Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Syok adalah kondisi hilangnya volume darah sirkulasi efektif.
Kemudian diikuti perfusi jaringan dan organ yang tidak adekuat, yang
akibat akhirnya gangguan metabolik selular. Pada beberapa situasi
kedaruratan adalah bijaksana untuk mengantisipasi kemungkinan syok.
Seseorang dengan cidera harus dikaji segera untuk menentukan adanya
syok. Penyebab syok harus ditentuka (hipovolemik, kardiogenik,
neurogenik, atau septik syok).(Bruner & Suddarth,2002).
Syok hipovolemik adalah suatu keadaan kekurangan volume cairan
CES. Syok hipovolemik paling sering timbul setelah terjadi perdarahan
hebat (syok hemoragik). Perdarahan eksternal akut akibat trauma tembus
dan perdarahan hebat akibat kelianan gastrointestinal merupakan dua
penyebab syok hemoragik yang paling sering ditemukan. Syok hemoragik
juga bisa terjadi akibat perdarahan internal akut ke dalam rongga toraks
dan rongga abdomen. Syok hipovolemik biasanya terjadi akibat
pendarahan yang herbat, muntah, diare, intake dan output yang tidak
seimbang, sehingga terjadi suatuu keadaan dimana sesorang mengalami
syok atau shock dapat didefinisikan sebagai gangguan sistem sirkulasi
yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
dalam makalah ini adalah :
1. Apa definisi dari Syok hipovolemik?
2. Apa saja etiologi dari Syok hipovolemik?
3. Bagaimanakah patofisiologi dari Syok hipovolemik?
4. Bagaimana manifestasi klinis Syok hipovolemik?
5. Bagaimana penatalaksaan Syok hipovolemik?
6. Bagaimana asuhan keperawatan Syok hipovolemik?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian dari Syok hipovolemik
2. Untuk mengetahui etiologi dari Syok hipovolemik

1
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Syok hipovolemik
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Syok hipovolemik
5. Untuk mengetahui penatalaksaan Syok hipovolemik
6. Untuk mengetahui asuhan keperawatan Syok hipovolemik

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Medik
1. Definisi
Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditamdai dengan
menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok
hipovolemik juga bisa terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain.
Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume
intraventrikel kiri pada akhir distol yang akibatnya juga menyebabkan
menurunnya curah jantung (cardiac output). Keadaan ini juga
menyebabkan terjadinya mekanisme kompensasi dari pembuluh darah
dimana terjadi vasokonstriksi oleh katekolamin sehingga perfusi makin
memburuk. Pada luka bakar yang luas, terjadi kehilangan cairan melalui
permukaan kulit yang hangus atau di dalam lepuh. Muntah hebat atau
diare juga dapat mengakibatkan kehilangan cairan intravaskuler. Pada
obstruksi, ileus dapat terkumpul beberapa liter cairan di dalam usus.
Pada diabetes atau penggunaan diuretic kuat dapat terjadi kehilangan
cairan karena dieresis yang berlebihan. Kehilangan cairan juga dapat
ditemukan pada sepsis berat, pancreatitis akut, atau peritonitis purulenta
difus. Pada syok hipovolemik, jantung akan tetap sehat dan kuat, dan
hematokrit) dan dehidrasi interstitial. Dengan demikian tujuan utama
dalam mengatasi syok perdarahan adalah menormalkan kembali volume
intravascular dan interstitial. Bila deficit volume intravascular hanya
dikoreksi dengan memberikan darah maka masih tetap terjadi deficit
interstistial, dengan akibatnya tanda-tanda vital yang masih belum stabil
dan produksi urin yang berkurang. Pengambilan volume plasma dan
interstitial ini hanya mungkin bila diberikan kombinasi cairan koloid
(darah, plasma, dextran, dan sebagainya) dan cairan garam
seimbang.kecuali jika miokard sudah mengalami hipoksia karena perfusi
yang sangat berkurang. Respon tubuh terhadap perdarahan tergantung
pada volume, kecepatan dan lama perdarahan. Bila volume intravaskuler
berkurang, tubuh akan selalu berusaha mempertahankan perfusi organ-
organ vital (jantung dan otak) dengan mengorbankan perfusi organ yang
lain seperti ginjal, hati dan kulit akan terjadi perubahan-perubahan

3
hormonal melalui system rennin-angiotensin-aldosteron, system ADH,
dan system saraf simpatis. Cairan interstitial akan masuk ke dalam
pembuluh darah untuk mengembalikan volume intravascular, dengan
akibat terjadi hemodilusi (dilusi plasma protein).

