Anda di halaman 1dari 72

Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa 1

Halusinasi

Dosen Pembimbing:
Lilik Ma’rifatul S.Kep. Ns, M.kes.

Disusun oleh kelompok III


Kelas D Semester IV
1. Lilis Faiza Amaliati (201601120)
2. Ratih Rachma Wati (201601139)
3. Alif Nur Meiriska (201601147)
4. Della ErmaYuana (201601150)
5. Moses Pardjer (201601157)

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan


Tahun Ajaran 2017
BAB 1STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. atas selesainya Makalah
yang berjudul Halusinasi atas dukungan moral dan materi yang diberikan dalam
menyusun makalah ini. Maka kami mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Sajidin M.Kes. selaku ketua Stikes Bina Sehat PPNI Mojokerto
2. Bu Ifa Roifah S.Kep. Ns, M.Kes. selaku ketua program studi S1 ilmu
keperawatan
3. Bu Lilik Ma’rifatul A. S.Kep, Ns. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Psikososial
4. Teman-teman Kelompok III kelas D program studi keperawatan S1 yang
telah membantu untuk menyelesaikan Tugas Makalah ini.
Terima kasih atas dukungannya, dalam penulisan ini sangat disadari
bahwa Tugas Makalah ini tentu masih jauh dari kata sempurna, dikarenakan
sangat terbatasnya pengetahuan penulis. Oleh sebab itu, kritik dan saran sangat
diharapkan oleh penulis untuk menyempurnakan Tugas Makalah ini.

Mojokerto, 7 Maret 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover
Kata Pengantar .............................................................................................. ii
Daftar Isi ......................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 2
1.3 Tujuan Masalah ............................................................................... 2
1.4 Manfaat ............................................................................................ 2
BAB 2 Laporan Pendahuluan Halusinasi ................................................... 3
2.1 Definisi Halusinasi............................................................................ 3
2.2 Jenis-jenis Halusinasi........................................................................ 3
2.3 Proses Terjadinya Halusinasi............................................................ 4
A. Etiologi (Faktor Penyebab) ......................................................... 4
B. Rentang Respon .......................................................................... 6
C. Fase-fase Halusinasi ................................................................... 8
D. Patopsikologi Halusinasi ............................................................ 9
2.4 Tanda Dan Gejala ............................................................................. 11
2.5 Konsep Keperawatan Halusinasi ..................................................... 12
A. Pengkajian .................................................................................. 12
B. Pohon Masalah ............................................................................ 16
C. Diagnosa Keperawatan .............................................................. 17
D. Rencana Keperawatan (Intervensi) ............................................. 18
E. Implementasi ............................................................................... 27
BAB 3 Tinjauan Kasus .................................................................................. 29
3.1 Kasus (Triger Case) .......................................................................... 29
A. Fenomena Sehat Sakit Jiwa ........................................................ 30
B. Model Keperawatan .................................................................... 30
C. Peran Dan Fungsi Perawat Jiwa.................................................. 31

iii
3.2 Proses Keperawatan .......................................................................... 31
A. Pengkajian .................................................................................. 31
B. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 36
C. Rencana Tindakan Keperawatan (TUK) ..................................... 38
D. Strategi Pelaksanaan (SP) ........................................................... 46
E. Evaluasi ....................................................................................... 48
Strategi Pelaksana Tindakan Keperawatan ................................................ 49
BAB 4 PENUTUP........................................................................................... 67
4.1 Kesimpulan ....................................................................................... 67
4.2 Saran ................................................................................................. 67
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... v

iv
BAB 1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Halusinasi merupakan bentuk yang paling sering dari gangguan persepsi.
Bentuk halusinasi ini bisa merupakan suara-suara yang bising atau
mendengung, tapi yang paling sering merupakan kata-kata yang tersusun
dalam bentuk kalimat yang agak sempurna. Biasanya kalimat tadi
membicarakan mengenai keadaan pasien sedih atau yang dialamtkan pada
pasien itu. Akibatnya pasien dapat betengkar atau bicara dengan suara
halusinasi itu. Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar
atau bicara keras-keras seperti ia menjawab pertanyaan seseorang atau
bibirnya bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi
datang dari setiap tubuh atau diluar tubuhnya.Halusinasi ini kadang-kadanfg
menyenangkan, misalnya bersifat tiduran,ancaman dan lain-lain.
Persepsi merupakan respon dari reseptor sensoris terhadap stimulus
eksternal,juga pengenalan dan pemahaman terhadap sensoris yang
diinterpretasikan oleh stimulus yang diterima. Jika diliputi rasa kecemasan
yang berat makan kemampuanuntuk menilai realita dapat terganggu. Persepsi
mengacu pada respon reseptor sensoris terhadap stimulus. Persepsi juga
melibatkan kognitif dan pengertian emosional akan objek yang
dirasakan.Gangguan persepsi dapat terjadi pada proses sensori
penglihatan,pendengaran,penciuman,perabaan dan pengecapan.
Menurut May Durant Thomas (1991) halusinasi secara umum dapat
ditemukan pada pasien gangguan jiwa seperti : skizoprenia,depresi,delirium
dan kondisi yang berhubungan dengan penggunaan alkohol dan subtansi
lingkungan. Berdasarkan hasil pengkajian pada pasien dirumah sakit jiwa
ditemukan 85% pasien dengan kasus halusinasi.
Sehingga penulis merasa tertarik untuk menulis kasus tersebut dengan
pemberian asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi.

1
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan halusinasi ?
2. Apa saja jenis-jenis halusinasi?
3. Apa saja faktor penyebab halusinasi?
4. Apa saja tanda dan gejala halusinasi?
5. Apa saja rentang respon halusinasi?
6. Apa saja fase-fase halusinasi?
7. Bagaimana cara memberikan asuhan keperawatan jiwa pada klien
halusinasi ?

1.3 Tujuan
Sebagaimana rumusan masalah diatas, penulis mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui definisi halusinasi.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis halusinasi.
3. Untuk mengetahui factor penyebab halusinasi.
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala halusinasi.
5. Untuk mengetahui rentan respon halusinasi.
6. Untuk mengetahui fase-fase halusinasi.
7. Untuk mengetahui cara memberikan asuhan keperawatan jiwa pada klien
halusinasi

Manfaat
Dengan adanya makalah seminar ini, diharapkan mahasiswa mampu
memahami dan membuat asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi
serta mampu mengimplementasikannya dalam proses keperawatan.

2
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

Definisi Halusinasi

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus


yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa
stimulus/rangsangan dari luar. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan
jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan
sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan atau
penghiduan.
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara
padahal tidak ada orang berbicara.

Jenis Halusinasi
Jenis- jenis Halusinasi menurut Stuart and Sundeen dalam Ermawati Dalami,
S.Kp 2009 hal 19 adalah :
1. Halusinasi pendengaran (Auditori )
Halusinasi yang seolah-olah mendengar suara, paling sering suara orang.
Suara dapat berkisar dari suara yang sederhana sampai suara orang yang
berbicara mengenai klien, klien mendengar orang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkan oleh klien dan memerintah untuk melakukan
suatudan kadang-kang melakukan yang bahaya.
2. Halusinasi penglihatan (Visual )
Halusinasi yang merupakan stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometris, gambar kartun dan atau panorama yang luas
dan kompleks. Penglihatan dapat berupa sesuatu yang menyenangkan.

3
3. Halusinasi penghidung atau bau ( Alfaktori )
Halusinasi yang seolah-olah mencium bau busuk, amis atau bau yang
menjijikan seperti darah, urin atau feses. Halusinasi penghidung khususnya
berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dimensial.
4. Halusinasi pengecap ( gustatori )
Halusinasi yang seolah-olah merasakan suatu yang busuk, amis dan
menjijikan seperti, darah, urin feses atau bisa merasa ada sesuatu rasa
dimulutnya.
5. Halusinasi peraba ( tartil )
Halusinasi yang seolah-olah mengalami rasa sakit atau tidak enak secara
stimulus yang terlihat. Merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda
mati atau orang lain.
6. Halusinasi Sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.

Proses Terjadinya Halusinasi


A. Etiologi
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
terjadinya halusinasi, yakni meliputi sebagai berikut:
a. Faktor Predisposisi
Menurut Yosep (2009) faktor predisposisi yang menyebabkan
halusinasi adalah:
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri
dan lebih rentan terhadap stress.

4
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi
akan merasa disingkirkan, kesepian dan tidak percaya pada
lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka di dalam
tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan
menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak.
4) Faktor Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang
tepat demi masa depannya. Klien lebih memilih kesenangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh
orang tua skizofrenia cenderung mengalami skizofrenia. Hasil
studi menunjukkan bahwa faktor keluarga menunjukkan
hubungan yang sangat berpengaruh pada penyakit ini
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) yang dikutip oleh Jallo (2008), faktor
presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme
pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan
untuk secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh
otak untuk diinterpretasikan.

5
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap
stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam
menanggapi stressor.

