ANALISA STRUKTUR II
(METODE KEKAKUAN)
PENULIS
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, diktat kuliah Analisa Struktur II ini dapat
diselesaikan. Diktat ini merupakan buku acuan dasar dalam mata kuliah Analisa Struktur
II. Materi dari diktat ini adalah analisa struktur dengan metoda kekakuan yang dibagi
menjadi dua bagian yaitu metoda kekakuan dasar dan metoda kekakuan langsung. Metoda
Kekakuan Dasar membahas analisa struktur dengan menggunakan dasar-dasar mekanika
teknik untuk menurunkan persamaan kekakuan yang akan dipakai pada metoda kekakuan
langsung. Sedangkan metode kekakuan langsung membahas bagaimana mendapatkan
matrik aksi dan kekakuan itu dengan metoda perakitan. Sudah tentu diktat ini masih
memiliki banyak kekurangan sehingga memerlukan perbaikan dan penyempurnaan. Untuk
itu saran dan masukan dari pembaca sangat diharapkan guna memperbaiki dan
menyempurnakan diktat ini.
Denpasar, 2016
Penulis,
Putu Deskarta
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
I. PENDAHULUAN 1
1.1 Umum 1
1.2 Jenis-Jenis Struktur Rangka 2
1.2.1 Struktur Rangka Batang (Trusses) 3
1.2.2 Struktur Balok Menerus (Beams) 4
1.2.3 Struktur Balok Silang 4
1.2.4 Struktur Portal Bidang (Plane Frames) 5
1.2.5 Struktur Portal Ruang (Space Frames) 6
1.3 Pemodelan Struktur 7
1.3.1 Perilaku joint 7
1.3.2 Perilaku Tumpuan 8
1.3.3 Perilaku Elemen Batang 9
1.4 Konsep Aksi dan Deformasi 9
1.5 Aksi dan Deformasi Struktur Sederhana 11
1.5.1 Deformasi Balok Statis Tertentu 12
1.5.2 Aksi Balok Terjepit (Balok Kinematik Tertentu) 13
II. METODA KEKAKUAN DASAR 15
2.1 Umum 15
2.2 Derajat Kebebasan 15
2.3 Konsep Supperposisi 17
2.4 Analisa Struktur Balok Menerus 18
2.4.1 Menurunkan Persamaan Aksi-Deformasi 18
2.4.2 Menghitung Aksi Ujung Batang (Gaya Ujung Batang) 24
2.5 Analisa Struktur Rangka Batang 27
2.5.1 Menurunkan Persamaan Aksi-Deformasi 27
2.5.2 Menghitung Gaya Ujung Batang 31
2.6 Analisa Struktur Portal Bidang 32
2.6.1 Penurunan Persamaan Aksi-Deformasi 32
2.6.2 Menghitung Deformasi 36
2.6.3 Menghitung Gaya Ujung Batang 36
III. METODA KEKAKUAN LANGSUNG 37
3.1 Umum 37
3.2 Struktur Global dan Struktur Lokal 37
3.3 Penomeran Variabel Aksi-Deformasi 40
3.3.1 Penomeran Variabel Aksi-Deformasi Struktur Balok 41
3.3.2 Penomeran Variabel Aksi-Deformasi Struktur Rangka Batang Bidang 42
3.3.3 Penomeran Variabel Aksi-Deformasi Struktur Rangka Batang Ruang 43
3.3.4 Penomeran Variabel Aksi-Deformasi Struktur Portal Bidang 44
3.3.5 Penomeran Variabel Aksi-Deformasi Struktur Portal Ruang 45
IV. ANALISA STRUKTUR RANGKA BATANG BIDANG 47
4.1 Penomeran Variabel Aksi-Deformasi 47
4.1.1 Penomeran Variable Aksi-Deformasi Struktur Global 47
4.1.2 Penomeran Variable Aksi-Deformasi Elemen Batang 48
ii
4.2 Hubungan Aksi-Deformasi Elemen Batang 49
4.2.1 Hubungan Aksi-Deformasi Sistem Sumbu Batang 49
4.2.2 Hubungan Aksi-Deformasi Sistem Sumbu Struktur 50
4.2.3 Matriks Transformasi 51
4.2.4 Matriks Kekakuan Elemen Batang Sumbu Struktur 52
4.2.5 Gaya Normal Elemen Batang Akibat Deformasi Ujung Batang 53
4.3 Hubungan Aksi-Deformasi Struktur Global 53
4.3.1 Menentukan Matriks Aksi 54
4.3.2 Menghitung Matriks Kekakuan 54
4.3.3 Menghitung Deformasi 56
4.3.4 Menghitung Gaya Normal Batang 58
V. ANALISA STRUKTUR BALOK MENERUS 59
5.1 Penomeran Variabel Aksi-Deformasi 59
5.1.1 Penomeran Variable Aksi-Deformasi Struktur Global 59
5.1.2 Penomeran Variable Aksi-Deformasi Elemen Batang 60
5.2 Persamaan Aksi-Deformasi Elemen Batang 60
5.3 Persamaan Aksi-Deformasi Struktur 61
5.4 Menghitung Gaya Ujung Batang 63
5.5 Contoh Analisa Struktur Balok 64
5.5.1 Penomeran Variable Aksi-Deformasi Struktur 64
5.5.2 Menghitung Aksi Langsung Pada Joint 64
5.5.3 Menghitung Aksi Akibat Beban Pada Batang 65
5.5.4 Menghitung Matriks Kekakuan 66
5.5.5 Menghitung Deformasi 67
5.5.6 Menghitung Gaya Ujung Batang 67
5.5.7 Penggambaran Diagram Bidang Moment dan Gaya Lintang 68
5.5.8 Menghitung Reaksi Tumpuan 69
5.6 Struktur Balok dengan Tumpuan yang Berdeformasi 70
VI. ANALISA STRUKTUR PORTAL BIDANG 74
6.1 Penomeran Variabel Aksi-Deformasi 74
6.1.1 Penomeran Variable Aksi-Deformasi Struktur Global 74
6.1.2 Penomeran Variable Aksi-Deformasi Elemen Batang 74
6.2 Persamaan Aksi-Deformasi Elemen Batang Sistem Sumbu Batang 75
6.3 Transformasi sumbu 76
6.4 Hubungan Aksi-Deformasi Elemen Batang Sistem Sumbu Global 77
6.5 Persamaan Aksi-Deformasi Struktur 78
6.6 Menghitung Aksi Langsung Pada Joint 81
6.7 Menghitung Aksi Akibat Beban Pada Batang 81
6.8 Menghitung Matriks Kekakuan 84
6.9 Menghitung Deformasi Joint 86
6.10 Menghitung Gaya Ujung Batang 88
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Suatu bangunan teknik sipil haruslah memiliki elemen-elemen struktur (seperti balok, kolom,
pelat dll.) dengan dimensi penampang serta tulangan yang cukup agar bangunan tersebut
kuat, aman, nyaman dan ekonomis. Struktur yang kuat berarti tegangan yang terjadi pada
setiap penampang tidak melebihi kekuatan bahan dari struktur. Struktur yang aman berarti
untuk segala kondisi pembenanan, struktur tersebut tidak runtuh. Struktur yang nyaman
berarti deformasi dari struktur tidak sampai membuat pemakainya merasa tidak nyaman atau
was-was dalam memakainya. Sedangkan struktur yang ekonomis berarti dimensi penampang
tidak jauh melebihi yang diperlukan atau tegangan yang terjadi tidak terlalu kecil
dibandingkan dengan kekuatan bahan. Struktur yang ekonomis memiliki tegangan pada
setiap penampang yang sedikit lebih kecil dari, atau hampir mendekati, kekuatan bahan.
Untuk menghitung dimensi penampang serta tulangan, perlu diketahui sebelumnya besar
tegangan-tegangan, atau besar gaya-gaya dalam dan momen yang akan terjadi pada elemen
struktur sebelum dan setelah dipergunakan. Tegangan atau gaya dalam pada elemen-elemen
struktur bisa didapatkan setelah melakukan perhitungan analisa struktur. Hasil analisa
struktur selain berupa tegangan atau gaya dalam juga berupa deformasi pada titik-titik joint
dari struktur.
Sebelum melakukan analisa struktur, struktur riil (seperti gedung, kubah, bendungan dll.)
yang akan dianalisa, harus dibuat model mekanika teknik nya. Ada tiga jenis model
mekanika teknik untuk struktur yaitu:
(i). Struktur rangka seperti; rangka kuda-kuda, rangka gedung atau jembatan dll. Struktur
ini menggunakan elemen batang (elemen 1 dimensi).
(ii). Struktur plat / shell seperti; plat lantai, tangki, kubah dll. Struktur ini memakai elemen
pelat / shell (elemen 2 dimensi).
1
(iii). Struktur solid seperti: bendungan, terowongan dll. Struktur ini memakai elemen kubus
(elemen 3 dimensi).
Khusus yang dibahas disini adalah struktur rangka dengan elemen batang. Ada banyak
metoda yang dipakai dalam menganalisa struktur ini seperti metoda Slope Deflection, metoda
Cross, metoda Takabeya, metoda Flexibilitas, dan metoda Kekakuan. Secara global metoda-
metoda itu dapat dikelompokan dalam dua kelompok yaitu kelompok yang berbasis pada
teori flexibilitas dan yang berbasis pada teori kekakuan. Semua metoda analisa diatas selain
metoda kekakuan termasuk dalam kelompok yang pertama.
Metoda yang berbasis pada teori flexibilitas memiliki banyak variasi langkah perhitungan
sehingga program komputernya susah dibuat. Sedangkan metoda yang berbasis pada teori
kekakuan langkah perhitungannya standar / tidak bervariasi sehingga lebih mudah dibuat
program komputernya. Hampir semua program komputer untuk analisa struktur pada
dasarnya memakai konsep kekauan, walaupun dihitung dengan cara elemen hingga. Untuk
itulah buku ini hanya akan menbahas analisa struktur dengan metoda kekakuan.
h
L
h L
Gambar 1.1 Contoh struktur rangka Gambar 1.2 Bukan struktur rangka
2
Gambar 1.1 menunjukkan struktur yang dapat dimodelkan sebagai struktur rangka, dan
gambar 1.2 menunjukkan struktur yang tidak tepat memakai model struktur rangka.
Berdasarkan perilaku batang atau perilaku titik joint nya, struktur rangka dapat dibagi
menjadi beberapa jenis yaitu; struktur rangka batang, struktur balok menerus, struktur balok
silang, struktur portal bidang dan struktur portal ruang. Jenis struktur portal ruang merupakan
model yang paling tepat untuk memodelkan struktur rangka apa saja. Namun jenis struktur
ini memiliki variable yang jauh lebih banyak dari jenis struktur lainnya sehingga lebih susah
menganalisanya. Untuk itu biasanya jika struktur bisa disederhanakan dengan model jenis
lainnya, maka tidak perlu memakai model struktur portal ruang.
Gambar 1.3 Struktur rangka batang bidang Gambar 1.4 Deformasi normal batang
3
Pada struktur rangka batang bidang, setiap joint memiliki dua variabel deformasi yaitu
translasi horisontal (sb. x) dan translasi vertikal (sb. y). Pada struktur rangka batang ruang,
setiap joint memiliki tiga variabel deformasi yaitu translasi arah x, y, dan z.
Selaras dengan deformasi pada joint maka setiap joint tersebut mampu menerima hanya dua
buah gaya pada struktur rangka batang bidang dan tiga buah gaya pada struktur rang batang
ruang. Gambar 1.3 menunjukkan model struktur rangka batang bidang dimana pada setiap
titik joint memiliki 2 variabel deformasi atau mampu menerima 2 buah gaya. Gambar 1.5
menunjukan model struktur rangka batang ruang yang digambar secara perspektif. Setiap
joint pada struktur ini memiliki 3 variable deformasi atau mampu menerima 3 buah gaya.
Kedua struktur ini memiliki kesamaan dalam perilaku elemen batangnya yaitu hanya
mengalami gaya normal dan deformasi normal saja seperti pada gambar 1.4
Gambar 1.7 Struktur Balok Menerus Gambar 1.8 Perilaku Elemen Batang
Struktur ini merupakan struktur balok yang saling bersilangan pada bidang horisontal. Setiap
joint memiliki tiga variabel deformasi atau mampu menerima tiga buah aksi. Deformasi dan
aksi yang selaras dengan nya adalah:
4
(1). Rotasi arah sumbu x, selaras dengan momen searah sumbu x
(2). Rotasi arah sumbu y, selaras dengan momen searah sumbu y
(3). Translasi vertikal, selaras dengan aksi berupa gaya vertikal ( sumbu z )
Elemen batangnya dapat mengalami tiga buah gaya dalam yaitu; gaya lintang, momen lentur
dan momen torsi. Gambar 1.9 menunjukkan struktur balok silang dengan variabel aksi atau
deformasi pada titik joint nya. Mx adalah momen yang vektornya sejajar sumbu x, My adalah
momen yang vektornya sejajar sumbu y dan Vz adalah gaya vertikal sejajar sumbu z.
Sb. Y Mx
Sb. Z
My
Vz
Sb. X
My
Gambar 1.9 Struktur Balok Silang Vz
Mx
Vz Vz
Mx Mx Vz
Mx
My My
My
Gambar 1.10 menunjukkan perilaku tiap elemen batang dengan gaya dalam yang tergambar
pada ujungnya. Pada batang searah sumbu y terlihat bahwa Mx adalah momen torsi dan My
adalah momen lentur, sedangkan pada batang searah sumbu y terlihat bahwa Mx menjadi
momen lentur dan My adalah momen torsinya.
5
titik joint tersebut memiliki tiga variable deformasi atau dapat menerima tiga buah aksi.
Deformasi serta aksinya yang selaras itu adalah:
(1). Translasi arah sumbu x, yang selaras dengan gaya searah sumbu x
(2). Translasi arah sumbu y, yang selaras dengan gaya searah sumbu y
(3). Rotasi arah sumbu z, yang selaras dengan momen lentur arah sumbu z
Elemen batangnya dapat mengalami tiga gaya dalam yaitu gaya normal, gaya lintang dan
momen lentur. Gambar 1.11 menunjukkan struktur portal bidang dengan tiga variable aksi
atau deformasi pada tiap titik kumpulnya. Gambar 1.12 menunjukan gaya-gaya dalam pada
tiap elemen batang yang tergambar pada ujung-ujung batang. Terlihat bahwa pada batang
horisontal, gaya arah x merupakan gaya normal dan gaya arah y merupakan gaya lintang.
Sebaliknya pada batang vertikal gaya arah x menjadi gaya lintang dan gaya arah y menjadi
gaya normal.
Vy
Vy
Mz
Vx Vx
Vy
Mz
Vx
Mz
Gambar 1.11 Struktur Portal Bidang Gambar 1.12 Gaya Dalam Elemen Batang
6
My
Vz
Mz
Vy
Vx
Vx Mx
Mx Vy
Mz
Vz
Vz
My Vx Mx
My
Mz
Vy
Gambar 1.13 Struktur Portal Bidang Gambar 1.14 Gaya Dalam Elemen Batang
Perilaku elemen batangnya adalah setiap elemen batang dapat menerima 6 buah gaya dalam
seperti pada gambar 1.14 yaitu;
a. Tiga buah gaya yaitu; gaya normal searah sumbu batang dan dua gaya lintang yang tegak
lurus sumbu batang.
b. Tiga buah momen yaitu; momen torsi searah sumbu batang dan dua momen lentur yang
tegak lurus sumbu batang.
