Anda di halaman 1dari 7

Resume Teori Akuntansi

Nim : 141.16.023
Nama : Andi Saputra

Konsep Aktiva

Karakteristik Aktiva
Karakteristik aktiva tersebut berhubungan dengan definisi aktiva. Aktiva perlu
didefinisikan karena definisi tersebut akan digunakan untuk
mengidentifikasikan peristiwa ekonomi yang harus diukur, diakui dan
dilaporkan dalam neraca. Karakteristik aktiva tersebut yaitu :
a. Adanya karakteristik manfaat di masa mendatang ( pemakaian dapat
berbeda-beda seperti potensi jasa dan sumber-sumber ekonomi ).
b. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva.
c. Berkaitan dengan entitas tertentu.
d. Menunjukan proses akuntansi
e. Berkaitan dengan dimensi waktu
f. Berkaitan dengan karakteristik keterukuran

Definisi yang dikemukakan oleh APB menunjukan bahwa aktiva merupakan


sumber ekonomi perusahaan yang diakui berdasarkan prinsip akuntansi
berterima umum
( di USA ). APB lebih menekankan pengertian tersebut pada sisi prosedur yang
menunjukan jumlah sumber-sumber ekonomi yang dicatat dalam neraca dan
dengan tujuan utama perhitungan laba periodik.
Perubahan mendasar dibuat oleh FASB yang memandang aktiva dari sisi
semantik (interpretasi). FASB (1980) mendefinisikan aktiva sebagai berikut :
“Aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa mendatang yang
diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat transaksi
atau peristiwa masa lalu”
Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa definisi aktiva memiliki tiga
karakteristik utama yaitu :
a. Memiliki manfaat ekonomi di masa mendatang
b. Dikuasai oleh suatu unit usaha
c. Hasil dari transaksi masa lalu

Memiliki Manfaat Ekonomi di Masa Mendatang


Sesuatu dikatakan sebagai aktiva apabila memiliki manfaat/potensi jasa yang
cukup pasti di masa mendatang. Artinya sesuatu tersebut memiliki kemampuan
baik secara individu atau bersama-sama dengan aktiva lain untuk menghasilkan
aliran kas masuk di masa mendatang. SFAC No.6 menyebutkan bahwa manfaat
ekonomi merupakan esensi sebenarnya dari aktiva. Artinya aktiva harus
memiliki kemampuan bagi suatu entitas untuk dituklar dengan sesuatu yang
lain yang memiliki nilai, atau digunakan untuk menghasilkan sesuatu yang
bernilai atau digunakan untuk melunasi utang. Jadi manfaat ekonomi masa
mendatang yang melekat pada aktiva merupakan potensi dari aktiva tersebut
untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas
dan setara kas kepada perusahaan. Praktisnya, manfaat ekonomi tersebut dapat
mengalir ke perusahaan dnegan cara seperti (IAI, 1994) :
a. Dapat digunakan baik sendiri maupun bersama aktiva lain dalam
produksi barang dan jasa yang dijual oleh unit usaha.
b. Dapat dipertukarkan dengan aktiva lain.
c. Dapat digunakan untuk melunasi hutang.
d. Dapat dibagikan kepada pemilik perusahaan.
Menurut Paton (1962), Aktiva merupakan kekayaan (properties) baik berbentuk
fisik atau bentuk lainnya yang memiliki nilai bagi suatu unit usaha. Sedang
menurut Sprague (1907), aktiva adalah persediaan atau potensi yang akan
diterima atau dinikmati oleh suatu unit usaha. Sedangkan Vatter (1947)
mendefinisikan aktiva sebagai manfaat ekonomi masa yang akan datang dalam
bentuk potensi jasa yang dapat diubah, ditukar, atau disimpan.
APB (1970) dalam statement No.4 memberikan contoh sumber ekonomi
perusahaan sebagai berikut :
a. Sumber-sumber ekonomi yang produktif,
* Bahan baku, tanah, peralatan, paten, dan sumber-sumber lain yang
digunakan dalam produksi.
* Hak kontrak untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi milik unit
usaha lain seperti hak guna bangunan dan sebagainya.
b. Produk, yaitu barang yang siap untuk dijual atau barang yang masih
dalam proses produksi.
c. Uang
d. Klaim untuk menerima uang
e. Hak pemilikan pada perusahaan lain
Untuk mengatasi perbedaan tersebut definisi yang mungkin lebih tepat untuk
aktiva adalah sebagai sumber-sumber ekonomi yang dapat memberikan manfaat
ekonomi di masa mendatang, yang diperoleh/dikendalikan dikuasai oleh unit
usaha tertentu sebagai akibat peristiwa transaksi masa lalu (Kam, 1992).

