Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Upaya peningkatan kualitas pendidikan dari tahun ke tahun selalu menjadi program
pemerintah. Salah satunya dengan ditetapkannya UU. No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional dan dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah No.19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan. Kualitas pendidikan ditentukan oleh penyempurnaan
integral dari seluruh komponen pendidikan seperti kualitas guru, penyebaran guru yang
merata,kurikulum,sarana dan prasarana yang memadai,suasana pembelajaran yang kondusif,dan
kualitas guru yang meningkat dan didukung oleh kebijakan pemerintah. Guru merupakan titik
sentral peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu pada kualitas proses belajar mengajar.
Oleh sebab itu peningkatan profesionalisme guru merupakan suatu keharusan.
Guru profesional tidak hanya menguasai bidang ilmu, bahan ajar, dan metode yang tepat,
akan tetapi mampu memotivasi siswa, memiliki keterampilan yang tinggi dan wawasan yang
luas terhadap dunia pendidikan. Profesionalisme guru secara konsinten menjadi salah satu faktor
terpenting dari mutu pendidikan. Guru yang profesional mampu membelajarkan murid secara
efektif sesuai dengan kendala sumber daya dan lingkungan. Namun,untuk menghasilkan guru
yang profesional juga bukanlah tugas yang mudah.
Dewasa ini banyak sekali guru-guru diberbagai tingkat pendidikan yang masih jauh dari
sikap profesional. Kebanyakan mereka masuk kesuatu tingkat sekolah tertentu masih mempunyai
sikap acuh tak acuh. Diatara mereka hanya berkerja untuk mengajar saja tanpa memikirkan
bagaimana mengajar yang baik,tanpa memikirkan bagaimana membuat administrasi pendidikan
yang baik dan kadang-kadang juga hanya sekedar menjalankan tugas. Oleh sebab itu para guru
harus lebih mengetahui bagaimana sikap profesi kependidikan beserta organisasi profesinya.
Organisasi profesi adalah suatu wadah perkumpulan orang-orang yang memiliki suatu
keahlian khusus yang merupakan ciri khas dari bidang keahlian tertentu. Dalam wadah ini
diharapkan akan muncul satu sifat kekeluargaan yang dapat memecahkan persoalan-persoalan
yang dijumpai dalam praktek profesi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar, Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Organisasi Profesional
2. Apa sajakah kode etik guru?
3. Apa yang dimaksud dengan sikap profesi kependidikan?
4. Kepada siapa sajakah sasaran sikap profesi kependidikan?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui konsep dasar, pengertian, tujuan, dan fungsi organisasi professional.
2. Untuk mengetahui kode etik guru.
3. Untuk mengetahui pengertian sikap profesi kependidikan.
4. Untuk mengetahui sasaran sikap profesi kependidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. ORGANISASI PROFESI KEGURUAN


1. Konsep Dasar, Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Organisasi Profesional
- Konsep Dasar dan Peranan
Di dalam perkembangannya, organisasi profesi guru/kependidikan telah banyak
mengalami diferensiasi dan diversifikasi. Hal ini sejalan dengan terjadinya diferensiasi dan
diversifikasi profesi kependidikan. Sebagaimana dinyatakan dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal
1 ayat (6) bahwa “pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen,
konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai
dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan,”
Beberapa organisasi profesi kependidikan di indonesia, disamping PGRI, yang sudah
rilatif berkembang pesat diantaranya Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI). Organisasi ini
beranggotakan para sarjana pendidikan dari berbagai bidang pendidikan, yang didalamnya
mempunyai sejumlah himpunan sejenis seperti Himpunan Sarjana Pendidikan Biologi,
Himpunan Sarjana Pendidikan Bahasa dan sebagainya. Organisasi lain yang sudah lebih
berkembang ialah Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) yang dulu bernama
Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI).
Organisasi kependidikan yang mengarah kepeda intenasionalisasi profesi, ada yang
disebutindonesian society for special needs education (ISSE) dan Indonesian society for adapted
Physical Education (ISAPE). Kedua organisasi ini menaruh perhatian pada pendidikan
kebutuhan khusus, terutama bagi kelompok yang mengalami gangguan dalam perkembangan
baik secara fisik, mental, maupun sosial.
Organisasi apapun yang di bentuk oleh sebuah profesi, tujuan akhirnya adalah memberi
manfaat kepada anggota profesi itu terutama di dalam meningkatkan kemampuan profesional,
melindungi anggota dalam melaksanakan layanan profesional, dan melindungi masyarakat dari
kemungkinan melapraktek dari layanan profesional. (santori, djam‟an, 6.22: 2009)
- Pengertian
W.J.S. Poerwadarminta (dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia) organisasi yaitu susunan dan
aturan dari berbagai bagian (orang dsb) sehingga merupakan kesatuan yang teratur.

