Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Oleh
Dosen Pembimbing
dr.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang sudah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus yang berjudul ‘’Periodic Paralysis Hipokalemia’’. Laporan kasus ini
disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
Tidak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada dr. A selaku dosen
pembimbing klinis yang telah memberikan banyak bimbingan, perbaikan dan saran
penulis sehingga laporan kasus ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari
masih terdapat banyak ketidaksempurnaan dalam referat ini, sehingga penulis
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnaan referat ini. Akhir kata penulis
berharap semoga laporan kasus ini menjadi ilmu bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis,
Kepala
Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, eksoftalmus +/+
Bibir : sianosis (-)
Pernafasan cuping hidung (-)
Leher
Deviasi trakea (-)
Kelenjar tiroid : Pembesaran (+/-), nodul (-), nyeri tekan (-)
Kelenjar getah bening : pembesaran (-), nodul (-), nyeri tekan (-)
Thorax
Inspeksi : bentuk dada normal, pergerakan dada simetris, penggunaan otot
bantuan nafas (-), pelebaran sela iga (-)
Palpasi : pelebaran sela iga (-/-), vocal fremitus sama pada lapang paru dextra &
sinistra
Perkusi : sonor di semua lapang paru
Auskultasi : suara nafas vesikuler pada kedua paru, wheezing -/-, rhonki -/-
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS V midclavicular line (s)
Perkusi : batas jantung kanan ICS IV parasternal line (d), batas jantung kiri
ICS V midclavicula line (s)
Auskultasi : S1 S2 normal regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi : abdomen terlihat cekung
Auskultasi : bising usus (+) kesan normal
Perkusi : timpani, asites (-)
Palpasi : soefl, massa (-), hepar dan limpa tidak teraba, nyeri tekan (-)
Ekstremitas
Ekstremitas superior : Edema (-/-), akral hangat, CRT < 2 detik, parese dengan mmt 4
Ekstremitas inferior : Edema (-/-), akral hangat, CRT < 2 detik, parese dengan mmt 2
- Elektrokardiogram (EKG)
2.5 Diagnosis
- Diagnosis etiologis : Hipertiroidisme
- Diagnosis anatomis : Periodic paralysis hipokalemia
- Diagnosis fungsional : Periodic paralisis hypokalemia + hipertiroidisme
2.6 Penatalaksanaan
1) Drip KCL 1 fl dalam Nacl 0.9% IV
2) KSR 2x1
3) Thyrozol 10 mg 1x1
4) Propranolol 40 mg 2x 1/2
BAB 3
TINJAUAN PUSTAKA
Kalium adalah kation intrasel utama. Sekitar 98 % jumlah kalium dalam tubuh
berada di dalam cairan intrasel. Konsentrasi K+ plasma normal adalah 3.5-5 mmol/L,
sementara konsentrasinya didalam sel adalah sekitar 150 mmol/L. (Yaswir, Harrison)
Ada dua jenis yaitu PPH yaitu PPH yang diturunkan atau familial dan PPH
didapat (acquired). PPH didapat bisa ditemukan pada kasus tirotoksikosis, sehingga
sering disebut sebagai paralisis periodic tirotoksik. PPH familial diturunkan secara
autosomal dominan, awitan pada usia peripubertas; dapat mengenai seua ras, paling
dominan pada ras Asia; perbandingan risiko laki-laki dan perempuan adalah 2:1, 50%
orang dengan gen pembawa bergejala ringan atau asimptomatis. (Winarno,
Christofel, 2018).
Menurut Agus dan christofel, 2018 terdapat penurunan kekuatan otot dan
reflex tendon pada semua ekstremitas. Kelemahan otot bersifat intermitten dan
episodik dimulai dari tungkai menjalar ke lengan. Derajat paralisis mulai dari
kelemahan ringan sekelompok otot hingga kelemahan berat berupa quadriplegia
dengan paralisis otot pernapasan. Otot yang terkena biasanya simetris (Rajesh dkk
2014).
3.1.6 Diagnosis
A. Anamnesis
B. Pemeriksaan fisik
Menurut Winarno dan christofel 2018 pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan
penurunan atau hilangnya reflkes tendon, tetapi tetap sensoris intak. Pemeriksaan
fisik harus memberi perhatian khusus pada tekanan darah dan tanda-tanda tertentu,
misalnya hipertiroidisme dan sindrom cushing. (Nathania, 2018)
C. Pemeriksaan penunjang
3.2 Hipertiroidisme
Menurut Kusrini dan suryati (2010) Hipertiroid adalah suatu keadaan klinik
yang ditimbulkan oleh sekresi berlebihan hormone tiroid yaitu tiroksin (T4) dan
triiodotironin (T3). Hipertiroid dibagi atas dua yaitu hipertiroid klinis dan hipertiroid
subklinis. Hipertiroid klinis yaitu pemeriksaan sitologi kadar TSH kurang dari normal
(< 0.3 µIU/ml), kadar Ft4 lebih dari nilai normal (> 2 nano gram/dl) sedangkan
hipertiroid subklinis kadar TSH kurang dari normal (< 0.3 µIU/ml), kadar fT4 masih
dalam batas normal (0.8-2.0 µIU/ml) (sukandar, Diah, Nur, 2015).
Secara umum, akan terlihat berat badan menurun, pasien merasa panik,
tegang, sulit tidur, jantung berdebar-debar, tangan gemetaran, dan mata terbelalak
keluar (eksoftalmus). Gambaran khas ini merupakan suatu hipertiroid, yang
disebabkan oleh pembakaran atau metabolism tubuh yang melebihi semestinya.
Tanda-tanda hipertiroid sangat khas, oleh karena itu pasien hipertiroid lebih cepat
datang ke dokter untuk memperoleh pengobatan, terutama apabila pasien mengalami
pembesaran pada leher (Kamsyakawuni, Rachmad, Eko, 2012).
3.2.5 Diagnosis
Methimazole biasanya merupakan obat pilihan pada pasien tidak hamil karena
biayanya yang lebih rendah, waktu paruh yang lebih lama, dan insidensi efek
samping hematologis yang lebih rendah. Dosis awal adalah 15 hingga 30 mg per hari,
dan dapat diberikan bersamaan dengan beta blocker. Beta bloker dapat diturunkan
setelah empat hingga delapan minggu dan methimazole disesuaikan, sesuai dengan
gejala klinis, kadar T4, kadar T3 dengan dosis 5 hingga 10 mg per hari. Pada satu
tahun, jika pasien sudah tidak menunjukkan gejala secara klinis dan pada
pemeriksaan biokimia tingkat antibodi perangsang tiroid sudah tidak terdeteksi maka
terapi dapat dihentikan. Setelah terapi obat antitiroid dihentikan, pasien harus
dipantau setiap tiga bulan untuk tahun pertama. Jika kambuh terjadi kembali, iodin
radioaktif atau pembedahan umumnya direkomendasikan, walaupun terapi obat
antitiroid dapat dimulai kembali. (NCBI)
Obat golongan lain berupa propylthiouracil lebih disukai untuk wanita hamil
karena methimazole telah dikaitkan dengan kelainan genetik. Dosis awal PTU adalah
100 mg tiga kali per hari dengan dosis pemeliharaan 100 hingga 200 mg setiap
hari.28 Tujuannya adalah untuk menjaga kadar T4 bebas di tingkat atas normal.
(NCBI)