MOLUSKUM KONTANGIOSUM
Oleh:
Mochamad Rizal Hermawan Pratama
G99172115
Pembimbing:
dr. Nugrohoaji Darmawan, M. Kes, Sp. KK (K), FINS DV, FAA DV
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing dari Bagian Ilmu Kesehatan Kulit
Kelamin RSUD Dr Moewardi – Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Staff Pembimbing
MOLUSKUM KONTANGIOSUM
B. EPIDEMIOLOGI
Meskipun infeksi MCV terjadi pada individu dari segala usia, prevalensi
infeksi MK terlihat paling sering pada anak-anak. Infeksi MK sering terjadi
pada lingkungan tropis, negara berkembang, dan kondisi lingkungan yang
buruk, dan iklim yang bervariasi. Menurut Indian Health Services (IHS),
menunjukkan prevalensi MK lebih tinggi pada anak-anak American-Indian /
Alaska-Native (AI / AN) yang berusia 1-4 tahun dibandingkan dengan
kelompok usia lainnya, dan angka ini paling tinggi ditemukan pada IHS daerah
barat. 2
C. FAKTOR RISIKO
Faktor risiko dari moluskum kontangiosum pada anak anak antara lain
adalah karena adanya riwayat dermatitis atopi, dan immunosupresi. Adanya
kontak lesi dengan kulit, seperti olahraga close-contact, mandi bersama di
dalam bathtub, dan pengasuhan sehari-hari meningkatkan faktor risiko
terjadinya moluskum kontangiosum pada anak-anak.1
Pada remaja dan dewasa, faktor risiko dari moluskum kontangiosum
adalah melalui aktivitas hubungan seksual. Wanita dengan penggunaan
kontrasepsi oral, infeksi HIV, mencukur bulu kemaluan, pinjam meminjam alat
mandi dengan individu yang terinfeksi MK. Penggunaan obat obatan
imunosupresif, steroid topikal, dan calcineurin inhibitor juga diduga menjadi
faktor resiko dari terjadinya moluskum kontangiosum. Pembuatan tato, Turkish
bath, dan olahraga dengan kontak fisik (judo, gulat, berenang) juga berkaitan
dengan peningkatan resiko penyakit ini.3
D. PATOGENESIS
Virus Moluskum Kontangium (VMK) dapat menular melalui kontak
langsung kulit dengan kulit akibat adanya lesi pada kulit dan mukosa (jarang
terjadi). Hal ini terjadi terutama pada anak-anak, orang dewasa yang aktif
secara seksual, atlet cabang olahraga dengan adanya kontak kulit dengan kulit,
dan pada individu dengan gangguan imunitas seluler.
Virus VMK tertular melalui adanya skin/mucosal break melalui kontak
langsung dengan lesi, kontak seksual, dan autoinokulasi. VMK kemudian
bereplikasi di dalam sel epitel folikel, dan dengan fiksasi rutin menghasilkan
area retraksi yang memisahkan lapisan 1 hingga 3 dari sel stroma CD34 + yang
langsung mengelilingi folikel dari dermis sekitarnya. Gambaran ini dapat
menjadi kurang jelas, ketika lesi meradang, biasanya setelah ruptur ke dermis
sekitarnya. VMK adalah virus yang bereplikasi di dalam sitoplasma. Sel yang
terinfeksi VMK berproliferasi lebih cepat, sementara organel organel pada sel
tersebut menjadi rusak dan akhirnya digantikan oleh badan inklusi
intrasitoplasma yang besar. Sel sel yang berisi virus mendesak epidermis ke
atas, dan pada akhirnya ruptur kemudian VMK terakumulasi di dalam ostium
Pada pasien HIV-1 yang positif, gambaran histologis, serta gambaran klinis,
mungkin tidak khas pada pasien dengan infeksi MK. Tidak hanya lesi yang
sering besar, tetapi lesi yang terjadi juga menjadi verukosa dan sangat
hiperkeratotik. Mekanisme sekuensing genom virus moluskum kontangiosum
merupakan mekanisme virus untuk menghindari sistem imun dari host. Virus
moluskum kontangiosum mampu menghambat aktivitas dan pembentukan dari
kemokin seluler homolog, chemokines binding protein, MHC I homolog dan
viral FLICE-like inhibitory protein.
