Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
LUKA TEMBAK
Disusun oleh:
Galuh Sri Kartika 1810029053
Siti Hajar 1810029064
Rifqi Risdya Pratama 1810029048
Adinda Rizkia Nurdi 1810029061
Fajar Dwi Primantoro 1810029049
Dosen Pembimbing
dr. Kristina Uli, Sp.F.M
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul
“Luka Tembak”. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan ini tidak lepas
dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Kristina Uli, Sp.F.M, sebagai dosen pembimbing klinik selama stase Ilmu
Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
2. Seluruh pengajar yang telah mengajarkan ilmunya kepada penulis hingga
pendidikan saat ini.
3. Rekan sejawat dokter muda yang telah bersedia memberikan saran dan
mengajarkan ilmunya pada penulis.
4. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Akhir kata, ”Tiada gading yang tak retak”. Oleh karena itu, penulis membuka
diri untuk berbagai saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki laporan
ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Hal.
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3
BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 4
1.2 Tujuan ........................................................................................................... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 6
2.1 Definisi Luka Tembak ................................................................................ 6
2.2 Klasifikasi Luka Tembak............................................................................ 6
2.3 Mekanisme Luka Tembak ........................................................................ 10
2.4 Patologi Akibat Luka Tembak ................................................................. 11
2.5 Jarak Luka Tembak .................................................................................. 15
2.6 Arah Proyektil ............................................................................................ 18
2.7 Pemeriksaan Luka Tembak ...................................................................... 18
2.8 Penyebab Kematian Akibat Luka Tembak ............................................. 20
2.9 Senjata Api ................................................................................................ 21
BAB 3 PENUTUP ................................................................................................ 25
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 26
3
BAB 1
PENDAHULUAN
4
Interpretasi yang benar mengenai luka tembak mengenai ahli patologi tidak
hanya memberikan informasi berharga yang dapat menunjang pelaksananaan
hukum selama investigasi, tetapi juga penting untuk penentuan akhir jenis kematian
(Knight, 2013).
Biaya medis, legal, dan emosional akibat kejahatan tersebut menjadi suatu
kerja berat bagi rumah sakit, sistem peradilan, keluarga, dan masyarakat pada
umumnya. Evaluasi mengenai luka tersebut memerlukan latihan khusus dan
keahlian baik oleh seorang dokter yang menangani kegawatdaruratan bagian luka
tembak maupun para ahli patologi dan forensik (Psokos, 2008).
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
dinding, pohon,dan lain-lain atau peluru memuai karena panas atau peluru
yang ujungnya sengaja dibelah (Amir, 2011).
Luka tembak pada tulang, khususnya tulang pipih akan menunjukkan
kelainan yang khas, sehingga walaupun pada korban telah mengalami
pembusukan masih tetap akan dapat dikenali dari bagian sebelah mana
peluru masuk dan pada bagian mana pula peluru tersebut keluar. Luka
tembak pada kepala merupakan contoh yang baik untuk melihat kelainan
dimaksud (Idries, 1997).
a. Pada tempat masuknya peluru, lubang yang terjadi pada tabula eksterna
akan lebih kecil dibandingkan dengan lubang pada tabula interna,
sehingga membentuk corong yang membuka ke dalam.
b. Pada tempat keluarnya peluru, lubang yang terjadi pada tabula interna
akan lebih kecil bila dibandingkan dengan lubang pada tabula eksterna,
sehingga membentuk corong yang membuka keluar.
c. Tembakan pada tulang panjang walaupun tidak memberikan gambaran
yang khas, tetapi merupakan petunjuk dari mana peluru datang yaitu
melihat fragmen tulang yang terangkat atau terdorong, bila peluru
datang dari sebelah kanan maka fragmen tulang akan terdorong ke
sebelah kiri.
d. Pada luka tembak tempel dapat dijumpai pengotoran berwarna hitam
yang ditimbulkan oleh butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau
sebagian terbakar, yang menempel pada tepi lubang yang terbentuk
pada tengkorak atau tulang.
2) Luka Tembak Keluar
Jika peluru yang ditembakkan dari senjata api mengenai tubuh korban
dan kekuatannya masih cukup untuk menembus dan keluar pada bagian
tubuh lainnya, maka luka tembak dimana peluru meninggalkan tubuh itu
disebut luka tembak keluar. Bila mana peluru yang masuk kedalam tubuh
korban tidak terbentur dengan tulang, maka saluran luka yang terbentuk
yang menghubungkan luka tembak masuk dan luka tembak keluar dapat
menunjukkan arah datangnya peluru yang dapat sesuai dengan tembakan
(Idries, 1997).