B. Rentang Respons

Respon Respon Respon


Adaptif Psikososial Maladaptif

2. Pikiran logis 1. Kadang-kadang 1. Waham


3. Persepsi akurat proses pikir 2. Halusinasi
4. Emosi konsisten terganggu 3. Kerusakan
dengan 2. Ilusi proses emosi
pengalaman 3. Emosi berlebihan 4. Perilaku tidak
5. Perilaku cocok 4. Perilaku yang tidak terorganisasi
6. Hubungan sosial biasa 5. Isolasi soial
harmonis 5. Menarik diri

Keterangan Gambar:
a. Respons Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut
dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat
memecahkan masalah tersebut.
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyatan.

6
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul
dari pengalaman ahli
4) Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam
batas kewajaran.

b. Respon Psikososial:
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
2) Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena
rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau berkurang.
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi
batas kewajaran.
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi
dengan orang lain.

c. Respons Maladaptif
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan
masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan
lingkungan, adapun respon maladaptif meliputi:
1. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertentangan dengan kenyataan sosial.
2. Halusinasi merupakan definisi persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul
dari hati.
4. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.

7
C. Fase-fase Halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart danLaraia, 2001):
1. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang,
kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada
pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Disini klien
tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa
suara, pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
2. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.
Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil
jarak dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi
peningkatan tanda-tanda system saraf otonom akibat ansietas seperti
peningkatan tanda-tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan
tekanan darah), asyik dengan pengalaman sensori dan kehilangan
kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realita.
3. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah. Di sini klien sukar berhubungan dengan
orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah dari
orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
4. Consquering
Terjadi pada panic Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan,
agitasi, menarikdiri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang
kompleks dan tidak mampu berespon lebih dari 1 orang.Kondisi klien
sangat membahayakan.

8
D. Patopsikologi Halusinasi

9
10
Tanda Dan Gejala Halusinasi

No. Jenis Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi
1. Halusinasi 1. Bicara atau ketawa 1. Mendengar suara atau
Pendengaran sendiri kegaduhan
2. Marah-marah tanpa 2. Mendengar suara yang
sebab mengajak bercakap-
3. Mengarahkan telinga cakap
ke arah tertentu 3. Mendengar suara yang
4. Menutup telinga menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
2. Halusinasi 1. Menunjuk-nunjuk Melihat bayangan, sinar
Penglihatan kearah tertentu bentuk geometris, bentuk
2. Ketakutan kepada kartoon, melihat hantu atau
sesuatu yang tidak jelas monster
3. Halusinasi 1. Menghidu seperti Membaui bau-bauan
Penghidu sedang membaui bau- seperti bau darah, urine,
bauan tertentu feses, kadang-kadang bau
2. Menutup hidung itu menyenangkan
4. Halusinasi 1. Sering meludah Merasakan rasa seperti
Pengecap 2. Muntah darah, urine atau feses
5. Halusinasi Menggaruk-garuk Merasakan ada serangan di
Perabaan permukaan kulit permukaan kulit, merasa
tersengat listrik

11
Konsep Asuhan Keperawatan

A. Pengkajian
a) Identitas Klien
Ditulis identitas lengkap seprti nama, usia dalam tahun, jenis
kelamin (L untuk laki-laki dan P untuk prempuan dengan mencoret
salah satu), Nomer Rekam Medik (CM) dan diagnosa medisnya. Hal
ini dapat dilihat pada rekam medik (CM) atau wawancara langsung
dengan klien bila memungkinkan.
b) Alasan Masuk
Umumnya klien halusinasi di bawa ke rumah sakit karena keluarga
merasa tidak mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan
hal lain, gejala yang dinampakkan di rumah sehingga klien dibawa ke
rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
c) Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor risiko yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stres (faktor pencetus/penyebab utama timbulnya gangguan
jiwa).
Faktor predisposisi yang harus dikaji meliputi terjadinya gangguan
jiwa di masa lalu, pengobatan/perawatan yang telah dilaksanakan,
adanya trauma masa lalu, faktor genetik dan silsilah orang tuanya dan
pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan.
Sedangkan stresor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan
oleh individu sebagai tantangan, ancaman atau tuntutan dan
memerlukan energi ekstra untuk mengatasinya (faktor yang
memperberat/memperparah terjadinya gangguan jiwa).
d) Pemeriksaan/Keadaan Fisik
Pengkajian/pemeriksaan fisik difokuskan pada sistem dan fungsi
organ tubuh (dengan cara observasi, auskultasi, palpasi, perkusi dan
hasil pengukuran).

12
e) Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari
pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2. Konsep diri
a) Gambaran diri
Klien dengan halusinasi mengenai gambaran dirinya ialah
perilaku yang tidak terorganisir, bicara/tertawa sendiri, marah-
marah tanpa sebab, menutup telinga, menunjuk-nunjuk ke arah
tertentu, ketakukan kepada sesuatu yang tidak jelas, sering
meludah, mengaruk-garuk permukaan kulit.
b) Identitas diri
Klien dengan halusinasi biasanya identitas dirinya ialah
moral yang kurang karena marah-marah tanpa sebab.
c) Fungsi peran
Fungsi peran pada klien halusinasi terganggu karena adanya
perilaku bicara/tertawa sendiri, menutup telinga dan ketakukan
pada sesuatu yang tidak jelas.
d) Ideal diri
Klien dengan halusinasi jika kenyataannya tidaksesuai
dengan yang diharapkan maka ia cenderung menunjukkan
amarahnya, serta untuk pengkajian halusinasi mengenai ideal
diri harus dilakukan pengkajian yang berhubungan dengan
harapan klien terhadap keadaan tubuh yang ideal, posisi, tugas,
peran dalam keluarga, pekerjaan atau sekolah, harapan klien
terhadap lingkungan, harapan klien terhadap penyakitnya,
bagaimana jika kenyataan tidak sesuai dengan harapannya.
e) Harga diri
Harga diri yang dimiliki klien halusinasi ialah harga diri
rendah karena penyebab awal halusinasi ialah hilangnya
kepercayaan diri, tidak bisa mengambil keputusan, rentan

13
terhadap stress, merasa tidak diterima di lingkungannya,
kesepian.
3. Hubungan social
Hubungan sosial pada halusinasi terganggu karena adanya
rangsangan suara dari luar yang tidak jelas asalnya, selanjutnya
dalam pengkajian dilakukan observasi mengenai adanya
hubungann kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat,
hambatan dalam berhubungan dengan orang lain, minat dalam
berinteraksi dengan orang lain.
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
f) Status Mental
Pengkajian pada aspek mental dapat dilakukan pada penampilan,
pembicaraan, aktivitas motorik, afek emosi.
1. Penampilan
Melihat penampilan klien dari ujung rambut sampai ujung kaki
tidak rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, cara berpakaian tidak
seperti biasanya, kemampuan klien dalam berpakaian kurang,
dampak ketidakmampuan berpenampilan baik/berpakaian terhadap
status psikologis klien (deficit perawatan diri).
2. Pembicaraan
Klien dengan halusinasi bicaranya berbelit-belit (tidak langsung
pada intinya) dan kembali pada awal pembicaraan.
3. Aktivitas motorik
Mengarahkan telinga ke arah tertentu, menutup telinga,
menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, menggaruk-garuk permukaan
kulit, sering meludah, menutup hidung.
4. Afek dan emosi
Cenderung menarik diri, emosi berlebihan, perilaku tidak biasa
(melebihi batas kewajaran) dan tidak terorganisir.

14
5. Interaksi selama wawancara
Klien halusinasi selama interaksi wawancara biasanya bicara
berbelit-belit.
6. Persepsi sensori
Klien dengan halusinasi biasanya mendengar suara-suara atau
kegaduhan, mendengar suara yang mengajak berbicara, mendengar
suara yang menyuruhnya melakukan sesuatu yang berbahaya,
menunjuk-nunjuk ke arah tertentu, ketakutan kepada sesuatu yang
tidak jelas, menghidu seperti mencium bau-bauan tertentu,
menutup hidung, menutup telinga, sering meludah, muntah.
Halusinasi biasanya muncul setiap hari, tidak tentu waktunya.
7. Proses pikir
Tangensial; klien bicara berbelit-belit. Non realistic; pemikiran
yang tidak logis/tidak masuk akal. Obsesif; pikiran yang selalu
muncul/kokoh/persisten, walaupun klien berusaha
menghilangkannya, tidak diketahui/tidak wajar. Depresionalisasi;
isi pikiran yang berupa perasaan yang aneh/asing terhadap dirinya
sendiri, orang lain/lingkungan sekitarnya.
8. Tingkat kesadaran
Orientasi waktu, tempat, dan orang
9. Memori (daya ingat)
Klien dengan halusinasi masih dapat mengingat kejadian jangka
pendek maupun jangka panjang.
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Tingkat konsentrasi klien halusinasi mudah beralih dari satu
objek ke objek lainnya.
11. Kemampuan penilaian/Mengambil keputusan
Klien halusinasi tidak mampu mengambil keputusan yang
konstruktif dan adaptif

15
12. Daya tilik diri
Menginkari penyakit yang diderita: klien tidak menyadari
gejala penyakit (perubahan fisik dan emos) pada dirinya dan
merasa tidak perlu minta pertolongan/klien menyangkal keadan
penyakitnya.