2. Etiologi
Syok hipovolemik disebabkan oleh penurunan volume darah efektif.
Kekurangan volume darah sekitar 15 sampai 25 persen biasanya akan
menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik; sedangkan deficit volume
darah lebih dari 45 persen umumnya fatal. Syok setelah trauma biasanya
jenis hipovolemik, yang disebabkan oleh perdarahan (internal atau eksternal)
atau karena kehilangan cairan ke dalam jaringan kontusio atau usus yang
mengembang kerusakan jantung dan paru-paru dapat juga menyokong
masalah ini secara bermakna. Syok akibat kehilangan cairan berlebihan bias
juga timbul pada pasien luka bakar yang luas (john a.boswick,1998:44).
Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan
intravaskuler, misalnya terjadi pada:
a. Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang
mengalir keluar tubuh seperti hematotoraks, ruptura limpa, dan
kehamilan ektopik terganggu.
b. Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung
kehilangan darah yang besar. Misalnya, fraktur humerus menghasilkan
500–1000 ml perdarahan atau fraktur femur menampung 1000–1500 ml
perdarahan.
c. Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena
kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler, misalnya pada:
 Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis.
 Renal: terapi diuretik, krisis penyakit Addison.
 Luka bakar (kombustio) dan anafilaksis.
Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat
berkurangnya aliran darah yang mengandung oksigen atau berkurangnya
pelepasan oksigen ke dalam jaringan. Kekurangan oksigen di jaringan
menyebabkan sel terpaksa melangsungkan metabolisme anaerob dan
menghasilkan asam laktat. Keasaman jaringan bertambah dengan adanya
asam laktat, asam piruvat, asam lemak, dan keton (Stene-Giesecke, 1991).

4
Yang penting dalam klinik adalah pemahaman kita bahwa fokus perhatian
syok hipovolemik yang disertai asidosis adalah saturasi oksigen yang perlu
diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus segera dipulihkan dengan
penggantian cairan. Asidosis merupakan urusan selanjutnya, bukan prioritas
utama.

3. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya, syok terbagi atas 3 fase yaitu :
a) Tahap nonprogresif (atau tahap kompensasi), sehingga mekanisme
kompensasi sirkulasi normal akhirnya akan menyebabkan pemulihan
sempurna tanpa dibantu terapi dari luar.
b) Tahap progresif, ketika syok menjadi semakin buruk sampai timbul
kematian.
c) Tahap ireversibel, ketika syok telah jauh berkembang sedemikian rupa
sehingga semua bentuk terapi yang diketahui tidak mampu lagi menolong
penderita, meskipun pada saat itu, orang tersebut masih hidup.
Patofisiologi syok hepovelemik yaitu:
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut dengan cara
mengaktifkan 4 sistem major fisiologi tubuh: sistem hematologi, sistem
kardiovaskular, sistem renal dan sistem neuroendokrin.system hematologi
berespon kepada perdarahan hebat yag terjadi secara akut dengan
mengaktifkan cascade pembekuan darah dan mengkonstriksikan pembuluh
darah (dengan melepaskan thromboxane A2 lokal) dan membentuk
sumbatan immatur pada sumber perdarahan. Pembuluh darah yang rusak
akan mendedahkan lapisan kolagennya, yang secara subsekuen akan
menyebabkan deposisi fibrin dan stabilisasi dari subatan yang dibentuk.
Kurang lebih 24 jam diperlukan untuk pembentukan sumbatan fibrin yang
sempurna dan formasi matur.
Sistem kardiovaskular awalnya berespon kepada syok hipovolemik
dengan meningkatkan denyut jantung, meninggikan kontraktilitas myocard,
dan mengkonstriksikan pembuluh darah jantung. Respon ini timbul akibat
peninggian pelepasan norepinefrin dan penurunan tonus vagus (yang
diregulasikan oleh baroreseptor yang terdapat pada arkus karotid, arkus
aorta, atrium kiri dan pembuluh darah paru. System kardiovaskular juga