Diperoleh dan Dikuasai Oleh Unit Usaha


Sesuatu dapat dikatakan sebagai aktiva bila unit usaha tertentu dapat
menggunakan manfaat aktiva tersbut dan menguasainya sehingga dapat
mengendalikan akses pihak lain terhadap aktiva tersebut. Penguasaan dan
pengendalian terhadap suatu aktiva dapat diperoleh suatu unit usaha melalui
pembelian, pemberian, penemuan, perjanjian, produksi, penjualan, dan
pertukaran.
Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan merupakan kriteria utama untuk
mengakui suatu aktiva. Pemilikan umumnya dibuktikan dengan dokumen-
dokumen yang sah menurut hukum terhadap suatu barang. Hal ini disebabkan
akuntansi tidak memusatkan pada substansi ekonomi suatu transaksi yang
mempengaruhi posisi keuangan atau hasil usaha suatu perusahaan (economic
substance over legal form).
Pemilikan hanya merupakan karakteristik pendukung untuk mengakui aktiva
karena ada hak yuridis yang pasti untuk menguasainya. Bentuk fisik juga bukan
faktor penentu dari aktiva. Misalnya, Paten dan Hak Cipta merupakan aktiva
meskipun kedua elemen tersebut tidak memiliki bentuk fisik. Hal ini
disebabkan kedua elemen tersebut memiliki manfaat ekonomi di masa
mendatang, dikuasai oleh perusahaan dan berasal dari transaksi masa lalu.

Hasil Transaksi Masa Lalu


Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila telah menjadi transaksi
atau peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau
pengendalian terhadap manfaat dari aktiva tersebut. Misalnya suatu mesin dapat
diklasifikasikan sebagai aktiva apabila mesin tersebut benar-benar telah dibeli
dari transaksi yang benar-benar sah. Apabila mesin tersebut baru akan diperoleh
sesuai dengan anggaran yang ditetapkan (masih dianggarkan), maka mesin
tersebut tidak dapat dipandang sebagai aktiva, karena belum ada transaksi yang
dilakukan. Meskipun definisi FASB tersebut dapat diterima secara umum,
banyak kritikan yang ditujukan ke FASB. Hal ini disebabkan dalam definisinya,
FASB mengabaikan faktor exchangeability, yang artinya suatu pos dapat
dipisahkan dari entitas dan memiliki nilai jual yang terpisah. Mac Neal (1939)
mengatakan bahwa suatu barang yang kehilangan faktor exchangeability berarti
kehilangan nilai ekonomi karena pembelian atau penjualannya tidak
memungkinkan untuk dilakukan sehingga tidak ada nilai pasar yang melekat
pada barang tersebut.
KONSEP HUTANG

KARAKTERISTIK HUTANG

Dalam FASB dalam SFAC No. 6, hutang didefinisikan sebagai pengorbanan


manfaat ekonomi masa mendatang yang mungkin timbul karena kewajiban
sekarang suatu entitas untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada
entitas lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi masa lalu.
Sama dengan definisi hutang yang dikemukakan FASB, IAI (1994)definisi
hutang (kewajiban) yaitu hutang perusahaan masa kini yang timbul dari
peristiwa masa lalu, penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar
dari sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi (paragraph
62).

Dari pengertian tersebut komponen utama hutang antara lain:


