Oleh:
Pembimbing :
dr. Lilik Wijayanti , M.Kes., Sp. Ak.
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Karena postur tubuh orang Asia berbeda dengan orang barat atau
Amerika yang cenderung mempunyai BMI/IMT tinggi, maka untuk Negara
orang Asia, WHO menentukan standar BMI untuk orang Asia, seperti dilihat
dalam tabel 2.2. (Wiramihardja, 2004).
Hal yang penting dicermati bahwa batas BMI untuk obesitas menurut
baku WHO adalah 30, tetapi menurut baku Asia dikatakan obes jika BMI
lebih dari 25. Hal ini sangat penting peranannya karena berhubungan erat
dengan faktor risiko yang terjadi.
Untuk kepentingan Indonesia, batas ambang dimodifikasi lagi dari
standar baku Asia, berdasarkan pengalaman klinis dan hasil penelitian
beberapa negara berkembang. Sedangkan menurut Riskesdas Kemenkes
(2013), membuat batasan BMI pada penduduk dewasa muda >18 tahun
dengan kategori sebagai berikut
Kategori Kurus BMI <18,5
Kategori Normal BMI 18,5 – 24,9
Kategori BB Lebih BMI 25-26,9
Kategori Obesitas BMI 27
6. Dampak Obesitas
Hasil Penelitian membuktikan bahwa kegemukan menimbulkan
banyak masalah dan memperbesar risiko terserang penyakit degenerative
(penyakit yang timbul akibat ada perubahan atau kerusakan tingkat seluler
yang meluas ke jaringan yang sama).
Dampak yang sering menyertai penderita obesitas, antara lain :
a. Penyakit jantung koroner (kardiovaskuler)
Overweight dan obesitas pada anak-anak menyebabkan
peningkatan tekanan darah, kolesterol, radang sendi, diabetes tipe II,
penyakit jantung empedu, asma depresi, cemas dan terisolasi dari teman
sebaya.
b. Diabetes mellitus tipe-2
Mekanisme lain yang menjelaskan penurunan fungsi kognitif pada
obesitas adalah terganggunya hantaran reseptor insulin, kadar leptin di
otak rendah, dan berubahnya metabolisme glukosa. Tingkat leptin yang
rendah didalam otak akan mengakibatkan kemunduran dalam proses
kognitif dan mengingat . Secara fisiologis hiperinsulinemia berhubungan
dengan gangguan metabolisme glukosa dan hantaran insulin. Hal ini akan
mempengaruhi beberapa bagian otak, termasuk yang terkait dalam
perencanaan dan organisasi misalnya lobus frontalis dan hippocampus,
bagian otak ini merupakan bagian dari tugas desain blok.
c. Obstructive sleep apneu
Peningkatan BMI berkaitan dengan peningkatan risiko obsructive
apnea pada anak dan remaja, Sering dijumpai pada anak obesitas dengan
tidur mengorok. Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah
dinding dada dan perut. Keadaan tersebut dapat mengganggu pergerakan
dinding dada dan diagfragma, sehingga terjadi penurunan volume dan
perubahan pola ventilasi paru-paru serta meningkatkan beban kerja otot
pernafasan. Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada
yang disertai penurunan saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2.
Selain itu penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan lidah yang
menyebabkan lidah jatuh ke arah dinding belakang faring yang
mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidur
gelisah, sehingga keesokan harinya cenderung mengantuk dan
hipoventilasi.
Loke (2002) mengatakan bahwa anak obesitas mempunyai gangguan
tidur yaitu sulit bernapas saat tidur, mendengkur dan tersedak akibat
obstruktif lemak yang berlebihan di leher. Kualitas tidur yang buruk
sering menyebabkan mengantuk pada siang hari, dengan efek
neurokognitif termasuk berkurangnya konsentrasi, daya ingat dan fungsi
belajar.
d. Gangguan ortopedik
Obesitas juga memiliki risiko penyakit sendi pada ekstremitas bawah.