5
merespon dengan mendistribusikan darah ke otak, jantung, dan ginjal dan
membawa darah dari kulit, otot, dan GI.
System urogenital (ginjal) merespon dengan stimulasi yang meningkatkan
pelepasan rennin dari apparatus justaglomerular. Dari pelepasan rennin
kemudian dip roses kemudian terjadi pembentukan angiotensi II yang
memiliki 2 efek utama yaitu memvasokontriksikan pembuluh darah dan
menstimulasi sekresi aldosterone pada kortex adrenal. Adrenal bertanggung
jawab pada reabsorpsi sodium secra aktif dan konservasi air.
System neuroendokrin merespon hemoragik syok dengan meningkatkan
sekresi ADH. ADH dilepaskan dari hipothalmus posterior yang merespon
pada penurunan tekanan darah dan penurunan pada konsentrasi sodium.
ADH secara langsung meningkatkan reabsorsi air dan garam (NaCl) pada
tubulus distal. Ductus colletivus dan the loop of Henle.
Patofisiology dari hipovolemik syok lebih banyak lagi dari pada yang telah
disebutkan . untuk mengexplore lebih dalam mengenai patofisiology,
referensi pada bibliography bias menjadi acuan. Mekanisme yang telah
dipaparkan cukup efektif untuk menjaga perfusi pada organ vital akibat
kehilangan darah yang banyak. Tanpa adanya resusitasi cairan dan darah
serta koreksi pada penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya
gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.
Tahap Syok Hipovolemik
Tahap I :
 terjadi bika kehilangan darah 0-10% (kira-kira 500ml)
 terjadi kompensasi dimana biasanya Cardiak output dan tekanan darah
masih dapat dipertahankan
Tahap II :
 terjadi apabila kehilanagan darah 15-20%
 tekanan darah turun, PO2 turun, takikardi, takipneu, diaforetik, gelisah,
pucat.
Tahap III :
 bila terjadi kehilengan darah lebih dari 25%
 terjadi penurunan : tekanan darah, Cardiak output,PO2, perfusi jaringan
secara cepat
 terjadi iskemik pada organ
 terjadi ekstravasasi cairan

6
4. Manifestasi Klinis
Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi
premorbid, besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung.
Kecepatan kehilangan cairan tubuh merupakan faktor kritis respon
kompensasi. Pasian muda dapat dengan mudah mengkompensasi
kehilangan cairan dengan jumlah sedang vasokontriksinya dan takikardia.
Kehilangan volume yang cukup besar dalam waktu lambat, meskipun terjadi
pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan
dalam waktu yang cepat atau singkat. (Toni Ashadi, 2006).
Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan
hipovolemia, penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali
dalam beberapa menit. Tanda-tanda syok adalah menurut Toni Ashadi, 2006
adalah:
a) Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian
kapiler selalu berkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.
b) Takhikardi: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respon
homeostasis penting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran
darah ke homeostasis penting untuk hopovolemia.peningkatan kecepatan
aliran darah ke mikrosirkulasi berfungsi mengurangi asidosis jaringan.
c) Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh
darah sistemik dan curah jantung, vasokontriksi perifer adalah faktor yang
esensial dalam mempertahankan tekanan darah. Autoregulasi aliran
darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri turun tidak
dibawah 70 mmHg.
d) Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada syok hipovolemik.
Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30ml/jam.
Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama beberapa saat, dia
akan menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi seperti:
 Turunnya turgor jaringan.
 Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi kering.dan
 Bola mata cekung.
Akumulasi asam laktat pada penderita dengan tingkat cukup berat,
disebabkan oleh metabolisme anaerob. Asidosis laktat tampak sebagai
asidosis metabolik dengan celah ion yang tinggi. Selain berhubungan
dengan syok, asidosis laktat juga berhubungan dengan kegagalan jantung