A. Kewajiban Sekarang
Kewajiban timbul karena pada saat sekarang suatu entitas memiliki tanggung
jawab yang tidak dapat dihindari untuk menyerahkan barang/jasa.
Objek hutang yang sebenarnya adalah kewajiban yang ada pada saat sekarang.
Oleh karena itu, menurut Kam (1990: p.111) definisi hutang yang lebih
menunjukkan pada saat sekarang adalah kewajiban suatu unit usaha yang
merupakan keharusan bagi unit usaha tersebut untuk menyerahkan aktiva/jasa
pada pihak lain di masa mendatang sebagai akibat transaksi di masa lalu.
Kewajiban dikelompokkan menjadi dua jenis, antara lain:
1) Kewajiban pada kreditor/hutang
2) Kewajiban kepada pemilik
Meskipum kedua pihak tersebut memiliki hak terhadap aktiva, namun keduanya
memiliki hak yang berbeda. Kreditor memiliki hak untuk didahulukan
pelunasannya dalam kasus likuidasi. Sedangkan untuk pemilik, hak atas aktiva
hanya didasarkan pada sisa aktiva setelah kewajiban terhadap kreditor
terpenuhi.
B. Hasil Transaksi Masa Lalu
Syarat lain dari hutang adalah berasal dari transaksi masa lalu. Transaksi
tersebut menunjukkan transaksi yang benar-benar telah terjadi sehingga dapat
digunakan untuk memastikan bahwa hanya kewajiban sekarang yang harus
dicatat sebagai hutang dalam neraca.
TERJADINYA HUTANG
Intrepretasi terhadap terjadinya hutang cenderung didasarkan konsep economic
substance over legal form bukan semata-mata pada aspek yuridisnya. Dengan
demikian, apabila dinilai dari substansi ekonomi suatu transaksi/peristiwa
memenuhi kriteria hutang, otomatis hutang akan diakui dan disajikan dalam
neraca.
A. Keadaan Yang Dapat Menimbulkan Hutang
Untuk menentukan suatu transaksi sebagai hutang atau bukan, sangat
tergantung pada kemampuan untuk menafsurkan transaksi/kejadian yang
emnimbulkannya. Namun demikian, ditinjau dari penafsiran sematik apabila
suatu kewajiban dalam kenyataannya memang ada, maka yang paling penting
adalah mencatat hal tersebut sebagaisuatu hutang tanpa memperhatikan
bagaimana terjadinya.
Kohler, (1970: hal.263) menyatakan bahwa hutang adalah suatu jumlah yang
harus dibayar dalam bentuk uang, barang, atau jasa khususnya hutang yang
memiliki kriteria sebagai berikut:
a. terjadi/telah terjadi
b. terjadi pada suatu saat tertentu di masa mendatang
c. terjadi karena tidak dilaksanakannya suatu tindakan di masa yang akan
datang.
Hutang dapat terjadi karena beberapa factor antara lain:
1. Kewajiban legal/kontrak (Contractual liabilities)
Kewajiban legal adalah hutang yang timbul karena adanya ketentuan formal
berupa peraturan hukum untuk membayar kas atau menyerahkan berang (jasa)
kepada entitas tertentu.
2. Kewajiban konstruktif (constructive liabilities)
Kewajiban konstruktif timbul karena kewajiban tersebut sengaja diciptakan
untuk tujuan/kondisi tertentu, meskipun secara formal tidak dilakukan melalui
perjanjian tertulis untuk membayar sejumlah tertentu dimasa yang akan datang.
3. Kewajiban equitable
Kewajiban ekuitabel adalah hutang yang timbul karena adanya kebijakan yang
diambil oleh perusahaan karena alas an moral/etika dan perlakuannya diterima
oleh praktik secara umum.
B. Unconditional Right Of Offset
Kewajiban yang berasal dari kontrak berjalan untuk memperoleh suatu barang
dan jasa di masa mendatang dapat dikatakan sebagai suatu transaksi hutang atau
sebaliknya bukan hutang. Kewajiban tersebut merupakan suatu transaksi
keuangan yang berasal dari transaksi usaha dan menimbulkan kewajiban untuk
melakukan pembayaran di masa mendatang, apabila suatu barang atau jasa
telah diterima. Umumnya akuntan tidak akan mencatat kontrak tersebut apabila
tidak ada satu pihakpun yang melaksanakan suatu prestasi kerja. Alasannya
adalah sebelum barang tersedia, kewajiban pembeli terhadap hak penguasaan
aktiva ditandai oleh hak pembeli untuk menerima barang tersebut. Dalam
kondidi tertentu kontrak yang harus dilaksanakan atas pembelian barang atau
jasa dapat tidak dilaporkan bila kewajiban terhadap komitmen pembelian
tersebut melebihi nilai barang yang diperoleh. Misalnya jika terdapat penurunan
yang material terhadap harga barang terjadi setelah kontrak pembelian jangka
panjang ditandatangani, maka kewajiban tersebut melebihi nilai hak menurut
kontrak. Akibatnya timbul suatu kerugian. Oleh karena itu pencatatan terhadap
hutang hanya dilakukan sebesar kerugian yang terjadi dari pelaporan laba bersih
dan mengkredit jumlah yang sama dengan debet kerugian yang timbul. Secara
umum dapat dirumuskan bahwa hutang harus diakui dalam laporan keuangan
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Ada kemungkinan bahwa pengorbanan potensi jasa/manfaat ekonomi masa
mendatang akan dilakuka atau akan terjadi
b. Jumlah hutang dapat diukur dengan cukup pasti
Menurut Kam (1990) hutang dapat diakui berdasarkan kondisi berikut ini:
1. Didasarkan pada hukum
Adanya dasar hokum yang menyebabkan terjadinya hutang adalah syarat legal
untuk mengakui hutang, meskipun seringkali dapat terjadi karena kewajiban
equitable.
2. Pemakaian prinsip konservatisme
Prisip konservatisme mensyaratkan untuk mengantisipasi kerugian dari pada
keuntungan. Jadi rugi/hutang akan segera diakui kalau ada kemungkinan akan
terjadi. Pencatatan terhadap rugi/hutang semacam ini merupakan praktek yang
diterima umum.
3. Substansi ekonomi suatu transaksi
Apabila suatu transaksi ditinjau dari makna ekonominya telah terjadi, maka
hutang dapat segera diakui dan dilaporkan dalam laporan keuangan.
4. Kemampuan mengukur nilai hutang
Kriteria ini berkaitan dengan reabilitas informasi. Apabila pengukuran terhadap
hutang sangat subyektif/arbritrer, maka lebih baik tidak dilakukan pengukuran
dan hutang tidak dicatat dalam neraca.

