung yang tinggi, atau bila diberikan bersama
antasida atau antihistamin H2. Setelah pemberian oral, obat ini dapat ditemukan
dalam urin, kelenjar lemak, air ludah, kulit yang mengalami infeksi, tendon, dan
cairan sinovial. Ikatan dengan protein plasma 84% terutama dengan albumin, 15 %
diantaranya berikatan dengan sel darah dan 1% terdapat dalam bentuk bebas.
Sebagian besar obat ini mengalami metabolisme lintas pertam. Diperkirakan
ketokonazol diekskresi kedalam empedu, masuk ke usus dan sebagian kecil saja yang
diekskresi melalui urin; semuanya dalam bentuk metabolit tidak aktif.
Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping yang sering dijumpai
terjadi pada 20% pasien yang mendapat dosis 400 mg/hari. Alergi dapat terjadi pada
4% pasien, dan gatal tanpa rash terjadi sekitar 2% pada pasien yang diterapi
ketokonazol. Ketokonazol terutama efektif terhadap histoplasmosis paru, tulang,
sendi, dan jaringan lemak. Obat ini efektif untuk kriptokokosis nonmeningeal,
parakoksidioidomikosis, beberapa bentuk koksdioidomikosis, dermatomikosis, dan
kandidosis (mukokutan, vaginal, dan rongga mulut).
Ketokonazol dikontraindikasikan pada penderita yang hipersensitif, ibu hamil
dan menyusui, serta penyakit hepar akut.

ITRAKONAZOL
Itrakonazol mempunyai aktifitas spektrum yang luas terhadap Aspergillosis sp.,
Blastomyces dermatidis, Candida sp., Cossidiodes immitis, Cryptococcus
neoformans, Histoplasma capsulatum, Malassezia furfur, Paracoccidiodes brasiliensis,
Scedosporium apiospermum dan Sporothrix schenckii. Itrakonazol juga efektif
terhadap dematiaceous mould dan dermatofita tetapi tidak efektif terhadap
Zygomycetes.
Itrakonazol merupakan obat kategori C, sehingga tidak direkomendasikan
untuk wanita hamil dan menyusui, karena dieksresikan di air susu. Itrakonazol dosis
kontinyu sama efektif dengan dosis pulse. Pada onikomikosis kuku tangan, pulse
terapi diberikan selama 2 bulan, sedangkan onikomikosis kuku kaki selama 3 bulan.
Itrakonazol tersedia juga dalam bentuk kapsul 100 mg. Bentuk kapsul diberikan
dalam kondisi lambung penuh untuk absorpsi maksimal, karena cyclodextrin yang
terdapat dalam bentuk ini sering menimbulkan keluhan gastrointestinal.
Efek samping yang sering dijumpai adalah masalah gastrointestinal seperti
mual, nyeri abdomen dan konstipasi. Efek samping lain seperti sakit kepala, pruritus,

3
dan ruam alergi.


Flukonazol
Menurut FDA flukonazol efektif untuk mengatasi kandidiasis oral atau
esophageal, criptococcal meningitis dan pada penelitian lain dinyatakan efektif pada
sporotrikosis (limfokutaneus dan visceral). Flukonazol digunakan sebagai lini pertama
terapi kandidiasis mukotan. Pada pediatrik digunakan untuk terapi tinea kapitis yang
disebabkan Tinea tonsurans dengan dosis 6 mg/kg/hr selama 20 hari, dan 5 mg/kg/hr
selama 30 hari. Tetapi diberikan lebih lama pada infeksi Mycoplasma canis.
Flukonazol tersedia sediaan tablet 50 mg, 100 mg, 150 mg, dan 200mg; sediaan oral
solusio 10 mg/ml dan 40 mg/ml dan dalam bentuk sediaan intravena.
Direkomendasikan pada anak-anak <6 bulan. Flukonazol diserap baik melalui saluran
cerna, dan kadarnya dalam plasma, setelah pemberian IV, diperoleh lebih dari 90%
kadar plasma. Absorpsi per oral tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Kadar
puncak dalam plasma diperoleh 0,5 jam sampai 1,5 jam setelah pemberian dengan
waktu paruh sekitar 30 jam. Kadar menetap dalam plasma dengan dosis harian
diperoleh pada hari ke 4 sampai ke 5 yang kira – kira 80% kadar plasma.
Efek samping yang sering adalah masalah gastrointestinal seperti mual,
muntah, diare, nyeri abdomen dan juga sakit kepala. Selain itu hipersensitivitas,
agranulositosis, sindroma Stevens Johnsons, hepatotoksik, trombositopenia dan efek
pada sistem saraf pusat flukonazol ditoleransi baik oleh geriatrik kecuali dengan
gangguan ginjal. Obat ini termasuk kategori C, sehingga tidak direkomendasikan
untuk wanita hamil dan menyusui.