7
Ciri khusus yang sekaligus merupakan perbedaan pokok dengan luka
tembak masuk adalah: tidak adanya kelim lecet, bentuk luka tembak keluar
lebih besar. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan luka tembak keluar
lebih besar dari luka tembak masuk adalah (Idries, 1997):
a. Perubahan luas peluru, oleh karena terjadi deformitas sewaktu
peluru berada dalam tubuh dan membentur tulang.
b. Peluru sewaktu berada dalam tubuh mengalami perubahan gerak,
misalnya karena terbentur bagian tubuh yang keras, peluru bergerak
berputar dari ujung ke ujung (end to end), ini disebut tumbling.
c. Pergerakan peluru yang lurus menjadi tidak beraturan disebut yawing.
d. Peluru pecah menjadi beberapa fragmen, fragmen-fragmen ini akan
menyebabkan bertambah besar luka tembak keluar.
e. Bila peluru mengenai tulang dan fragmen tulang tersebut turut
terbawa keluar, maka fragmen tulang tersebut akan membuat
robekan tambahan, sehingga akan memperbesar luka tembak
keluarnya.
f. Pada beberapa keadaan luka tembak keluar justru lebih kecil dari
luka tembak masuk, hal ini disebabkan (Idries, 1997) :
g. Kecepatan atau velocity peluru sewaktu akan menembus keluar
berkurang, sehingga kerusakannnya, akan lebih kecil, perlu
diketahui bahwa kemampuan peluru untuk dapat menimbulkan
kerusakan berhubungan langsung dengan ukuran peluru dan
kecepatannya.
h. Adanya benda yang menahan atau menekan kulit pada daerah
dimana peluru akan keluar, yang berarti menghambat kecepatan
peluru, luka tembak keluar akan lebih kecil bila dibandingkan
dengan luka tembak masuk.
8
Luka tembak keluar di daerah kepala dapat seperti bintang (stellate) .
Bentuk bintang tersebut disebabkan oleh karena akibat tembakan dimana
tenaganya diteruskan ke segala arah, fragmen-fragmen tulang yang
terbentuk turut terdorong keluar dan menimbulkan robekan-robekan baru
yang dimulai dari pinggir luka dan menyebar secara radier (Idries, 1997).
Beberapa variasi luka tembak keluar seperti luka tembak keluar
sebagian (partial exit wound), hal ini dimungkinkan oleh karena tenaga
peluru tersebut hampir habis atau ada penghalang yang menekan pada
tempat dimana peluru akan keluar, dengan demikian luka dapat hanya
berbentuk celah, dan tidak jarang peluru tampak menonjol sedikit pada
celah tersebut. Jumlah luka tembak keluar lebih banyak dari jumlah peluru
yang ditembakkan, ini dimungkinkan karena:
a. Peluru pecah dan masing-masing pecahan membuat sendiri luka
tembak keluar.
b. Peluru menyebabkan ada tulang yang patah dan tulang tersebut
terdorong keluar pada tempat yang berbeda dengan tempat keluarnya
peluru.
c. Dua peluru masuk ke dalam tubuh melalui satu luka tembak masuk
(tandem bullet injury), dan di dalam tubuh ke dua peluru tersebut
berpisah dan keluar melalui tempat yang berbeda.
9
Tabel 2.1 Perbedaan Luka Tembak Masuk dan Luka Tembak Keluar
(Chadha, 1995)
Luka tembak masuk Luka tembak keluar
Ukurannya kecil, karena peluru Ukurannya lebih besar dan lebih
menembus kulit seperti bor dengan tidak teratur dibanding luka
kecepatan tinggi tembak masuk, karena kecepatan
peluru berkurang sehingga
menyebabkan roekkan jaringan
Pinggiran luka melekuk ke arah Pinggiran luka melekuk keluar
dalam karena peluru menembus peluru menuju keluar
kulit dari luar
Pinggiran mengalami abrasi Pinggiran luka tidak mengalami
tidak mengalami abrasi
Bisa tampak kelim lemak Tidak terdapat kelim lemak
Pakaian masuk ke dalam luka, Tidak ada
dibawa oleh peluru yang masuk
Pada luka bisa tampak hitam, Tidak ada
terbakar, kelim tato atau jelaga
Pada tulang tengkorak, pinggiran Tampak seperti gambaran mirip
luka bentur bagus kerucut
Bisa tampak berwarna merah Tidak ada
terang akibat adanya zat karbon
monoksida
Disekitar luka terdapat kelim Tidak ada
ekimosis
Perdarahan hanya sedikit Perdarahan lebih banyak
Pemeriksaan radiologi atau analisa Tidak ada
aktivitas neutron mengungkapkan
adanya lingkaran timah atau zat
besi disekitar luka
10
pembuluh darah atau struktur lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih
besar dari diameter peluru (Algozi, 2011).
