Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PENYAKIT PMS SIFILIS

Disusun oleh :

1. Sari Restu Utami (A11601364)


2. Tini Nofiriyanti (A11601382)
3. Uswatun Khasanah (A11601389)
4. Uswatun Khasanah (A11601390)
5. Dewi Ayu Rahmawati (A11601405)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

GOMBONG

2019

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infeksi Menular Seksual (IMS) menyebar cukup mengkhawatirkan


diIndonesia. Baik jenis gonorchea maupun sifilis. Sifilis adalah penyakit
kelaminmenular yang disebabkan oleh bakteri spiroseta, Treponema
pallidum.Penularan biasanya melalui kontak seksual; tetapi, ada beberapa contoh
lainseperti kontak langsung dan kongenital sifilis (penularan melalui ibu ke
anak dalam uterus).
Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan, sebelum
perkembangan tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering
disebut “Peniru Besar” karena sering dikira penyakit lainnya. Data yang dilansir
Departemen Kesehatan menunjukkan penderita sifilis mencapai 5.000 – 10.000
kasus per tahun. Sementara di Cina, laporan menunjukkan jumlahkasus yang
dilaporkan naik dari 0,2 per 100.000 jiwa pada tahun 1993 menjadi5,7 kasus per
100.000 jiwa pada tahun 2005. Di Amerika Serikat, dilaporkansekitar 36.000
kasus sifilis tiap tahunnya, dan angka sebenarnya diperkiranlebih tinggi. Sekitar
tiga per lima kasus terjadi kepada lelaki.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan sifilis?
2. Apa etiologi dari sifilis?
3. Apa patofisiologi dari sifilis?
4. Apa klasifikasi sifilis?
5. Bagaimana tanda dan gejala sifilis?
6. Apa saja komplikasi dari sifilis itu?
7. Bagaimana cara penularan dari sifilis itu?
8. Bagaimana pengaruh terhadap kehamilan itu?
9. Bagaimana cara mengatasi penyakit sifilis?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi sifilis
2. Untuk mengetahui etiologi sifilis
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala sifilis
4. Untuk mengetahui patofisiologi sifilis
5. Untuk mengetahui klasifikasi sifilis
6. Untuk mengetahui komplikasi sifilis
7. Untuk mengetahui pengaruh terhadap kehamilan sifilis
8. Untuk mengetahui cara penularan sifilis
9. Untuk mengetahui cara mengatasi penyakit sifilis

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI

Sifilis adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan


oleh bakteri Treponema pallidum sangat kronis dan bersifat sistemik. Pada
perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai
banyak penyakit, mempunyai masalaten, dan dapat ditularkan dari satu orang ke
orang yang lain melalui hubungan genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-
genital (seks oral). Infeksi ini juga dapat ditularkan oleh seorang ibu kepada
bayinya selama masa kehamilan. Jadi Anda tidak dapat tertular oleh sifilis dari
handuk, pegangan pintu atau tempat duduk WC (Leveno, 2009).
Sifilis adalah salah satu penyakit menular sexual, penyakit tersebut
tersebut ditularkan melalui hubunagn seksual.penyakit ini bersifat laten atau
dapat kambuh lagi sewaktu-waktu selain itu bisa bersifat akut dan
kronis.Penyakit ini dapat cepat di obati bila sudah dapat dideteksi dini. Kuman
yang menyebabkan penyakit sifillis dapat memasuki tubuh dengan menembus
selaput lendir yang normal dan mampu menembus plasenta sehingga menginfeksi janin
(Soedarto,1998).
Sifilis bisa terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Penampakan
bisa dipastikan hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual. Efek sipilis
pada kehamilan dan janin tergantung pada lamanya infeksi tersebut terjadi, dan
pada pengobatannya. Jika segera diobati dengan baik, maka ibu akan melahirkan
bayinya dengan keadaan sehat. Tetapi sebaliknya jika tidak segera diobati akan
menyebabkan abortus dan partus prematurus dengan bayi meninggal di dalam
rahim atau menyebabkan sipilis kongenital. Sifilis Kongenital terjadi pada bulan
ke-4 kehamilan. Apabila sifilis terjadi pada kehamilan tua, maka plasenta
memberi perlindungan terhadap janin sehingga bayi dapat dilahirkan dengan
sehat. Dan apabila infeksi sifilis terjadi sebelum pembentukan plasenta maka
harus dilakukan pengobatan dengan segera, sehingga kemungkinan infeksi pada
janin dapat dicegah (Muchtar, 1989).