B. Pohon Masalah
Beberapa langkah dalam merumuskan Diagnosa Keperawatan
sebagai berikut:
1. Buatlah pohon masalah dengan cara sebagai berikut:
a) Tentukan prioritas/inti masalah, selanjutnya prioritas
masalah dijadikan masalah utama (Care Problem).
b) Tentukan akibat/dampak dari masalah utama (efek).
c) Tentukan penyebab (causa) dari masalah utama.
d) Tentukan penyebab masalah utama dari penyebab lain.
e) Tentukan cabang dan ranting sebagai masalah/penyebab
lain.
2. Buatlah daftar diagnosa keperawatan secara berurutan sesuai
dengan prioritas dari apa yang telah dikaji dan berdasarkan
pohon masalah/diagnosa keperawatan yang telah dibuat.

16
Pohon Masalah

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian atau kesimpulan dari
pengkajian (Carpenito, 1983). Penilaian klinis tentang respon
aktual atau potensial dari individu, keluarga atau masyarakat
terhadap masalah kesehatan/proses kehidupannya.
Menurut NANDA (American Nursing Diagnosis Assosiation
melalui konferensi ke-10) diagnosa keperawatan ada 3 tipe yaitu:
1. Aktual
a) Dengan label : Perubahan, Intoleransi, Gangguan,
Kerusakan
b) Tanpa label : Ketidakpatuhan, Ansietas
2. Risiko
3. Sejahtera

17
D. Rencana Tindakan Keperawatan (TUK)

Perencanaan Keperawatan Kesehatan Klien Dengan Halusinasi


Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Perubahan Tujuan Umum: 1. Klien mampu membina 1. Bina hubungan saling 1. Hubungan saling percaya
sensori Klien tidak menciderai hubungan saling percaya percaya dengan merupakan langkah awal
perseptual: diri sendiri atau orang lain dengan perawat, dengan menggunakan prinsip menentukan
halusinasi ataupun lingkungan. kriteria hasil: komunikasi terapeutik : keberhasilan rencana
pendengaran TUK 1: a) Membalas sapaan a) Sapa klien dengan ramah selanjutnya.
Klien dapat membina perawat baik verbal maupun non 1. Untuk mengurangi
hubungan saling percaya b) Ekspresi wajah verbal kontak klien dengan
dengan perawat. bersahabat dan senang b) Perkenalkan diri dengan halusinasinya dengan
c) Ada kontak mata sopan mengenal halusinasi
d) Mau berjabat tangan c) Tanyakan nama lengkap akan membantu
e) Mau menyebutkan klien dan nama mengurangi dan
nama panggilan kesukaan klien menghilangkan
f) Klien mau duduk d) Jelaskan maksud dan halusinasi.

18
berdampingan dengan tujuan interaksi
perawat e) Berikan perhatian pada
g) Klien mau klien, perhatikan
mengutarakan masalah kebutuhan dasarnya
yang dihadapi 2. Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaannya
3. Dengarkan ungkapan
klien dengan empati
TUK 2: Klien mampu mengenali 1. Adakan kontak sering dan 1. Mengetahui apakah
Klien dapat mengenali halusinasinya dengan kriteria singkat secara bertahap halusinasi datang dan
halusinasinya. hasil: 2. Tanyakan apa yang didengar menentukan tindakan
a) Klien dapat menyebutkan dari halusinasinya yang tepat atas
waktu, timbulnya halusinasi 3. Tanyakan kapan halusinasinya.
b) Klien dapat halusinasinya datang 2. Mengenalkan pada klien
mengidentifikasi kapan 4. Tanyakan isi halusinasinya terhadap halusinasinya
frekuensi situasi saat terjadi 5. Bantu klien mengenalkan dan mengidentifikasi
halusinasi halusinasinya : faktor pencetus
c) Klien dapat a) Jika menemukan klien halusinasinya.
19
mengungkapkan sedang berhalusinasi, 3. Menentukan tindakan
perasaannya. tanyakan apakah ada yang sesuai bagi klien
suara yang didengar untuk mengontrol
b) Jika klien menjawab ada, halusinasinya
laanjutkan apa yang
dikatakan
c) Katakan bahwa perawat
percaya klien mendengar
suara itu, namun perawat
sendiri tidak
d) Katakan bahwa klien lain
juga ada yang seperti
klien
e) Katakan bahwa perawat
akan membantu klien
6. Diskusikan dengan klien:
a) Situasi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
20
b) Waktu, frekuensi
terjadinya halusinasi
7. Diskusikan dengan klien
apa yang dirasakan jika
terjadi halusinasi (marah,
takut, sedih, senang) beri
kesempatan
mengungkapkan
perasaannya
TUK 3 : 1. Klien dapat 1. Identifikasi bersama klien
Klien dapat mengontrol mengidentifikasi tindakan tindakan yang biasa
halusinasinya. yang dilakukan untuk dilakukan bila terjadi
mengendalikan halusinasi
halusinasinya 2. Diskusikan manfaat dan
2. Klien dapat menunjukkan cara yang digunakan klien,
cara baru untuk mengontrol jika bermanfaat beri pujian
halusinasi. 3. Diskusikan cara baik
memutus atau mengontrol
halusinasi
21
a) Katakan ‘saya tidak
mau dengar kamu
(pada saat halusinasi
terjadi)
b) Temui orang lain
(perawat atau teman
atau anggota keluarga)
untuk bercakap-cakap
atau mengatakan
halusinasi yang
didengar
c) Membuat jadwal
kegiatan sehari-hari
d) Meminta keluarga atau
teman atau perawat
untuk menyapa klien
jika tampak berbicara
sendiri, melamun atau
kegiatan yang tidak
22
terkontrol
4. Bantu klien memilih dan
melatih cara memutus
halusinasi secara bertahap
5. Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang
dilatih. evaluasi hasilnya
dan beri pujian jika
berhasil.
6. Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok.
jenis orientasi realita atau
stimulasi persepsi
TUK 4 : 1. Klien dapat memilih cara 1. Anjurkan klien untuk 1. Membantu klien
Klien dapat dukungan dari mengatasi halusinasi memberi tahu keluarga jika menentukan cara
keluarga untuk 2. Klien melaksanakan cara mengalami halusinasi. mengontrol halusinasi.
mengontrol halusinasinya yang telah dipilih untuk 2. Diskusikan dengan keluarga 2. Periode berlangsungnya
memutus halusinasinya (pada saat keluarga halusinasinya:
3. Klien dapat mengikuti berkunjung atau kunjungan a) Memberi support
23
terapi aktivitas kelompok. rumah) kepada klien
a) Gejala halusinasi yang b) Menambah
dialami klien pengetahuan klien
b) Cara yang dapat untuk melakukan
dilakuakan klien dan tindakan pencegahan
keluarga untuk memutus halusinasi
halusinasi 3. Membantu klien untuk
c) Cara merawat anggota beradaptasi dengan cara
keluarga yang alternatife yang ada.
mengalami halusinasi di 4. Memberi motivasi agar
rumah: beri kegiatan, cara diulang.
jangan biarkan sendiri,
makan bersama,
bepergian bersama.
d) Beri informasi wakto
follow up atau kapan
perlu mendapat bantuan
halusinasi tidak
terkontrol dan resiko
24
menciderai orang lain.
3. Diskusikan dengan keluarga
dan klien tentang jenis,
dosis, frekuensi dan manfaat
obat
4. Pastikan klien minum obat
sesuai dengan program
dokter
TUK 5: 1. Keluarga dapat membina 1. Anjurkan klien bicara 1. Partisipasi klien dalam
Klien dapat menggunakan hubungan saling percaya dengan dokter tentang kegiatan tersebut
obat dengan benar untuk dengan perawat manfaat dan efek samping membantu klien
mengendalikan 2. Keluarga dapat obat beraktivitas sehingga
halusinasinya menyebutkan pengertian, 2. Diskusikan akibat berhenti halusinasi tidak muncul.
tanda, tindakan untuk obat tanpa konsultasi 2. Meningkatkan
mengalihkan halusinasi 3. Bantu klien menggunakan pengetahuan keluarga
3. Klien dan keluarga dapat obat dengan prinsip 5 benar tentang obat
menyebutkan manfaat, 3. Membantu mempercepat
dosis dan efek samping penyembuhan dan
obat. Klien minum obat memastikan obat sudah
25
secara teratur diminum oleh klien.
4. Klien dapat informasi 4. Meningkatkan
tentang manfaat dan efek pengetahuan tentang
samping obat manfaat dan efek
5. Klien dapat memahami samping obat.
akibat berhenti minum Mengetahui reaksi
obat tanpa konsultasi setelah minum obat.
6. Klien dapat menyebutkan Ketepatan prinsip 5
prinsip 5 benar benar minum obat
penggunaan obat. membantu penyembuhan
dan menghindari
kesalahan minum obat
serta membantu
tercapainya standar.