Vektor dengan satu panah ( ) menyatakan gaya dan vektor dengan dua panah ( )
menyatakan vektor momen.
7
sangat kecil seperti kuda-kuda dari propil siku yang kecil maka jointnya dapat dimodelkan
sebagai joint sendi dengan kesalahan yang tidak terlalu besar. Joint sendi ini tidak memiliki
kemampuan menerima momen. Jumlah derajat kebebasan joint-joint ini bergantung pada
jenis struktur yang dianalisa seperti yang diuraikan pada bab 1.2. Notasi joint sendi adalah
dengan bulatan kecil sedang joint rigid tidak ada bulatan.
Gambar 1.15
Jenis-jenis Tumpuan dengan variabel deformasi bebas nya
Gambar 1.16
Jenis-jenis Tumpuan serta kemampuan aksi nya
8
(i). Tumpuan jepit penuh, adalah tumpuan yang tidak dapat bertranslasi maupun berotasi.
Tumpuan ini mampu menerima satu momen dan dua arah gaya untuk struktur bidang,
dan tiga momen dan tiga gaya untuk struktur ruang. Gambar (a)
(ii). Tumpuan jepit roll, adalah tumpuan yang bisa bertranslasi arah horisontal saja.
Tumpuan mampu menerima momen dan gaya yang searah batangnya saja. Gambar (b)
(iii).Tumpuan sendi, adalah tumpuan yang hanya bisa berotasi. Tumpuan ini hanya mampu
menerima gaya saja yaitu dua arah gaya untuk struktur bidang dan tiga arah gaya untuk
struktur ruang. Gambar (c) atau (d)
(iv). Tumpuan sendi roll adalah tumpuan yang bisa bertranslasi horisontal dan berotasi.
Tumpuan ini hanya mampu menerima gaya yang searah batangnya saja. Gambar (e)
Gambar 1.15 adalah notasi dari beberapa jenis tumpuan dengan variabel deformasi bebas
yang dimilikinya. Pada gambar 1.15 (a) terlihat bahwa tumpuan jepit tidak memiliki
deformasi dan pada gambar 1.15 (b) dan (c) terlihat bahwa tumpuan sendi hanya memiliki
rotasi. Gambar 1.16 adalah notasi dari berbagai jenis model tumpuan serta kemampuan
menerima aksi yang dimilikinya.
9
aksi dan deformasi pada joint-joint. Beban pada batang tidak perlu ditinjau lagi karena semua
beban yang ada pada batang akan menjadi aksi pada joint. Deformasi pada batang tidak perlu
dipermasalahkan dulu karena deformasi batang akan diwakilkan oleh deformasi pada joint-
joint. Jadi yang dimaksud dengan aksi disini adalah gaya atau momen yang terjadi pada joint
akibat beban langsung pada joint maupun akibat beban pada batangnya. Sedangkan yang
dimaksud dengan deformasi adalah translasi atau rotasi yang dapat terjadi pada joint tersebut.
Sebagai contoh perilaku struktur kantilever dengan beban merata seperti gambar 1.17
dibawah diwakilkan oleh perilaku aksi dan deformasi titik pada ujung bebasnya (titik B).
1
q
B 2
A
B
L
Gambar 1.17
Titik tersebut memiliki dua derajat kebebasan yaitu translasi vertikal di B (no. 1) dan rotasi di
B (no. 2). Perilaku kantilever tersebut dapat diwakilkan dengan hubungan antara aksi dan
deformasi pada titik B yaitu; deformasi (D) sama dengan suatu konstanta [F] kali aksi (A).
Karena variabelnya lebih dari satu maka hubungan tersebut harus dalam bentuk matriks.
D1 F11 F12 A1
[ D ] = [ F ] [ A ] atau *
D2 F21 F22 A2 (1.1)
[F] dalam hal ini adalah konstanta fleksibilitas dari struktur tersebut. Jika diselesaikan maka
persamaan matriks diatas akan berbentuk:
D1 L3/3EI L2/2EI - q L /2
(1.2)
2 * 2
D2 L /2EI L/EI - q L /12
Jadi perilaku elemen batang dapat diganti menjadi perilaku aksi dan deformasi pada jointnya.
Hal yang sama juga terjadi untuk struktur yang lebih kompleks dengan banyak elemen
batangnya.
10
Perlu diperhatikan bahwa; variabel aksi serta deformasi nya yang selaras, harus memiliki
nomer yang sama. Selaras artinya bahwa vektornya sama, misal aksi gaya selaras dengan
translasi dan aksi momen selaras dengan rotasi. Dalam hal diatas: aksi gaya serta translasinya
bernomer 1, sedangkan aksi momen beserta rotasinya memiliki nomer 2. Pengurutan
penomeran disesuaikan dengan sistem sumbu Cartesian yaitu; yang searah sumbu x diberi
nomer pertama, selanjutnya yang searah sumbu y, lalu sumbu z.
Persamaan aksi deformasi (1.1) diatas bisa ditukar tempatnya sehingga menjadi
A1 S11 S12 D1
[ A ] = [ S ] [ D ] atau
*
A2 S21 S22 D2 (1.3)
[ S ] adalah matriks kekakuan struktur yang merupakan invers atau kebalikan dari matriks
fleksibilitas. Jadi [S] = [F] -1
Jika matriks [ F ] pada persamaan (1.2) diinverskan maka hasilnya adalah matriks kekakuan
dengan nilai
Gambar 1.18
11
1.5.1 Deformasi Balok Statis Tertentu
Pada metoda fleksibilitas, elemen dasarnya adalah batang statis tertentu dan yang diperlukan
adalah deformasi ujung-ujungnya akibat aksi atau beban yang bekerja. Tabel 1.1 berikut
adalah deformasi struktur sederhana tersebut akibat aksi atau beban yang bekerja.
Tabel 1.1 Deformasi Struktur Statis Tertentu
q θa = θb = (q L3 ) / (24 EI)
A L, EI B
a a θa = θb = (qe L3 ) / (24 EI)
q dengan qe = 4 z2 – 3 z3
L, EI z=a/L
A B
a b
θa = Pa b (L+b) / (6 EI L)
θb = Pa b (L+a) / (6 EI L)
A L, EI B
M
θa = M L / (3 EI)
θb = M L / (6 EI)
A B
P
Δ = P L3 / (3 EI)
θ Δ θ = P L2 / (2 EI)
M
Δ = M L2 / (2 EI)
θ Δ θ = M L / (EI)
q Δ = q L4 / (8 EI)
θ = q L3 / (6 EI)
θ Δ
12
1.5.2 Aksi Balok Terjepit (Balok Kinematik Tertentu)
Yang dimaksud dengan Aksi ujung batang balok terjepit sesungguhnya adalah reaksi ujung
batang tersebut (tumpuannya) akibat beban yang dikerjakan pada batang nya atau deformasi
yang dikerjakan pada ujung nya. Aksi ini diperlukan dalam perhitungan yang menggunakan
metoda kekakuan.
Tabel 1.2 Aksi (Reaksi) struktur terjepit akibat beban dan deformasi
Ma Mb Ma = Mb = q L2 / 12
q
Ra = Rb = q L / 2
Ra Rb
Ma = Mb = (qe L2 ) / 12
a b a
Ma dengan qe = (1 – 2 2 + 3) q
Mb
q
=a/L
Ra Rb Ra = Rb = q (L-a) / 2
a b
Ma Mb Ma = P a b2 / L2 Mb = P a2 b / L2
P
Ra = P b2 (3a +b) / L3
Ra Rb Rb = P a2 (a + 3b) / L3
L
Ra Mb Ma = Mb = 6 EI Δ / L2
Δ
Ra = Rb = 12 EI Δ / L3
Ma
Rb
Rb
Ma Ma = 4 EI θ / L Mb = 2 EI θ / L
θ
Mb Ra = Rb = 6 EI θ / L2
Ra
13
= a / L= 1/2
a a
Ma Ma = Mb = (qe L2 ) / 12
Mb
q
dengan qe = 5/8 q
Ra Rb Ra = Rb = q L / 4
L
Ra = Rb = q L / 4
Ra Rb
14
BAB II
Metoda Kekakuan Dasar
2.1 Umum
Metoda kekakuan juga dikenal dengan metoda deformasi karena penyelesaiannya
berbasis pada perhitungan deformasi dari struktur. Untuk memudahkan penjelasan maka
metoda kekakuan dalam hal ini akan dikelompokkan kedalam dua bagian yaitu metoda
kekakuan dasar dan metoda kekakuan langsung. Metoda kekakuan dasar adalah metoda
kekakuan yang penyelesaiannya dilakukan dengan cara manual, sedangkan metoda
kekakuan langsung adalah metoda kekakuan yang penyelesaiaannya mengarah pada
proses perhitungan berbasis komputer. Metoda kekakuan dasar menguraikan prinsip
dasar proses analisa metoda kekakuan, dan merupakan pengantar untuk dapat memahami
metoda kekakuan. Karena penyelesaiannya secara manual maka jumlah variabel
deformasi bebasnya (derajat kebebasannya) tidak bisa terlalu banyak. Struktur yang
dianalisa hanya struktur-struktur sederhana saja. Sedangkan untuk struktur-struktur yang
variabel deformasi bebasnya banyak akan dianalisa dengan metoda kekakuan lanjutan.
15
Derajat kebebasan atau derajat kinematik dari suatu struktur adalah jumlah seluruh
variabel deformasi bebas dari joint-joint pada struktur tersebut. Deformasi bebas adalah
deformasi yang dapat terjadi pada joint akibat adanya aksi atau beban pada struktur.
Deformasi dapat berupa translasi atau rotasi pada arah-arah sistem sumbu yang dipakai.
Hal paling mendasar yang harus diperhatikan terlebih dahulu pada metoda kekakuan
adalah menentukan variabel deformasi bebasnya dan kemudian memberikan penomeran
secara urut. Variabel ini sudah tertentu pada tiap struktur, tidak boleh dipilih seperti
halnya pada kasus menentukan variabel statis tak tentu. Jadi yang diperlukan hanya
memberikan penomerannya saja. Berikut ini adalah contoh-contoh deformasi bebas dan
penomerannya dari tiap jenis struktur.
2
3
2 6 10 1
5 9 5
1 6
3 7 11
4 8 12
2 4 6
1 3
3 5
5
1 2 4
16
Sb. Y
Sb. Z
1 4
2 5
3 6
Sb. X
Pada struktur portal bidang translasi arah vertikal diabaikan karena untuk struktur gedung
yang tidak terlalu tinggi perpendekan kolom sangat kecil sehingga pengaruhnya tidak
terlalu signifikan dalam perhitungan. Struktur portal ruang tidak dibahas disini karena
struktur tersebut sulit dianalisa dengan metoda kekakuan dasar, harus dengan metoda
kekakuan lanjutan.
θA θB θA1 θB1
A B
Gambar 2.6 A Gambar 2.6 B
θA = θA1 + θA2
θB = θB1 + θB2 θA2 θB2
Gambar 2.6 Superposisi Deformasi Gambar 2.6 C
17
Ma Mb Ma1 Mb1
Ra Rb Ra1 Rb1
Ma2 Mb2
Ma = Ma1 + Ma2 Mb = Mb1 + Mb2
Ra = Ra1 + Ra2 Rb = Rb1 + Rb2
Ra2 Rb2
Pada gambar 2.7, reaksi struktur akibat beban gabungan sama dengan supperposisi
(penjumlahan) reaksi-reaksi struktur tersebut akibat beban yang dikerjakan satu-persatu.
Metoda superposisi ini selanjutnya akan digunakan untuk menurunkan persamaan aksi-
deformasi struktur pada metoda kekakuan.
P1
q1 q2
Gambar 2.8
M1 M2
A B C
L1, EI1 L2, EI2
D1
q1 q2
Gambar 2.9
D2 D3
A B C
18
M1a M2a M3a M4a M1a = M2a = q1 L12 /12
q1 q2 V1a = V2a = q1 L1 /2
Gambar 2.9 a
M3a = M4a = q1 L12 /12
V 2a V3a V4a V3a = V4a = q1 L1 /2
V1a
M 2b
D1
M3b M1b = M2b = 6 EI1 /L12
M1b M4b
V1b = V2b = 12 EI1 /L13
Gambar 2.9 b
M3b = M4b = 6 EI2 /L22
V 2b V 3b V3b = V4b = 12 EI2 /L23
V1b V4b
M1c = 2 EI1 /L1
D2 M 3c M2c = 4 EI1 /L1
M4c
M1c V1c = V2c = 6 EI1 /L12
M 2c
Gambar 2.9 c M3c = 4 EI2 /L2
M4c = 2 EI2 /L2
V1c
V2c V 3c V4c V3c = V4c = 6 EI2 /L22
D3
M1d = 0
M2d = 0
M 3d V1d = V2d = 0
Gambar 2.9 d
M3d = 2 EI2 /L2
M4d M4d = 4 EI2 /L2
V 3d
V4d V3d = V4d = 6 EI2 /L22
Sebagai contoh, dalam menganalisa struktur balok seperti pada gambar 2.8, kita akan
menghitung deformasi yang terjadi akibat beban dan selanjutnya menghitung aksi ujung
batang atau gaya dalam batang. Untuk itu variabel deformasi bebas yang ada pada
struktur tersebut diberi nomer seperti pada gambar 2.8. Struktur ini kemudian dapat
diganti dengan struktur terjepit pada semua joint nya, dengan mengerjakan beban pada
batang dan deformasi sebesar D1, D2 dan D3 seperti gambar 2.9a, 2.9b, 2.9d, da 2.9d.
Jadi, gambar 2.8 = gambar 2.9
Dengan konsep supperposisi, beban-beban yang bekerja pada struktur gambar 2.9 ini
kemudian dikerjakan satu persatu yaitu pertama beban luar kemudian beban beban
berupa deformasi D1, selanjutnya D2, dan terakhir D3, seperti terlihat secara berurutan
pada gambar 2.9a, 2.9b, 2.9c dan 2.9d. Sehingga:
gambar 2.8 = gambar 2.9a + gambar 2.9b + gambar 2.9c + gambar 2.9d
19
Artinya; Aksi (gb.28) = Reaksi (gb.29a + aksi gb.29b + aksi gb.29c + aksi gb.29d) atau
A gb.28 = A gb.29a + A gb.29b+ A gb.29b + A gb.29d
Aksi pada gambar 28 adalah aksi sebenarnya pada struktur, disebut dengan A
Reaksi pada gambar 29a adalah aksi ujung batang akibat beban luar, disebut dengan AL
Reaksi pada gambar 29b adalah aksi u.b. akibat beban deformasi D1, disebut dengan AD1
Reaksi pada gambar 29c adalah aksi u.b.akibat beban deformasi D2, disebut dengan AD2
Reaksi pada gambar 29d adalah aksi u.b.akibat beban deformasi D3, disebut dengan AD3
Jadi pada setiap titik yang ditinjau berlaku persamaan: A = AL + AD1+ AD2 + AD3
Pada variabel no 1 A1 = A1L + A1D1+ A1D2 + A1D3
Pada variabel no 2 A2 = A2L + A2D1+ A2D2 + A2D3
Pada variabel no 3 A3 = A3L + A3D1+ A3D2 + A3D3
Ketiga persamaan diatas adalah simultan dan dalam bentuk matrik dapat ditulis sebagai
[AJ] = [AL] + [AD] ………………………………………………….. (2.1)
[A] adalah aksi langsung yang terdapat pada struktur berupa beban gaya atau momen.