B. ETIOLOGI

Penyebab infeksi sifilis yaitu Treponema pallidum. Treponema pallidum


merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini berbentuk spiral. Terdapat
empat subspecies yang sudah ditemukan, yaitu Treponema pallidum pallidum,
Treponema pallidum pertenue, Treponema pallidum carateum, dan Treponema
pallidum endemicum (Leveno, 2009).
Treponema pallidum pallidum merupakan spirochaeta yang bersifat
motile yang umumnya menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke
dalam tubuh inang melalui celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat
menyebabkan sifilis. ditularkan kepada janin melalui jalur transplasental selama
masa-masa akhir kehamilan. Struktur tubuhnya yang berupa heliks
memungkinkan Treponema pallidum pallidum bergerak dengan pola gerakan
yang khas untuk bergerak di dalam medium kental seperti lender
(mucus). Dengan demikian organisme ini dapat mengakses sampai ke sistem
peredaran darah dan getah bening inang melalui jaringan dan membran mucosa
(Leveno, 2009).

C. TANDA DAN GEJALA

1. Sifilis Laten
Bila tidak diobati, sifilis sekunder berlanjut menjadi sifilis laten.Selama
stadium ini penderita sama sekali tidak menunjukkan gejala yang
jelas.Stadium ini dapat berlangsung berbulan-bulan, bertahun-tahun atau
bahkanseumur hidup. Stadium laten hanya dapat diketahui dengan
melakukan ujidarah (serologis).
2. Sifilis Tersier Atau Lanjut
Stadium ini timbul pada sekitar 30% dari orang-orang yang tidak diobati
dan dapat terjadi 5 sampai 40 tahun sesudah infeksi mula-mula. Hasilkerja
spiroketa secara diam-diam tetapi mematikan selama stadium laten
itumenjadi jelas. Luka-luka patogenik tersier terjadi pada sistim safar pusat,
sistimpembuluh darah jantung, kulit dan organ-organ vital lain seperti mata,
otak,tulang, ginjal dan hati. Luka-luka ini yang disebut gumata lalu pecah
danmenjadi borok .Penderita dapat terserang sakit jiwa, kebutaan atau
penyakit jantung ; dan akhirnya dapat meninggal.