26
E. Implementasi (SP)

Diagnosa Keperawatan Pasien Keluarga


Gangguan Persepsi SP 1: SP 1:
Sensori: Halusinasi 1. Mengenal halusinasi: 1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam
Pendengaran 1. Isi merawat pasien
2. Frekuensi 2. Menjelaskan proses terjadinya halusinasi
3. Waktu terjadi 3. Menjelaskan cara merawat pasien
4. Situasi pencetus 4. Bermain peran cara merawat
5. Perasaan saat terjadi halusinasi 5. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
2. Latihan mengontrol halusinasi dengan cara: pasien
1. Menghardik
2. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien
SP 2: SP 2:
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) 1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
2. Melatih berbicara dengan orang lain saat 2. Latih keluarga merawat pasien
halusinasi muncul 3. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
3. Masukkan jadwal pasien
SP 3: SP 3:

27
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 2) 1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)
2. Melatih kegiatan agar halusinasi tidak muncul 2. Latih keluarga merawat pasien
3. Masukkan jadwal 3. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
pasien
SP 4: SP 4:
1. Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1, 2, 3) 1. Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1, 2, 3)
2. Menanyakan pengobatan sebelumnya 2. Menanyakan pengobatan sebelumnya
3. Menjelaskan tentang pengobatan 3. Menjelaskan tentang pengobatan
4. Melatih pasien minum obat (5 benar) 4. Melatih pasien minum obat (5 benar)
5. Masukkan jadwal 5. Masukkan jadwal

28
BAB 3
TINJAUAN KASUS (CASE)

KASUS
Tn. H, umur 52 th, duda, mempunyai seorang anak laki-laki (22 th). Klien
sudah 8 tahun bercerai. Pendidikan SMA tamat. Saat ini klien tidak bekerja.
Klien tinggal di rumah hanya dengan anaknya. Orang yang terdekat dengan
klien adalah orang tua (ibu), tapi ibu klien telah meninggal 3 tahun yang lalu.
Menurut keterangan anaknya, ayah dan ibunya bercerai karena bertengkar
soal faktor ekonomi yang pada saat itu ayah bekerja sebagai pedagang ikan di
pasar, ibunya sering memarahi ayah dan ketika marah ibunya sering
membanting piring dihadapan ayahnya sambil mengeluarkan kata-kata kasar
dan menyatakan bahwa ingin menikah lagi dengan laki-laki yang lebih kaya.
Saat di kamar klien terlihat mondar-mandir sambil seperti mengarahkan
telinga ke arah tertentu, sering berbicara sendiri dengan nada memelas,
terkadang juga berteriak sambil marah-marah tanpa sebab bahkan sampai
menangis.
Klien juga mengatakan bahwa ia sering mendengar suara-suara yang ingin
membunuh dirinya. Suara-suara itu sangat menjengkelkan sehingga klien
kesal dan ingin memukul-mukul, melempar barang-barang agar suara tersebut
hilang.
Klien dirawat di RSJ untuk ke-2 kalinya dengan alasan amuk, merusak
lingkungan. Klien mengatakan bahwa dirinya tidak mampu menjadi kepala
keluarga yang baik dan tidak bisa menghasilkan banyak uang sehingga
diceraikan istrinya.
Dari observasi didapat data: rambut tidak disisir, gigi kuning, baju tidak
rapi, selama di RS, klien selalu menyendiri duduk di pojok atau tiduran di
tempat tidur, kadang-kadang klien berjalan mondar-mandir. Klien sering
berbicara sendiri.

29
A. Fenomena Sehat Sakit Jiwa
a) Faktor Predisposisi :
Klien tidak dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi sehingga
klien dirawat di RSJ untuk ke-2 kalinya dengan keluhan yang
sama.
b) Faktor Presipitasi
Klien dan istrinya bercerai karena bertengkar soal faktor ekonomi
dan istrinya sering memarahi klien dan ketika marah istri klien
sering membanting piring dihadapannya sambil mengeluarkan
kata-kata kasar dan menyatakan bahwa ingin menikah lagi dengan
laki-laki yang lebih kaya.
c) Penilaian Primer :
Klien tidak mengangap bahwa masalahnya berarti dan justru
menjadikan stres yang terasa berat, klien mengatakan bahwa
dirinya tidak mampu menjadi kepala keluarga yang baik dan tidak
bisa menghasilkan banyak uang sehingga diceraikan istrinya.
d) Penilaian Sekunder :
Klien tidak bisa mengontrol emosi dengan stabil dan tidak dapat
memilih sumber koping yang benar pada penilaian sekunder
sehingga klien mengalami halusinasi untuk kedua kalinya.

B. Model Keperawatan
Pada gangguan jiwa halusinasi ini, model keperawatan jiwa yang
digunakan yaitu:
1. Psycoanalytical (Freud, Erickson)
Dalam model ini klien tidak mampu mengontrol ide dan
ketidakmampuan dalam menggunakan akalnya karena klien merasa
tertekan dengan halusinasi yang dialami.
2. Interpersonal ( Sullivan, peplau)
Menurut konsep model ini, kelainan jiwa seseorang bisa muncul
akibat adanya ancaman. Ancaman tersebut menimbulkan
30
kecemasan (Anxiety). Pada kasus ini klien merasa tidak diterima
oleh istrinya karena tidak dapat memenuhi kebutuhan ekonomi
keluarganya.
3. Existensial ( Ellis, Rogers)
Menurut teori model ekistensial gangguan perilaku atau gangguan
jiwa terjadi bila individu gagal menemukan jati dirinya dan tujuan
hidupnya. Individu tidak memiliki kebanggan akan dirinya. Klien
mengatakan bahwa dirinya tidak mampu menjadi kepala keluarga
yang baik dan tidak bisa menghasilkan banyak uang sehingga
diceraikan istrinya.
4. Supportive Therapy ( Wermon, Rockland)
Dalam tahap ini, klien sering berbicara sendiri dengan nada
memelas, terkadang juga berteriak sambil marah-marah tanpa
sebab bahkan sampai menangis.

C. Peran Dan Fungsi Perawat Jiwa


a) Meningkatkan, memelihara kesehatan mental pasien, serta
mengatasi pengaruh mental melalui penyuluhan dan konseling.
b) Memberikan pelayanan kesehatan kepada klien untuk
menggunakan sumber yang tersedia di komunikasi kesehatan
mental, serta mengatasi penyakit mental.
c) Melakukan superisi klien yang mendapatkan pengobatan
d) Memberikan psikoterapi pada klien
e) Memberikan konsultasi terkait gangguan yang di deritanya

Proses Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identitas
Nama : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 41 th
31
Pendidikan : SLTA
Nomor RM : 1122
2. Alasan Masuk
Kehilangan orang terdekat
3. Pengkajian Psikososial
a. Genogram

1) Pola asuh : single parents


2) Pola komunikasi : bahasa komunikasi yang digunakan dalam
keluarga dan dengan masyarakat adalah bahasa indonesia.
3) Pengambilan keputusan : selama ayah sakit, pengambilan
keputusan sepenuhnya oleh anak Tn. H (22 tahun).
4) Tn. H tinggal dengan anak laki-lakinya (22 tahun) dan seorang
pembantu.
b. Konsep diri
a. Citra tubuh: Tidak adanya gangguan pada tubuh klien (tidak ada
kecacatan)
b. Identitas diri: Klien mengatakan tidak bekerja
32
c. Peran: Klien mengatakan tidak bisa menjadi suami dan kepala
keluarga yang baik
d. Ideal diri: Klien mengatakan tidak ingin diceraikan istrinya
e. Harga diri: Klien malu karena tidak mampu mencukupi
kebutuhan istrinya sehingga dicerai
Masalah Keperawatan : Harga diri rendah kronik.
c. Hubungan sosial
a) Orang yang berarti: Ibu
b) Peran serta kegiatan kelompok/masyarakat:
Klien tidak pernah mengikuti kegiatan kelompok (social)
dilingkungan
c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Klien merasa malu karena tidak mampu mencukupi kebutuhan
istrinya sehingga dicerai
d. Spiritual
a) Nilai dan keyakinan: Klien mengatakan beraga islam
b) Kegiatan Ibadah: Klien tidak menjalankan ibadah
4. Status Mental
a. Penampilan diri:
1) Tidak rapi
2) Kepala: Rambut tidak disisir
3) Mulut: Gigi kuning
4) Raut muka: Cemas/panik, wajah memerah
5) Kebersihan diri: Mandi 2× sehari
Masalah Keperawatan: Defisit perawatan diri
b. Pembicaraan
Keras dan cepat
Jelaskan: Klien terlihat tegang, wajah memerah saat menceritakan
masalahnya dengan mantan istrinya dan wajahnya berubah cemas
saat menceritakan alm. Ibu.
c. Aktivitas motorik
33
Tegang dan gelisah
Jelaskan: Klien mengatakan mendengar suara-suara yang ingin
membunuh dirinya.
d. Afek dan Emosi
a) Afek: Labil
Jelaskan: Klien mengatakan jika suara-suara muncul maka
dirinya marah dan akan memukul dan membanting benda di
sekitar untuk menghilangkan suara tersebut.
Masalah keperawatan: Resiko tinggi cidera
b) Alam perasaan (emosi): Sedih dan putus asa
Masalah Keperawatan: Isolasi Sosial
e. Interaksi selama wawancara
Mudah tersinggung
Jelaskan: Menurut keluarga, klien mudah marah dan merusak
lingkungan
Masalah Keperawatan: Resiko tinggi kekerasan
f. Persepsi-Sensori
Jelaskan: Sensori dan persepsi yang ditampilkan/dinyatakan oleh
klien. Jelaskan mengenai isi, waktu terjadinya, dan frekuensi
halusinasi yang terjadi dalam satu hari serta perasaan saat terjadi
halusinasi.
Masalah Keperawatan: Perubahan Persepsi Sensori Pendengaran
g. Proses pikir
a) Proses fikir: Pesimisme
Penjelasan: Klien sering mengatakan ada suara yang ingin
membunuhnya
b) Isi pikir: Pesimisme
Penjelasan: Klien berpandangan bahwa masa depannya suram
karena penikahannya gagal.
h. Kesadaran