[AL] adalah aksi akibat beban luar (terpusat atau tersebar) sepanjang batang.
[AD] adalah gabungan dari seluruh aksi akibat deformasi.
Pada contoh diatas A1 = P1, A2 = M1 dan A3 = M2 sesuai dengan beban terpusat atau
momen yang selaras pada lokasi variabel bebas yang dicari.
Akibat beban luar atau beban deformasi pada batang akan melengkung. Batang yang
melengkung menunjukkan adanya gaya lintang dan momen pada batang. Arah momen
akan sesuai dengan arah kelengkungan batang sedangkan arah gaya lintang sedemikian
sehingga menimbulkan kopel yang melawan momen ujung batang. Pada gambar diatas
digambarkan arah momen dan gaya lintang yang terjadi akibat beban maupun deformasi.
Dari gambar 2.9b didapat aksi akibat beban luar pada setiap lokasi variabel sbb:
A1L = V2a + V3a
A2L = - M2a + M3a
A3L = - M4a
Selanjutnya aksi akibat deformasi adalah
A1D1 = (V2b + V3b) * D1 A1D2 = (- V2c + V3c) * D2 A1D3 = V3d * D3
A2D1 = (- M2b + M3b) * D1 A2D2 = (M2c + M3c) * D2 A2D3 = M3d * D3
A3D1 = M4b * D1 A3D2 = M4c * D2 A3D3 = M4d * D3
20
Jika D1 , D2 , dan D3 dipisah maka persamaan dapat di tulis dalam bentuk
A1D1 = S11 * D1 A1D2 = S12 * D2 A1D3 = S13 * D3
A2D1 = S21 * D1 A2D2 = S22 * D2 A2D3 = S23 * D3
A3D1 = S31 * D1 A3D2 = S32 * D2 A3D3 = S33 * D3
Sehingga persamaan (2.1) dalam bentuk matrik menjadi
Contoh 2.1
2t
1,2 t/m 1,2 t/m
Gambar 2.10
3 tm 1,5 tm
A B C
2m, EI 4m, 3EI
Hitung deformasi di joint B dan tumpuan C serta hitung gaya ujung batang AB dan BC
Gambar 2.11
3 Penomeran variabel deformasi bebas
A 2 C
1
1 7
4
Gambar 2.12
2 6 8 Penomeran variabel gaya ujung batang
A 3 5 C
21
M1a M2a M3a M4a M1a = M2a = 0,4
q1 q2 V1a = V2a = 1,2
Gambar 2.13 a
M3a = M4a = 1,6
V 2a V3a V4a V3a = V4a = 2,4
V1a
M 2b
D1
M3b M1b = M2b = 1,5 EI
M1b M4b
V1b = V2b = 1,5 EI
Gambar 2.13 b
M3b = M4b = 1,125 EI
V 2b V 3b V3b = V4b = 0,5625EI
V1b V4b
M1c = 1 EI
D2 M 3c M2c = 2 EI
M4c
M1c V1c = V2c = 1,5 EI
M 2c
Gambar 2.13 c M c = 3 EI
3
M4c = 1,5 EI
V2c V 3c V4c V3c = V4c = 1,125 EI
V1c
D3
M 3d M3d = 1,5 EI
Gambar 2.13 d 4d = 3 EI
M
V3d = V4b = 1,125 EI
V 3d M4d
V4d
Sebagai contoh, untuk menganalisa struktur balok seperti pada gambar 2.10, kita harus
memberi penomeran variabel aksi/deformasi bebas seperti gambar 2.11 dan penomeran
variabel gaya ujung batang yang akan dicari seperti gambar 2.12.
Dari problem pada gambar 2.10 kita dapat langsung mendapatkan aksi langsung [A]
yaitu; A1 = – 2 t , A2 = 3 tm , A3 = – 1,5 tm
Selanjutnya dihitung gaya ujung batang struktur terjepit akibat beban pada batang
(gambar 2.13a) dan gaya ujung batang struktur terjepit akibat deformasi (gambar 2.13b,
2.13c, 2.13d dan 2.13e).
Dari gaya ujung batang struktur terjepit itu dihitung aksi struktur terjepit akibat beban
(AL) dan aksi struktur terjepit akibat deformasi (AD) atau = (S) jika D = 1 satuan.
Untuk menghitung [AL] dan [AD] vektor aksi yang selaras disuperposisikan.
22
AL1 = V2a + V3a = 1,2 + 2,4 = 3,6 t
AL2 = -M2a + M3a = -0,4 + 1,6 = 1,2 tm
AL3 = -M4a = - 1,6 tm
Sehingga matriks
-4t 3,6 t
L 1,2 tm
[A] = 9 tm [A ] =
-15 tm -1,6 tm
23
[A] = [AL] + [S] [D]
[D] = [S] -1 [ A - AL]
– 2 – 3,6 – 5,6
[ A - AL] = 3 – 1,2 = 1,8
–1,5 + 1,6 0.1
tm
D1 – 3,663
Jadi deformasi [D] = D2 = 1/EI x – 0,396
D3 1,605
Gaya ujung batang yang sebenarnya terjadi pada struktur balok gambar 2.10, seperti
contoh soal no 2.1 adalah superposisi dari gaya-gaya ujung batang struktur terjepit akibat
beban dan akibat deformasi.
Jadi [Am]gb.2.10 = [Am]gb.2.13a + [Am]gb.2.13b + [Am]gb.2.13c + [Am]gb.2.13d
Atau [Am] = [AmL] + [AmD1] x D1 + [Am D2] x D2 + [Am D3] x D3
Dikelompokan dalam bentuk matrik menjadi
dimana; [AmL] = gaya ujung batang struktur terjrpit akibat beban pada batang
[AmD] = gaya ujung batang struktur terjrpit akibat deformasi
24
Gaya ujung batang yang dicari ada delapan buah, sehingga matrik [Am] dan [AmL] adalah
matrik (8x1) sedangkan matrik [AmD] adalah matrik (8x3).
Dari analisa struktur terjepit akibat beban (gambar 2.13a) didapat
[AmL1] = v1a ; [AmL2] = m1a ; [AmL3] = v2a ; [AmL4] = -m2a
[AmL5] = v3a ; [AmL6] = m3a ; [AmL7] = v4a; [AmL8] = -m4a
sehingga; 1,2
[AmL1]
[AmL2] 0,4
[AmL] = [AmL3] = 1,2
[AmL4] –0,4
[AmL5] 2,4
[AmL6] 1,6
[AmL7]
2,4
[AmL8]
–1,6
25
Akhirnya gaya ujung batang sesuai dengan persamaan (2.3)
[Am] = [AmL] + [AmD] x [D]
Berdasar dari hasil gaya ujung yang didapat maka arah dan besar nya dapat digambar
sebagai berikut
Diagram gaya lintang dan momen balok tersebut adalah sebagai berikut
26
2.5. Analisa Struktur Rangka Batang
2.5.1 Penurunan Persamaan Aksi-Deformasi
Pada struktur rangka batang bidang, setiap joint memiliki dua variabel aksi atau
deformasi. Variabel deformasi berupa tranlasi atau gaya arah horisontal (x) dan tranlasi
atau gaya arah vertikal (y). Sedangkan pada struktur rangka batang ruang variabel aksi
atau deformasi bertambah satu yaitu arah sumbu (z) sehingga menjadi tiga setiap joint.
Dalam menganalisa struktur dengan metoda kekakuan ini yang perlu diperhatikan
hanyalah variabel aksi-deformasi bebasnya saja. Variabel aksi-deformasi horisontal (x)
diberi nomer lebih awal.
Contoh. 2.2
Sebuah struktur rangka batang dengan geometri dan beban seperti pada gambar 2.14 a.
Tumpuan A dan B sendi, E dan A sama untuk semua batang. Hitung gaya batang-batang
struktur rangka batang tersebut.
8t 8t 2 4
D1 = 1
2t 1 3 D
C 3 D C D C
1 5
4m
2 4
A B A B A B
2m
Gambar 2.14 a Gambar 2.14 b Gambar 2.14 c
D2 = 1 D4 = 1
D C D D3 = 1 C
C D
A B A B A B
27
Gambar 2.14 d Gambar 2.14 e Gambar 2.14 f
Jawab.
Pertama-tama yang di tentukan adalah penomeran variabell aksi/deformasi bebas, dan itu
terlihat pada gambar 2.14 b. Selanjutnya dapat dihitung aksi langsung [A] yaitu:
Batang cx cy k
2t
[A] = -8 t 1 0 -1 0,25
0 2 -0,447 -0,894 0,224
-8 t 3 1 0 0,5
4 0,447 -0,894 0,224
5 0 -1 0,25
Untuk menghitung matriks kekakuan diambil perilaku sebuah batang dan kontribusinya
pada matriks kekakuan. Misal batang ke i, arah j-k, dengan sudut αi thd. sb x, mengalami
deformasi arah x pd salah satu ujungnya sebesar Δ x, maka aksi yang terjadi pada batang ke i
tersebut sebesar ;
Fi = (EA/L)i* Δ x cos αi
k
Aksi tersebut diuraikan dalam arah x dan y menjadi L,EAi Fi •
Fix = (EA/L)i* Δ x cos αi * cos αi i
Fiy = (EA/L)i* Δ x cos αi * sin αi Fi αi Fi
Fi y
J
Jika deformasi Δ x diambil = 1 satuan dan subsitusi Δx Fi x
cos αi = cxi ; sin αi = cyi
Fix = (EA/L)i = ki (kekakuan normal batang i )
maka, aksi pada ujung J
Fix = ki (cxi)2 Fiy = ki cxi cyi L,EAi
Pada ujung diseberangnya (k) terjadi aksi sebaliknya •
2
Fix = - ki (cxi) Fiy = - ki cxi cyi i
Δy αi Fi
Fi y
Akibat deformasi Δ y batang i mengalami aksi Fi x
Fi = (EA/L)i* Δ x sin αi
Dengan cara yang sama didapat
Aksi pada ujung J
Fix = ki cyi cxi Fiy = ki (cyi)2
28
Aksi pada ujung k
Fix = - ki cyi cxi Fiy = - ki (cyi)2
Jadi kesimpulan aksi ujung J akibat deformasi ujung J sebesar 1 satuan adalah:
Fxix = ki (cxi)2
Fxiy = ki cxi cyi
………………………………………………. 2.5
Fyix = ki cyi cxi
Fyiy = ki (cyi)2
Aksi ujung k akibat deformasi ujung J sebesar 1 satuan adalah:
Fxix = -ki (cxi)2
Fxiy = -ki cxi cyi
………………………………………………. 2.6
Fyix = -ki cyi cxi
Fyiy = -ki (cyi)2
Dengan;
Aksi batang akibat deformasi arah x disimbulkan sebagai (Fx)
Aksi batang akibat deformasi arah y disimbulkan sebagai (Fy)
Fxix = aksi batang i arah sb.x akibat deformasi arah sb x
Fxiy = aksi batang i arah sb.y akibat deformasi arah sb x
Fyix = aksi batang i arah sb.x akibat deformasi arah sb y
Fyiy = aksi batang i arah sb.y akibat deformasi arah sb y
Dengan menggunakan persamaan 2.5 kita dapat menghitung matriks kekakuan struktur
pada contoh diatas yaitu
Aksi akibat deformasi variabel no 1
- Aksi pada variabel no 1, S11 = ∑ Fx di joint C
S11 = ∑ ki cxi2 = k1 cx12 + k3 cx32 + k4 cx42 = 0+0,5*1+0,224*0,4472 = 0,5448
- Aksi pada variabel no 2, S21 = ∑ Fy di joint C
S21 = ∑ ki cxi cyi = k1cx1cy1+ k3cx3cy3 + k4cx4cy4 = 0+0+0,224*0,447*- 0,894 =
-0,0895
- Aksi pada variabel no 3, S31 = ∑ Fx di joint D
S31 = ∑ ki cxi2 = - k3 cx32 = -0,5*1 (hanya batang 3 yang berhubungan)
- Aksi pada variabel no 4, S41 = ∑ Fy di joint D
S41 = ∑ ki cxi cyi = - k3cx3cy3 = 0
29
Aksi akibat deformasi variabel no 2
S12 = ∑ Fx di joint C
S12 = ∑ ki cyi cxi = k1 cy1cx1 + k3 cy3cx3 + k4 cy4cx4 = 0+0+0,224*0,447*-0,894 =
-0,0895
S22 = ∑ Fy di joint C
S22 = ∑ ki cyi2 = k1 cy12 + k3 cy32 + k4 cy42 = 0,25*1+0+0,224*0,8942 = 0,4290
S32 = ∑ Fx di joint D = ∑ ki cyi cxi = - k3 cy3cx3 = 0
S42 = ∑ Fy di joint D = ∑ ki cyi2 = - k3 cy32 = 0
Akibat deformasi variabel 3 didapat
S13 = - k3 cx32 = - 0,5*1 = -0,5
S23 = ∑ ki cyi cxi = - k3 cy3cx3 = 0
S33 = k2 cx22 + k3 cx32 + k5 cx52 = 0,224*0,4472 +0,5*1+0 = 0,5448
S43 = k2 cx2cy2 + k3 cx3cy3 + k5 cx5cy5 = 0,224*0,447*0,894+0+0 = 0,0895
Akibat deformasi variabel 4 didapat
S14 = ∑ ki cyi cxi = - k3 cy3cx3 = 0
S24 = ∑ ki cyi2 = - k3 cy32 = 0
S34 = k2 cy2cx2 + k3 cy3cx3 + k5 cy5cx5 = 0,224*0,447*0,894+0+0 = 0,0895
S44 = k2 cy22 + k3 cy32 + k5 cy52 = 0,224*0,8942 +0+0,25*1 = 0,4290
Matriks kekakuan [S] menjadi
k Δ xk
i
Δ yj αi
j Δ xj
Jadi gaya normal batang ke i (tarik bertanda +) adalah aksi pada ujung k sehingga
Catatan; α adalah sudut yang dibentuk dari gaya (arah j-k) thd sumbu x (horisontal)
N4 N2 N5
N1
α α
k k k k
N3
5
1 4 j 3 k 2
j j
31
2.6. Analisa Struktur Portal Bidang
2.6.1 Penurunan Persamaan Aksi-Deformasi
Pada struktur portal bidang, setiap joint memiliki tiga variabel aksi atau deformasi.