Penyakit ortopedik yang dapat terjadi adalah vara tibia bilateral (tungkai
yang melengkung, sehingga menyebabkan nyeri lutut dan mengganggu
mobilitas). Lebih jauh lagi, penyakit tersebut mengganggu kemampuan
berolahraga, sehingga menciptakan lingkaran setan yang memperburuk
obesitas dan penyakit sendi.
e. Pseudomotor serebri
Pseudotumor serebri akibat peningkatan ringan tekanan intrakranial pada
obesitas disebabkan oleh gangguan jantung dan paru-paru yang
menyebabkan peningkatan kadar CO2 dan memberikan gejala sakit
kepala, papil edema, diplopia, kehilangan lapangan pandang perifer dan
iritabilitas.
f. Nilai ekonomis.
Sampai saat ini di Indonesia dan negaranegara berkembang yang lain
belum tersedia data tentang besarnya nilai ekonomi dari obesitas, akan
tetapi dari berbagai studi diketahui bahwa obesitas merupakan salah satu
komponen terbesar dan budget nasional di bidang kesehatan (WHO,
2000).
g. Konsekuensi psikososial
Obesitas dapat menyebabkan konsekuensi-konsekuensi psikososial
yang signifikan. Anak-anak dan remaja yang mengalami obesitas dapat
mengalami prasangka dan diskriminasi. Pada remaja putri yang obes dan
kelebihan berat badan merasa malu karena berat badan mereka, merasa
tidak modis, merasa rendah diri sehingga menarik diri dari pergaulan
(WHO, 2000).
7. Penatalaksanaan
Penurunan berat badan dapat dicapai melalui
kombinasi program pengurangan energi dengan program
pelatihan aerobik, terapi perilaku, dan bila diperlukan
dengan obat-obatan dan pembedahan. Menjaga agar berat
badan agar tetap proporsional dengan tinggi badan adalah
jalan yang terbaik. Untuk menurunkan dan mempertahankan
berat badan ideal, faktor yang paling mempengaruhi adalah
perubahan gaya hidup termasuk memperbaiki pola makan
dan melakukan pelatihan olah raga teratur. Menurut Fox et
al. (1993) kontrol berat badan dapat dilakukan dengan cara :
pertama, mengurangi asupan energi 500 Kkal/hari sehingga
seminggu defisit energi 3500 Kkal. Kedua, melakukan
aktifitas fisik selama 30 menit, 3 – 4 kali seminggu. Atau
dapat dilakukan dengan kombinasi kontrol diet dan aktifitas
fisik.
Penurunan berat badan minimal 5 % bagi penderita
kegemukan dan obesitas sangat penting sebagai terapi dan
prevensi terhadap berbagai penyakit. Penurunan berat badan
yang baik sekitar 2 kg perbulan atau 0,5 kg perminggu.
Penurunan berat badan yang terlalu drastis akan
menimbulkan kekurangan zat gizi, anemia, gangguan kerja
jantung, hingga mengalami gangguan ketidakseimbangan
cairan tubuh.
Olah Raga yang baik untuk penderita obesitas adalah
aerobik, karena tubuh mengunakan lemak sebagai sumber
energi. Jalan kaki atau ”reguler easy walking ” sangat baik
dilakukan oleh penderita obesitas yaitu 30 menit jalan kaki,
5-6 kali perminggu. Lakukan pencatatan data seperti Berat
Badan (BB), Body Mass Index (BMI), Waist Circumference
(WC/Lingkar Perut), dan sangat penting adalah pengukuran
Nadi Basal setiap pagi dan Tes MAF (Maximum Aerobic
function test) (Kurniati, 2008).
Cara lain yang sedang berkembang untuk penurunan
berat badan adalah terapi komplementer seperti akupunktur
(tusuk jarum). Terapi akupunktur telah diakui oleh
Departemen Kesehatan yang kini semakin berkembang dan
diterima oleh masyarakat Indonesia dalam bidang kesehatan
dan kecantikan. Adapun cara kerja dari metode penurunan
berat badan melalui akupunktur adalah untuk memperbaiki
metabolisme sehingga seseorang lebih mudah kenyang dan
menjaga agar nafsu makan tidak berlebihan ( Saputra, 1999).
B. Akupunktur
Akupunktur merupakan suatu cara pengobatan
yang memanfaatkan rangsangan pada titik-titik
akupunktur sehingga mempengaruhi aliran bioenergi
dalam tubuh. Secara tradisional sistem tersebut berdasarkan
konsep keseimbangan antara permukaan tubuh dengan
organ melalui sistem meridian yang spesifik (Saputra,
1999).
