Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PERTANIAN TANPA TANAH

EKONOMI BUDIDAYA JAMUR MERANG

DISUSUN OLEH
1. TYAS PURNAMANINGRUM (16011043)
2. AGUNG JUNAI REFRI (16011107)
3. YUSUF PARIYOTO (16011056)
4. IMBRAN HIDAYAT PANJAITAN (16011066)
5. BELLY ARIF RIANTO (16011010)

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS AGROINDUSTRI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Budidaya jamur merupakan salah satu budidaya yang tidak mengenal
musim dan tidak membutuhkan tempat yang luas.Jenis-jenis jamur yang umum
dibudidayakan ialah jamur merang(Volvariella volvaceae),jamur tiram (Pleurotus
ostreatus),jamur kuping (Auricularia polytricha),jamur payung (Lentinus
edodes),dan jamur kancing (Agaricus Sp).Hasil panen jamur tersebut tak hanya
untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri bahkan ada juga yang di ekspor,seperti
jamur kancing dan jamur payung. Media untuk pertumbuhan jamur dapat
menggunakan limbah yaitu limbah pertanian(merang dan daun pisang) dan limbah
industri (serbuk gergaji). Ramuan atau campuran yang digunakan sebagai media
juga bermacam-macam,sedangkan metode yang digunakan untuk budidaya jamur
ini juga bermacam-macam,seperti cara ilmiah, konvensional,tradisional,dan semi
modern.
Jamur terdiri dari bermacam- macam jenis,ada yang merugikandan ada
yang menguntungkan bagi kehidupan manusia.Jamur yang merugikan antara lain
karena bersifat pathogen yaitu dapat menyebabkan penyakit pada manusia,hewan
maupun tumbuhan.Diantara jamur yang menguntungkan manusia misalnya :
penicillium yang menghasilkan antibiotik penisilin, jamur-jamur yang berperan
dalam proses fermentasi makanan seperti kecap, tempe, tape, tauco dan lain-lain.
Bahkan banyak jenis jamur yang dapat dikonsumsi (dimakan) antara lain jamur
kuping, jamur tiram, jamur shiitake, jamur agaricus (campignon) dan jamur
merang. Dewasa ini budidaya jamur (Mushrooming the mushroom) yang dapat
dimakan telah banyak dilakukan orang yaitu dengan menggunakan limbah
pertanian sebagai media tumbuhnya. Budidaya jamur yang dapat dimakan (edible
mushroom) merupakan salah satu cara mengatasi kekurangan pangan dan gizi
serta menganekaragamkan pola komsumsi pangan rakyat.
Dari analisa menunjukkan bahwa kandungan mineral jamur lebih tinggi
daripada gading sapi dan domba, bahkan hampir dua kali lipat jumlah garam
mineral dalam sayuran. Jumlah proteinnya dua kali lipat protein asparagus, kol,
kentang dan empat kali lipat daripada tomat dan wortel serta enam kali lipat dari
jeruk. Selain itu jamur juga mengandung zat besi, tembaga, kalium dan kapur,
kaya vitamin B dan D, sejumlah enzim tripsin yang berperan sangat penting pada
proses pencernaan, kalor dan kolesterolnya rendah.
Jamur Merang (Volvariella volvacea) merupakan jamur yang paling di
kenal untuk daerah Asia Tenggara, selain rasanya yang enak, mudah tumbuh pada
berbagai macam media tumbuh. Diantara sekian banyak spesies jamur tropika dan
sub tropika Volvariella volvacea atau si Jamur Merang merupakan jamur yang
memiliki kandungan gizi yang tidak kalah bila dibandingkan dengan bahan
makanan yang lain. Jamur Merang mengandung berbagai macam asam
amino baik asam amino esensial dan asam amino non esensial. Volvariella
volvacea dari namanya di ketahui sebenarnya jamur yang memiliki volva atau
cawan biasanya merupakan jamur beracun kecuali Jamur Merang. Oleh sebab
itulah di Asia khususnya di Indonesia orang – orang lebih menyukai Jamur
Merang dari pada jamur yang tidak beracun lainnya (Sukara, 1981).
Diantara sekian banyak jenis jamur yang tumbuh liar pada musim hujan
orang sering sulit membedakan antara jamur yang dapat di konsumsi dan jamur
yang tidak dapat di konsumsi (jamur beracun). Ada beberapa cara yang dapat di
lakukan oleh masyarakat awam untuk membedakan jamur beracun dengan jamur
yang tidak beracun, umumnya jamur beracun mempunyai warna yang mencolok