E. KLINIS
Anamnesis
Salah satu hal yang pertama kali penting ditanyakan adalah onset penyakit
dan riwayat keluarga, karena onset dini dan riwayat keluarga berkaitan dengan
tingginya ekstensi dan rekurensi penyakit. Selain itu, tentukan apakah lesi
merupakan bentuk akut atau kronis, serta keluhan pada persendian, karena
kemungkinan artritis psoriatika pada pasien dengan riwayat pembengkakan
sendi sebelum usia 40 tahun.3
Lesi kronis cenderung stabil berbulan-bulan hingga bertahun-tahun,
sedangkan dalam bentuk akut, lesi dapat muncul mendadak dalam beberapa
hari. Kemungkinan relaps juga bervariasi antar individu. Pasien yang sering
relaps biasanya memiliki lesi yang lebih berat, cepat meluas, melibatkan area
tubuh yang lebih luas, sehingga terapi harus lebih agresif.3
Manifestasi Klinis
Psoriasis merupakan penyakit inflamatorik kronik dengan manifestasi
klinis pada kulit dan kuku. Lesi kulit biasanya merupakan plak eritematosa
oval, berbatas tegas, meninggi,dengan skuama berwarna keperakan, hasil
proliferasi epidermis maturasi premature dan kornifikasi inkomplet keratinosit
dengan retensi nuklei di stratum korneum (parakeratosis).2 Meskipun terdapat
beberapa predileksi khas seperti pada siku, lutut, serta sakrum,lesi dapat
ditemukan di seluruh tubuh.2,4,5Gambaran klinis lain yang dapat menyertai
adalah artritis psoriatika pada sendi interfalang jari tangan, distrofi kuku, dan
lesi psoriatik nail bed.3
Lesi Kulit
Lesi klasik psoriasis adalah plak eritematosa berbatas tegas dan meninggi
dengan skuama diatasnya. Skuama berlapis, kasar, putih seperti mika dan
transparan.1,6 skuama ini merupakan hasil hiperproliferasi epidermis dengan
keratinosit premature dan kornifikasi tidak komplit dengan retensi nucleus
pada stratum korneum (parakeratosis). Kecepatan mitosis keratinosit basal
meningkat dibandingkan kulit normal. Hasilnya epidermis menebal
(akantosis), dengan rete ridges memanjang; dengan kombinasi infiltrate
peradangan pada dermis, semua berkontribusi terhadap ketebalan lesi. Infiltrate
peradangan terdiri dari sel dendritik, makrofag, sel T di dermis dan neutrofil
dengan beberapa sel T di epidermis. Kemerahan pada lesi ini disebabkan
peningkatan jumlah kapiler berliku-liku yang mencapai permukaan kulit
melalui epitelnya yang menipis.6
Lesi kulit cenderung simetris, meskipun dapat unilateral. besar lesi
bervariasi dari lentikular hingga plakat.
Fenomena tetesan lilin: skuama berubah menjadi warna putih setelah
digores dengan menggunakan tepi kaca objek (seperti lilin digores).
Fenomena auspitz: titiktik serum/perdarahan setelah pengerokan perlahan
dengan tepi kaca gelas objek.
Fenomena kobner: kelainan yang sama dengan psoriasis, muncul di
tempat dengan riwayat trauma sebelumnya.1
I. TATALAKSANA
Tatalaksana psoriasis adalah terapi supresif, tidak menyembuhkan secara
sempurna, bertujuan mengurangi tingkat keparahan dan ekstensi lesi sehingga
tidak terlalu mempengaruhi kualitas hidup pasien.3 Berdasarkan Psoriasis
treatment ladder, terdapat tiga tahap pengobatan psoriasis: topikal, fototerapi
dan sistemik.1
Terapi Topikal
Sebagian besar kasus psoriasis dapat ditatalaksana dengan pengobatan
topikal meskipun memakan waktu lama dan juga secara kosmetik tidak baik,
sehingga kepatuhan sangat rendah.
Phototherapy
Phototherapy dapat mendeplesi sel limfosit T secara selektif, terutama di
epidermis, melalui apoptosis dan perubahan respons imun Th1 menjadi
Th2.
1. Sinar Ultraviolet B (290-320 nm)
Terapi UVB inisial berkisar antara 50-75% minimal erythema dose
(MED).Tujuan terapi adalah mempertahankan lesi eritema minimal sebagai
indikator tercapainya dosis optimal. Terapi diberikan hingga remisi total
tercapai atau bila perbaikan klinis lebih lanjut tidak tercapai dengan
peningkatan dosis.
2. Psoralen dan Terapi Sinar Ultraviolet A (PUVA)
PUVA merupakan kombinasi psoralen dan longwave ultraviolet A
yang dapat memberikan efek terapeutik, yang tidak tercapai dengan
penggunaan tunggal keduanya.