KASPOFUNGIN
Kaspofungin mempunyai aktifitas spektrum yang terbatas. Kaspofungin
efektif terhadap Aspergillus fumigates, Aspergillus flavus dan Aspergillus terreus.
Kaspofungin mempunyai aktifitas yang berubah-ubah terhadap Coccidioides immitis,
Histoplasma capsulatum dan dermatiaceous molds. Kaspofungin juga efektif terhadap
sebagian besar Candida sp., dengan efek fungisidal yang tinggi, tetapi dengan
Candida parpsilosis dan Candida krusei kurang efektif, dan resisten terhadap
Cryptococcus neoformans.
Efek samping yang sering dijumpai yaitu demam, adanya ruam kulit, mual,
muntah.

4
TERBINAFIN
Terbinafin merupakan anti jamur yang berspektrum luas. Efektif terhadap
dermatofit yang bersifat fungisidal dan fungistatik untuk Candida albican, s tetapi
bersifat fungisidal terhadap Candida parapsilosis. Terbinafin juga efektif terhadap
Aspergillosis sp., Blastomyces dermatitidis, Histoplasma capsulatum, Sporothrix
schenxkii dan beberapa dermatiaceous moulds.
Terbinafin dapat digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, pitiriasis
versikolor dan kandidiasis kutaneus. Digunakan terbinafin krim 1% yang dioleskan 1
atau 2 kali sehari. Untuk pengobatan tinea korporis dan tinea kruris digunakan selama
1-2 minggu, untuk tinea pedis selama 2-4 minggu, untuk kandidiasis kutaneus selama
1-2 minggu dan untuk pitiriasis versikolor selama 2 minggu.
Efek samping pada gastrointestinal seperti diare, dispepsia, dan nyeri
abdomen. Terbinafin tidak direkomendasikan untuk pasien dengan penyakit hepar
kronik atau aktif 


4. PENGOBATAN INFEKSI JAMUR SISTEMIK

Infeksi oleh jamur pathogen yang terinhalasi dapat sembuh spontan.


Histoplasmosis, koksidioidomikosis, blastomikosis dan kriptokokosis pada paru yang
sehat tidak membutuhkan pengobatan. Kemoterapi baru dibutuhkan bila ditemukan
pneumonia yang berat, infeksi cenderung menjadi kronis, atau bila disangsikan terjadi
penyebaran atau adanya risiko penyakit akan menjadi lebih parah. Pasien AIDS atau
pasien penyakit imunosupresi lain biasanya membutuhkan kemoterapi untuk
mengatasi pneumonia karena jamur atau oleh sebab lain.

ASPERGILOSIS
Invasi aspergilosis paru sering terjadi pada pasien penyakit imunosupresi yang
berat dan tidak memberi respon yang memuaskan terhadap pengobatan antijamur.
Obat pilihan adalah amfoterisin B IV dengan dosis 0,5-1,0 mg/kgBB/hari dalam infus
lambat. Untuk infeksi berat, dosis dapat ditingkatkan sampai dua kalinya. Bila
penyakit progresif, dosis obat dapat ditingkatkan.

BLASTOMIKOSIS

5
Obat terpilih untuk kasus ini adalah ketokonazol per oral 400mg sehari selama
6-12 bulan. Itrakonazol juga efektif dengan dosis 200-400mg sekali sehari pada
beberapa kasus.

KANDIDIASIS
Bila invasi tidak mengenai parenkim ginjal cukup dengan amfoterisin B
50mikro gram/mL dalam air steril selama 5-7 hari.