Variabel tersebut berupa tranlasi atau gaya arah sb.x , tranlasi atau gaya arah sb.y dan
rotasi atau momen arah sb.z. Dalam menganalisa struktur dengan metoda kekakuan ini
yang perlu diperhatikan hanyalah variabel aksi-deformasi bebasnya saja. Variabel aksi-
deformasi arah sb.x diberi nomer lebih awal, selanjutnya sb.y dan terakhir sb.z.
Untuk memperkecil jumlah variabel, deformasi normal batang diabaikan karena sangat
kecil pengaruhnya dibandingkan dengan deformasi lentur. Namun jika analisanya
menggunakan komputer deformasi tersebut tidak perlu dihilangkan karena akan
menyulitkan membuat program penyelesaiannya.
Contoh. 2.3
Suatu struktur portal dengan geometri dan pembebanan seperti pada gambar dibawah.
Jika deformasi normal batang diabaikan, hitung gaya ujung batang-batang portal tersebut.
EI1 = EI3 = EI ; EI2 = 2 EI
C 2 D
Mo
3 3m 4m
1
B
A Gambar 2.15 b
Jawab:
Struktur pada gambar 2.15 a dapat disederhanakan menjadi struktur pada gambar 2.15 b,
dengan Mo = ½ q a2 = ½ * 2,4 * 1,52 = 2,7 tm
32
Po = q a = 2,4 * 1,5 = 3,6 t
2 3 5 8 7
3
11
1 1 4 6
12
10
2 9
Vo Vo V2
V1
Mo Mo M1 M2
M2
M1 V2
V1
Gambar 2.15 e Gambar 2.15 f
Gaya ujung btg. akibat beban pd. btg. Gaya ujung btg. Akibat deformasi D 1
M2 V2 M’2
M2
V1
V1
M1
V2 M’2
M1
V2
M’1
V1
M’1
V1
Gambar 2.15 g Gambar 2.15 h
Gaya ujung btg. Akibat deformasi D 2 Gaya ujung btg. Akibat deformasi D 3
33
Aksi akibat deformasi variabel no.2, D2 = 1
V1 = 6 EI1 / L12 = 6*EI / 42 = 0,375 EI
M1 = 4 EI1 / L1 = 4*EI / 4 = EI
M’1 = 2 EI1 / L1 = 2*EI / 4 = 0,5 EI
V2 = 6 EI2 / L22 = 6*2EI / 52 = 0,48 EI
M2 = 4 EI2 / L2 = 4*2EI / 5 = 1,6EI
M’2 = 2 EI2 / L2 = 2*2EI / 5 = 0,8 EI
Aksi akibat deformasi variabel no.3, D3 = 1
V1 = 6 EI3 / L32 = 6*EI / 32 = 0,6667 EI
M1 = 4 EI3 / L3 = 4*EI / 3 = 1,3333 EI
M’1 = 2 EI3 / L3 = 2*EI / 3 = 0,6667 EI
V2 = 6 EI2 / L22 = 6*2EI / 52 = 0,48 EI
M2 = 4 EI2 / L2 = 4*2EI / 5 = 1,6EI
M’2 = 2 EI2 / L2 = 2*2EI / 5 = 0,8 EI
Gambar 2.15 c menunjukan penomeran variabel aksi-deformasi bebas struktur global.
Karena deformasi normal batang diabaikan maka translasi joint C dan D sama yaitu D1.
Persamaan aksi-deformasi struktur global (pers. 2.3) sesuai gambar 2.15 c adalah
[A] = [AL] + [S] [D] (pers. 2.3)
Gambar 2.15 d menunjukan penomeran variabel aksi-deformasi ujung batang (lokal).
Persamaan aksi-deformasi ujung batang (pers. 2.4) sesuai gambar 2.15 d adalah
[Am] = [AmL] + [AmD] x [D] (pers. 2.4)
Dari gambar 2.15 b dapat langsung dihitung matrik aksi langsung pada joint yaitu:
A1 2
[A] = A2 = 0
A3 -2,7
Gambar 2.15 e menunjukan aksi ujung batang akibat beban pada batang
Dari gambar ini dapat dihitung matrik aksi struktur global akibat beban pada pada batang
[AL] dan aksi ujung batang akibat beban pada batang [AML] yaitu:
AML1 0
AML2 0
AL1 0 AML3 0
AL2 7,5 AML4 0
[AL] = = [AML] = AML5 = 8
AL3 -7,5
AML6 7,5
AML7 8
AML8 -7,5
AML9 0
AML10 0 34
AML11 0
AML12 0
Dari gambar 2.15 f dapat dihitung aksi global dan aksi ujung batang yaitu
AMD11 -0,1875
AMD21 0,375
AMD31 0,1875
S11 V1+V2 0,632 0,375
AMD41
[AD1] = S21 = M1 = 0,375 [AMD1] = AMD51 = 0
S31 M2 0,6667 AMD61 0
AMD71 0
AMD81 0
AMD91 -0,4444
AMD10.1 0,6667
AMD11.1 0,4444
AMD12.1 0,6667
Dari gambar 2.15 g dapat dihitung aksi global dan aksi ujung batang yaitu
AMD12 -0,375
AMD22 0,5
AMD32 0,375
S12 V1 0,,375 AMD42 1
[AD2] = S22 = M1+M2 = 2,6 [AMD2] = AMD52 = 0,48
S32 M’2 0,8 AMD62 1,6
AMD72 -0,48
AMD82 0,8
AMD92 0
AMD10.2 0
AMD11.2 0
AMD12.2 0
Dari gambar 2.15 h dapat dihitung aksi global dan aksi ujung batang yaitu
AMD13 0
AMD23 0
AMD33 0
S13 V1 0,6667 AMD43 0
[AD3] = S23 = M’2 = 0,8 [AMD3] = AMD53 = 0,48
S33 M2+M1 2,9333 AMD63 0,8
AMD73 -0,48
AMD83 1,6
AMD93 -0,6667
AMD10.3 0,6667
AMD11.3 0,6667
AMD12.3 1,3333
35
BAB III
Metoda Kekakuan Langsung
3.1 Umum
Metoda kekakuan langsung adalah metoda kekakuan yang perhitungan matriks aksi dan
matriks kekakuannya dilakukan dengan cara merakit matriks aksi dan kekakuan elemen
batang sehingga menjadi matriks aksi dan matriks kekakuan struktur global. Karena langkah-
langkah perhitungan pada metoda ini tetap dan berulang maka lebih mudah dibuat program
komputernya. Dengan bantuan pemakaiaan computer maka jumlah variabel (derajat
kebebasan) yang dihitung tidak menjadi masalah, struktur yang dianalisa bisa dari yang
sederhana dengan variabel sedikit sampai struktur yang kompleks dengan jumlah variabel
yang banyak. Untuk dapat memahami langkah perhitungan berbasis computer, yang akan
dijabarkan dalam diagram alir, maka perlu dimengerti terlebih dahulu penyelesaian struktur
dengan cara perhitungan manual untuk struktur yang sederhana. Dalam memahami metoda
ini topik-topik yang akan dibahas secara berurutan adalah sebagai berikut:
1. Struktur global dan struktur lokal
2. Variabel aksi-deformasi struktur lokal dan struktur global
3. Hubungan aksi-deformasi struktur lokal dan struktur global
4. Rotasi sumbu
5. Perakitan matriks struktur global dari struktur lokal.
6. Penyelesaian persamaan aksi-deformasi
7. Menghitung gaya ujung batang-batang
Yang dimaksud dengan struktur global adalah struktur secara keseluruhan termasuk
tumpuannya, sedangkan struktur lokal adalah elemen-elemen batang yang membentuk
struktur tersebut. Sebuah struktur global dibentuk oleh gabungan elemen-elemen batang
sehingga perilakunya dipengaruhi oleh perilaku elemen batang. Secara garis besar dapat
dikatakan bahwa aksi dan kekakuan struktur global merupakan penjumlahan aksi dan
kekakuan semua elemen batang yang membentuk struktur tersebut.
37
Seperti yang dijelaskan pada bab. 2.2, ada enam jenis struktur dengan variabel aksi-
deformasinya yaitu: Struktur rangka bidang dan ruang, Struktur balok menerus dan balok
silang, struktur portal bidang dan ruang. Masing-masing struktur tersebut dibentuk oleh
elemen-elemen batang yang berperilaku sesuai dengan struktur tersebut. Ada beberapa jenis
elemen batang yang membentuk struktur. Tiap jenis elemen batang memiliki perilaku aksi-
deformasi yang berbeda. Jenis-jenis elemen batang tersebut adalah:
(a.) Elemen batang rangka batang bidang. Tiap ujung dari batang ini memiliki 1 variabel
aksi-deformasi yaitu gaya/translasi arah normal sumbu batang.
(b.) Elemen batang rangka batang ruang. Sama seperti elemen rangka batang bidang, tiap
ujung dari batang ini memiliki 1 variabel aksi-deformasi yaitu gaya/translasi arah
normal sumbu batang.
(c.) Elemen batang balok menerus. Tiap ujung dari batang ini memiliki 2 variabel aksi-
deformasi yaitu 1 gaya lintang/ translasi yang tegak lurus batang dan 1 moment lentur
/rotasi yang juga berarah tegak lurus batang.
(d.) Elemen batang balok silang. Tiap ujung dari batang ini memiliki 3 variabel aksi-
deformasi yaitu: 1 gaya lintang/ translasi arah tegak lurus bidang, dan 2 momen/ rotasi
pada arah kedua sumbu bidang.
(e.) Elemen batang portal bidang.
(f.) Elemen batang portal ruang
Berikut ini adalah jenis-jenis struktur beserta elemen batang nya dan variabel aksi-deformasi
nya
Gambar 3.1 Struktur Rangka Batang Bidang Gambar 3.2 Variabel Aksi
dan variable aksi-deformasinya Elemen batang Struktur R.B.B
38
Z N
Y
X
N
Gambar 3.3 Struktur Rangka Batang Ruang Gambar 3.4 Variabel Aksi
dan variable aksi-deformasinya Elemen batang Struktur R.B.R
V V
M M
Sb. Z Mx
Sb. Y
My
Vz
Sb. X
My
Vz
Gambar 3.7 Struktur Balok Silang
dan variable aksi-deformasinya Mx
Vz Vz
Vz
Mx Mx Mx
My
My
My
39
Fy
Fx Vy Vy
Mz
Vx Vx
Mz Mz
My
Vz
Mz
Vy
Vx
Vx Mx
Mx Vy
Mz
Vz
Vz
My Vx Mx
My
Mz
Vy
Gambar 3.11 Struktur Portal Ruang Gambar 3.12 Variabel Aksi
dan variable aksi-deformasinya Elemen Batang Struktur P.R.
40
Aksi-deformasi elemen batang dapat ditinjau dalam dua sistemsumbu yaitu system
sumbu batang (sumbu local) dan system sumbu struktur (sumbu global)
J1
1 3 5 7 9
2 4 6 8 10
J
J2
1 2 3 4 5 J1 = 2 * J – 1
Gambar 3.13 J2 = 2 * J
Penomeran Variabel Aksi-Deformasi Struktur Balok
1 3 J1 K1
(i) (i)
2 4 J2 K2
Gambar 3.14 Penomeran Variabel Aksi- Gambar 3.15 Penomeran Variabel Aksi-
Deformasi Batang ke i system Sumbu batang Deformasi Batang ke i system Sumbu struktur
41
3.3.2 Penomeran Variabel Aksi-Deformasi Struktur Rangka Batang Bidang
(i). Variable aksi-deformasi struktur keseluruhan
Tiap joint pada struktur rangka batang bidang memiliki dua variable aksi-deformasi yaitu
variable untuk gaya/translasi horisontal dan untuk gaya/translasi vertikal. Agar
penomeran nya teratur maka pemberian nomer variable aksi-deformasi disesuaikan
dengan nomer jointnya dan dilakukan sebagai berikut:
Untuk gaya-translasi horisontal memakai nomer J1 = 2*J - 1
Untuk gaya-translasi vertikal memakai nomer J2 = 2*J
Contoh penomeran variable aksi-deformasi ditunjukkan pada gambar 3.16
(ii). Variable aksi-deformasi elemen batang
Tiap elemen batang struktur rangka batang memiliki 4 variable aksi-deformasi yang
terdiri dari 2 variable untuk tiap ujungnya. Variable ini dapat ditinjau dalam dua system
sumbu yaitu system sumbu batang dan sumbu struktur. Untuk system sumbu batang,
semua batang memakai nomer variable aksi-deformasi 1 sampai 4 seperti yang
ditunjukkan pada gambar 3.17. Sedangkan untuk system sumbu struktur, penomerannya
mengikuti rumus penomeran variable aksi-deformasi struktur seperti gambar 3.18.
4 8 11
7 12
3 J2
2 4 6
2 16
3 5 7 J J1
1 15
5 9 13
1 6 10 14 8 J1 = 2 * J – 1
Gambar 3.16 Penomeran Variabel Aksi- J2 = 2 * J
Deformasi Struktur rangka batang bidang
K2
2
K1
(i) J2 (i)
J1
1
Gambar 3.17 Penomeran Variabel Aksi- Gambar 3.18 Penomeran Variabel Aksi-
Deformasi batang ke i system sumbu batang Deformasi batang ke i system sumbu struktur
42
3.3.3 Penomeran Variabel Aksi-Deformasi Struktur Rangka Batang Ruang
(i). Variable aksi-deformasi struktur keseluruhan
Tiap joint pada struktur rangka batang ruang memiliki tiga variable aksi-deformasi yaitu
variable gaya-translasi arah x, arah y dan arah z. Agar penomeran nya teratur maka
pemberian nomer variable aksi-deformasi disesuaikan dengan nomer jointnya dan dilakukan
sebagai berikut:
- Untuk gaya-translasi arah x memakai nomer J1 = 3*J – 2
- Untuk gaya-translasi arah y memakai nomer J2 = 3*J – 1
- Untuk gaya-translasi arah z memakai nomer J3 = 3*J
Contoh penomeran variable aksi-deformasi ditunjukkan pada gambar 3.19
3
2
1 1 J3
. J2
6
5
J J1
4
2 J1 = 3 * J – 2
J2 = 3 * J – 1
J3 = 3 * J
43
K2 K3
2
K1
J2 (i)
(i)
J1
1
J3
Gambar 3.20 Penomeran Variabel Aksi- Gambar 3.21 Penomeran Variabel Aksi-
Deformasi batang ke i system sumbu batang Deformasi batang ke i system sumbu struktur
2 5 8
1
J2
4 7
3 1 6 2 9 3
J J1
4
J3
J1 = 3 * J – 2
J2 = 3 * J – 1
J3 = 3 * J
Gambar 3.22 Variabel Struktur Portal Bidang
44
(ii). Variable aksi-deformasi elemen batang
Tiap elemen batang struktur portal bidang memiliki 6 variable aksi-deformasi yang terdiri
dari 3 variable untuk tiap ujungnya. Variable ini dapat ditinjau dalam dua system sumbu
yaitu system sumbu batang dan sumbu struktur. Untuk system sumbu batang, semua batang
memakai nomer variable aksi-deformasi 1 sampai 6 seperti yang ditunjukkan pada gambar
3.23. Sedangkan untuk system sumbu struktur, penomerannya mengikuti rumus penomeran
variable aksi-deformasi struktur seperti gambar 3.24.