34
Waktu: Klien kurang dapat mengenali waktu, seperti kapan saja
waktu untuk mandi
Tempat: Klien mengetahui bahwa saat ini sedang dirawat dirumah
sakit
Orang: Klien hanya mengenali orang yang dekat dan sering
mendatanginya (keluarga dan perawat)
i. Memori
Klien maengingat kejadian yang telah lalu, seperti kejadian
perceraian 8 tahun yang lalu.
j. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien mampu berhitung dan mampu menjawab pertanyaan soal
penambahan dan penguruangan.

Analisa Data
No Data Problem
1. DS: Respon pasca
Anak klien mengatakan, bahwa ayahnya trauma
bercerai pada 8 tahun yang lalu dan pasien
sering bertengkar dengan ibunya
DO:
Klien hanya berbaring di tempat tidur
2. DS: Harga diri
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak mampu rendah kronis
menjadi kepala keluarga yang baik, dan tidak
berdaya untuk melakukan apapun.
DO:
Klien suka menyendiri dan berjalan mondar-
mandir
3. DS: Resiko bunuh
Keluarga klien mengatakan bahwa klien tidak diri

35
mampu merawat diri
DO:
Rambut tidak disisir dan kotor, baju tidak rapi,
gigi kuning
4. DS: Perubahan
Klien mengatakan bahwa ia sering mendengar sensori-
suara-suara yang ingin membunuh dirinya perseptual:
DO: halusinasi
Klien sering berbicara sendiri pendengaran
5. DS: Kekerasan, risiko
Klien dirawat di rumah sakit jiwa untuk ke-2 tinggi mencederai
kalinya dengan alasan amuk dan merusak diri, orang lain,
lingkungan. lingkungan
DO:
Klien sering mengamuk, memukul-mukul,
melempar barang-barang
6. DS: Interaksi sosial,
Klien mengatakan bahwa dirinya tidak mampu kerusakan:
menjadi kepala keluarga yang baik, dan tidak menarik diri
berdaya untuk melakukan apapun.
DO:
Selama di rumah sakit, klien selalu menyendiri
duduk di pojok atau tiduran di tempat tidur

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1) Respon pasca trauma
2) Harga diri rendah kronis
3) Resiko bunuh diri
4) Perubahan sensori-perseptual: halusinasi pendengaran
5) Kekerasan, resiko tinggi mencederai diri, orang lain, lingkungan
36
6) Interaksi sosial, kerusakan: menarik diri

Pohon Masalah

37
C. Rencana Keperwatan (TUK)

Rencana Tindakan Keperawatan


Klien Dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
T Diagnosa Perencanaan
Intervensi Rasional
gl Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil
Perub Tujuan Umum: Klien mampu membina 1. Bina hubungan saling percaya 1. Hubungan saling
ahan sensori- Klien tidak hubungan saling dengan menggunakan prinsip percaya merupakan
perseptual: menciderai diri percaya dengan komunikasi terapeutik: langkah awal
halusinasi sendiri atau orang perawat, dengan a) Sapa klien dengan ramah baik menentukan
pendengaran lain ataupun kriteria hasil: verbal maupun non verbal keberhasilan rencana
lingkungan. a) Membalas sapaan b) Perkenalkan diri dengan sopan selanjutnya
TUK 1: perawat c) Tanyakan nama lengkap klien 2. Untuk mengurangi
Klien dapat b) Ekspresi wajah dan nama panggilan kesukaan kontak klien dengan
membina bersahabat dan klien halusinasinya dengan
hubungan saling senang d) Jelaskan maksud dan tujuan mengenal halusinasi
percaya dengan c) Ada kontak mata interaksi akan membantu
perawat. d) Mau berjabat tangan e) Berikan perhatian pada klien, mengurangi dan
e) Mau menyebutkan perhatikan kebutuhan dasarnya menghilangkan

38
nama 2. Beri kesempatan klien untuk halusinasi.
f) Klien mau duduk mengungkapkan perasaannya
berdampingan 3. Dengarkan ungkapan klien dengan
dengan perawat empati
g) Klien mau
mengutarakan
masalah yang
dihadapi
TUK 2 : Klien mampu 1. Adakan kontak sering dan singkat 1. Mengetahui apakah
Klien dapat mengenali secara bertahap halusinasi datang dan
mengenali halusinasinya dengan 2. Tanyakan apa yang didengar dari menentukan tindakan
halusinasinya. kriteria hasil: halusinasinya yang tepat atas
a) Klien dapat 3. Tanyakan kapan halusinasinya halusinasinya
menyebutkan waktu, datang 2. Mengenalkan pada
timbulnya halusinasi 4. Tanyakan isi halusinasinya klien terhadap
b) Klien dapat 5. Bantu klien mengenalkan halusinasinya dan
mengidentifikasi halusinasinya mengidentifikasi
kapan frekuensi a) Jika menemukan klien sedang faktor pencetus
situasi saat terjadi berhalusinasi, tanyakan apakah halusinasinya

39
halusinasi ada suara yang didengar 3. Menentukan tindakan
c) Klien dapat b) Jika klien menjawab ada, yang sesuai bagi klien
mengungkapkan laanjutkan apa yang dikatakan untuk mengontrol
perasaannya. c) Katakan bahwa perawat percaya halusinasinya
klien mendengar suara itu,
namun perawat sendiri tidak
d) Katakan bahwa klien lain juga
ada yang seperti klien
e) Katakan bahwa perawat akan
membantu klien
6. Diskusikan dengan klien:
a) Situasi yang menimbulkan atau
tidak menimbulkan halusinasi
b) Waktu, frekuensi terjadinya
halusinasi
7. Diskusikan dengan klien apa yang
dirasakan jika terjadi halusinasi dan
beri kesempatan mengungkapkan
perasaannya

40
TUK 3 : 1. Klien dapat 1. Identifikasi bersama klien tindakan
Klien dapat mengidentifikasi yang biasa dilakukan bila terjadi
mengontrol tindakan yang halusinasi
halusinasinya. dilakukan untuk 2. Diskusikan manfaat dan cara yang
mengendalikan digunakan klien, jika bermanfaat
halusinasinya beri pujian
2. Klien dapat 3. Diskusikan cara baik memutus atau
menunjukkan cara mengontrol halusinasi
baru untuk a) Katakan ‘saya tidak mau dengar
mengontrol kamu (pada saat halusinasi
halusinasi. terjadi)
b) Temui orang lain (perawat atau
teman atau anggota keluarga)
untuk bercakap-cakap atau
mengatakan halusinasi yang
didengar
c) Membuat jadwal kegiatan sehari-
hari
d) Meminta keluarga atau teman

41
atau perawat untuk menyapa
klien jika tampak berbicara
sendiri, melamun atau kegiatan
yang tidak terkontrol
4. Bantu klien memilih dan melatih
cara memutus halusinasi secara
bertahap
5. Beri kesempatan untuk melakukan
cara yang dilatih. evaluasi hasilnya
dan beri pujian jika berhasil.
6. Anjurkan klien mengikuti terapi
aktivitas kelompok. jenis orientasi
realita atau stimulasi persepsi

42
TUK 4 : 1. Klien dapat 1. Anjurkan klien untuk memberi tahu 1. Membantu klien
Klien dapat memilih cara keluarga jika mengalami halusinasi. menentukan cara
dukungan dari mengatasi 2. Diskusikan dengan keluarga (pada mengontrol halusinasi
keluarga untuk halusinasi saat keluarga berkunjung atau 2. Periode
mengontrol - Klien melaksanakan kunjungan rumah) berlangsungnya
halusinasinya cara yang telah a) Gejala halusinasi yang dialami halusinasinya:
dipilih untuk klien a) Memberi support
memutus b) Cara yang dapat dilakuakan klien kepada klien
halusinasinya dan keluarga untuk memutus b) Menambah
- Klien dapat halusinasi pengetahuan klien
mengikuti terapi c) Cara merawat anggota keluarga untuk melakukan
aktivitas kelompok. yang mengalami halusinasi di tindakan
rumah: beri kegiatan, jangan pencegahan
biarkan sendiri, makan bersama, halusinasi
bepergian bersama 3. Membantu klien untuk
d) Beri informasi wakto follow up beradaptasi dengan
atau kapan perlu mendapat cara alternatife yang
bantuan halusinasi tidak ada
terkontrol dan resiko menciderai 4. Memberi motivasi