seperti warna merah darah, hitam legam, biru tua, ataupun warna–warna yang
mencolok lainya. Jamur beracun biasanya menghasilkan bau yang menusuk
hidung, selubung universal yang membentuk cincin dan selubung universal yang
membentuk cawan (volva). Gejala yang biasanya muncul apabila seseorang
mengalami keracunan jamur biasanya mual–mual, muntah, kepala pusing, bahkan
akibat yang paling fatal adalah kematian (Suriawiria, 1986).
Menurut Rismunandar (1982), Jamur Merang (Volvariella volvacea)
merupakan jamur yang paling mudah hidup di dalam berbagai macam media
tumbuh, dapat di tanam di mana saja. Jamur Merang paling mudah dibudidayakan
karena jamur ini memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi terhadap
lingkungannya. Sehingga Jamur Merang dapat tumbuh mulai dari benua
Asia sampai benua Afrika pada ketinggian tertentu. Pada umumnya jamur–jamur
yang sudah dibudidayakan secara besar–besaran biasanya di tanam di media
tumbuh yang berupa kompos yang sudah jadi. Tetapi untuk Jamur Merang dapat
di tanam di media tumbuh yang masih berupa limbah–limbah pabrik pertanian
yang belum di olah menjadi kompos. Dapat tumbuh pada berbagai media tumbuh
yang banyak mengandung selulosa. Banyaknya macam media tumbuh Jamur
Merang menyebabkan para petani jamur harus selektif dalam pemilihan media
tumbuh untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk mengetahui media
tumbuh manakah yang paling baik di gunakan, para petani sering mencoba
berbagai macam media untuk membandingkan hasil yang di peroleh dengan
menggunakan berbagai macam media tumbuh.
Sistematika Jamur Merang (Volvariella volvacea)
Jamur Merang termasuk jamur sejati yang memiliki tingkatan hidup yang
lebih tinggi dari pada tumbuhan Talus lainya. Jamur sejati umumnya memiliki
tubuh buah yang merupakan tonjolan atau pertumbuhan dari Myselium.Tubuh
buah pada Jamur Merang (Volvariella volvacea) sudah memiliki Akar, batang
(tangkai) di mana pada tudung terbentuk spora. Spora yang sudah masak biasanya
di terbangkan oleh angin yang kemudian tumbuh membentuk myselium.
Myselium umurnya lebih dari satu tahun, selama keadaan
buruk myselium berada dalam tanah, kadang – kadang juga kayu, dan pada
musim-miusim tertentu (di indonesia musim hujan) membentuk tubuh buah yang
menyerupai payung (Tjirosoepomo, 1981)
Sistematika Jamur Merang (Volvariella volvacea) Menurut Dwidjoseputro
(1978) adalah sebagai berikut :
Divisi : Mycotina
Sub Divisi : Eumycotina
Kelas : Basidiomycetes
Sub Kelas : Homo Basidiomycetidae
Ordo : Agaricales
Famili : Agaricaceae
Genus : Volvariella
Spesies : Volvariella volvacea
Siklus Hidup Jamur Merang (Volvariella volvacea)
Menurut Suriawiria (1982), kehidupan jamur dapat menjadi jasad yang
saprofit ataupun jasad yang parasit, kalau kemudian jamur ditelaah dari segi sifat
mikroba secara umum, ternyata jamur termasuk jasad yang heterotrofik artinya
untuk keperluan hidupnya ketergantungan sumber nutrien (sumber makanan) dari
sumber yang lain yang sudah ada. Jamur Merang (Volvariella volvacea) sendiri
memiliki bentuk tubuh yang lengkap yang menyerupai tanaman yang sudah
memiliki akar (rhizoid), tangkai, dan tudung. Sebagai organisme yang
tidak berklorofil Jamur Merang (Volvariella volvacea) memiliki warna agak ke
coklatan yang umumnya terdiri dari zat aromatik yang tidak mengandung N.
Jamur secara umum tidak dapat melakukan fotosintesis dengan demikian jamur
tidak dapat menggunakan secara langsung sinar matahari. Jamur memperoleh
makanan dalam bentuk jadi seperti selulosa, glukosa, lignin, dan protein. Berbeda
dengan jenis jasad yang memiliki klorofil mempunyai kemampuan untuk
melakukan fotosintesis yaitu pengubahan senyawa anorganik (CO2,
H2O) menjadi senyawa organik (C6 H12 O6 ) ini di sebabkan klorofil merupakan
bejana alami yang mengubah energi fisik ( cahaya) menjadi energi kimia. Pada
umumnya bangsa jamur dapat berkembangbiak dengan dua cara yaitu secara
seksual dan aseksual.
BAB II
ISI