3. Excimer Laser
Diindikasikan untuk tatalaksana pasien psoriasis dengan plak
rekalsitran, terutama di bahu dan lutut.
4. Terapi Fotodinamik
Terapi fotodinamik telah dilakukan pada beberapa dermatosis
inflamatorik termasuk psoriasis.Meski demikian, terapi ini tidak terbukti
memuaskan.
Terapi Obat Sistemik Per Oral8
Obat Mekanime kerja Dosis Indikasi (FDA)
Sistemik
Acitretin Retinoid oral menghambat induksi Digunakan bersama dengan psoriasis berat, pustulosis
limfosit T helper melalui IL-6 oleh fototerapi atau steroid topikal / palmoplantar, psoriasis kuku,
modulasi ekspresi gen, yang vitamin D analog untuk psoriasis PPG
berfungsi untuk mengatur turnover plak pada dosis efektif terendah.
keratinosit pada psoriasis Mulai pada dosis 10-25 mg / hari
dan meningkatkan dosis setiap 2
minggu sampai xerosis (kulit
kering) ke chelitis (atau bibir
kering) muncul; mungkin
memakan waktu sekitar 3 bulan
untuk melihat respon terapi
MTX Analog asam folat yang ireversibel Dosis tunggal per minggu atau Psoriasis plak berat, pustular,
menghambat dihidrofolat dalam 3 dosis: 1 dosis setiap 12 am eritrodermik,
reduktase dalam sel eukariotik, sampai 36 jam, atau sekali per
menurunkan DNA dan sintesis minggu dimulai dari 5-10 mg dan
protein, yang mencegah dosis dinaikkan dengan interval 4
hyperproliferasi epidermal. Juga minggu sampai dosis terapi antara
menurunkan DNA dalam limfosit 15-25 mg/minggu, dengan dosis
T teraktivasi dengan menghambat maksimum 25 mg/minggu. Asam
aminoimidazole ribocucleotide folat dosis rendah (1-5 mg)
carboxyamide, enzim yang terlibat diberikan dalam 3 dosis sampai 36
dalam metabolisme purin. jam, dimulai 12-36 jam setelah
dosis MTX terakhir untuk
menghindari anemia megaloblastik
dengan sedikit penurunan efikasi.
Atau dapat diberikan setiap hari,
kecuali hari-hari ketika pemakaian
MTX.
Siklosporin Mengikat cyclophilins dan Dengan tidak adanya komorbiditas Psoriasis derajat berat atau
membentuk kompleks, memblokir (obesitas dan usia yang lebih membandel, serta pustular,
diferensiasi dan aktivasi sel T tua),dosis berdasarkan berat badan eritrodermik, dan psoriasis kuku
dengan menghambat kalsineurin, 3 mg / kg / hari; biasanya dibagi
sehingga mencegah produksi IL-2 menjadi 2 dosis. Dosis Alternatif
dan reseptornya. Hal ini juga adalah 2,5 mg / kg / hari dalam 1
menghambat hyperproliferasi atau 2 dosis terbagi untuk pasien
keratinosit dengan stabil psoriasis sedang
sampai berat dan 4,0-6,0 mg / kg /
hari dalam 1 atau 2 dosis terbagi
untuk pasien dengan derajat berat
atau psoriasis membandel
Tujuannya adalah dosis efektif
terendah. Meminum CSA sebelum
makan dapat menyebabkan
penyerapan dan bioavailabilitas
obat yang lebih baik.