5 K2
4
K3
K1
2 J2 (i)
(i) 6
J1
1 3 J3
Gambar 3.23 Penomeran Variabel Aksi- Gambar 3.24 Penomeran Variabel Aksi-
Deformasi batang ke i system sumbu batang Deformasi batang ke i system sumbu struktur
45
(ii). Variable aksi-deformasi elemen batang
Tiap elemen batang struktur portal ruang memiliki 12 variable aksi-deformasi yang terdiri
dari 6 variable untuk tiap ujungnya. Variable ini dapat ditinjau dalam dua system sumbu
yaitu system sumbu batang dan sumbu struktur. Untuk system sumbu batang, semua batang
memakai nomer variable aksi-deformasi 1 sampai 12 seperti yang ditunjukkan pada gambar
3.27. Sedangkan untuk system sumbu struktur, penomerannya mengikuti rumus penomeran
variable aksi-deformasi struktur seperti gambar 3.28.
J6
J3
J J1
6 J2
3
J5
1 J4 Z
2 Y
1 2
5
4
10 K4
11 K5
7 K1
8 K2
9 K3
12 K6
5 J5
1 2 J1 J2
4 J4
6 J6
3 J3
Gambar 3.27 Penomeran Variabel Aksi- Gambar 3.28 Penomeran Variabel Aksi-
Deformasi batang ke i system sumbu batang Deformasi batang ke i system sumbu struktur
46
BAB 4
ANALISA STRUKTUR RANGKA BATANG BIDANG
4 8 12 J2
7 11
3
2 4 6
2 16 J J1
3 5 7 J1 = 2 * J – 1
1 15
5 9 13 J2 = 2 * J
1 6 10 14 8
Variabel 3 s/d 15 adalah variable bebas, sedangkan variable 1, 2 dan 16 adalah variable
terikat sesuai dengan sifat tumpuannya.
47
4.1.2 Penomeran Variable Aksi-Deformasi Elemen Batang
Ada dua sistem sumbu yang dipakai dalam dalam proses perhitungan yaitu sistim sumbu
lokal dan sistem sumbu global. Sumbu lokal adalah sumbu dimana elemen batang dipakai
sebagai absisnya (sb.x atau sb.1) dan selanjutnya sumbu yang lain tegak lurus dari sumbu
tersebut mengikuti aturan sumbu Cartesian. Arah dari sb.x atau sb.1 adalah searah dengan
pengambilan arah batang yaitu dari join j ke join k. Sumbu global, yang sering juga
dinamakan sumbu struktur, adalah sumbu yang dipakai pada struktur global dimana
umumnya memakai sumbu Cartesian. Arah sumbu global tidak bergantung arah batang.
Sumbu lokal digunakan jika kita membahas hubungan aksi dan deformasi elemen batang
pada sistim sumbu batang dan sumbu global digunakan jika kita membahas hubungan aksi
dan deformasi elemen batang sumbu pada sistim sumbu global.
Setiap elemen batang dapat ditinjau dalam dua system sumbu yaitu sumbu local (sumbu
batang) dan sumbu global (sumbu struktur).
A. Sumbu lokal.
Pada sumbu lokal, tiap elemen batang struktur rangka batang memiliki 2 variable aksi-
deformasi yang terdiri dari 1 variable untuk tiap ujungnya dengan vector yang searah dengan
arah batang. Arah batang di ambil dari ujung j ke ujung k. Gambar 4.2 menunjukkan
penomeran variable aksi-deformasi sumbu lokal elemen batang.
B. Sumbu global.
Pada sumbu global, tiap elemen batang struktur rangka batang memiliki 4 variable aksi-
deformasi yang terdiri dari 2 variable untuk tiap ujungnya. Arah vector dari variable tersebut
sama dengan arah vector struktur global atau arah sumbu Cartesian. Penomeran dari variable
tersebut adalah j1 , j2 pada ujung j dan k1 , k2 pada ujung k. Dimana j1 = 2*j -1 dan j2 = 2*j
serta k1 = 2*k -1 dan k2 = 2*k, dengan j dan k adalah nomer joint batang tersebut. Gambar
4.3 menunjukkan penomeran variable aksi-deformasi sumbu global elemen batang.
48
k2
2
k
k1
k j2
(i) (i)
j1
1 j j
Gambar 4.2 Penomeran Variabel Aksi- Gambar 4.3 Penomeran Variabel Aksi-
Deformasi batang ke i system sumbu lokal Deformasi batang ke i system sumbu global
49
[Am]i = [Sm]i * [Dm]i
2
k
(i) 1 -1 Dm1
Am1 ……….….. (4.2)
= EAi/Li
Am2 -1 1 Dm2
1 j
Gambar 4.4
Jika gaya normal batang ke i disimbulkan sebagai Ni maka Ni akan sama dengan aksi ujung
batang no. 2.
Jadi: Ni = Am2 = - Am1 = EA/Li * (Dm2-Dm1)i. ……..….. (4.3)
k2
k
k1
j2 Amsj1 Dmsj1
(i)
Amsj2 Dmsj2
j1 Dengan {Ams}i = {Dms}i = Dmsk1
j Amsk1
[Sms]i adalah matriks kekakuan elemen batang sumbu global yang perhitungannya dilakukan
dengan menggunakan matriks transformasi deformasi dan matriks transformasi gaya.
50
4.2.3 Matriks Transformasi
Matriks transformasi adalah matriks yang menghubungkan variable aksi/deformasi sumbu
batang {Am}/{Dm}dengan variable aksi/deformasi sumbu struktur{Ams}/{Dms}. Penurunan
matriks transformasi deformasi dilakukan sebagai berikut;
Tinjau suatu batang ke i yang membentuk sudut x dan y terhadap sumbu x dan sumbu y
seperti gambar 4.6. Jika ujung j nya mengalami deformasi arah sumbu x sebesar Dmsj1, maka
deformasi arah sumbu batangnya Dm1 = Dmsj1 cos x . Jika ujung j nya mengalami deformasi
arah sumbu y sebesar Dmsj2, maka deformasi arah sumbu batangnya Dm1 = Dmsj2 cos y . Jadi
deformasi ujung j arah sumbu batang (Dm1) akibat Dmsj1 dan Dmsj2 adalah;
Dm1 = Dmsj1 cos x + Dmsj2 cos y ..……..….. (4.5)
Selanjutnya, deformasi ujung k arah sumbu batang (Dm2) akibat Dmsk1 dan Dmsk2 adalah;
Dm2 = Dmsk1 cos x + Dmsk2 cos y ..……..….. (4.6)
Substitusi cos x = cx dan cos y = cy , persamaan 4.5 dan 4.6 digabung menjadi
k k
Gambar 4.6
Dmsj1
Dm1 cx cy 0 0 Dmsj2
= *
Dm2 Dmsk1
0 0 cx cy
Dmsk2
51
Atau diringkas dalam bentuk
{ Dm} = [ T ] * {Dms} ..……..….. (4.7)
Dimana [ T ] adalah matrik transformasi deformasi, dengan besaran;
cx cy 0 0
cx = ∆x / L dan cy = ∆y / L
[T]= ∆x = (xk – xj) dan ∆y = (yk – yj)
0 0 cx cy
L = (∆x2 + ∆y2)
Karena aksi dan deformasi yang selaras vektornya sama, maka dengan analogi yang sama
juga berlaku hubungan antara aksi sumbu batang dengan aksi sumbu struktur sebagai berikut;
{ Am} = [ T ] * {Ams} ..……..….. (4.8)
a b -a -b
b c -b -c
[Sms]i = (EA / L)i ..……..….. (4.11)
-a -b a b
-b -c b c
52
4.2.5 Gaya Normal Elemen Batang Akibat Deformasi Ujung Batang
Karena pada struktur rangka batang elemen batang nya tidak terdapat beban, maka gaya
normal dari elemen batang tersebut sama dengan aksi normal pada kedua ujungnya. Sesuai
dengan kesepakatan umum bahwa gaya normal positif berarah keluar dari titik ujung
sehingga aksi Am2 pada persamaan 4.3 merupakan gaya normal batang tersebut. Untuk
menghitung gaya normal elemen batang akibat deformasi ujung batang arah sistem sumbu
global, persamaan 4.3 dapat dipakai dengan mensubsitusi matrik transformasi sebagai
berikut. Ni = EAi/Li * (Dm2-Dm1)i
Ni = EAi/Li * [(cx Dmsk1 + cy Dmsk2 ) – (cx Dmsj1 + cy Dmsj2)]i
53
4.3.1 Menentukan Matrik Aksi [A]
Matrik aksi [A] dapat diambil langsung dari beban-beban berupa gaya yang terdapat pada
struktur yang disesuaikan dengan nomer dari variable aksi.
Sebagai contoh, struktur rangka batang bidang sebagai berikut, variable aksinya adalah;
8t 5t 6 8
3 A1 0
2t 5 7
C 3 D A2 0
3 4
4 A3 0
1 5 5 [A] = A4 = 0
4m 1
2 4 2 2 4 A5 2 t
A6 -8 t
1 3
A7 0
A B 1 2 A8 -5 t
2m
Gambar 4.7 Gambar 4.8
Rangka Batang Penomeran Variabel
54
Menghitung matrik kekakuan elemen batang sumbu struktur
[Sms]i [Sms]1
a b -a -b J1 0 0 0 0 1
0 1 0 -1
b c -b -c J2 2
EAi/Li EA/4
K1
0 0 0 0
-a -b a b 5
0 -1 0 1
-b -c b c K2 6
[Sms]2 [Sms]3
0,2 0,4 -0,2 -0,4 1 1 0 1 0 5
0,4 0,8 -0,4 -0,8 2 0 0 0 0 6
EA/4,47 EA/2
-0,2 -0,4 0,2 0,4 7 -1 0 1 0 7
-0,4 -0,8 0,4 0,8 8
0 0 0 0 8
[Sms]4 [Sms]5
55
0 0 0 0 3
0 25 0 -25 4
[Sms]5 = 7
0 0 0 0
0 -25 0 25 8
Jika hendak dicari matriks kekakuan untuk variable bebasnya saja [SFF] maka bagian yang
terikatnya tinggal di hapus saja hingga didapat: 6 8
5 6 7 8 3
5 5 7
54.47 -8.94 -50 0 3 4
4
[SFF] = -8.94 42.89 0 0 * 10-2 EA
6 1 5
2 2 4
7 -50 0 54.47 8.94
0 0 8.94 42.89 1 3
8
1 2
AF SFF SFR DF
= * ..……..….. (4.15)
AR SRF SRR DR
56
Dimana; [AF] dan [DF] adalah matrik aksi dan deformasi variable yang bebas
[AR] dan [DR] adalah matrik aksi dan deformasi variable yang terikat
Pengelompokan variable bebas dan terikat dalam bentuk matriks dapat dilakukan dengan
menata urutan baris matrik [A], [S] dan [D], dimana bagian bebas dibawa keatas sedangkan
bagian terikat digeser kebawah. Selanjutnya untuk matriks [S], kolomnya juga ditata
urutannya, dimana bagian bebas dibawa kedepan dan bagian terikat digeser kebelakang.
Persamaan matriks (4.15) selanjutnya jika dijabarkan akan menjadi
[AF] = [SFF] * [DF] + [SFR] * [DR] ..……..….. (4.16)
[AR] = [SRF] * [DF] + [SRR] * [DR] ..……..….. (4.17)
Pada persamaan (4.16) nilai [AF], [SFF], [SFR] dan [DR] telah didapatkan sehingga dapat
dipakai untuk menghitung deformasi [DF]. Jika tidak ada syarat batas deformasi pada
tumpuan seperti misal diasumsikan tidak terjadi setlement pada pondasi, maka [DR] = [0],
sehingga persamaan (4.16) menjadi;
[AF] = [SFF] * [DF] ………….. (4.18)
Kemudian [DF] bisa dihitung dengan melakukan iterasi persamaan (4.18) atau metoda invers
[DF] = [SFF]-1 * [AF] ………….. (4.19)
Setelah itu persamaan (4.17) dipakai untuk menghitung reaksi tumpuan [AR]. Jika ada
beban pada tumpuan maka reaksi tumpuan adalah,
[ART] = [AR] - [AJ] ………….. (4.20)
Reaksi tumpuan juga dapat dihitung dengan menjumlahkan semua aksi ujung batang yang
bertemu pada tumpuan tersebut.
Selanjutnya, matrik deformasi keseluruhan [D] merupakan gabungan dari [DR] dan [DF].
Berikut ini adalah contoh menghitung deformasi dari struktur rangka batang gambar 4.7.
Pada struktur tersebut, variabel 1 s/d 4 adalah variable terikat dan variable 5 s/d 8 adalah
variable bebas. Matrik [A] yang telah dihitung pada sub-bab 4.3.1 adalah
A1 0
A2 0
A3 0 2
AR A4 0 -8
[A] = = = Sehingga [AF] =
A5 2 t 0
AF
A6 -8 t -5
A7 0
A8 -5 t
57
Kemudian matrik [S] yang telah dihitung dalam sub-bab 4.3.2 memberikan
5 6 7 8
-8.94 42.89 0 0 6
41 31.9 39 -8.1
-1
[SFF] = 7 [SFF] = 102/EA
-50 0 54.47 8.94 187 39 197 -41
8
0 0 8.94 42.89 -39 -8.1 -41 31.9
58
BAB 5
ANALISA STRUKTUR BALOK MENERUS
1 3 5 7 9
2 4 6 8 10
J
J2
1 2 3 4 5 J1 = 2 * J – 1
Gambar 5.1 J2 = 2 * J
Penomeran Variabel Aksi-Deformasi Struktur Balok
59
Tumpuan 1 adalah sendi sehingga translasi vertikalnya adalah variable terikat dan rotasinya
adalah variable bebas. Demikian juga untuk tumpuan 2,3,4 dan5 berupa sendi roll sehingga
translasi vertikalnya juga variable terikat dan rotasinya variable bebas. Pada kasus balok
menerus, aksi-deformasi arah normalnya diabaikan sehingga tidak ada variable arah normal.
Perlu diperhatikan bahwa pemberian nomer joint struktur harus dibuat dari kiri kekanan,
sehingga arah batang nya searah dengan arah x. Dalam keadaan ini maka sumbu batang akan
sama dengan sumbu struktur, sehingga aksi-deformasi joint pada struktur dapat dihitung
langsung dari penjumlahan aksi-deformasi ujung-ujung elemen batang, system sumbu
batang, yang bertemu pada joint tersebut.
1 3 J1 K1
(i)
(i)
2 4 J2 K2
Gambar 5.2 Penomeran Variabel Aksi- Gambar 5.3 Penomeran Variabel K2 Aksi-
Deformasi Batang ke i system Sumbu batang Deformasi Batang ke i system Sumbu struktur
60
[Am]i = [Sm]i * [Dm]i
1 3
Am1 a b -a b Dm1
(i)
Am2 b c -b c/2 Dm2
2 4 = ….. (5.1)
Am3 -a -b a -b Dm3
Gambar 5.2
Am4 b c/2 -b c Dm4
Dengan; a = 12 EI / L3 b = 6 EI / L2 c = 4 EI / L
[D] adalah matriks deformasi yang hendak dicari dengan menggunakan persamaan (5.2).