5. ANTIJAMUR UNTUK INFEKSI DERMATOFIT DAN MUKOKUTAN

5.1 GRISEOFULVIN

Griseofulvin mempunyai aktifitas spektrum yang terbatas hanya untuk spesies


Epidermophyton flocossum, Microsporum sp., dan Trichophyton sp., yang merupakan
penyebab infeksi jamur pada kulit, rambut kuku. Griseofulvin tidak efektif terhadap
kandidiasis kutaneus dan pitiriasis versikolor. Pada saat ini, griseofulvin lebih sering
digunakan untuk pengobatan tinea kapitis. Tinea kapitis lebih sering dijumpai pada
anak-anak disebabkan oleh Trychopyton tonsurans.
Absorpsi griseofulvin sangat bergantung pada keadaan fisik obat ini dan
absorpsinya dibantu oleh makanan yang banyak mengandung lemak. Senyawa dalam
bentuk partikel yang lebih kecil diabsorbsi 2 kali lebih baik daripada partikel yang
lebih besar. Griseofulvin berukuran mikro dengan dosis 1 gram / hari akan
menghasilkan kadar dalam darah 0,5 – 1,5 mcg/ml. Griseofulvin berukuran ultramikro
diabsorpsi 2 kali lebih baik dari senyawa berukuran mikro.
Metabolisme terjadi di hati. Metabolit utamanya adalah 6- metilgriseofulvin.
Waktu paruhnya kira – kira 24 jam. Jumlah yang diekskresikan melalui urine adalah
50% dari dosis oral yang diberikan dalam bentuk metabolit dan berlangsung selama 5
hari. Kulit yang sakit mempunyai afinitas lebih besar terhadap obat ini, ditimbun
dalam sel pembentuk kreatin, terikat kuat dengan kreatin dan akan muncul bersama
sel yang baru berdiferensiasi sehingga sel baru ini akan resisten terhadap serangan
jamur. Kreatin yang mengandung jamur akan terkelupas dan digantikan oleh sel baru
yang normal. Griseofulvin ini dapat ditemukan dalam sel tanduk 4 – 8 jam setelah
pemberian.
Dosis pada anak- anak 20-25 mg/kg/hari (mikrosize), atau 15-20 mg/kg/hari
(ultrasize) selama 6-8 minggu. Dosis griseofulvin (pemberian secara oral) yaitu
dewasa 500-1000 mg/ hari (microsize) dosis tunggal atau terbagi dan 330-375 mg/hari

6
(ultramicrosize) dosis tunggal atau terbagi (Rubin, 2002). Lama pengobatan untuk
tinea korporis dan kruris selama 2-4 minggu, untuk tinea kapitis paling sedikit selama
4-6 minggu, untuk tinea pedis selama 4-8 minggu dan untuk tinea unguium selama 3-
6 bulan.
Efek samping griseofulvin biasanya ringan berupa sakit kepala, mual, muntah,
dan nyeri abdomen. Timbulnya reaksi urtikaria dan erupsi kulit dapat terjadi pada
sebagian pasien.

5.2 IMIDAZOL DAN TRIAZOL


MIKONAZOL
Mikonazol digunakan untuk pengobatan dermatofitosis, pitiriasis versikolor,
serta kandidiasis oral, kutaneus dan genital. Mikonazol cepat berpenetrasi pada
stratum korneum dan bertahan lebih dari 4 hari setelah pengolesan. Kurang dari 1%
diabsorpsi dalam darah. Absorpsi kurang dari 1,3% di vagina. Pengobatan kandidiasis
vaginalis diberikan dosis 200 selama 7 hari atau 100 mg selama 14 hari yang
dimasukkan ke dalam vagina. Pengobatan kandidiasis oral, diberikan oral gel (25 mg)
4 kali sehari. Pengobatan infeksi jamur pada kulit digunakan mikonazol krim 2%,
dosis dan lamanya pengobatan tergantung dari kondisi pasien, biasanya diberikan
selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.
Efek samping pemakaian topikal vagina adalah rasa terbakar, gatal atau iritasi
7% kadang-kadang terjadi kram di daerah pelvis (0,2%), sakit kepala, urtika, atau skin
rash. Iritasi, rasa terbakar dan maserasi jarang terjadi pada pemakaian kutaneus.
Mikonazol aman digunakan 
pada wanita hamil, meskipun beberapa ahli
menghindari pemakaian pada kehamilan trimester pertama .

KLOTRIMAZOL
Klotrimazol dapat digunakan untuk pengobatan dermatifitosis, kandidiasis
oral, kutaneus dan genital. Untuk pengobatan oral kandidiasis, diberikan oral troches
(10 mg) 5 kali sehari selama 2 minggu atau lebih. Untuk pengobatan kandidiasis
vaginalis diberikan dosis 500 mg pada hari ke-1, 200 mg hari ke-2, atau 100 mg hari
ke-6 yang dimasukkan ke dalam vagina. Untuk pengobatan infeksi jamur pada kulit
digunakan krim klotrimazol 1% dosis dan lamanya pengobatan tergantung kondisi
pasien, biasanya diberikan selama 2-4 minggu dan dioleskan 2 kali sehari.