7
(decompensatio cordis), hipoksia, hipotensi, uremia, ketoasidosis diabetika
(hiperglikemi, asidosis metabolik, ketonuria), dan pada dehidrasi berat

5. Penatalaksanaan
Syok hipovolemik karena kehilangan cairan tubuh
Terapi yang harus diberikan adalah resusitasi (penggantian) cairan. Jenis
cairan kristaloid dan komposisinya yang diberikan untuk mengatasi syok
hipovolemik dan komplikasi yang meungkin terjadi serta kontra indikasi dapt
dilihat dibawah ini :
 Volume konsentrasi (ml) Elektrolit Ditandai
 Na K Cl
 Cairan Isotonik 1000 0,9% 154 - 154 pH 6 ; dapat menyebabkan
peninggian klorida dan asidosis
 Ringer’s Laktat 1000 - 130 4 109 Lebih disukai untuk mengganti cairan
ekstraseluler. Laktat tak dimetabolisasi pada syok dan penyakit liver
karena itu dapat bertumpuk dalam darah. Natrium Bikarbonat 50 7,5% 45
- - Harus diberikan secara perlahan tidak lebih dari 2,5 mEq/ menit.
 Kalium Klorida 20 14,9% - 40 40 Tidak boleh diberikan pada gagal ginjal.
Kecepatan pemberian tidak boleh > 2/3 mEq/ menit. NAtrium Laktat 1000
1/6 molar 167 - - Laktat sangat sulit dimetabolisasi pada shock dan
penyakit hati sebab dapat menimbulkan mengumpulnya laktat
 Amonium Klorida 100 1% - - 18 Hanya digunakan pada keadaan
metabolic alkalosis berat 2/3 mEq/ menit dan bila fungsi ginjal dan hati
baik.

8
Konsep Asuhan Keperawatan
Syok Hipovolemik
1. Pengkajian
a) Data Demografi
 Identitas klien, Meliputi nama, tempat dan tanggal lahir, jenis
kelamin, usia, alamat, no.telepon, agama, suku, status
perkawinan, pendidikan, pekerjaan, lama bekerja, golongan
darah, tanggal masuk rumah sakit, ruangan dan sumber info.
 Penanggung jawab, Meliputi nama, alamat, usia, pendidikan,
pekerjaan dan hubungan dengan klien.
b) Riwayat Kesehatan Saat Ini
Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering
terjadi pada pasien dengan syok hipovelemik adalah pendarahan
atau terlalu banyak mengeluarkan NaCL.
c) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti
DM, hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit
metabolic lainnya memicu resiko syok hipovelemik.
d) Riwayat Kesehatan Keluarga
Riwayat adanya penyakit pada anggota keluarga yang lain yang
dapat menyebabkan syok hipovelemik.
e) Pemeriksaan Fisik
Yang dikaji pada tahapan ini yaitu GCS (Glasgow Coma Scale), dan
kedaan pupil dengan menggunakan penlight. Pupil normal yaitu
isokor, mengecil: miosis, melebar: dilatasi.Dilakukan pemeriksaan
neurologi singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan
mata dan respon pupil, fungsi motorik dan sensorik. Informasi ini
bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti perkembangan
kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan.perubahan fungsi
sistem saraf sentral tidak selalu disebabkan cidera intra kranial tetapi
mungkin mencerminkan perfusi otak yang kurang. Pemulihan perfusi
dan oksigenasi otak harus dicapai sebelum penemuan tersebut dapat
dianggap berasal dari cidera intra kranial.