Matriks [D] sebenarnya terdiri dari kelompok deformasi bebas [DF] yang akan dicari dan
kelompok deformasi terikat [DR] yang sudah ditentukan dan merupakan syarat batas
tumpuan. [DF] bisa dicari dengan metoda solusi langsung persamaan (5.2), setelah
memasukkan nilai [Aj] dan [DR] yang merupakan data dan nilai [AL] dan [S] yang
merupakan hasil perhitungan persamaan (5.3) dan (5.4).
Metoda lain adalah dengan menata ulang urutan persamaan aksi-deformasi sehingga variable
bebas dan terikatnya berkelompok. Hal ini dilakukan dengan menata urutan variable pada
61
persamaan aksi-deformasi, sehingga akhirnya didapat persamaan matriks aksi-deformasi
untuk menghitung [DF] seperti berikut.
Matriks [AL] pada persamaan (5.2) jika dibawa ke sebelah kiri sehingga persamaan menjadi
[Aj] - [AL] = [S] [D] ………………………….. (5.5)
Jika [Aj] - [AL] disatukan menjadi matriks [A], persamaan 5.5 menjadi persamaan aksi-
deformasi dalam bentuk yang sederhana yaitu;
[A] = [S] [D] ………………………….. (5.6)
dengan [A] = [Aj] - [AL]
Ini adalah merupakan persamaan dasar metoda kekakuan, dimana [A] adalah aksi yang
dihasilkan oleh gabungan semua beban yang bekerja pada struktur, dan [S] adalah kekakuan
yang merupakan gabungan dari geometri elemen batang (L, sudut batang), dimensi
penampang (A, I) serta jenis material (E).
Persamaan (5.6) sebenarnya adalah persamaan linier simultan dengan variable deformasi
yang mengandung variable bebas dan terikat. Jika urutan persamaan tersebut dirubah
sehingga variable deformasinya berkolompok kedalam kelompok deformasi bebas dan
terikat, maka dalam bentuk matriks persamaan tersebut akan menjadi
AF SFF SFR DF
= * ………………….. (5.7)
AR SRF SRR DR
Melakukan pengelompokan variable tersebut, dalam bentuk matriks, dapat dilakukan dengan
menata urutan baris, bagian bebas dibawa keatas sedangkan bagian terikat digeser kebawah.
Selanjutnya untuk matriks S selaian baris, kolomnya juga ditata urutannya dengan cara
bagian bebas dibawa kedepan dan bagian terikat digeser kebelakang sehingga menjadi
bentuk seperti pada persamaan 5.7.
Persamaan matriks (5.7) selanjutnya jika dijabarkan akan menjadi
[AF] = [SFF] * [DF] + [SFR] * [DR] ………………….. (5.8)
[AR] = [SRF] * [DF] + [SRR] * [DR] ………………….. (5.9)
Pada persamaan (5.8) nilai [AF], [SFF], [SFR] dan [DR] telah didapatkan, sehingga dapat
dipakai untuk menghitung deformasi [DF]. Sedangkan persamaan (5.9) dipakai untuk
menghitung reaksi tumpuan [AR] setelah [DF] didapatkan dari persamaan 5.8. Akan tetapi
[AR] bisa juga diketahui dari gaya ujung batang pada tumpuan tersebut. Jika tidak ada syarat
62
batas deformasi pada tumpuan seperti misal diasumsikan tidak terjadi settlement pada
pondasi, maka [DR] = [0], sehingga persamaan (5.8) menjadi;
[AF] = [SFF] * [DF] ………………….. (5.10)
Selanjutnya [DF] bisa dicari dengan metoda iterasi persamaan (5.10) atau metoda invers
[DF] = [SFF]-1 * [AF] ………………….. (5.11)
Kemudian reaksi tumpuan [ART] dihitung dari persamaan (5.9) yaitu;
[ART] = [AR] - [AJ - AL] ………………….. (5.12)
5.4 Menghitung Gaya Ujung Batang {Am}
Setelah deformasi bebas didapatkan dari penyelesaian persamaan 5.11, selanjutnya dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan gaya ujung dari batang-batang. Aksi/ gaya ujung batang
total {Am} tidak lain adalah aksi ujung batang akibat beban {Aml} ditambah aksi ujung
batang akibat deformasi {AmD}. Sehingga pada setiap batang berlaku persamaan:
{Am}i = {Aml} i + {AmD} i ………………….. (5.13)
{Aml} i adalah aksi ujung batang terjepit i akibat beban. Untuk mendapatkan nilai {Aml}dapat
digunakan hasil perhitungan yang diberikan berikut ini;
Elemen balok dengan beban merata q
q
Ma Mb
Ma = Mb = q L2 / 12
Ra = Rb = q L / 2
Ra Rb
z=a/L
Ra Rb
Ra Rb Rb = P a2 (a + 3b) / L3
L
63
Sehingga, disesuaikan dengan penomeran variable elemen batang, gaya-gaya ujung batang
terjepit akibat beban ini ditransfer dalam bentuk matrik menjadi
Aml1 Ra
{Aml} = Aml2 Ma
=
Aml3 Rb
Aml4 -Mb
{AmD} i adalah aksi ujung batang i akibat deformasi seperti dalam sub-bab 5.2 yaitu;
[AmD]i = [Sm]i * [Dm]i
1 3
AmD1 a b -a b Dm1
(i)
AmD2 b c -b c/2 Dm2
2 4 =
AmD3 -a -b a -b Dm3
Gambar 5.2
AmD4 b c/2 -b c Dm4
Dengan; a = 12 EI / L3 b = 6 EI / L2 c = 4 EI / L
Sehingga aksi/gaya ujung batang total persamaan 5.13 menjadi
{Am}i = {Aml} i + [Sm]i * [Dm]i ………………….. (5.14)
64
2t 4t
1 t/m 1 tm
5 tm
EI 2EI •
A B C
2m 2m 2m
Aksi langsung pada joint dari struktur ini
Gambar 5.4 Struktur Balok adalah
1
3 5 Aj1 0
Aj2 0
2
Aj3 -2 t
4 6 {AJ} = Aj4 = -5 tm
1 2 3 Aj5 0
Aj6 1 tm
Gambar 5.5 Penomeran variable
4t 1 3
1 t/m
(i)
(1) (2) m4 2 4
m1 m2 m3
4m
v1 2m v2 v3 v4
v1 = v2 = ql/2 = 1 v3 = v4 = P/2 = 2
{AL} = {AmL}1 + {AmL}2
m1 = m2 = ql2/12 = 1/3 m3 = m4 = Pl/8 = 2
AL1 1 0 1 1
v1 1 v3 3 AL2 1/3 0 1/3 2
m1 2 m3 4 AL3 = 1 + 2 = 3 3
{Aml}1 = {Aml}2 =
v2 3 v4 AL4 -1/3 2 5/3 4
5
-m2 4 -m4 AL5 0 2 2 5
6
AL6 -2
0 -2 6
65
5.5.4 Menghitung Matrik Kekakuan [ S ]
Matrik kekakuan [ S ] dihitung dengan cara menjumlahkan matrik kekakuan batang sumbu
struktur [ SM ] semua batang. Penjumlahan dilakukan dengan mengacu pada nomer variable
batang tersebut terhadap pada struktur global. Seperti pada persamaan (5.4), persamaan
matrik ditulis sbb; [ S ] = Σ[ SM ]i
a b -a b
b c -b c/2
Matrik kekakuan setiap elemen batang [Sm] =
-a -b a -b
Dengan;
b c/2 -b c
a = 12 EI / L3 b = 6 EI / L2 c = 4 EI / L
Batang EI (EI) L (m) a (EI/m3) b (EI/m2) c (EI/m)
1 1 2 1,5 1,5 2
2 2 4 0,375 0,75 2
[Sm]1 [Sm]2
1,5 1,5 -1,5 1,5 1 0,375 0,75 -0,375 0,75 3
1,5 2 -1,5 1 2 0,75 2 -0,75 1 4
-1,5 -1,5 1,5 -1,5 3 -0,375 -0,75 0,375 -0,75 5
1,5 1 -1,5 2 4 0,75 1 -0,75 2 6
1 2 3 4 5 6
Jika hendak dicari matriks kekakuan untuk variable bebasnya saja [SFF] maka bagian yang
terikatnya tinggal di hapus, sehingga didapat:
3 1.875 -0.75 0.75
[SFF] = 4 -0.75 4 1 * EI
6 0.75 1 2
3 4 6
66
5.5.5 Menghitung Deformasi
Jika deformasi terikat {DR} ={0} maka deformasi bebas {DF}dapat dihitung dengan
persamaan 5.11 yaitu; [DF] = [SFF]-1 * [AF]
0 1 -1 1
0 1/3 -1/3 2 -5 3
Deformasi secara keseluruhan adalah gabungan dari deformasi {DF} dan deformasi {DR}
Karena {DR} = { 0 } maka 1
0
0 2
{D} = 1/EI * -7.101 3
-4.616 4
0 5
6.471 6
67
Am1 4.728 t
Am2 6.370 tm
{Am}1 = =
Am3 -2.728 t
Am4 1.087 tm
Gaya batang no 2
0,375 0,75 -0,375 0,75 -7.101
2
0,75 2 -0,75 1 -4.616
{Aml}2 = 2 [Sm]2 = EI * {Dm}2 = 1/EI * 0
2 -0,375 -0,75 0,375 -0,75
-2 0,75 1 -0,75 2 6.471
Am1 0.728 t
Am2 -6.087 tm
{Am}2 = =
Am3 3.272 t
Am4 1.0 tm
Diagram gaya lintang dan momen balok tersebut adalah sebagai berikut
68
Kontrol: Fv di B -2.728 + 0.728 = - 2 t OK!
M di B 1.087 – 6.087 = - 5 tm OK!
M di C 1.0 = 1 tm OK!
Sehingga 3 4 6
1 -1.5 1.5 0
[SRF] = 2 -1.5 1 0
5 -0.375 -0.75 -0.75
-7.101 3.728
-1.5 1.5 0 1
[AR] = [SRF] * [DF] = EI -1.5 1 0 *1/EI -4.616 6.036 2
=
-0.375 -0.75 -0.75 6.471 1.272 5
Reaksi tumpuan;
3.728 -1 1 4.728 t
[ART] = [AR] - [AJ-AL] = 6.036 - -1/3 = 2 6.370 t
1.272 -2 5 3.272 t
69
5.6 Struktur Balok Dengan Tumpuan Yang Berdeformasi
Pada pembahasan sebelumnya, dianggap tidak ada deformasi pada variable terkekang atau
{DR} = {0}. Namun jika ada syarat batas pada deformasi terkekang atau {DR} ≠ {0},
misalnya pondasi mengalami penurunan, maka persamaan yang dipakai untuk menghitung
deformasi bebas {DF} adalah persamaan (5.8) yaitu;
{AF} = [SFF] * {DF} + [SFR] * {DR}
Selanjutnya di rubah menjadi
{DF} = [SFF]-1 * [{AF} - [SFR] * {DR}]
Untuk itu maka matrik [SFR] harus dicari, yaitu dengan menata ulang matrik aksi dan matrik
kekakuan sehingga variable bebas dan terikat berkelompok.