KONSEP EKUITAS
A. Teori Ekuitas
Teori ekuitas adlah teori yang menjelaskan sudut pandang yang digunakan
dalam akuntansi berkaitan dengan penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Dengan kata lain, penyusunan dan penyajian laporan keuangan sangat
tergantung pada sudut pandangyang digunakan yaitu siapa yang dianggap
paling berkepentingan terhadap laporan keuangan.
Teori Proprietary
Teori ini muncul sebagai perwujudan dari sistem pembukuan berpasangan.
Teori ini memusatkan perhatiannya kepada pemilik. Jadi dalam akuntansi,
tujuan perusahaan, jenis modal, makna rekening dan lain-lain semuanya dilihat
dari sudut pandang pemilik. Dengan demikian tujuan perusahaan adalah
meningkatkan kemakmuran pemilik. Persamaan akuntansi yang digunakan
adalah
Aktiva – hutang = modal
Aktiva merupakan kekayaan pemili, sementara hutang merupakan kewajiban
pemilik. Kepemilikan ini dianggap sebagai nilai bersih dari perusahaan untuk
pemilik. Ketika usaha baru dimulai, nilai ini sama dengan investasi pemilik.
Selama berjalanmya usaha maka nilai perusahaan sama denganinvestasi awal
ditambahakumulasi laba bersih setelah dikurangi prive untuk pemilik. Jadi teori
proprietary menganut wealth concept.
Teori proprietary sangat cocok diterapkan untuk organisasi perusahaan
perseorangan dan firma oleh karna dalam bentuk organisasi ini ada hubungan
personal antara manajemen perusahaan dengan pemilik perusahaan. Hal ini
disebabkan laba bersih atau net inocme ditambah setiap periode ke rekening
modal pemilik walaupun perhitungan laba bersih tidak mengukur kenaikan
bersih kekayaan.
Makna laba (Income)
Berdasarkan sudut pemilik, pendapatan diartikan kenaikan modal pemilik,
sementara biaya diartikan Sebagai penurunan modal pemilik. Dengan demikian
laba merupakan kenaikan kekayaan atau kemakmuran pemilik selama satu
periode yang menjadi hak bagi pemilik
1. Teori Entitas ( Kesatuan Usaha)
Teori entitas muncul untuk mengatasi kelemahan yang melekat pada teori
proprietary. Kenyataan menunjukkan bahwa perkembangan kegiatan usaha
menyebabkan perusahaan menjadi unit usaha yang berdiri sendiri terpisah dari
identitas pemilik. Hal ini berarti terdapat pemisah antara kepentingan pribadi
pemilik dengan kepentingan perusahaan. Perusahaan dianggap Bertindak atas
nama dan kepentingannya sendiri terpisah dari pemilik. Teori entitas didasarkan
atas persamaan akuntansi:

Aktiva = Hutang = Modal


Atau
Aktiva = Modal ( Hutang = Modal Pemilik)

Anda mungkin juga menyukai