Jika kecepatan melebihi kecepatan udara, lintasan dari peluru yang
menembus jaringan akan terjadi gelombang tekanan yang mengkompresi
jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan
mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka. Dengan
adanya peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga disebabkan
gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter
rongga ini lebih besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil
sesaat setelah peluru berhenti, dengan ukuran luka tetap sama. Organ
dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih tinggi daripada
organ berongga. Efek luka juga berhubungan dengan gaya gravitasi
(Algozi, 2011).
11
a. Pada saat peluru mengenai kulit, kulit akan teregang.
b. Bila kekuatan anak peluru lebih besar dari kulit maka akan terjadi robekan.
c. Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang
beralur atau rifle bore), terjadi gesekan antara badan peluru dengan
tepi robekan sehingga terjadi kelim lecet (abrasion ring).
d. Oleh karena tenaga penetrasi peluru dan gerakan rotasi akan
diteruskan ke segala arah, maka sewaktu anak peluru berada dan
melintas dalam tubuh akan terbentuk lubang yang lebih besar dari
diameter peluru.
e. Bila peluru telah meninggalkan tubuh atau keluar, lubang atau
robekan yang terjadi akan mengecil kembali, hal ini dimungkinkan
oleh adanya elastisitas dari jaringan.
f. Bila peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim
lecet yang terbentuk akan sama lebarnya pada setiap arah.
g. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan dapat
diketahui dari bentuk kelim lecet.
12
robekan dangkal, disebut bullet slap atau bullet graze.
m. Bila peluru menyebabkan luka terbuka dimana luka tembak masuk
bersatu dengan luka tembak keluar, luka yang terbentuk disebut gutter
wound.
2.4.2 Akibat Butir-Butir Mesiu (Gunpowder Effect): Tatu, Stiplin
a. Butir-butir mesiu yang tidak terbakar atau sebagian terbakar akan
masuk ke dalam kulit.
b. Daerah di mana butir-butir mesiu tersebut masuk akan tampak
berbintikbintik hitam dan bercampur dengan perdarahan.
c. Oleh karena penetrasi butir mesiu tadi cukup dalam, maka bintik-
bintik hitam tersebut tidak dapat dihapus dengan kain dari luar.
d. Jangkauan butir-butir mesiu untuk senjata genggam berkisar sekitar 60 cm.
e. Black powder adalah butir mesiu yang komposisinya terdiri dari nitrit,
tiosianat, tiosulfat, kalium karbonat, kalium sulfat, kalium sulfida,
sedangkan smoke less powder terdiri dari nitrit dan selulosa nitrat
yang dicampur dengan karbon dan grafit.
13
terbakar.
c. Jarak tempuh api serta gas panas untuk senjata genggam sekitar 15
cm, sedangkan untuk senjata yang kalibernya lebih kecil, jaraknya
sekitar 7,5 cm
14
kelim tatu.
15
Pada luka tembak penting sekali memeriksa baju korban. Harus dicocokkan
apakah lubang ditubuh korban setentang dengan lubang dipakaian. Dalam
hal ini baik pada luka tembak dekat, sangat dekat, dan juga luka tembak
tempel, perlu diperhatikan kemungkinan tertinggalnya materi-materi asap
dan tatu dipakaian korban, karena pada tubuh korban hanya didapati luka
dengan cincin memar yang memberikan gambaran luka tembak jauh. Oleh
karena itu bila korban luka tembak tidak memakai pakaian, jangan
menentukan jarak luka tembak sebelum memeriksa pakaiannya (Amir,
2011).