7
5.3 TOLNAFTAT DAN TOLSIKLAT

TOLNAFTAT
Suatu tiokarbamat yang efektif untuk pengobatan sebagian besar
dermatofitosis tapi tidak efektif terhadap candida. Tolnaftat tersedia dalam bentuk
krim, gel, bubuk, cairan aerosol atau larutan topical dengan kadar 1%. Digunakan
local 2-3 kali sehari. Rasa gatal akan hilang dalam 24-72 jam. Lesi interdigital oleh
jamur yang rentan dapat sembuh antara 7-21 hari. Pada lesi dengan hyperkeratosis,
tolnaftat sebaiknya diberikan bergantian dengan salep asam salisilat 10%.

TOKSIKLAT
Toksiklat merupakan antijamur topical yang diturunkan dari tiokarbamat.
Namun, karena spektrumnya yang sempit, antijamur ini tidak banyak digunakan lagi.

5.4 NISTATIN

Nistatin merupakan antibotik yang digunakan sebagai antijamur, diisolasi dari


Streptomyces nourse pada tahun 1951. Untuk pengobatan kandidiasis oral, nistatin
diberikan tablet nistatin 500.000 unit setiap 6 jam. Suspensi nistatin oral terdiri dari
100.000 unit/ml yang diberikan 4 kali sehari dengan dosis pada bayi baru lahir 1 ml,
infant 2 ml dan dewasa 5 ml.
Pengobatan kandidiasis kutis dapat digunakan nistatin topikal pada kulit atau
membrane mukosa (rongga mulut, vagina). Untuk pengobatan kandidiasis vaginalis
diberikan 1 atau 2 vaginal suppossitoria (100.000 setiap unitnya) yang diberikan
selama kurang lebih 14 hari.
Nistatin hampir tidak diabsorpsi melalui kulit, membran mukosa, atau saluran
cerna. Semua nistatin yang masuk kesaluran cerna dikeluarkan kembali melalui tinja,
dan tidak ditemukan adanya nistatin dalam darah atau jaringan.
Nistatin biasanya tidak bersifat toksik tetapi kadang-kadabng dapat timbul
mual, muntah dan diare jika diberikan dengan dosis tinggi.

5.5 ANTIJAMUR TOPIKAL LAINNYA


ASAM BENZOAT DAN ASAM SALISILAT
Pada tahun 1970, Arthur Whitefield membuat preparat salep yang

8
mengandung 12% asam benzoate dan 6% asam salisilat. Kombinasi ini dikenal
dengan salep Whitefield. Asam benzoat bekerja sebagai fungistatik, dan asam salisilat
sebagai keratolitik sehingga menyebabkan deskuamasi keratin yang mengandung
jamur. Digunakan untuk mengatasi tinea pedis, dan tinea kruris

ASAM UNDESILENAT
Asam undesilenat bersifat fungistatik, dapat juga bersifat fungisidal apabila
terpapar lama dengan konsentrasi yang tinggi pada agen jamur. Tersedia dalam
bentuk salep, krim, bedak spray powder, sabun, dan cairan. Salap asam undesilenat
mengandung 5% asam undesilenat dan 20% zinc undesilenat. Zinc bersifat astringent
yang menekan inflamasi. Preparat ini digunakan untuk mengatasi dermatomikosis,
khususnya tinea pedis. Efektifitas masih lebih rendah dari imidazol, haloprogin atau
tolnaftat. Preparat ini juga dapat digunakan pada ruam popok, dan tinea kruris

HALOPROGIN
Haloprogin merupakan halogenated phenolic, efektif untuk pengobatan tinea
korporis, tinea kruris, tinea pedis dan pitiriasis versikolor, dengan konsentrasi 1%
dioleskan 2 kali sehari selama 2-4 minggu

SIKLOPIROKS OLAMIN
Obat ini merupakan antijamur topical berspektrum luas. Penggunaan kliniknya
ialah untuk dermatofitosis, kandidiasis dan tinea versikolor. Siklopiroks olamin
tersedia dalam bentuk krim 1% yang dioleskan pada lesi 2 kali sehari. Reaksi iritatif
dapat terjadi walaupun jarang.

TERBINAFIN
Terbinafin merupakan suatu derivate alilamin sintetik dengan struktur mirip
naftitin. Obat ini digunakan untuk terapi dermatofitosis, terutama onikomikosis dan
juga digunakan secara topical untuk dermatofitosis. Terbinafin topical tersedia dalam
bentuk krim 1% dan gel 1%. Terbinafin topical digunakan untuk pengobatan tinea
kruris dan korporis yang diberikan 1-2 kali sehari selama 1-2 minggu.

9
10

Anda mungkin juga menyukai