Peluang usaha jamur merang memang terbilang sangat menguntungkan.


Bisnis budidaya jamur merang ini memang merupakan bisnis yang mudah
dilakukan. Cara pembudidaya jamur merang memang tidak begutu sulit jika Anda
mau belajar menerjuninya. Potensi bisnis budidaya jamur merang memang sangat
bagaus seiring meningkatnya permintaan jamur merang ini. Jika Anda tertarik
dengan budidaya jamur merang maka sangat tepat membaca artikel kami ini.
Disini Anda dapat melihat lebih dekat dengan budidaya jamur merang mulaia dari
prospek dan analisa usahanya. Sehingga lebih memantapkan Anda untuk budidaya
jamur merang dengan langkah yang paling mudah.

Memulai bisnis budidaya jamur merang


Bisnis pertanian jamur memang menjadi salah satu bisnis yang tidak
pernah mati. Begitupun dengan bisnis budidaya jamur merang yang menjadi salah
satu bisnis yang menguntungkan. Untuk memulai bisnis budidaya jamur merang
ini tidak sulit. Bisa di mulai dengan mudah dengan modal yang kecil. Anda dapat
memulai bisnis budidaya jamur merang di lahan kecil atau pekarangan rumah.

Pelaku bisnis budidaya jamur merang


Bisnis budidaya jamur merang ini bisa dan cocok dijalankan oleh semua
orang. Anda yang kini bingung mencari pilihan bisnis yang tepat. Dengan
kemauan dan minat yang tinggi maka bisnis budidaya jamur merang ini dapat
Anda jalankan dengan mudah.

Konsumen bisnis budidaya jamur merang


Konsumen budidaya jamur merang memang tidaklah sulit, konsumen
budidaya jamur merang cukup besar mulai dari konsumsi rumah tangga hingga
berbagai usaha kuliner.
Peralatan bisnis budidaya jamur merang
Dalam bisnis budidaya jamur merang membutuhkan beberapa peralatan
penting diantaranya pengadaan bibit jamur merang, cangkul, gerobak dorong,
sewa lahan, timbangan, pompa air, hand sprayer, timba, golok dan sabit,
keranjang panen jamur merang, selang air dan gunting. Dengan adanya peralatan
tersebut maka bisnis budidaya jamur merang makin maksimal.

Pemasaran budidaya jamur merang


Dalam berjualan budidaya jamur merang, Anda bisa memasarkannya
dengan cara menjualnya ke pasar, rumah makan, restoran atau hotel. Juga dapat
memasarkannya jamur merang bagus ke swalayan atau supermarket.

Karyawan bisnis budidaya jamur merang


Karyawan dalam menjalankan bisnis budidaya jamur merang bisa
menggunakan satu orang dahulu dalam permulaan.