9
2. Diagnosa

1. Gangguan pola nafas penurunan ekspansi paru.

3. Nyeri b.d luka post operasi pyelolitomy.

3. Intervensi
No Diagnosa INTERVENSI RASIONAL
1 Gangguan pola 1. Awasi frekuensi dan 1. Berguna dalam evaluasi
kedalaman pernafasan distress pernafasan dan
nafas penurunan
2. Tinggikan kepala kronisnya penyakit.
ekspansi paru tempat tidur 30 2. Peninggian kepala tempat
derajat tidur mempermudah
3. Dorong latihan nafas fungsi pernapasan dengan
dalam menggunakan gravitasi
4. Beri bantalan pada 3. Meningkatkan ekspansi
pagar tempat tidur u/ paru
mengistirahatkan 4. Dapat meningkatkan
tangan Pengisian udara seluruh
5. Kolaborasi pemberian segmen paru.
o2 sesuai indikasi

2 Nyeri b.d luka 1. Observasi ttv 1. Untuk mengetahui


2. Kaji tingkat keadaan umum pasien
post operasi
nyeri 2. untuk mengetahui adanya
pyelolitomy 3. Ajarkan teknik perubahan tingkat nyeri
relaksasi nafas dalam 3. Untuk mengerungi rasa
bila nyerinya timbul nyeri yang dirasakan
4. Atur posisi pasien 4. Agar pasien merasa
dengan posisi supinasi nyaman
( terlentang )
5. Kolaborasi pemberian
obat sesuai anjuran

4. Implementasi
Merupakan tahap pelaksanaan tindakan dari rencana perawatan yang
telah ditetapkan untuk mengatasi masalah yang ditemukan
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap pengukuran keberhasilan perawatan dalam
memecahkan masalah yang ditemukan dalam kebutuhan klien dengan
cara menilai tujuan yang ditetapkan

10
Tinjauan kasus syok hipovolemik
pada Ny. R
1. Pengkajian
a) Data demografi
Nama : Ny. R
Umur : 48Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : URT
Tgl Masuk RS : 13-01-2014
Diagnosa Medis : P.O Pyelolitomy
Alamat : Tanggamus
b) Keluhan utama : Nyeri luka post operasi pyelolitomi
c) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pada saat melakukan pengkajian pada tanggal 21-01-2014
keluarga klien mengatakan klien masuk RSAM pada tanggal 13-01-
2014 engan keluhan nyeri pada pinggang kiri, warna BAK merah
disertai mual.Kemudian klien masuk ke ruangan mawar pada tanggal
14–01-2014 untuk menunggu rencana operasi yang akan dilakukan
pada tanggal 20-01-2014. Pada tanggal 20-01-2014 klien melakukan
operasi pada pukul 09.30 – 10.30 WIB. Dan pada tanggal 21-01-2014
klien masuk ICU pada pukul 09.30 WIB. Klien mengatakan nyeri pada
luka operasi. Nyeri timbul spontan, terutama saat klien melakukan
pergerakan dan berkurang saat klien istirahat (tidur).Nyeri dirasakan
± 1 menit, nyeri timbul tidak tentu. K/u lemah, kesadaran
Composmentis, TD : 57/31 mmHg, S : 36o C , RR : 12 x/menit, N : 109
x
/menit.
d) Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan sebelumnya klien tidak pernah masuk rumah
sakit, Klien tidak memiliki riwayat penyakit menular ataupun menurun.
Klien hanya mengalami sakit biasa seperti batuk, flu, dan berobat ke
puskesmas.
e) Riwayat penyakit keluarga
Keluarga mengatakan tidak ada di dalam anggota keluarga yang
mengalami Penyakit yang sama seperti klien.
f) Riwayat Kebiasaan
Keluarga klien mengatakan kebiasaan klien sering tidur malam
g) Riwayat Alergi
Keluarga klien mengatakan klien tidak mempunyai riwayat alergi
terhadap makanan, minuman ataupun obat-obatan
h) Riwayat Kesehatan lain
Klien tidak mempunya riwayat kesehatan lain

Pengkajian berdasarkan respons


a) Kesadaran : Composmentis, GCS 15 (E4, V5, M6 )
b) Keadaan Umum : Klien tampak lemah, sesak dan gelisah
c) TTV :