43
orang lain. agar cara diulang.
3. Diskusikan dengan keluarga dan
klien tentang jenis, dosis, frekuensi
dan manfaat obat
4. Pastikan klien minum obat sesuai
dengan program dokter
TUK 5: 1. Keluarga dapat 1.Anjurkan klien bicara dengan dokter 1. Partisipasi klien
Klien dapat membina tentang manfaat dan efek samping dalam kegiatan
menggunakan obat hubungan saling obat tersebut membantu
dengan benar percaya dengan 2.Diskusikan akibat berhenti obat klien beraktivitas
untuk perawat tanpa konsultasi sehingga halusinasi
mengendalikan 2. Keluarga dapat 3.Bantu klien menggunakan obat tidak muncul.
halusinasinya menyebutkan dengan prinsip 5 benar 2. Meningkatkan
pengertian, tanda, pengetahuan
tindakan untuk keluarga tentang obat
mengalihkan 3. Membantu
halusinasi mempercepat
3. Klien dan keluarga penyembuhan dan
dapat menyebutkan memastikan obat

44
manfaat, dosis dan sudah diminum oleh
efek samping obat. klien.
Klien minum obat 4. Meningkatkan
secara teratur pengetahuan tentang
4. Klien dapat manfaat dan efek
informasi tentang samping
manfaat dan efek obat.Mengetahui
samping obat reaksi setelah minum
5. Klien dapat obat. Ketepatan
memahami akibat prinsip 5 benar
berhenti minum minum obat
obat tanpa membantu
konsultasi penyembuhan dan
6. Klien dapat menghindari
menyebutkan kesalahan minum
prinsip 5 benar obat serta membantu
penggunaan obat. tercapainya standar

45
D. Strategi Pelaksanaan
Srategi Komunikasi Berdasarkan Pertemuan

Diagnosa keperawatan Pasien Keluarga

Gangguan Persepsi Sensori: SP 1: SP 1:


Halusinasi Pendengaran a. Mengenal halusinasi: a. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam
1. Isi merawat pasien
2. Frekuensi b. Menjelaskan proses terjadinya halusinasi
3. Waktu terjadi c. Menjelaskan cara merawat pasien
4. Situasi pencetus d. Bermain peran cara merawat
5. Perasaan saat terjadi halusinasi e. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
b. Latihan mengontrol halusinasi dengan pasien
cara:
1. Menghardik
2. Memasukkan dalam jadwal kegiatan
pasien

SP 2: SP 2:

46
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1) a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1)
b. Melatih berbicara dengan orang lain saat b. Latih keluarga merawat pasien
halusinasi uncul c. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
c. Masukkan jadwal pasien
SP 3: SP 3:
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 2) a. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2)
b. Melatih kegiatan agar halusinasi tidak b. Latih keluarga merawat pasien
muncul c. RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat
c. Masukkan jadwal pasien
SP 4: SP 4:
a. Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1, a. Evaluasi kemampuan keluarga
2, 3) b. Latih keluarga merawat pasien
b. Menanyakan pengobatan sebelumnya c. RTL keluarga:
c. Menjelaskan tentang pengobatan a) Follow up
d. Melatih pasien minum obat (5 benar) b) Rujukan
e. Masukkan jadwal

47
E. Evaluasi
Pada klien:
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat menyebutkan penyebab halusinasi.
3. Klien dapat dapat mengontrol halusinasi.
4. Klien dapat berinteraksi dengan orang lain saat halusinasi muncul.
Pada keluarga:
1. Keluarga mampu berkomunikasi dengan klien secara terapeutik.
2. Keluarga mampu mengurangi penyebab halusinasi klien.

48
LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Lilis Faiza A


Pertemuan ke :1
Hari/tanggal : Senin/5 maret 2018 Jam : 09.00

A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi Klien: Klien mengatakan ia sering mendengar suara-suara
yang ingin membunuh dirinya. Suara-suara itu sangat menakutkan
sehingga klien kesal dan ingin memukul-mukul, melempar barang-
barang agar suara tersebut hilang.
Diagnosa Keperawatan: Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
Tujuan Khusus:
a. TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan
perawat.
b. TUK 2 : Klien dapat mengenali halusinasinya.
c. TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasi
Tindakan Keperawatan: SP 1 Pasien
a. Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP)
a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b) Perkenalkan diri dengan sopan
c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang
disukasi klien
d) Jelaskan tujuan pertemuan
e) Jujur dan menepati janji
f) Tunjukan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g) Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan
dasar klien
49
b. Mengenal Halusinasi
Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu
terjadi halusinasi, frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat
terjadi halusinasi.
c. Melatih mengontrol halusinasi dengan: menghardik. Tahapan
tindakan yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Jelaskan cara menghardik halusinasi
b) Peragakan cara menghardik halusinasi
c) Minta klien memperagakan ulang
d) Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku
klien yang sesuai
d. Memasukkan dalam jadwal kegiatan pasien.

B. STRATEGI KOMUNIKASI ORIENTASI


ORIENTASI
1. Salam Terapeutik:
“Selamat pagi pak, perkenalkan nama saya Lilis Faiza Amaliati.
Bapak bisa panggil saya Suster Lilis. Saya mahasiswa dari Stikes
Bina Sehat PPNI Mojokerto. Saya praktik di sini selama satu
minggu. Kalau boleh tau, nama Bapak siapa ? Bapak senang
dipanggil siapa ?”
2. Evaluasi/validasi:
“Bagaimana perasaan Bapak pagi ini? Bagaimana ceritanya sampai
Bapak di bawa kesini?”
3. Kontrak
a) Topik
“Pak, bagaimana kalau kita mengobrol tentang perasaan yang
sudah bapak alami selama ini?”
b) Waktu
“Kita nanti berapa lama pak? Bagaimana kalau kita ngobrolnya
10 menit saja ?”
50
c) Tempat
“Bapak maunya kita ngobrol dimana ? Bagaimana kalau di
halaman saja?”

KERJA: (Langkah-langkah tindakan keperawatan)


1. “Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya? Apa yang
dikatakan suara itu?”
2. “Apakah terus – menerus terdengar atau sewaktu – waktu? Kapan
yang paling sering bapak dengar suara? Berapa kali sehari bapak
alami ? Pada keadaan apa suara terdengar? Apakah pada waktu
sendiri?”
3. “Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”
4. “Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah
dengan cara itu suara – suara itu hilang? Bagaimana jika kita
belajar cara – cara untuk mencegah suara – suara itu muncul.”
5. “Bapak, ada empat cara untuk mencegah suara – suara itu muncul,
pertama dengan cara menghardik suara tersebut. Kedua, dengan
cara bercakap – cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal dan yang keempat minum obat
dengan teratur.”
6. “Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan
menghardik.”
7. “Caranya bapak ya… saat suara – suara itu muncul, langsung
bapak bilang, pergi saya tidak mau dengar, pergi jangan ganggu
saya, stop jangan ganggu saya. Begitu diulang – ulang sampai suara
itu tak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah begitu, bagus…!
Coba lagi! Ya bagus bu.”

TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Klien (Subjektif):
51
a) Evaluasi Klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan bapak setelah peragaan latihan tadi ?
kalau suara – suara itu muncul lagi, silahkan coba cara
tersebut!”
b) Evaluasi Perawat (Objektif)
“Nah, sekarang coba bapak ulangi sekali lagi.”
2. Tindak lanjut klien
“Bagaimana, apakah bapak ingin berlatih lagi cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang lain? Saya harap apa yang telah kita
pelajari dapat bapak terapkan walaupun tanpa ada saya, bapak bisa
berlatih sendiri.
3. Kontrak
a) Topik
“Besok kita akan bertemu lagi untuk belajar cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang lain? bapak tidak keberatan kan?
kalau begitu kita tulis jadwalnya disini ya pak?”
b) Waktu
“Enaknya kita besok bertemu jam berapa? Bagaimana kalau jam
09.00 saja?”
c) Tempat:
“Dimana besok kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di
tempat yang sama? Baiklah, Terimakasih pak, sampai jumpa
besok dengan teman saya. Selamat pagi”

52
LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Della Erma Yuana


Pertemuan ke :2
Hari / tanggal : Selasa / 06 Maret 2018, Jam 09:00

A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Klien : Klien mengatakan masih mendengar suara-
suara yang ingin membunuh dirinya tetapi klien sudah mulai
bisa mengontrol halusinasi dengan cara menghardik jika suara
itu muncul.
2. Diagnosa Keperawatan :
Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus :
TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasi
Tindakan Keperawatan : SP 2 pasien
a. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
b. Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara berbicara
dengan orang lain saat halusinasi muncul
c. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien sehari -hari

B. STRATEGI KOMUNIKASI
ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi pak..
b. Evaluasi/Validasi
1) Bagaimana perasaan bapak pagi ini, kemarin malam tidurnya
nyenyak? Baiklah
2) Apa saja kegiatan yang sudah dilakukan hari ini? Bagus sekali
c. Kontrak
53
1) Topik
Apakah suara-suara itu masih muncul ? Apakah sudah dipakai
cara yang telah kita latih ? Berkurangkah suara-suaranya ?
Bagus ! Sesuai janji, saya akan latih cara kedua untuk
mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain
2) Tempat
Kita ngobrol dimana ? Bagaimana kalau di halaman saja pak?
3) Waktu
Kita akan latihan selama 20 menit ya pak.