Harga jual budidaya jamur merang


Patokan harga untuk budidaya jamur merang dapat Anda buat dalam
hitungan per kg dimana harga mulai Rp 25.000 hingga Rp 30.000. Ini tergantung
dari harga jamur merang yang ada di pasaran.

Keuntungan dalam menjalankan bisnis budidaya jamur merang


Keuntungan bila Anda memilih terjun dalam peluang bisnis budidaya
jamur merang ini yakni merupakan bisnis pertanian jamur yang paling
menguntungkan. Sebab jamur merang menjadi bahan penting yang paling banyak
di cari.

Kekurangan bisnis budidaya jamur merang


Segi kekurangan bisnis budidaya jamur merang ialah budidaya jamur
merang memiliki tingkat persaingan yang tinggi dan ketat.
Analisa bisnis budidaya jamur merang

Investasi
Peralatan Harga
pembuatan rumah kumbung Rp. 5.165.000
pembuatan rak jamur Rp. 354.500
selang air Rp. 144.500
timbangan Rp. 171.500
pengadaan bibit jamur Rp. 1.252.000
pisau Rp. 32.500
keranjang panen jamur Rp. 82.500
pompa air Rp. 302.500
timba Rp. 43.000
alat pembersih rumah jamur Rp. 124.000
serokan dan terpal Rp. 97.500
Peralatan tambahan yang lainnya Rp. 82.500

Jumlah Investasi Rp. 7.852.000

Biaya Operasional per Bulan


Biaya Tetap Nilai
Penyusutan pembuatan rumah kumbung 1/44 x
Rp. 117.386
Rp. 5.165.000
Penyusutan pembuatan rak jamur 1/62 x Rp.
Rp. 5.718
354.500
Penyusutan selang air 1/44 x Rp 144.500 Rp. 2.331
Penyusutan timbangan 1/62 x Rp 171.500 Rp. 2.766
Penyusutan pengadaan bibit jamur 1/44 x Rp Rp. 28.455
1.252.000
Penyusutan pisau 1/44 x Rp. 32.500 Rp. 739
Penyusutan keranjang panen jamur 1/44 x Rp
Rp. 1.875
82.500
Penyusutan pompa air 1/62 x Rp 302.500 Rp. 4.879
Penyusutan timba 1/44 x Rp. 43.000 Rp. 977
Penyusutan alat pembersih rumah jamur 1/62 x
Rp. 2.000
Rp 124.000
Penyusutan serokan dan terpal 1/62 x Rp 97.000 Rp. 1.565
Penyusutan peralatan tambahan 1/44 x Rp.
Rp. 1.331
82.500
upah pekerja Rp. 1.600.000
Total Biaya Tetap Rp. 1.770.021

Biaya Variabel
Baglog Rp. 52.000 x 30 = Rp. 1.560.000
pestisida Rp. 20.000 x 30 = Rp. 600.000
lem serangga Rp. 12.000 x 30 = Rp. 360.000
bahan lainnya Rp. 21.500 x 30 = Rp. 645.000
Biaya transportasi Rp. 15.000 x 30 = Rp. 450.000
pengemas Rp. 12.500 x 30 = Rp. 375.000
air dan listrik Rp. 28.600 x 30 = Rp. 858.000
Total Biaya
Rp. 4.848.000
Variabel

Total Biaya Operasional


Biaya tetap + biaya variabel
Rp. 6.618.021
=

Pendapatan per panen


13 kg x Rp. 25.000 = Rp. 325.000
Rp. 325.000 x 30 hr = Rp. 9.750.000

Keuntungan per Bulan


Laba = Total Pendapatan – Total Biaya
Operasional
Rp. 9.750.000 – 6.618.021 = Rp. 3.131.979