11
TD : 88/45 mmHg ND : 109 x/menit,
RR : 36 x/menit SB : 35,9o C
d) Oksigenisasi
Respon : Sesak Nafas
Hasil : Pasien terpasang 02 10 L/menit dengan face mask, RR 36
x
/menit
e) Nutrisi
Respon : -
f) Hasil : Cairan lambung hitam,klien terpasang NGT, turgor kulit
kurang elastis, mukosa bibir kering
g) Cairan dan elektrolit
Respon : -
Hasil : Terpasang RL 500cc
h) Eliminasi
Respon : Klien terpasang kateter
Hasil : Warna urine merah, output 1100 cc
i) Personal Hygiene
Respon : Klien lemah dan bedrest
Hasil : Klien dimandikan pada pagi dan sore hari.
j) Aktivitas
Respon : Klien lemah dan gelisah
Hasil : Segala keperluan pasien dibantu perawat
k) Istirahat dan tidur
Respon : Klien gelisah
Hasil : Klien dapat tidur
l) Kenyamanan
Respon : Klien gelisah
Hasil : Klien sesak

Pengkajian primer
a) Airway (A)
1. Tidak ada sumbatan jalan nafas
2. Pola nafas tidak efektif
3. Reflek Batuk baik
4. Reflek menelan baik
b) Breathing (B)
1. Sesak nafas
2. RR 36 x/menit
3. Terpasang O2 10 L/Menit
4. Pernafasan cepat dan dangkal
5. Terpasang NGT
c) Circulation (C)
1. Pucat / sianosis
2. Nyeri luka post operasi
3. Akral dingin
4. Terdapat selang drain
5. CRT 4 detik
6. TTV :
TD : 88/45 mmHg
SB : 35,9 x/menit
ND : 109 x/menit
7. HB :10,8 gr/dl x/menit

12
d) Disability
1. Kesadaran : Composmentis
2. GCS : 15 (E4, V5, M6)
3. KU : lemah
4. Pupil isokor
5. Reflek cahaya +/+
6. Gelisah

Pemeriksaan penunjang
Hematologi Tanggal 21-01-2014
Pemeriksaan Hasil Normal / Satuan
Hemoglobin 10,8 Lk : 13,5 – 18.0 gr/dl
wn : 12 -16.0 gr/dl

LED 5 Lk ; 40 – 54 %
Wn : 0 – 20 mm/jam

Trombosit 67.000 150.000 – 400.000 / ul


Leukosit 18.100 4500 – 10.700 / ul
Hitung jenis
. Basophil 0 0 -1 %
. Eosinopil 0 1–3%
. Batang 0 2-6 %
. Segmen 69 50 – 70 %
. Limposit 6 20 – 40 %
. Monosit 1 2 –8%

Terapi Medis :
1. Dopamin
2. Lasix
3. Ceftriaxone
4. Ketorolac
5. Ranitidin
6. Vit K
7. Ca Glukonas
8. FFv
9. Dexamethason 1 amp 5 mg / 1 ml iv
10. RL makro infus set 20 tetes / menit
11. Nacl makro infus 20 tetes/ menit
12. Pemberian oksigen menggunakan face mask Sebanyak 10 L/menit

Analisa data

NO Data Masalah Etiologi


1 DS : Gangguan pola nafas Penurunan ekspansi
Klien mengatakan sesak. paru
DO :
- Klien tampak sesak
- RR : 36 x/menit
- Retraksi dinding dada
(+)
- Terpasang O2 face
mask 10 l/menit
- Pernafasan cepat dan
dangkal
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak pucat

13
DO : Nyeri Luka post operasi
2 - Klien tampak meringis pyelolitomy
- Skala nyeri 6
- Terdapat luka post op.
pyelolitomy
- Panjang luka 15 cm
- Luka tampak kering
- Terapat selang drain
pada abdomen kiri