Contoh;
Hitung kembali gaya ujung batang balok seperti soal sebelumnya jika terdapat deformasi
vertikal pada tumpuan A dan C yaitu ∆VA = - 2 mm dan ∆VC = - 5 mm. EI = 104 tm2
2t 4t
1 t/m 1 tm
5 tm
EI 2EI •
A B C
2m 2m 2m
Struktur Balok
Jawab;
Karena kekakuan dalam satuan EI maka deformasi juga harus dalam satuan EI
Deformasi satuan EI dihitung sbb;
∆VA = - 2 mm = -2 10-3 m = -2 10-3*104/EI = - 20/EI
∆VC = - 5 mm = -5 10-3 m = -5 10-3*104/EI = - 50/EI
Sesuai dengan penomeran variable maka D1 = ∆VA = - 20/EI ; D5 = ∆VC = - 50/EI
70
Perhitungan matrik aksi {AJ}, {AL} dan matrik kekakuan [S] sama seperti sebelumnya yaitu
1 Aj1 0
3 5
Aj2 0
2 Aj3 -2 t
4 6 {AJ} = Aj4 = -5 tm
1 2 3 Aj5 0
Aj6 1 tm
Penomeran variable
1 t/m
1 3
4t
(i)
(1) (2) m4
m1 m2 m3 2 4
4m
2m
v3 v4
v1 v2
v1 = v2 = ql/2 = 1 v3 = v4 = P/2 = 2 {AL} = {AmL}1 + {AmL}2
2
m1 = m2 = ql /12 = 1/3 m3 = m4 = Pl/8 = 2
AL1 1 0 1 1
AL2 1/3 0 1/3 2
v1 1 v3 3 AL3 1 2 3 3
= + =
{Aml}1 = m1 2 m3 4 AL4 -1/3 2 5/3
{Aml}2 = 4
v2 3 v4 5 AL5 0 2
2 5
-m2 4 -m4 AL6
6 0 -2 -2 6
0 1 -1 1
0 1/3 -1/3 2
{A} = {AJ} - {AL} = -2 _ 3 -5 3
=
-5 5/3 -20/3 4
0 2 -2 5
1 -2 3 6
Selanjutnya variable bebas dan terikat dikelompokkan dengan menata ulang urutan baris
sehingga didapat;
-5 3
-20/3 4 -5 3 -1 1
AF
= 3 6
-20/3
{A} = 1
{AF} = 4 {AR} = -1/3 2
-1
AR 2 3
-1/3 6 -2 5
-2 5
71
Kemudian menghitung matrik kekakuan
1 2 3 4 5 6
Mengelompokkan variable bebas dan terikat dilakukan dengan menata urutan baris dan
kolom sebagai berikut;
1 2 3 4 5 6
3 -1.5 -1.5 1.875 -0.75 -0.375 0.75
4 1.5 1 -0.75 4 -0.75 1
6 0 0 0.75 1 -0.75 2
1 1.5 1.5 -1.5 1.5 0 0
2 1.5 2 -1.5 1 0 0
5 0 0 -0.375 -0.75 0.375 -0.75
72
Selanjutnya, matrik kekakuan ditata urutan kolomnya sehinga menjadi;
3 4 6 1 2 5
3 1.875 -0.75 0.75 -1.5 -1.5 -0.375
4 -0.75 4 1 1.5 1 -0.75
SFF SFR
6 0.75 1 2 0 0 -0.75
=
1 -1.5 1.5 0 1.5 1.5 0
SRF SRR
2 -1.5 1 0 1.5 2 0
5 -0.375 -0.75 -0.75 0 0 0.375
Sehingga;
3 4 6 1 2 5
1.875 -0.75 0.75 3 -1.5 -1.5 -0.375 3
SFF = EI -0.75 4 1 4 SFR = EI 1.5 1 -0.75 4
0.75 1 2 6 0 0 -0.75 6
{DR} = 1/EI 0 2
-50 5
-5 48.75 -53.75
AF - SFR*DR = -6.667 - 7.5 = -14.17
3 37.5 -34.5
73
Deformasi secara keseluruhan adalah gabungan dari deformasi {DF} dan deformasi {DR}
-20 1
0 2
{D} = 1/EI * -32.32 3
-9.507 4
-50 5
-0.377 6
Menghitung Gaya Ujung Batang
Gaya ujung batang dihitung pada setiap batang dengan rumus;
{Am}i = {Aml} i + [Sm]i * [Dm]i
Gaya batang no 1
1,5 1,5 -1,5 1,5 -20
1
1,5 2 -1,5 1 0
{Aml}1 = 1/3 [Sm]1 = EI * {Dm}1 = 1/EI *
-1,5 -1,5 1,5 -1,5 -32.32
1
1,5 1 -1,5 2 -9.507
-1/3
Am1 5.217 t
Am2 9.304 tm
{Am}1 = =
Am3 -3.217 t
Am4 -0.870 tm
Gaya batang no 2
0,375 0,75 -0,375 0,75 -32.32
2
0,75 2 -0,75 1 -9.507
{Aml}2 = 2 [Sm]2 = EI * {Dm}2 = 1/EI *
2 -0,375 -0,75 0,375 -0,75 -50
-2 0,75 1 -0,75 2 -0.377
6.471
Am1 1.217 t
Am2 -4.130 tm
{Am}2 = =
Am3 2.738 t
Am4 1.0 tm
74
Penggambaran diagram bidang moment dan gaya lintang
Diagram gaya lintang dan momen balok tersebut adalah sebagai berikut
75
BAB 6
ANALISA STRUKTUR PORTAL BIDANG
2 5 8
1 4 7
3 J2
3 1 6 2 9
4 J J1
J3
J1 = 3 * J – 2
Gambar 6.1 Variabel Aksi-Deformasi J2 = 3 * J – 1
Struktur Portal Bidang J3 = 3 * J
74
5 k2
4 k3
k1
2 J2 (i)
(i) 6
J1
1 3 J3
Gambar 6.2 Penomeran Variabel Aksi- Gambar 6.3 Penomeran Variabel Aksi-
Deformasi batang ke i system sumbu batang Deformasi batang ke i system sumbu struktur
1 3
Dengan; a = EA / L , b = 12 EI / L3 , c = 6 EI / L2 , d = 4 EI / L
75
6.3 Transformasi Sumbu
Vektor aksi/deformasi sumbu batang dapat dirubah menjadi vector aksi/deformasi sumbu global,
atau juga sebaliknya, dengan suatu proses yang dinamakan transformasi sumbu. Misal kita tinjau
satu titik ujung dari batang dan ada dua sumbu disana, suatu vector aksi A pada titik tersebut
dapat diuraikan pada kedua sumbu tersebut dan didapat hubungan sebagai berikut; pada sumbu
batang aksi A diuraikan menjadi Axm dan Aym dan pada sumbu struktur diraikan menjadi Axs dan
Ays. Hubungan antara aksi sumbu batang terhadap aksi sumbu struktur dari vector A seperti yang
telah dibahas pada sub-bab 4.2.3 dapat ditulis dalam persamaan matrik
YS
Ym Xm
Axm Cx Cy Axs
= x
Aym -Cy Cx Ays A
AyS
AxS
[R] adalah matrik rotasi sumbu
Gambar 6.1. Sumbu Global dan Sumbu Batang
Cx Cy
Dengan [R] = dan Cx = cos α dan Cy = sin α
-Cy Cx
76
Hubungan antara aksi sumbu batang dan aksi sumbu global dinyatakan dengan persamaan;
{Am} = [T] x {Ams} ………..….. (6.2)
Dengan logika yang sama, hubungan antara deformasi sumbu batang dan aksi sumbu global juga
dinyatakan dengan persamaan;
{Dm} = [T] x {Dms} ………..….. (6.3)
[T] = matriks transformasi sumbu
Cx Cy 0 0 0 0
[R] [0] 0 0 0
dengan [T] = [R] = -Cy Cx 0 dan [0] =
[0] [R] 0 0 1 0 0 0
Pada elemen batang ini matriks [T] adalah matriks 6x6. Disini terlihat bahwa momen tidak
mengalami transformasi jadi momen sistem sumbu batang = momen sistem sumbu global.
77
Dari persamaan (6.1) [Am] = [Sm] * [Dm]
Dari persamaan (6.2) [Dm] = [T] * [Dms]
Dari persamaan (6.3) [Am] = [T] * [Ams]
Substitusi pers. (6.1) dengan pers. (6.2) dan (6.3) menjadi
[T] * [Ams] = [Sm] * [T] * [Dms] …..………..….. (6.5)
Sama-sama dikalikan [RT]-1 Pers. (6.5) menjadi
[T]-1 * [T] *[Ams] = [T]-1 * [Sm] * [T] * [Dms] …..………..….. (6.6)
Karena [T]-1 * [T] = [1] maka pers (6.6) akhirnya menjadi
[Ams] = [T]-1 * [Sm] * [T] * [Dms] …..………..….. (6.7)
Dari kesesuaian antara pers. (6.4) dan (6.7) maka dapat diambil kesimpulan
[Sms] = [T]-1 * [Sm] * [T] …..………..….. (6.8)
Matriks [T]-1 = [T]T sehingga persamaan 6.8 dapat ditulis menjadi
[Sms] = [T]T * [Sm] * [T] …..………..….. (6.9)
Dengan memasukkan nilai [T]T , [Sm] dan [T] pada persamaan 6.9 maka akan didapat matriks
kekakuan elemen batang dari struktur portal bidang [Sms] dalam bentuk matriks sebagai berikut.
Dengan:
a b c -a -b c
a= EA/L Cx2 + 12EI/L3 Cy2
b d e -b -d e
b= (EA/L - 12EI/L3) CxCy
c e f -c -e f/2
[Sms]i = c= - 6EI/L2 Cy
-a -b -c a b -c d= EA/L Cy2 + 12EI/L3 Cx2
-b -d -e b d -e e= 6EI/L2 Cx
c e f/2 -c -e f f= 4EI/L
0 -b -c
0 c d/2 ………………..………..….. (6.10)
6.5 Persamaan Aksi-Deformasi Struktur
Suatu struktur yang mengalami aksi luar berupa beban akan mengalami deformasi pada joint-
joint bebas nya (joint yang berdeformasi secara bebas). Dari penurunan persamaan seperti yang
telah dibahas pada metode kekakuan dasar yaitu:
[Aj] = [AL] + [S] [D] ………………………………………………….. (6.11)
Dimana:
78
[Aj] adalah matriks aksi langsung pada joint sesuai dengan variabel deformasinya. Aksi langsung
ini dapat langsung diambil dari beban berupa gaya atau moment yang bekerja pada joint.
[AL] adalah matriks aksi akibat beban pada batang. Aksi ini didapat dari penjumlahan aksi ujung
batang terjepit sumbu struktur, akibat beban pada batang.
Dengan metoda kekakuan langsung matrik [AL] dan matrik [S] dihitung dengan cara
[AL] = Σ [Amls]i ………………………………………………….. (6.12)
Dengan;
[Amls]i = [T]iT [Aml]i ………………………………………………….. (6.13)
[Aml]i = matriks gaya ujung batang i sumbu batang, akibat beban pada batang
[ S ] adalah matriks kekakuan struktur. Didapat dari penjumlahan semua matriks kekakuan
batang batang sumbu struktur
[ S ] = Σ [Sms]i ………………………………………………….. (6.14)
[D] adalah matriks deformasi yang hendak dicari dengan menggunakan persamaan (6.11).
Matriks [D] sebenarnya terdiri dari kelompok deformasi bebas [DF] yang akan dicari dan
kelompok deformasi terikat [DR] yang sudah ditentukan dan merupakan syarat batas tumpuan.
[DF] bisa dicari dengan metoda solusi langsung persamaan (6.11), setelah memasukkan nilai
[Aj], [DR] yang merupakan data dan nilai [AL] dan [S] yang merupakan hasil perhitungan
persamaan (6.12) dan (6.14).
Metoda lain adalah dengan pengelompokkan variable bebas dan terikat. Karena hanya deformasi
bebas yang dicari, maka dalam persamaan matriks variable deformasi dikelompokkan menjadi
kelompok variable bebas dan kelompok variable terikat. Hal ini dilakukan dengan menata urutan
variable pada persamaan aksi-deformasi, sehingga akhirnya didapat persamaan matriks aksi-
deformasi untuk menghitung [DF] seperti berikut.
Matriks [AL] pada persamaan (6.11) jika dibawa ke sebelah kiri persamaan akan menjadi
[Aj] - [AL] = [S] [D]
Jika [Aj] - [AL] disatukan menjadi matriks [A],
persamaan diatas menjadi persamaan aksi-deformasi dalam bentuk yang sederhana yaitu;
[A] = [S] [D] ………………………………………………….. (6.15)
dengan [A] = [Aj] - [AL]
79
Ini adalah merupakan persamaan dasar metoda kekakuan, dimana [A] aksi yang dihasilkan oleh
gabungan semua beban yang bekerja pada struktur, dan [S] adalah kekakuan yang merupakan
gabungan dari geometri elemen batang (bentang L, sudut ), dimensi penampang (A, I) serta
jenis material (E).
Persamaan (6.15) adalah persamaan linier simultan dengan variable deformasi yang mengandung
variable bebas dan terikat. Jika urutan persamaan tersebut dirubah sehingga variable
deformasinya berkolompok kedalam kelompok deformasi bebas dan terikat, maka dalam bentuk
matriks, persamaan tersebut akan menjadi
AF SFF SFR DF
= * ………………………………….. (6.16)
AR SRF SRR DR
Dalam melakukan pengelompokan variable tersebut, dalam bentuk matriks dapat dilakukan
dengan menata urutan baris, bagian bebas dibawa keatas sedangkan bagian terikat digeser
kebawah. Selanjutnya untuk pada matriks S kolomnya juga ditata urutannya, bagian bebas
dibawa kedepan dan bagian terikat digeser kebelakang.
Persamaan matriks (6.16) selanjutnya jika dijabarkan akan menjadi
[AF] = [SFF] * [DF] + [SFR] * [DR] ………………………………….. (6.17)
[AR] = [SRF] * [DF] + [SRR] * [DR] ………………………………….. (6.18)
Nilai [AF], [SFF], [SFR] dan [DR] dari persamaan (3.23) telah didapatkan sehinga dapat dipakai
untuk menghitung deformasi [DF]. Selanjutnya persamaan (3.24) dipakai untuk menghitung
reaksi tumpuan [AR] setelah [DF] didapatkan. Akan tetapi [AR] bisa juga diketahui dari gaya
ujung batang pada tumpuan tersebut. Jika tidak ada syarat batas deformasi pada tumpuan seperti
misal diasumsikan tidak terjadi setlement pada pondasi, maka [DR] = [0], sehingga persamaan
(6.17) menjadi;
[AF] = [SFF] * [DF] ………………………………….. (6.19)
Selanjutnya [DF] bisa dicari dengan metoda iterasi persamaan (6.19) atau metoda invers
[DF] = [SFF]-1 * [AF] …………………………….. (6.20A)
Jika [DR] ≠ 0 maka
[DF] = [SFF]-1 * {[AF]- [SFR] * [DR]} ………………………….. (6.20B)
80
6.6 Menghitung Aksi Langsung Pada Joint {AJ}
Untuk menghitung matriks aksi langsung sebelumnya harus sudah dibuat penomeran variable
aksi/deformasi struktur. Berikut ini adalah contoh perhitungan aksi langsung untuk masing-
masing jenis struktur.
Contoh 6.1
Hitung aksi langsung pada joint {AJ} untuk struktur portal berikut
1.5 t/m 2t
6 tm
(1) 2
1 4t
E, I, A
(2) Aj1 0
3m E, I, A Aj2 0
3
Aj3 0
3m 4m Aj4 0
{AJ} = =
Aj5 -2 t
2
5
Aj6 6 tm
3 6 Aj7 0
(1) 4 Aj8 0
1 2
1 Aj9 0
(2)
8
7
9
Penomeran variable 3
81
Aksi ujung batang terjepit sumbu struktur akibat beban pada batang {AMLS}i dapat dihitung
secara langsung tanpa menggunakan persamaan (6.13) seperti contoh berikut ini;
k2
5 4 k3
k k
k1
2 6 J2
j (i) (i)
j
1 3 J1
J3
n m
m qd cos α
qd qd
qd α
v
R qd sin α
L
m α α
m
n v R R = qd L / 2
n = qd L sinα / 2
Reaksi searah sb. v = qd L cosα / 2
Reaksi diuraikan
searah sb. batang struktur m = qd L2 cosα /12
n m
m ql cos α
ql ql α
ql
v
R ql sin α
L
m α α
m
n v R R = ql L cosα / 2
n = ql sinα L cosα / 2
Reaksi diuraikan Reaksi searah sb. v = ql cosα L cosα / 2
searah sb. batang struktur m = ql L2 cos2α /12
82
C. Akibat beban Terpusat (P)
nb
mb
mb P cos α
P P α
vb P n
b Rb P sin α R
L α v α
ma
a ma α
na va Ra
m = qd L2 cos2α /12
Aksi ujung batang sumbu batang Aksi ujung batang sumbu struktur
Aml1 nna Aj1 0
Aml2 va Aj2 Ra
{Aml} = = {Amls} = =
Aml3 mna Aj3 ma
Aml4 nvb Ak1 0
Aml5 vb Ak2 Rb
Aml6 -mb Ak3 -mb
Contoh 6.2
Hitung matrik aksi akibat beban pada batang {AL} dari struktur portal berikut
2
1.5 t/m 2t 5
3 6
6 tm 4
(1) 2
(1) 1
1 2 1
E, I, A 4t (2)
(2) 8
3m E, I, A 7
3 Penomeran variable 9
3m 4m 3
83
Aksi ujung batang dari struktur ini adalah; Aksi ujung batang sumbu batang
Batang 1: {Aml}1 {Aml}2
v1 = q l / 2 = 1,5*3 / 2 = 2,25
m1 = q l2/12 = 1,5*32/12 = 1,125
0 -1.2
Batang 2: n v P 2.25 1.6
m 2
R2 a = R2 b = P / 2 = 4 / 2 = 2 1.125
v2a = v2b = R2a cos α = 2*0,8 = 1,6 R m 0 -1.2
n2a = n2b = R2a sin α = 2*0,6 = 1,2 2.25 1.6
n
m2a = m2b = P cosα l /8 = 4*0,8*5/8 = 2 -1.125 -2
v
R
Aksi ujung batang sumbu struktur Aksi struktur akibat beban [AL]
0 1 0 4 AL1 0 0
2.25 2 2 5 AL2 2.25 2.25
1.125 3 2 6 AL3 1.125 1.125
0 4 0 7
AL4 0 0 0
AL5 = + =
2.25 5 2 8 2.25 2 4.25
6 AL6 2
-1.125 -2 9 -1.125 0.875
AL7
0 0
AL8
2 2
AL9
-2 -2
84
Misalkan ukuran penampang 30cm x 40cm, maka A = 75 I dalam satuan m
1.5 t/m 2t
2
6 tm 5
3 6
(1) 2 4
1 4t (1) 2
E, I, A 1
(2) 1
3m (2)
E, I, A 8
3
7
2m 4m 9
Penomeran variable
3
Matriks kekakuan elemen batang I sumbu struktur sesuai dengan persamaan (3.16) adalah;
Dengan:
a b c -a -b c
a= EA/L Cx2 + 12EI/L3 Cy2
b d e -b -d e
b= (EA/L - 12EI/L3) CxCy
[Sms]i = c e f -c -e f/2
c= - 6EI/L2 Cy
-a -b -c a b -c d= EA/L Cy2 + 12EI/L3 Cx2
-b -d -e b d -e e= 6EI/L2 Cx
c e f/2 -c -e f f= 4EI/L
0 -b
Tabel perhitungan -c
koeficien matrik kekakuan
0 c d/2
Batang Joint J Joint K ∆x ∆y L (m) EI (EI) EA (EI) EA/L 12EI/L3 6EI/L2 4EI/L
1 1 2 2 0 2 1 75 37.5 1.5 1.5 2
2 2 3 4 -3 5 1 75 15 0.096 0.24 0.8
1 2 3 4 5 6
37.5 0 0 -37.5 0 0 1
0 1.5 1.5 0 -1.5 1.5 2
0 1.5 2 0 -1.5 1 3
[Sms]1 =
-37.5 0 0 37.5 0 0 4
0 -1.5 -1.5 0 1.5 -1.5 5
0 1.5 1 0 -1.5 2 6
85
4 5 6 7 8 9
37.5 0 0 -37.5 0 0 0 0 0 1
0 1.5 1.5 0 -1.5 1.5 0 0 0 2
0 1.5 2 0 -1.5 1 0 0 0 3
-37.5 0 0 47.13 -7.15 0.144 9.63 -7.15 0.144 4
[S] = 0 -1.5 -1.5 -7.15 6.96 -1.308 -7.15 5.46 0.192 5
0 1.5 1 0.144 -1.308 2.8 0.144 0.192 0.8 6
0 0 0 9.63 -7.15 0.144 9.63 -7.15 0.144 7
0 0 0 -7.15 5.46 0.192 -7.15 5.46 0.192 8
0 0 0 0.144 0.192 0.8 0.144 0.192 0.8 9
Karena varibel bebas dalam matrik sudah berkelompok, maka matrik kekakuan variable bebas
dari struktur [SFF] dapat langsung diambil dari matrik kekakuan keseluruhan. Pada contoh ini
konstanta matrik pada baris dan kolom ke 4,5 dan 6 adalah merupakan konstanta matrik [SFF].