Lama Balik Modal


Total Investasi / Keuntungan = Rp. 7.852.000 : 3.131.979 = 3 bln
Dari analisa di atas dapat disimpulkan apabila bisnis budidaya jamur
merang sangat menguntungkan dimana modal Rp 7.852.000 dengan kentungan
per bulan Rp 3.131.979 dan balik modal dalam 3 bulan.
Bisnis budidaya jamur merang ini tidak dapat berjalan maksimal jika tidak
menggunakan mesin perajang kayu dalam pengolahannya. Pemakaian dari mesin
perajang kayu dibutuhkan agar proses perajangan kayu untuk media dalam
budidaya jamur merang berjalan lancar dan efektif. Kinerja mesin perajang kayu
yakni perajangan kayu untuk media dengan langkah mudah. Tampilan mesin
perajang kayu sangat modern dimana kinerjanya sangat handal dan berjalan begitu
cepat. Proses perajangan kayu untuk media untuk budidaya jamur merang
semakin mudah dan praktis dengan hadirnya mesin perajang kayu.
BAB III

PENUTUP

Budidaya jamur merang di Indonesia sendiri sudah banyak dikembangkan


dan mempunyai keuntungan yang menjanjikan bagi setiap pembudyaanya
ditambah lagi permintaan pasar untuk jamur merang sudah banyak diminati
sehingga budidaya jamur merang ini bisa dilakukan sebagai sebuah usaha yang
emnajjikan hasilnya. Budidaya jamur merang berbeda dengan budidaya jamur
tiram jamur merang tidak digunakan baglog sedangkan jamur tiram menggunakan
baglag.
DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D, 1991. Pengantar Mikologi. Bandung: Penerbit Alumni.

Nurman, S. 2004. Bertani Jamur dan Seni Memasaknya. Bandung: Angkasa.

Parjimo, dan Agus Andoko. 2011. Budidaya Jamur. Jakarta: Penebar Swadaya.

Suriawiria. 2002. Budidaya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius.

Tjitrosoepomo, Gembong. 2009. Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM.