Terapi Kombinasi
Terapi kombinasi dapat meningkatkan efektivitas dan mengurangi
efek samping terapi, serta dapat memberikan perbaikan klinis yang lebih
baik dengan dosis yang lebih rendah. Kombinasi yang biasa diberikan untuk
artritis inflamatorik adalah MTX dan agen anti-TNF, yang juga dapat
diberikan pada psoriasis rekalsitrans.16
Terapi Biologis
Terapi biologis merupakan modalitas terapi yang bertujuan
memblokade molekul spesifik yang berperan dalam pathogenesis
psoriasis.Agen-agen biologis memiliki efektivitas yang setara dengan MTX
dengan risiko hepatotoksisitas yang lebih rendah.Meski demikian, harganya
cukup mahal, serta memiliki berbagai efek samping seperti imunosupresi,
reaksi infus, pembentukan antibodi, serta membutuhkan evaluasi keamanan
penggunaan jangka panjang.Oleh karena itu, terapi ini hanya diindikasikan
bila penyakit tidak berespons atau memiliki kontraindikasi terhadap MTX.16
1. Alefacept
Merupakan gabungan human lymphocyte function associated
antigen (LFA)-3 dengan IgG 1 yang dapat mencegah interaksi antara LFA-
3 dan CD2, sehingga menghambat aktivasi sel limfosit T. Oleh karena itu,
alefacept dapat mengurangi proses inflamasi. Walaupun tidak memberikan
respons baik pada 1/3 pasien, pemberian berulang terbukti dapat
memperbaiki kondisi klinis pasien psoriasis.16
2. Efalizumab
Efalizumab (anti-CD11a) merupakan humanized monoclonal
antibody yang digunakan untuk tatalaksana psoriasis vulgaris (tipe plakat),
yang langsung memblokade CD11a (sub unit LFA 1), sehingga mencegah
interaksi LFA 1 dengan intercellular adhesion molecule 1. Blokadeini
mengurangi aktivasi sel limfosit T dan adhesi sel T ke keratinosit. Meski
demikian, eksaserbasi gejala kerap terjadi di akhir pengobatan, diperlukan
penelitianterkait keamanan dan tolerabilitas jangka panjangnya.16
3. Antagonis Tumor Necrosis α (TNF α)
TNF α merupakan protein homosimetrik yang memediasi aktivitas
pro-infl amatorik.Saat ini terdapat 3 jenis obat yang sudah dipakai di
Amerika Serikat, yaitu etanercept, infliximab, dan adalimumab.
Etanercept diindikasikan untuk psoriasis plakat kronis moderat sampai
berat, sebelum phototherapy dan terapi sistemik.Infliximab dan adalimumab
adalah dua regimen yang telah disetujui oleh US Foodand Drugs
Administration untuk terapi artritis psoriatika, dan terbukti lebih baik
dibandingkan etanercept pada psoriasis tipe plakat kronis. Meski demikian,
efekimunosupresi dan keamanannya harus dipertimbangkan untuk
penggunaan jangka panjang.16
4. Anti-interleukin 12/Interleukin 23 P40
Blokade interleukin 12 yang penting dalam diferensiasi sel Th1 dan
interleukin 23 merupakan dua mekanisme penting untuk tatalaksana
psoriasis tipe plakat kronis.16
DAFTAR PUSTAKA
A. ANAMNESIS
1. IDENTITAS
Nama : An. MHP
Umur : 2 tahun 11 bulan
Jenis Kelamin : Laki laki
Agama : Islam
Alamat : Semanggi, RT 01 RW 018, Pasar Kliwon
Tanggal Periksa : 15 Maret 2019
No. RM : 01441XXX
2. KELUHAN UTAMA
Muncul bintil – bintil baru di bokong berwarna putih sejak 2 minggu yang
lalu
6. RIWAYAT KEBIASAAN
Pasien rutin mandi 2x sehari dengan sabun. Pasien menggunakan
handuk sendiri. Pasien ganti pakaian minimal 2x sehari. Pasien aktif
menggaruk daerah selangkangan, wajah, badan, dan pantat.
Moluskum Kontangiosum
Veruka Plana
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Giemsa : Molluscum bodies/ Henderson Patterson bodies (+)
Pemeriksaan gram : Leukosit PMN 1-2/lpb
E. DIAGNOSIS
Moluskum Kontangiosum
F. TERAPI
1. NON MEDIKAMENTOSA
a. Edukasi keluarga pasien tentang penyakit, penyebab, terapi dan
prognosis
b. Edukasi kepada keluarga pasien untuk menjaga kebersihan diri pasien,
jangan mencampurkan alat mandi, handuk, dan pakaian dengan milik
pasien, dan tidak memakai peralatan yang terlalu ketat
c. Edukasi kepada keluarga pasien untuk menjaga daya tahan tubuh pasien
dengan cara makan makanan bergizi, istirahat cukup, serta menjaga
higienitas
d. Edukasi keluarga pasien untuk memperhatikan supaya pasien tidak
sering menggaruk luka.
2. MEDIKAMENTOSA
a. Tutul TCA 80 % pada lesi 1 kali dalam 1 minggu.
b. Cetirizine syrup 1 x 2.5 mg p.o
c. Gentamisin salep 2 x 0.1 % dioles pagi dan sore pada daerah erosi
G. PROGNOSIS
Ad vitam : bonam
Ad sanam : dubia ad bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad Kosmetikum : bonam