3. Sifilis Syaraf
Selama stadium early, sepertiga dari penderita sifilis dapat
terkenasusunan syaraf pusatnya dan setengah dari golongan ini jika tidak
mendapatpengobatan akan menderita laten neurosifilis, yang jaraknya dari
stadiumprimer dapat mencapai waktu lebih dari 5 tahun. Penyakit ini terjadi
tanpagejala, sedangkan gejala klasik dapat timbul dalam bentuk dementia
paralytica, tabes dorsalis dan sebagainya. Gejala penyakit yang timbul juga
dapatmenyerupai penyakit saraf lainnya.
4. Sifilis Kardiovaskuler
Setelah 10-40 tahun sejak terjadinya sifilis primer, penderita yangtidak
mendapat pengobatan dapat,menunjukkan tanda-tanda terkena
sistimkardiovaskuler. Terjadi kelainan sifilis pada aorta dan arteritis paru-
paru.Reaksi peradangan yang terjadi dapat menyebabkan stenosis yang
berakibatangina, insufisiensi miokardium yang dapat mengakibatkan
kematian.
5. Sifilis Kongenita
Sifilis kongenita merupakan penyakit sifilis yang timbul pada bayiwaktu
lahir, beberapa waktu atau beberapa tahun sesudahnya. Wanita hamilyang
sedang menderita sifilis, terutama stadium sekunder, dapat menularkannya pada
bayi yang sedang dikandungnya secara transplasenta.Treponema pallidum yang
terdapat dalam peredaran darah ibu masuk ke janinpada waktu kehamilan
minggu ke 16. Pada saat itu lapisan gel Langhans telahmenjadi atropik. Jika
infeksinya terjadi secara masif,maka dapatmengakibatkan kematian janin,
atau bayi lahir terus mati. Infeksi treponema juga dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan janin intra atau ekstrauteri.Jika wanita hamil baru
terkena sifilis pada waktu 6 minggu terakhirkehamilannya, maka biasanya
janin belum sempat terkena sifilis, karenakuman belum sempat tersebar di
dalam peredaran darah ibu.
6. Sifilis Kongenita Praekoks
Penyakit ini mulai menunjukkan gejala pada waktu bayi lahir atausetelah
berumus 1-3 bulan. Terlihat bullae pada telapak tangan, condylomatalata,
osteochondritis atau periostitis epiphysis tulang panjang yang
dapatmenyebabkan terjadinya pseudoparalisis dari Parrot, kelainan pada
tulang tibiaatau sabre bone, terjadi patah tulang spontan atau penonjolan
tulang dahi.Selain itu dapat terjadi gejala penyumbatan hidung atau snuffle-
nose,hepatosplenomegali, atropi dan distropi otot, sehingga berat badan statis
tidak bertambah.
7. Sifilis Kongenita Tarda
Penyakit ini mulai menunjukkan gejala pada usia lebih dari satu
tahunsampat usia 6- 7 tahun. Akan ditemukan trias Hutchinson, yaitu berupa
tulisyaraf ke-8 atau tuli perseptif, defo-itas gigi seri atas tengah
dankeratitisinterstitialis.

D. PATAOFISIOLOGI
Perjalanan penyakit ini cenderung kronis dan bersifat sistemik. Hampir
semua alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskuler dan saraf.
Wanita hamil yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin
sehingga menyebabkan sifilis kongenital yang dapat menyababkan kelainan
bawaan atau bahkan kematian. Jika cepat terdeteksi dan diobati, sifilis dapat
disembuhkan dengan antibiotika. Jika tidak diobati, sifilis dapat berkembang ke
fase selanjutnya dan meluas ke bagian tubuh lain di luar alat kelamin (Muchtar,
1989).