16
Gambar 4. Luka Tembak Jarak Sangat Dekat
17
Tabel 2.2 Perbedaan Jarak Luka Tembak (Sampurna, 2008)
Bentuk luka tembak masuk akibat proyektil yang amsuk kurang-lebih tegak
lurus terhadap kulit adalah relatif bundar. Sedangkan peluru yang masuk miring,
maka kelim lecet akan berbentuk bulat lonjong dengan arah sesuai dengan sumbu
panjnagn kelim lecet. Arah berjalannya proyektil dapat diketahui dengan melihat
bentuk kelim lecetnya dan kemudian sudut masuknya dihitung dengan rumus:
Sin (sudut masuk) = sumbu pendek : sumbu panjang
Arah masunya proyektil juga dapat diketahui dengan melihat saluran
lukanya, yaitu lintasan dari luka tembak masuk ke luka tembak keluar.Pencatatan
tinggi luka tembak masuk dan luka tembak keluar dapat digunakan untuk
menghitung sudut datangnya peluru terhadap bidang horiszontal. Selain itu ukuran
tersebut dapat digunakan untuk kepentingan rekonstruksi (Sampurna, 2008).
1) Luka tembak masuk akibat senjata api yang tidak beralur (Entrance
Shotgun Wound): akan tampak kelainan yang disebabkan oleh
komponen-komponen yang keluar sewaktu penembakan, yaitu:
mesiu,api,asap,pellet,dan sumbat peluru (wad). (Idries, 2011)
2) Luka tembak keluar akibat senjata api yang tidak beralur dapat
18
membantu didalam menentukan arah tembakan dan sikap korban
sewaktu penembakan, yang pada umumnya akan memberikan
gambaran yang variabel akan tetapi pada umumnya lukanya berbentuk
bundar atau oval dengan tepi yang terangkat keluar (everted margins).
(Idries, 2011)
3) Pemeriksaaan mikroskopis dari luka tembak masuk.
Pemeriksaan ini diperlukan pada kasus-kasus yang meragukan,
kelainan yang didapatkan pada dasarnya merupakan akibat dari trauma
mekanis dan thermis. Kompresi dari epithel, elongasi, distorsi dan
tampaknya pendarahan serta butir-butir mesiu, nekrosis koagulatif dan
sembabnya epithel dan vakuolisasi sel-sel basal, demikian pula dengan
piknotiknya inti sel dan pada pewarnaan dengan H.E > akan lebih
banyak mengambil warna biru (basophilic staining), adalah merupakan
kelainan yang dapat ditentukan pada pemeriksaan mikroskopis. (Idries,
2011).
Luka tembak masuk sebaiknya di eksisi dan disimpan dalam formalin
10% dan dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi untuk pemeriksaan
mikroskopis. Pada jaringan luka tembak masuk bisa ditemui sisa-sisa mesiu
berupa pigmen-pigmen hitam atau serat-serat pakaian (Amir, 2011).
4) Pemeriksaan kimiawi dari luka tembak masuk
Prinsipnya adalah dapat dideteksi unsur-unsur yang terdapat
dalam mesiu, misalnya: pada smokeless goundpowder dapat didetksi
nitrit dan cellulose nitrate, sedangkan pada black powder black
gunpowder yang dapat dideteksi adalah korban, nitrit, sulfide, sulfat,
karbonat, tiosianat, dan tiosulfat, dan tiosulfat sedangkan pada senjata
yang lebih modern timah hitam, antimony dan merkuri. (Idries, 2011).
Selain unsur-unsur kimia yang berasal dari mesiu dapat pula
ditemukan unsur-unsur yang berasal dari laras senjata dan anak peluru,
yaitu : timah hitam, antimony, nikel, tembaga, bismuth, perak, dan
thalium. (Idries, 2011).
5) Pemeriksaan dengan radiologis dengan sinar-X ini dapat banyak
membantu didalam hal mencari anak peluru dan partikel logam dalam
19
tubuh korban, menentukan apakah korbagn merupakan korban
penembakan dengan senjata api yang tidak beralur dan pada kasus
khusus, yaitu dimana jumlah anak peluru lebih banyak dari jumlah luka
tembak pada penembakan dengan senjata api yang beralur (tandem
bullet injury). (Idries, 2011). Bila memungkinkan korban difoto Rontgen
terlebih dahulu untuk memastikan saluran luka dan letak peluru (kalau ada)
serta arah pecahan tulang. Tapi di Indonesia biasanya sarana ini tidak ada
dibagian forensik.
6) Bentuk luka harus dilukis teliti, bila perlu dengan foto close-up. Luka
tembak masuk dan keluar digambarkan dengan membuat proyeksi luka
kebagian tengah tubuh dan ketumit setentang. Ini dapat dipakai untuk
merekonstruksi arah tembakan.