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, H., Zhao, B., Darbandi, M., Ghayour-Mobarhan, M., Tavallaie, S., Rahsepar, A. A., …
Ferns, G. A. A. (2012). The effects of body acupuncture on obesity: anthropometric
parameters, lipid profile, and inflammatory and immunologic markers.
TheScientificWorldJournal, 2012, 603539.
Bradford, A. (2010). A pilot study to investigate the impact of auricular acupuncture on appetite.
Complementary Therapies in Medicine, 18(6), 276.
Bray G.A., Bouchard C. 2004. Handbook of Obesity. Ohio: Informa Health Care
Departemen Kesehatan RI.2009. Obesitas dan Kurang Akitivitas Menyumbang 30% Kanker.
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3328. Diakses
pada Oktober 2017.
Güçel, F., Bahar, B., Demirtas, C., Mit, S., & Cevik, C. (2012). Influence of acupuncture on
leptin, ghrelin, insulin and cholecystokinin in obese women: a randomised, sham-
controlled preliminary trial. Acupuncture in Medicine : Journal of the British Medical
Acupuncture Society, 30(3), 203–7.
He, J., Zhang, X., Qu, Y., Huang, H., Liu, X., Du, J., & Guo, S. (2015). Effect of Combined
Manual Acupuncture and Massage on Body Weight and Body Mass Index Reduction in
Obese and Overweight Women: A Randomized, Short-term Clinical Trial. Journal of
Acupuncture and Meridian Studies, 8(2), 61–5.
Ito, H., Yamada, O., Kira, Y., Tanaka, T., & Matsuoka, R. (2015). The effects of auricular
acupuncture on weight reduction and feeding-related cytokines: a pilot study. BMJ Open
Gastroenterology, 2(1), e000013.
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI.
Kumar V, Cotran RS, Robbins SL.2010. Buku ajar patologi. Edisi 9 , Vol. 1. Jakarta : Penerbit.
Buku Kedokteran EGC
Kurniati, T. I., 2008. Latihan dan Aktivitas Fisik untuk Menurunkan Berat Badan. Available
from http://www.obesitas .web.id. Accessed: diakses Oktober 2017.
Lee, M. S., Hwan Kim, J., Lim, H.-J., & Shin, B.-C. (2006). Effects of abdominal
electroacupuncture on parameters related to obesity in obese women: a pilot study.
Complementary Therapies in Clinical Practice, 12(2), 97–100.
Lien, C.-Y., Liao, L.-L., Chou, P., & Hsu, C.-H. (2012). Effects of auricular stimulation on obese
women: A randomized, controlled clinical trial. European Journal of Integrative Medicine,
4(1), e45–e53.
Nam, M.-H., Lee, S.-W., Na, H.-Y., Yoo, J.-H., Paik, S.-H., Ahn, K. S., … Lee, B.-C. (2016).
Herbal Acupuncture for the Treatment of Obesity. Journal of Acupuncture and Meridian
Studies, 9(2), 49–57.
Ostman J., Johnson E., Britton M. .2004. Treating and Preventing Obesity. Boston: Willey-VCH
Padmiari, I.A., Kayanaya, Antarini, Gumala dan Arsana. 2004. Pemantauan Indeks Massa
Tubuh Orang Dewasa Kawasan Perkotaan di Propinsi Bali (Laporan, Penelitian).
Denpasar: Dinkes Propinsi Bali.
Purwati, S., 2002. Perencanaan Menu untuk Penderita Kegemukan PT. Penebar Swadaya.
Jakarta
Set, T., Cayir, Y., & Pirim, A. B. G. (2014). Effects of ear acupuncture therapy for obesity on the
depression of obese women. Acupuncture in Medicine , 32(5), 427–429. JOUR.
Shen, E.-Y., Hsieh, C.-L., Chang, Y.-H., & Lin, J.-G. (2009). Observation of sympathomimetic
effect of ear acupuncture stimulation for body weight reduction. The American Journal of
Chinese Medicine, 37(6), 1023–30.
Wang, F., Tian, D.-R., & Han, J.-S. (2008). Electroacupuncture in the treatment of obesity.
Neurochemical Research, 33(10), 2023–7.