E. KLASIFIKASI
Penyakit sifilis memiliki empat stadium yaitu primer, sekunder, laten dan
tersier. Tiap stadium perkembangan memiliki gejala penyakit yang berbeda-beda
dan menyerang organ tubuh yang berbeda-beda pula (Kaye S, dkk.) yaitu :
1. Stadium Dini atau I (Primer)
Tiga minggu setelah infeksi, timbul lesi pada tempat masuknya
Treponema pallidum. Lesi pada umumnya hanya satu. Terjadi afek primer
berupa penonjolan-penonjolan kecil yang erosif, berkuran 1-2 cm, berbentuk
bulat, dasarnya bersih, merah, kulit disekitarnya tampak meradang, dan bila
diraba ada pengerasan. Kelainan ini tidak nyeri. Dalam beberapa hari, erosi
dapat berubah menjadi ulkus berdinding tegak lurus, sedangkan sifat lainnya
seperti pada afek primer. Keadaan ini dikenal sebagai ulkus durum.
Sekitar tiga minggu kemudian terjadi penjalaran ke kelenjar getah bening di
daerah lipat paha. Kelenjar tersebut membesar, padat, kenyal pada perabaan,
tidak nyeri, tunggal dan dapat digerakkan bebas dari sekitarnya. Keadaan ini
disebut sebagai sifilis stadium 1 kompleks primer. Lesi umumnya terdapat
pada alat kelamin, dapat pula di bibir, lidah tonsil, putting susu, jari dan anus.
Tanpa pengobatan, lesi dapat hilang spontan dalam 4-6 minggu, cepat atau
lambatnya bergantung pada besar kecilnya lesi.
2. Stadium II (Sekunder)
Pada umumnya bila gejala sifilis stadium II muncul, sifilis stadium I
sudah sembuh. Waktu antara sifilis I dan II umumnya antara 6-8 minggu.
Kadang-kadang terjadi masa transisi, yakni sifilis I masih ada saat timbul
gejala stadium II. Sifat yang khas pada sifilis adalah jarang ada rasa gatal.
Gejala konstitusi seperti nyeri kepala, demam, anoreksia, nyeri pada tulang,
dan leher biasanya mendahului, kadang-kadang bersamaan dengan kelainan
pada kulit. Kelainan kulit yang timbul berupa bercak-bercak atau tonjolan-
tonjolan kecil. Tidak terdapat gelembung bernanah. Sifilis stadium II
seringkali disebut sebagai The Greatest Immitator of All Skin Diseases
karena bentuk klinisnya menyerupai banyak sekali kelainan kulit lain. Selain
pada kulit, stadium ini juga dapat mengenai selaput lendir dan kelenjar getah
bening di seluruh tubuh.
3. Sifilis Stadium III
Lesi yang khas adalah guma yang dapat terjadi 3-7 tahun setelah infeksi.
Guma umumnya satu, dapat multipel, ukuran milier sampai berdiameter
beberapa sentimeter. Guma dapat timbul pada semua jaringan dan organ,
termasuk tulang rawan pada hidung dan dasar mulut. Guma juga dapat
ditemukan pada organ dalam seperti lambung, hati, limpa, paru-paru, testis
dll. Kelainan lain berupa nodus di bawah kulit, kemerahan dan nyeri.
4. Sifilis Tersier
Termasuk dalam kelompok penyakit ini adalah sifilis kardiovaskuler dan
neurosifilis (pada jaringan saraf). Umumnya timbul 10-20 tahun setelah
infeksi primer. Sejumlah 10% penderita sifilis akan mengalami stadium ini.
Pria dan orang kulit berwarna lebih banyak terkena. Kematian karena sifilis
terutama disebabkan oleh stadium ini. Diagnosis pasti sifilis ditegakkan
apabila dapat ditemukan Treponema pallidum. Pemeriksaan dilakukan
dengan mikroskop lapangan gelap sampai 3 kali (selama 3 hari berturut-
turut).
Tes serologik untuk sifilis yang klasik umumnya masih negatif pada lesi
primer, dan menjadi positif setelah 1-4 minggu. TSS (tes serologik sifilis)
dibagi dua, yaitu treponemal dan non treponemal. Sebagai antigen pada TSS
non spesifik digunakan ekstrak jaringan, misalnya VDRL, RPR, dan ikatan
komplemen Wasserman/Kolmer. TSS nonspesifik akan menjadi negatif
dalam 3-8 bulan setelah pengobatan berhasil sehingga dapat digunakan untuk
menilai keberhasilan pengobatan. Pada TSS spesifik, sebagai antigen
digunakan treponema atau ekstraknya, misalnya Treponema pallidum
hemagglutination assay (TPHA) dan TPI. Walaupun pengobatan diberikan
pada stadium dini, TSS spesifik akan tetap positif, bahkan dapat seumur
hidup sehingga lebih bermakna dalam membantu diagnosis.

F. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Pada Janin Dan Bayi
Dapat menyebabkan kematian janin, partus immaturus dan partus
premature. Bayi dengan sifilis kongenital memiliki kelainan pada tulang,
gigi, penglihatan, pendengaran, gangguan mental dan tumbuh kembang anak.
Oleh karena itu, setiap wanita hamil sangat dianjurkan untuk memeriksakan
kesehatan janin yang dikandungnya. Karena pengobatan yang cepat dan tepat
dapat menghindari terjadinya penularan penyakit dari ibu ke janin (Ratna,
dkk. 2009
2. Komplikasi Terhadap Ibu
a. Menyebabkan kerusakan berat pada otak dan jantung
b. Kehamilan dapat menimbulkan kelainan dan plasenta lebih besar, pucat,
keabu-abuan dan licin
c. Kehamilan <16 minggu dapat menyebabkan kematian janin
d. Kehamilan lanjut dapat menyebabkan kelahiran prematur dan
menimbulkan cacat (Ratna, dkk. 2009).