7) Jumlah luka. Lihat juga kemungkinan anak peluru yang sama mengenai
bagian tubuh yang lain. Satu peluru bisa membuat 2 luka masuk dan
2 luka keluar, misalnya dari lengan luar menembus lengan dalam dan
masuk lagi ke dada dan keluar di tempat lain.
8) Luka dibersihkan dengan kapas yang dibasahi dengan sabun. Kapas
tidak dibuang tapi diserahkan kepada penyidik. Jelaga akan terhapus,
sementara tatu tetap ada. Penyebarannya dilukis atau difoto. Lihat
kemungkinan luka bakar. Partikel mesiu diambil dengan parafin, bila
perlu diambil dengan plester lebar. Semua ini penting untuk jarak
tembakan.
9) Perhatikan saluran luka waktu autopsi dan letak perdarahan.
10) Cari peluru dan ambil hati-hati tanpa membuat goresan. Bila tertanam
di tulang, tulangnya dipotong (jangan coba-coba menariknya dari
tulang) dan dikirim ke Laboratorium.
20
rongga tubuh. Volume darah ada kira-kira 7-10% atau 1/3 dari berat badan.
Kehilangan darah sebanyak 1/3 bagian dari volume darah tubuh secara tiba-
tiba dapat menyebabkan kematian. Kehilangan darah yang demikian ini
mengakibatkan syok dan meninggal bila tidak dilakukan penanganan yang
tepat dan cepat, sedangkan kehilangan darah secara perlahan-lahan tidak
begitu membahayakan oleh karena tubuh dapat mengkompensasi.
Perdarahan didalam rongga tubuh karena luka tembak sering mengenai
organ-organ dalam, jika dijumpai lebih dari satu, maka harus ditentukan
yang mana yang menyebabkan kematian korban (Amir, 2011).
21
bukti di laboratorium, karna dokter yang kurang hati-hati bisa membuat
goresan baru yang akan mengacaukan pemeriksaan identifikasi peluru. Oleh
karena itu jangan mengambil anak peluru maupun selongsong dengan
menggunakan alat-alat seperti: tang, obeng, pinset, scapel dan lain-lain,
karena alat tersebut akan menimbulkan goresan yang dapat mengacaukan
pemeriksaan.
22
Hal ini akan menghasilkangaya sentripental sehingga proyektil
stabil dalam lintasannya setelah terlepas dari laras (Budiyanto,
1997).
Di dalam dunia kriminal, senjata api yang biasa dipergunakan adalah
senjata genggam beralur (rifling), sedangkan senjata api dengan laras
panjang dan senjata yang biasa dipakai untuk olahraga berburu yang
larasnya tidak beralur jarang dipakai untuk maksud kriminal. Alur
mengimpartasikan putaran rotasi proyektil ketika meluncur dalam laras.
Kegunaan putaran ini adalah untuk menstabilkan peluncuran proyektil
ketika ditembakkan ke udara dan menjaga kejatuhannya (Idries, 1997).
23
2.9.3 Jenis Proyektil (Peluru)
Proyektil yang digunakan dapat berupa penabur atau mimis dan peluru
tunggal. Terdapat beberapa jenis peluru tunggal, yaitu:
a. Peluru timah bulat.
b. Peluru timah bulat lonjong.
c. Peluru bulat lonjong berselubung tembaga setengah.
d. Peluru bulat lonjong berselubung tembaga penuh.
e. Peluru khusus.
24
BAB 3
PENUTUP
Luka tembak adalah luka yang disebabkan karena adanya penetrasi peluru
kedalam tubuh yang diproyeksikan lewat senjata api, umumnya ditandai dengan
luka masuk kecil dan dapat disertaimdengan lika keluar yang lebih besar. Luka ini
biasanya juga disertai dengan kerusakan pembuluh darah, tulang dan jaringan
disekitarnya.
Terdapat berbagai jenis senjata yang dapat didasarkan pada berbagai macam
hal, antara lain berdasarkan tenaga pendorong yang terdiri dari senjata api dan
senjata angin. Berdasarkan cara penggunaannya senjata genggam, dapat juga
didasarkan pada bentuk permukaaan dalam laras yaitu senjata berlaras rata dan
senjata beralur melingkar.
Mekanisme terjadinya senjata, baik senjata angin atau senjata api pada
prinsipnya sama yaitu memanfaatkan tekana tinggi dari udara atau gas untuk
melontarkan anak proyektil atau anak peluru keluar dari laras dengna kecepatan
tinggi. Tekanan tinggi tersebut dapat berasal dari gas CO2 atau pembakaran mesiu.
25
DAFTAR PUSTAKA
26