PERTANYAAN
1. Kendala dalam budidaya jamur merang yang sering terjadi ?
a) Sulitnya mendapatkan bahan baku pada musim tertentu
(biasanya awal musim hujan). Akibatnya produksi tersendat-
sendat pada musim hujan. Apalagi jerami yang didapat biasanya
masih hijau dan basah. Jerami yang masih hijau jika dipaksakan untuk
dikompos akan menyebabkan banyak tumbuh jamur liar (mungkin
karena masih tingginya kadar air). Supaya kering bisa dijemur dulu
tapi kalau musim hujan yang hampir setiap hari turun hujan tentu akan
sulit menjemur jerami.
b) Bahan baku jerami semakin mahal
Dulu 1 rit cuma Rp 90 ribu sudah termasuk jeraminya karena
kala itu jerami gratis. Siapa saja boleh ambil di sawah. Sekarang
jerami mesti beli. Saya tidak tahu persisnya harga 1 rit sekarang tapi
saya prediksi bisa mencapai Rp 300 rb.
c) Kualitas bibit jamur yang tidak konsisten.
Dulu bibit didatangkan dari Karawang (merek YK) atau Jogja
(merek V*lva Indonesia) oleh agen di Sidoarjo. Dari Sidoarjo
kemudian dibawa bagasi bis ke tempat saya. Pernah saat saya ambil
bungkus bibit yang saya pegang terasa panas sekali. Mungkin karena
terpapar panas dalam bagasi bus cukup lama. Dari Surabaya ke tempat
saya bisa memakan waktu 5 jam menggunakan bus jadi logikanya
sudah 5 jam bibit terpapar oleh suhu tinggi. Saya tidak tahu apakah ini
akan mempengaruhi kualitas bibit atau tidak tapi kenyataannya bibit
yang saya tanam tidak menunjukkan hasil yang konsisten. Begitu bibit
ditebar kadang miselium muncul dengan baik kadang tumbuh sedikit
bahkan kadang juga tidak mau tumbuh sama sekali. Bahkan pernah
terjadi miselium dalam 1 kumbung tumbuh dengan baik dan cuma ada
1 buah jamur yang keluar.
d) BER (Biological Efficiency Ratio) jamur merang rendah.
Dari buku Stamets “Growing Gourmet and Medicinal
Mushroom” saya mendapatkan angka 20 untuk BER merang. Jadi
kalau kita punya 1 ton substrat kering maka maksimal hasil jamur
yang bisa didapat hanya 200 kg jamur basah padahal 1 rit jerami yang
bisa iangkut truk colt diesel hanya berbobot kering sekitar 500 kg
kering. Bandingkan dengan jamur tiram putih yang bisa mencapai
BER 100 (di luar negeri bisa mencapai BER segitu). BER jamur
merang sebesar 20 jika dibudidayakan di media jerami. Mungkin jika
dibudidayakan pada limbah kapas atau limbah aren BER jamur
merang bisa meningkat.
e) Labor intensive.
Butuh tenaga ekstra banyak dan kuat terutama saat
mengangkut kompos ke dalam kumbung dan menatanya di atas rak.
Tidak bisa menggunakan tenaga perempuan saat proses ini. Pernah ibu
saya membantu mengangkut kompos dan perutnya langsung kram
f) Hama gurem.
Biasanya saat mulai panen saat itu pula gurem mulai
menyerang baik jamurnya maupun pemetiknya. Gurem ini
menimbulkan gatal-gatal di sekujur badan. Mereka suka bersembunyi
di sela-sela lipatan baju. Sebagian petani jamur menggunakan
insektisida untuk memberantasnya tetapi menyebabkan jamur sangat
beresiko tercemar.
g) Pencemaran lingkungan baik gas maupun limbah cair.
Gas yang keluar saat pengomposan berbau busuk bisa
mengganggu tetangga. Begitu juga sumur-sumur penduduk di sekitar
proses pengomposan biasanya ikut berwarna cokelat terkena rembesan
limbah pengomposan jerami. Kalau pakaian terkena noda coklat itu
susah dibersihkan. Timbunan kompos sisa budidaya juga
menimbulkan pemandangan tidak sedap.
h) Timing pemetikan harus pas.
Telat sedikit jamur akan mekar dan mengakibatkan turunnya
harga jual serta daya tahan pasca panen. Rasa dan aroma jamur yang
masih belum mekar lebih enak
i) Tubuh buah tidak tahan perubahan cuaca ekstrim.
Pernah suatu hari ketika itu siang sangat cerah panas
mendadak sorenya mendung tebal dan kemudian turun hujan deras
ditambah angin sangat dingin. Tubuh buah jamur yang ada langsung
mengempis dan esoknya membusuk padahal kumbung sudah saya
kasih lampu 100 watt.
j) Jerami merang sangat bulky.
Kalau disimpan memakan ruang yang cukup banyak. Bagi
yang space-nya pas-pasan akan menyulitkan untuk menyimpan jerami
banyak-banyak (misal untuk stok pada musim hujan).
k) Media rawan serangan jamur upas yang susah dikendalikan.
Jika terserang jamur ini maka kompos akan membusuk dengan
cepat dan produktivitas jamur merang pun akan menurun tajam.
l) Pada bulan-bulan tertentu (biasanya bulan sejuk) sulit
menghasilkan jamur putih bersih (strain putih).
Jamur yang dihasilkan cenderung berwarna gelap dan
akibatnya sering dikomplen pembeli atau pedagang. Meskipun tidak
ada kaitan sama sekali dengan budidaya jamur merang tetapi jamur
merang ini katanya bisa menyebabkan penyakit asam urat kumat bagi
penderitanya. Saya masih belum membuktikannya sendiri karena saya
memang tidak menderita penyakit itu.

2. Bagiamana prospek bisnis budidaya jamur merang ?


Budidaya jamur merang mempunyai prospek yang menggiutkan
dan untung yang sangat mengiurkan namun di imbangi dengan perawatan
jamur yang juga tinggi.

Anda mungkin juga menyukai