Sehingga matrik [SFF] dari struktur diatas adalah;
4 5 6
4 47.13 -7.15 0.144
5 x EI
[SFF] = -7.15 6.96 -1.308
6 0.144 -1.308 2.8
86
Contoh 6.4. Hitung deformasi joint struktur portal pada contoh 6.3 jika diketahui tidak ada
deformasi pada tumpuan jepit 1 dan 3. Dari pernyataan ini maka {DR} = {0}, atau
D1 0
D2 0
D3 0 25.5 28.4 12.0
-1
{DR} = = [SFF] = 28.4 189 86.9
D7 0 *10-3 /EI
12.0 86.9 397
D8 0
D9 0
Jika deformasi terikat {DR} ={0} maka deformasi bebas {DF}dapat dihitung dengan persamaan
6.20 yaitu; [DF] = [SFF]-1 * [AF]
0 0 0 1
0 2.25 -2.25 2
0 1.125 -1.125 3
0 0 0 4 0 4
{A} = {AJ} - {AL} = _
-2 4.25 = -6.25 5 {AF} = -6.25 5
6 0.875 5.125 6 5.125 6
0 0 0 7
0 2 -2 8
0 -2 2 9
Deformasi secara keseluruhan adalah gabungan dari deformasi {DF} dan deformasi {DR}
Karena {DR} = { 0 } maka
0 1
0 2
0 3
-0.116 4
{D} = 1/EI *
-0.736 5
1.492 6
0 7
0 8
0 9
87
6.10 Menghitung Gaya Ujung Batang
Gaya atau aksi ujung batang dihitung pada setiap batang dengan rumus;
{Am}i = {Aml} i + [Sm]i * [Dm]i .……………. (6.21)
Karena deformasi yang didapat adalah deformasi sumbu struktur maka harus ditransformasi
menjadi deformasi sumbu batang dengan persamaan 6.3 yaitu; {Dm} = [T] *{Dms}, sehingga;
{Am}i = {Aml} i + [Sm]i * [T]i * [Dms]i ……………. (6.22)
dimana [T]i adalah matrik transformasi aksi/deformasi batang i dan [Sm]i adalah matrik kekauan
batang i system sumbu batang.
cx cy 0 0 0 0 a 0 0 -a 0 0
-cy cx 0 0 0 0 0 b c 0 -b c
0 0 1 0 0 0 0 c d 0 -c d/2
[T]i = [Sm]i =
0 0 0 cx cy 0 -a 0 0 a 0 0
0 0 0 -cy cx 0 0 -b -c 0 b -c
0 0 0 0 0 1 0 c d/2 0 -c d
Contoh 6.5. Menghitung gaya atau aksi ujung batang-batang dari struktur portal yang telah
dihitung pada contoh 6.4.
Batang no 1 0 37.5 0 0 -37.5 0 0
2.25 0 1.5 1.5 0 -1.5 1.5
1.125 0 1.5 2 0 -1.5 1
{Aml}1 = [Sm]1 = EI *
0 -37.5 0 0 37.5 0 0
2.25 0 -1.5 -1.5 0 1.5 -1.5
-1.125 0 1.5 1 0 -1.5 2
0 1 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 0
{Dms}1 = 1/EI * [T]1 = = [1]
-0.116 0 0 0 1 0 0
-0.736 0 0 0 0 1 0
1.492
0 0 0 0 0 1
88
0 4.35
0 3.341
0 3.595
[T]1 * {Dms}1 = [ 1 ] * {Dms}1 = 1/EI * [Sm]1 * [T]1 * {Dms}1 =
-0.116 -4.35
-0.736 -3.341
1.492 4.087
0 4.35 4.35 t
2.25 3.341 5.591 t
3.595 3.720 tm
{Am}1 = {Aml}1 + [Sm]1 * [T]1 * {Dms}1 = 1.125 + =
t
0 -4.35 -4.35
2.25 -3.341 -1.091 t
-1.125 4.087 2.962 tm
0.349 5.231
-0.658 0.295
1.492 1.035
[T]2 * {Dms}2 = 1/EI * [Sm]2 * [T]2 * {Dms}2 =
0 -5.231
0 -0.295
0 0.439
89
Contoh 6.6 Hitung deformasi joint dan gaya-gaya ujung batang dari struktur portal berikut
Po
2 t/m 2 t/m
0.5 t Mo 0.5 t
30/40 ( 2 ) 0.8 m 2 30/40 ( 2 ) 3
0.8 m 2 3
2t (3) 2t (3)
30/40 3m 30/40
(1) 30/30 (1) 30/30
1 4 1 4
1m 4m 1m 4m
5 8 4
6 9 k2
5
4 7 k3
2 (2) 3 6
k1
k k
(3)
(i) ∆y
(1) (i)
j2 2
2 11 j3
3 12 3 j
1 10 j1 ∆x
j 1
1 4
Sumbu struktur Sumbu batang
Penomeran variabel struktur
Penomeran variabel elemen batang ke i
Gaya dan Momen pada kantilever
Po = qL = 2 * 0.8 = 1.6 ton
Mo = 1/2 qL2 = 1/2*2*0.82 = 0.64 tm
Batang Δx Δy L Cx Cy
1 1 3 3.162 0.316 0.949
2 4 0 4 1 0
3 0 -3 3 0 -1
90
Menghitung Aksi Langsung pada joint {Aj}
Sumbu struktur
Sumbu batang
Aj1 1 0 m1 m1 n1
Aj2 2 0
3 0 R1
Aj3
Aj4 4 0 v1
Aj5 5 -1.6
6 0.64 P P
Aj6
{Aj} = = 7 -0.5
Aj7
Aj8 8 0
Aj9 9 0
Aj10 10 0
11 0 1
Aj11
12 0 m1
Aj12 R1
v1
m1 n1
v2 v2
R1 = P /2 = 2 / 2 = 1 t
m1 = P L1 sin1 / 8 = 2*3/8 = 0.75 Aksi ujung batang 2 akibat beban pada batang
Aksi ujung batang akibat beban pada batang system sumbu struktur {AmLs}i
-R1 -1 4 0 0
Batang 1 0 0 Batang 2 5 v2 4
m1 0.75 6 m2 2.667
{AmLs}1 = -R1 = -1 {AmLs}2 = 7 0 = 0
0 0 8 v2 4
-m1 -0.75 9 -m2 -2.667
Aksi ujung batang akibat beban pada batang system sumbu batang {AmL}i
1 -n1 -0.316 1 0 0
Batang 1 2 v1 0.949 Batang 2 2 v2 4
3 m1 0.75 3 m2 2.667
{AmL}1 = 4 -n1 = -0.316 {AmL}2 = 4 0 = 0
5 v1 0.949 5 v2 4
6 -m1 -0.75 6 -m2 -2.667 91
1 -1 1 -1
2 0 2 0
3 0.75 3 0.75
4 -1 0 4 -1
5 0 4 5 4
-0.75 2.667 6 1.917
6
{AL} = + 0 = 7 0
7
4 8 4
8
-2.667 9 -2.667
9
10 0
10
11 0
11
12
0
12
0 -1 1 1
0 0 0 2
0 0.75 -0.75 3
0 -1 1 4 4 1 t
Aksi gabungan -1.6 -5.6 5 -5.6 t
4 5
0.64 1.917 -1.277 6 6 -1.277 tm
{A} = {Aj} - {AL} = -0.5 ˗ 0 = -0.5 7
{AF} = 7 -0.5 t
-4 t
0 4 -4 8 8
2.667 tm
0 -2.667 2.667 9 9
0 0 0 10
0 0 0 11
0 0 0 12
[ S ] = ∑ [Sms]i b d e -b -d e
92
Matrik kekakuan batang system sumbu struktur
1 2 3 4 5 6
1 1.30 3.36 -27.34 -1.30 -3.36 -27.34
Batang 1 2 3.36 10.27 9.10 -3.36 -10.27 9.10
3 -27.34 9.10 6072.11 27.34 -9.10 3036.05
[Sms]1 = x 105
4 -1.30 -3.36 27.34 1.30 3.36 27.34
5 -3.36 -10.27 -9.10 3.36 10.27 -9.10
6 -27.34 9.10 3036.05 27.34 -9.10 6072.11
4 5 6 7 8 9
4
9 0 0 -9 0 0
Batang 2 5
0 0.09 18 0 -0.09 18
6
[Sms]2 = 0 18 4800 0 -18 2400 x 105
7
-9 0 0 9 0 0
8
0 -0.09 -18 0 0.09 -18
9 0 18 2400 0 -18 4800
7 8 9 10 11 12
[ S ] = ∑ [Sms]i
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
4 5 6 7 8 9
Menghitung Gaya ujung batang ( gaya dalam pada ujung batang) {Am}i
{Am}i = {Aml}i + [Sm]i * [T] {Dm}i
Batang 1
94
0.32 0.949 0 0 0 0 0
-0.949 0.32 0 0 0 0 0
0 0 1 0 0 0 0
[ T ]1 = {Dms}1 = 0.10194
0 0 0 0.32 0.949 0
-0.03874
0 0 0 -0.949 0.32 0 -0.00044
0 0 0 0 0 1
1 4862 kg
2 1677 kg
{Am}1 = 3 256395 kg cm
4 -5494 kg
5 221 kg
6 -26148 kg cm
Batang 2
0 9 0 0 -9 0 0
4000 0 0.09 18 0 -0.09 18
266700 0 18 4800 0 -18 2400
{Aml}2 = 0 [Sm]2 = *105
-9 0 0 9 0 0
4000
0 -0.09 -18 0 0.09 -18
-266700
0 18 2400 0 -18 4800
1 0 0 0 0 0 0.10194
0 1 0 0 0 0 -0.03874
0 0 1 0 0 0 -0.00044
[ T ]2 = {Dms}2 = 0.09978
0 0 0 1 0 0
-0.00409
0 0 0 0 1 0 0.00040
0 0 0 0 0 1
kg
1 1945
2 3618 kg
3 90148 kg cm
{Am}2 =
-1945 kg
4
5 4382 kg
6 -243020 kg cm
95
Batang 3
0 9 0 0 -9 0 0
0 0 0.091 13.6 0 -0.091 13.6
0 0 13.6 2720 0 -13.6 1360
{Aml}3 = 0 [Sm]3 = *105
-9 0 0 9 0 0
0
0 -0.091 -13.6 0 0.091 -13.6
0
0 13.6 1360 0 -13.6 2720
0 -1 0 0 0 0 0.09978
1 0 0 0 0 0 -0.00409
0 0 1 0 0 0 0.00040
[ T ]3 = {Dm}3 = 0
0 0 0 0 -1 0
0
0 0 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 1
5494
3685 kg N 5
1
1445 kg L (-)
2 1945
3 243815 kg cm M 5
{Am}3 =
-3685 kg N
4 (-)
5 -1445 kg L
(-)
6 189760 kg cm M
3685
3618 2.43
0.90
(+) ( - ) 2.44
(-) 0.26
221 4382 (+) (-)
(-)
2.43
1445
(+) 0.08
+ 1677
8Bidang Gaya Lintang (kg) (-)
Bidang Momen (tm) (+)
2.56
1.90
96
Hasil dari SAP, Bidang Momen (tm)
Perkalian matriks [Sm] * [T] * {D} tidak perlu dilakukan pada setiap elemen batang tapi dibuat
rumus dari hasil perkalian itu yang berlaku umum untuk semua batang. Dengan memakai rumus
ini pembuatan program perhitungan berbasis computer bisa lebih mudah dilakukan.
Gaya ujung batang {Am}i adalah;
{Am}i = {Aml}i + [Sm]i * [T]i {Dms}i
Atau {Am}i = {Aml}i + {AmD}i
Dimana, {AmD}i = [Sm]i * [T]i {Dms}i
{AmD}i dalam bentuk rumus adalah hasil perkalian dari Sm]i * [T] {Dm}i sebagai berikut;
EA/L
5 3 5 2 5 5
Batang Cx Cy *10 12EI/L *10 6EI/L *10 4EI/L*10
1 0.316 0.949 11.39 0.18 28.81 6072.11
2 1 0 9 0.09 18 4800
3 0 -1 9 0.091 13.6 2720
Hasilnya sama walau terdapat sedikit perbedaan karena diakibatkan oleh pembulatan
98