G. PENGARUH TERHADAP KEHAMILAN


Sifilis yang terjadi pada ibu yang hamil dapat mempengaruhi proses
kehamilannya dan janin. Berikut ini adalah pengaruh sifilis terhadap kehamilan
(Varney, dkk., 2006) yaitu:
1. Infeksi pada janin terjadi setelah minggu ke 16 kehamilan dan pada
kehamilan dini, dimana Treponema telah dapat menembus barier plasenta.
2. Akibatnya kelahiran mati dan partus prematurus.
3. Bayi lahir dengan lues konginetal : pemfigus sifilitus, diskuamasi telapak
tangan-kaki, serta kelainan mulut dan gigi,
4. Bila ibu menderita baru 2 bulan terakhir tidak akan terjadi lues konginetal.

H. CARA PENULARAN
Sifilis disebabkan oleh bakteri yang disebut spiroketa. Penyebarannya
tidak seluas gonorea, tetapi lebih menakutkan karena kerusakan yang
mungkinditimbulkannya lebih besar. Seperti gonorea, penyakit ini disebarkan
melaluikontak langsung dengan luka-luka pada orang yang ada pada stadium
menular. Spiroketa, seperti gonokokus, adalah mikrobe yang tidak tahan berada
di luartubuh manusia, sehingga kemungkinan tertulari dari benda mati sangat
kecil.
Treponema pallidum masuk ke dalam tubuh sewaktu terjadi hubungan
kelamin melalui luka-luka goresan yang amat kecil pada epitel, dengan
caramenembus selaput lendir yang utuh ataupun mungkin melalui kulit yang
utuhlewat kantung rambut. Masa inkubasi sifilis berkisar 10-90 hari (rata-rata
21hari) setelah infeksi. Bila tidak diobati, sifilis dapat timbul dalam
beberapastadium penyakit.Adapun cara penulaannya bisa melalui:
1. Melalui kontak langsung dengan penderita sifilisb.

2. Luka terjadi terutama pada alat kelamin eksternal, vagina, anusatau di dubur.
Luka juga dapat terjadi di bibir dan dalam mulutc.
3. Wanita hamil dengan penyakit ini dapat terbawa ke bayid.
4. Hubungan genito-genital (kelamin-kelamin) maupun oro-genital(seks oral).

I. CARA MENGATASI PENYAKIT


Sama seperti penyakit menular seksual lainnya, sifilis dapat di cegah
dengan cara melakukan hubungan seksual secara aman misalkan menggunakan
kondom. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah seseorang agar tidak
tertular penyakit sifilis. Hal-hal yang dapat dilakukan (Muchtar, 1989) antara
lain:
1. Tidak berganti-ganti pasangan
2. Berhubungan seksual yang aman: selektif memilih pasangan dan
pempratikkan ‘protective sex’.
3. Menghindari penggunaan jarum suntik yang tidak steril dan transfusi darah
yang sudah terinfeksi.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS).
Lesi sifilis bisa terlihat jelas ataupun tidak terlihat dengan jelas. Penampakan
lesi bisa dipastikan hampir seluruhnya terjadi karena hubungan seksual. Dapat
menyerang seluruh organ tubuh dan dapat ditularkan pada bayi di dalam
kandungan melalui plasenta.
Gejala dan tanda dari sifilis banyak dan berlainan, sebelumperkembangan
tes serologikal, diagnosis sulit dilakukan dan penyakit ini sering disebut “Peniru
Besar” karena sering dikira penyakit lainnya.

B. SARAN
Setelah membahas penyakit Sifilis, hal terbesar yang sebaiknya kitalakukan
adalah agar lebih menanamkan perilaku hidup sehat, seperti kebiasaansehari hari
dan perilaku sex. Dan apabila sudah positif mengidap harus segera dilakukan
pengobatan yang tepat.

DAFTAR PUSTAKA

Ginokelogi. Bandung : Fakultas Kedokteran Universutas Padjajaran

Leveno, Kenneth J. 2009. Obstetri Williams. EGC: Jakarta.

Muchtar, Rustam. 1989. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.


.

Anda mungkin juga menyukai