KERJA : (Langkah-langkah Tindakan Keperawatan)


1. Katakan ‘saya tidak mau dengar kamu’ (pada saat halusinasi
terjadi)
2. Cara kedua untuk mencegah atau mengontrol halusinasi yang
lain adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi,
kalau bapak mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari
teman untuk diajak ngobrol. Minta teman, saudara untuk
ngobrol dengan bapak. Contohnya begini.. . tolong, saya mulai
dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya ! atau kalau ada
orang dirumah misalnya, kakak, mbak, katakan, kak, ayo
ngobrol dengan bapak, bapak sedang dengar suara-suara.
Begitu pak. Coba bapak lakukan seperti yang tadi saya
lakukan. Ya, begitu bagus ! coba sekali lagi ! bagus ! nah, latih
terus ya, pak!
3. Meminta keluarga atau teman atau perawat untuk menyapa
klien jika tampak berbicara sendiri, melamun atau kegiatan
yang tidak terkontrol

TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
54
a) Evaluasi Klien (Subyektif)
Baiklah waktunya sudah habis pak, bagaimana perasaan ibu
setelah kita latihan tadi?
b) Evaluasi Perawat (Obyektif)
Jadi kegiatan yang mana yang sering bapak lakukan? bagus
sekali, coba ulangi kegiatan itu ya pak. Iya benar bagus
sekali.
2. Tindak Lanjut Klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan
hasil tindakan yang telah dilakukan)
Selanjutnya bapak bisa mengisi waktu luang ibu dengan hal-hal
yang positif ya pak, misalnya membaca koran atau menonton tv
bahkan bisa dengan berkebun.
3. Kontrak Yang Akan Datang
1) Topik
Selanjutnya besok kita akan belajar mengontrol halusinasi
dengan cara yang lain ya pak.
2) Tempat
Bapak maunya dimana? bagaimana kalau di taman saja?
3) Waktu
a) Bapak maunya berapa lama? bagaimana kalau 15 menit?
b) ‘Baiklah ,Terimakasih pak atas waktunya, sampai jumpa
besok dengan teman saya. Saya permisi dulu selamat pagi’

55
LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Alif Nur Meiriska


Pertemuan ke :3
Hari/tanggal : Rabu/7 maret 2017 Jam : 09.00

A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi Klien: Klien mengatakan dia sering mendengar suara-suara
yang ingin membunuhnya (hilang timbul)
Diagnosa Keperawatan: Perubahan persepsi sensori: Halusinasi
pendengaran
Tujuan Khusus:
TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya
Tindakan Keperawatan: SP 3 Pasien
a) Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1&2)
b) Melatih kegiatan agar halusinasi tidak muncul
c) Masukkan jadwal

B. STRATEGI KOMUNIKASI ORIENTASI


1. Salam Terapeutik:
“selamat pagi bapak. Apakah semalam bisa tidur ? bapak terlihat
segar sekali pagi ini”
2. Evaluasi/validasi:
a) Bagaimana perasaan bapak pagi ini?
b) Apakah kegiatan yang kita lakukan kemarin sudah di coba?
Bagaimana hasilnya? Bagus!
c) Coba kita lihat jadwalnya, kita beri tanda ya pak, bahwa
bapaktelah melakukan kegiatan ini. Hebat dong pak.
3. Kontrak

56
a) Topik : Nah, sesuai janji kita hari ini kita akan latihan lagi untuk
mencegah halusinasi muncul kembali.
b) Waktu : Mau dimana kita berbicara? Bagaimana kalau di tempat
yang kemarin lagi.
c) Tempat : Mau berapa lama kita bicara? Bagaimana kalo 15
menit?

C. KERJA: (Langkah-langkah tindakan keperawatan)


1. Apa bapak sudah mencoba melakukan sendiri cara mengontrol
halusinasi yang telah diajarkan kemarin?bagus sekali
2. Jadi sekarang kita akan mengisi waktu luang bapak dengan
melakukan kegiatan ini bertujuan agar halusinasi tidak muncul.
Bapak kalau boleh tau sukanya melakukan kegiatan
apa?misalnya membaca, melukis atau yg lain? Membaca?
3. Baik kita masukkan jadwal ya kegiatan yang bapak sukai, jadi
bapak bisa melakukan kegiatan yang telah di pilih ini agar tidak
melamun, yang dapat menyebabkan halusinasi muncul kembali.

D. TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Klien (Subjektif):
Bagaimana perasaan bapak setelah mencobanya sendiri? Ya
bagus sekali
Evaluasi perawat (Objektif):
Jadi, jika sewaktu-waktu halusinasi itu muncul bisa melakukan
kegiatan yang sudah kita ajarkan ya pak.Coba ulangi kegiatan
yang sudah kita ajarkan? Iya bagus sekali.
2. Tindak lanjut klien
Kegiatan yang barusan kita latih, tolong bapak lakukan secara
teratur ya pak.Kita masukkan jadwal kegiatan harian ya pak.
Coba lakukan sesuai jadwal ya.
57
3. Kontrak
a) Topik : Nah, sudah 3 kegiatan yang kita lakukan.
Bagaimana kalau di pertemuan berikutnya kita melatih
bagaimana cara menggunakan obat dengan benar dan baik
serta guna obat?
b) Waktu : Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di
tempat biasanya
c) Tempat : Enaknya kita besok bertemu jam berapa?
Bagaimana kalau jam 09.00 saja? Baiklah. Terimakasih
pak, sampai jumpa besok dengan teman saya!

58
LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN (SP)
TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama : Moses Pardjer


Pertemuan ke :4
Hari/tanggal : Rabu/8 maret 2017 Jam : 09.00

A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi Klien : Klien sudah dapat mencegah halusinasi agar tidak
muncul kembali dengan melakukan kegiatan yang disukai. Klien
masih merasa bahwa suara itu masih ada (samar).
Diagnosa Keperawatan : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
Tujuan Khusus :
TUK 5 : Klien dapat menggunakan obat dengan benar untuk
mengendalikan halusinasinya
Tindakan Keperawatan : SP 4 pasien
a. Evaluasi jadwal pasien yang lalu (SP 1,2,3)
b. Menanyakan pengobatan sebelumnya.
c. Menjelaskan tentang pengobatan (5 benar)
d. Melatih pasien minum obat.
e. Masukkan jadwal

B. STRATEGI KOMUNIKASI
ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi Bapak. Bagaimana keadaan Bapak sekarang ?
b. Evaluasi/Validasi
1) Bagaimana perasaan Bapak pagi ini?
2) Apakah kegiatan yang kemarin sudah Bapak lakukan? (bagus
sekali)
59
3) Coba kita lihat jadwalnya, nah kita beri tanda di sini (dijadwal)
bahwa Bapak telah melakukan. Hebat sekali Bapak sudah
melakukan tiga cara yang telah kita latih kemarin.
c. Kontrak
1) Topik
Sekarang kita akan membahas tentang obat yang setiap hari
Bapak minum, apa Bapak keberatan?
2) Tempat
Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di tempat
yang kemarin lagi.
3) Waktu
Mau berapa lama? Bagaimana kalau 15 menit?

KERJA ( langkah-lakah tindakan keperawatan )


1. Sebelumnya Bapak sudah minum obat apa saja? Coba tolong
Bapak sebutkan? Bagus sekali Pengobatan apa saja yang sudah
Bapak lakukan?
2. Adakah perbedaan setelah Bapak meminum obat secara
teratur?
3. Apakah suara-suara yang Bapak dengar sudah berkurang atau
bahkan sudah hilang?
4. Minum obat sangat penting pak agar suara-suara yang Bapak
dengar selama ini tidak muncul lagi
5. Saya mau menjelaskan beberapa macam obat yang harus
Bapak minum, ini yang warna orange namanya (CPZ)
diminum 3kali sehari pukul 7 pagi, pukul 1 siang dan pukul 7
malam gunanya untuk membuat pikiran Bapak tenang.
6. Yang warnanya putih namanya (THP) diminum tiga kali sehari
pada jam yang sama dengan obat yang warna orange pukul 7
pagi, pukul 1 siang, dan 7 malam gunannya untuk rileks dan
tidak kaku.
60
7. Sedangkan yang warna merah jambu ini (HP) diminum 3 kali
sehari, waktunya sama, gunannya untuk menghilangkan suara-
suara yang selama ini mengganggu Bapak.
8. Jika suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh berhenti
diminum, nanti konsultasinya dengan dokter, sebab kalau
putus obat Bapak akan mengalami kekambuhan dan akan sulit
untuk mengembalikan keadaan semula.
9. Kalau obat habis Bapak dapat minta ke dokter untuk
mendapatkan obat lagi. Bapak juga harus teliti saat
menggunakan obat-obatan ini, dan pastikan obatnya benar dan
harus diperhatikan juga ada nama Bapak yang tercantum
dalam kemasan obat jangan sampai tertukar dengan obat orang
lain, pastikan obatnya diminum tepat pada waktunya, dengan
cara yang benar.
10. Diminum sesudah makan dan tapat waktunya. Bapak juga
harus perhatikan jumlah obat sekali minum, dan harus cukup
minum 10 gelas per hari.

TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi Klien (Subyektif)
Bagaimana perasaan ibu setelah mencobanya sendiri. Ya
bagus sekali
b. Evaluasi Perawat (Obyektif)
Jadi bapak sudah bisa melakukan minum obat sendiri? Ya
bagus sekali. Nanti bapak bisa melakukan minum obat
sendiri dirumah. Hebat sekali
2. Tindak Lanjut Klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai
dengan hasil tindakan yang telah dilakukan)
Nah, bagaimana kegiatan minum obat apa sudah dilakukan
secara teratur? bapak bisa melakukan sendiri kegiatan yang
61
sudah kita pelajari bersama, semoga bapak bisa melakukan
kegiatan minum obat dengan teratur dan baik. Kita masukkan
jadwal kegiatan harian ya pak untuk pertemuan hari ini.
3. Kontrak Yang Akan Datang
1) Topik
Nah, sudah 4 kegiatan yang kita lakukan menggunakan obat
dengan benar dan untuk pertemuan selanjutnya teman saya
akan menjelaskan pada keluarga bapak bagaimana cara
merawat bapak secara langsung.
2) Tempat
Tempatnya mau dimana? Bagaimana kalau di tempat
biasanya
3) Waktu
Enaknya kita besok bertemu jam berapa? Bagaimana kalau
jam 09.00 saja? Baiklah. Terimakasih pak, sampai jumpa
besok dengan teman saya

62
LAPORAN PENDAHULUAN STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN (SPTK)

Nama : Ratih Rachma Wati


Pertemuan ke :5
Hari/Tanggal : Jumat, 9 Maret 2018 Jam : 09.00

A. PROSES KEPERAWATAN
Kondisi Klien : Klien sudah bisa mengontrol halusinasi, klien
sudah bisa mencegah agar halusinasi tidak muncul, dan klien sudah
bisa minum obat sendriri dengan benar.
Diagnosa Keperawatan : Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran
Tujuan Khusus :
TUK 4 : Klien mendapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol
halusinasinya.
Tindakan Keperawatan : SP 1 keluarga
a. BHSP
b. Menjelaskan tentang halusinasi klien.
c. Menjelaskan cara merawat klien.
d. Melatih keluarga memutuskan halusinasi klien
e. Membantu keluarga membuat jadwal minum obat.

B. STRATEGI KOMUNIKASI
ORIENTASI
a. Salam Terapeutik
1) “Selamat pagi mas.”
2) “Bagaimana perasaan mas hari ini ? “hari ini kita akan
berdiskusi tentang apa masalah yang bapak mas alami dan
bantuan apa yang mas bisa berikan.”
b. Evaluasi/Validasi
63
1) Bagaimana kondisi bapak pagi ini mas?
2) apa pendapat mas mengenai bapak mas ? ”
c. Kontrak
1) Topik
Baiklah mas, kita akan membicarakan tentang cara merawat
bapak jika tiba – tiba bapak kambuh.
2) Tempat
Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang
tamu ?
3) Waktu
Mau berapa lama kita berbincang-bincang mas? Bagaimana
kalau 45 menit? Apakah bisa ?

KERJA
1) Bagaimana perasaan mas mengenai kondisi bapak saat ini ?
2) Apa yang mas lakukan kepada bapak ?
3) Ya, gejala yang dialami oleh bapak itu dinamakan halusinasi,
yaitu mendengar dan membayangkan sesuatu yang sebetulnya
tidak ada bendanya.
4) Tanda- tandanya berbicara sendiri, marah-marah, menangis tanpa
sebab. Bahkan sering membanting barang yang ada disekitarnya.
5) Jadi kalau bapak mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya
suara itu tidak ada.
6) Kalau bapak mengatakan melihat bayangn, sebenarnya bayangan
itu tidak ada.
7) Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa
cara. Ada beberapa cara untuk membantu bapak agar bisa
mengendalikan halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain :
pertama, dihadapan bapak, jangan membantah halusinasi atau
menyangkalnya. Katakan saja mas percaya bahwa bapak memang

64
mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi mas sendiri atau
mendengarnya.
8) Kedua, jangan biarkan bapak melamun dan sendiri, karena kalau
melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang yang
bercakap-cakap dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan
bersama, sholat bersama-sama. Tentang kegiatan, saya telah
melatih bapak untuk membuat jadwal kegiatan sehari-hari.
Tolong mas pantau pelaksanaannya, dan berikan pujian jika
bapak melakukannya.
9) Ketiga, bantu bapak minum obat secara teratur. Jangan
menghentikan obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya
juga sudah melatih bapak untuk minum obat secara teratur. Jadi,
mas dapat meningkatkan kembali. Obatnya ada 3 macam, ini
yang oranye namanya CPZ gunanya untuk menghilangkan suara
atau bayangan. Diminum 3x sehari pada jam 7 pagi, jam 1 siang,
dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat
rileks, jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya
HP gunanya menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama
dengan CPZ. Obat perlu selalu diminum untuk mencegah
kekambuhan.
10) Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus
halusinasi bapak dengan cara menepuk punggung bapak.
Kemudian suruhlah bapak menghardik suara tersebut. Bapak
sudah saya ajarkan cara menghardik halusinasi.
11) Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi bapak sambil
menepuk punggung bapak, katakan : bapak sedang apa ? bapak
ingatkan apa yang diajarkan perawat bila suara itu dating? Ya
…usir suara itu pak. Tutup telinga bapak dan katakana pada suara
itu “saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-ulang pak.
12) Sekarang coba mas praktekkan cara yang baru saya ajarkan.
13) Bagus mas.
65
TERMINASI
1. Evaluasi
1. Evaluasi Klien (Subyektif)
1) Bagaimana perasaan mas setelah latihan memutuskan
hausinasi pada bapak?
2) Sekarang coba mas sebutkan kembali 3 cara merawat
bapak ?
2. Evaluasi Perawat (Obyektif)
1) Apa mas bisa melakukan yang kita pelajari bersama tadi?
2) Mohon diingat informasi untuk melatih bapak ya mas.
Mas dapat melakukan cara itu bila bapak mengalami
halusinasi.
3) Bagaimana mas ? ada yang ingin ditanyakan ?
2. Tindak Lanjut Klien (apa yang perlu dilatih klien sesuai dengan
hasil tindakan yang telah dilakukan)
Apa mas bisa melakukan kegiatan yang kita pelajari hari ini
dirumah?
3. Kontrak Yang Akan Datang
1) Topik
Kapan kita bisa bertemu lagi untuk mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan bapak?
2) Tempat
Tempatnya mau dimana? Apakah ditempat yang sama?
3) Waktu
Sebaiknya besok kita bertemu jam berapa? Bagaimana kalau
jam 09.00 saja?
Baik sampai jumpa besok. Selamat pagi..

66
BAB 4
PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas mengenai halusinasi dan pelaksanaan


keperawatan terhadap pasien, maka dapat diambil beberapa kesimpulan:
Saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi
ditemukan adanya perilaku menarik diri sehingga perlu dilakukan pendekatan
secara terus menerus, membina hubungan saling percaya yang dapat
menciptakan suasana terapeutik dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang
diberikan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien khususnya dengan
halusinasi, pasien sangat membutuhkan kehadiran keluarga sebagai sistem
pendukung yang mengerti keadaan dan permasalahan dirinya. Disamping itu,
perawat/petugas kesehatan juga membutuhkan kehadiran keluarga dalam
memberikan data yang diperlukan dan membina kerjasama dalam memberi
perawatan pada pasien. Dalam hal ini penulis dapat menyimpulkan bahwa
peran serta keluarga merupakan faktor penting dalam proses pemulihan
pasien.

Saran

Dengan di susunnya makalah ini mengharapkan kepada semua


pembaca agar dapat menelaah dan memahami apa yang telah tertulis dalam
makalah ini sehingga sedikit banyak bisa menambah pengetahuan pembaca.
Di samping itu kami juga mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca
sehingga kami bisa berorientasi lebih baik pada makalah kami selanjutnya.

67
DAFTAR PUSTAKA

Anna Keliat, Budi, dkk. 1998. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.


Jakarta : EGC
Azizah, Lilik Ma’lifatul.2011.Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik
.Jogjakarta : Graha Ilmu.
Dalami dkk, Ermawati. 2009.Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans Info Media.
Fitria, Nita, 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan
Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika
Towsend C. Mary, 1998. Diagnosa keperawatan Psikiatri Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Yosep, Iyus. 2011.Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung:
RefikaAditama.

Anda mungkin juga menyukai