2. Diagnosa Keperawatan
1) Gangguan pola nafas penurunan ekspansi paru.
2) Nyeri b.d luka post operasi pyelolitomy.

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Intervensi Rasional


Keperawatan Kriteria Hasil
1 Gangguan pola Setelah 1. awasi 1. Berguna dalam
nafas berhubungan dilakukan frekuensi dan evaluasi distress
dengan penurunan asuhan kedalaman pernafasan dan
ekspansi paru keperawatan pernafasan kronisnya
masalah 2. Tinggikan penyakit.
gangguan pola kepala 2. Peninggian
nafas teratasi tempat tidur kepala tempat
dengan kriteria 30 derajat tidur
hasil : 3. dorong mempermudah
- sesak nafas (-) latihan nafas fungsi
- RR normal 16- dalam pernapasan
24 x/ menit 4. Beri bantalan dengan
- Tidak pada pagar menggunakan
terpasang o2 tempat tidur gravitasi
- pucat (-) u/ 3. meningkatkan
mengistirahat ekspansi paru
kan tangan 4. Dapat
5. Kolaborasi meningkatkan
pemberian pengisian udara
o2, sesuai seluruh segmen
indikasi paru.
5. Dapat
membatasi
ekspansi paru.
2 Nyeri berhubungan Setelah 1. Observasi ttv 1. untuk
dengan luka post dilakukan 2. kaji tingkat mengetahui
operasi pyelolitomy. keperawatan nyeri keadaan umum
gangguan 3. ajarkan teknik pasien
perfusi jaringan relaksasi 2. untuk
dapat teratasi nafas dalam mengetahui
dengan KH : bila nyerinya adanya
- RR 16-24 timbul perubahan
x/menit 4. atur posisi tingkat nyeri
- HB 12- 16 pasien 3. untuk
gr/dl dengan posisi mengerungi rasa
- sianosis (-) supinasi ( nyeri yang
- TD 120/80 terlentang ) dirasakan
mmHg 5. kolaborasi 4. agar pasien
pemberian merasa nyaman

14
obat sesuai 5. untuk
anjuran menghilangkan
rasa nyeri dan
mempercepat
penyembuhan

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang ditamdai dengan
menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok
hipovolemik juga bisa terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain.
Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan penurunan volume
intraventrikel kiri pada akhir distol yang akibatnya juga menyebabkan
menurunnya curah jantung (cardiac output). Keadaan ini juga menyebabkan
terjadinya mekanisme kompensasi dari pembuluh darah dimana terjadi
vasokonstriksi oleh katekolamin sehingga perfusi makin memburuk.
Syok hipovolemik disebabkan oleh penurunan volume darah efektif.
Kekurangan volume darah sekitar 15 sampai 25 persen biasanya akan
menyebabkan penurunan tekanan darah sistolik; sedangkan deficit volume
darah lebih dari 45 persen umumnya fatal. Syok setelah trauma biasanya
jenis hipovolemik, yang disebabkan oleh perdarahan (internal atau eksternal)
atau karena kehilangan cairan ke dalam jaringan kontusio atau usus yang
mengembang kerusakan jantung dan paru-paru dapat juga menyokong
masalah ini secara bermakna. Syok akibat kehilangan cairan berlebihan bias
juga timbul pada pasien luka bakar yang luas (john a.boswick,1998:44).
B. Saran
Adapun saran yang diajukan oleh tim penulis adalah :
1. Perawat harus melalukan tindakan keperawatan dengan baik pada
pasien penderita syok hipovelemik sehingga kesembuhan pasien dapat
tercapai.
2. Perawat maupun calon perawat harus memahami konsep dasar dari
syok hipovelemik dan ruang lingkupnya sehingga dalam proses
memberikan asuhan keperawatan pada pasien penderita syok
hipovelemik dapat terlaksana dengan baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Amin huda nurafif dan Hardhi kusuma. Aplikasi NANDA NIC-NOC jilid 2.
Yogyakarta: MediAction
Brunner and Suddarth. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Vol 3. Jakarta:
EGC. 2002
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosa Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasib2012 –2014 . Jakarta : ECG
Wilkinson, J.M.,Nancy R. Ahern.2012.Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

17

Anda mungkin juga menyukai