3
Selanjutnya menurut James D. Mooney, organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia
untuk mencapai tujuan bersama. Chester I. Bernard, organisasi merupakan suatu sistem aktivitas
kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih. Dari berbagai pengertian di atas dapat kita
simpulkan bahwa organisasi merupakan suatu perserikatan manusia antara dua orang atau lebih
yang didalamnya terdapat susunan dan aturan serta sistem aktivitas kerja untuk mencapai tujuan
bersama.
Selanjutnya yaitu mengenai profesi dapat diartikan sebagai suatu pekerjaan yang
dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan
suatu keahlian. Adapun karakteristik dari profesi antara lain adalah mengandalkan suatu
keterampilan atau keahlian khusus, dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama
(purna waktu), dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup dan dilaksanakan dengan
keterlibatan pribadi yang mendalam.
Dari berbagai uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa organisasi profesi
merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih yang memiliki profesi yang
sama untuk mencapai tujuan bersama. Sedangkan Merton mendefinisikan bahwa organisasi
profesi adalah organisasi dari praktisi yang menilai/mempertimbangkan seseorang atau yang lain
mempunyai kompetensi professional dan mempunyai ikatan bersama untuk menyelenggarakan
fungsi sosial yang mana tidak dapat dilaksanakan secara terpisah sebagai individu.
Organisasi profesi mempunyai 2 perhatian utama yaitu, kebutuhan hukum untuk
melindungi masyarakat dari anggota profesi yang tidak dipersiapkan dengan baik dan kurangnya
standar dalam bidang profesi yang dijalani. Organisasi profesi menyediakan kendaraan untuk
anggotanya dalam menghadapi tantangan yang ada saat ini dan akan datang serta bekerja kearah
positif terhadap perubahan-perubahan profesi sesuai dengan perubahan sosial.
Ciri-Ciri Organisasi Profesi
Secara umum, ciri-ciri organisasi profesi adalah:
1. Hanya ada satu organisasi untuk setiap profesi
2. Ikatan utama para anggota adalah kebanggan dan kehormatan
3. Tujuan utama adalah menjaga martabat dan kehormatan profesi.
4. Kedudukan dan hubungan antar anggota bersifat persaudaraan
5. Memiliki sifat kepemimpinan kolektif
6. Mekanisme pengambilan keputusan atas dasar kesepakatan

4
- Tujuan Organisasi Profesi
Adapun tujuan organisasi profesi antara lain:
1. Meningkatkan dan mengembangkan karier anggota, hal itu merupakan upaya organisasi
dalam bidang mengembangkan karir anggota sesuai bidang pekerjannya
2. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan anggota, merupakan upaya terwujudnya
kompetensi dalam bidangnya yang handal pada diri anggotanya.
3. Meningkatkan dan mengembangkan kewenangan profesional anggota merupakan upaya para
professional untuk menempatkan anggota suatu profesi sesuai kemampuan.
4. Meningkatkan dan mengembangkan martabat anggota agar anggotanya terhindar dari
perlakuan tidak manusiawi.
5. Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir
batin anggotanya.
- Fungsi
Adapun fungsi organisasi profesi pendidikan diantaranya yaitu:
1. sebagai fungsi pemersatu dan fungsi peningkatan kemampuan professional.
2. Sebagai fungsi pemersatu artinya organisasi profesi pendidikan mampu menyatukan
anggotanya demi tujuan bersama, hal ini dikarenakan mereka memiliki motif yang sama.
Motif yaitu dorongan yang menggerakan para professional untuk membentuk organisasi
keprofesian. Motif tersebut bervariasi, ada yang bersifat sosial, politik, ekonomi, cultural dan
falsafah tentang nilai. Namun pada umumnya dilator belakangi oleh dua motif yaitu motif
intrinsik dan ekstrinsik. Motif intrinsic diantaranya yaitu keinginan mendapatkan kehidupan
yang layak sesuai dengan tugas dan profesi yang diemban, atau bahkan terdorong semangat
menunaikan tugasnya dengan sebaik dan seiklas mungkin. Motif ekstriksik antara lain
terdorng oleh tuntutan masyarakat mengenai jasa tuntutan profesi yang semakin kompleks.
Fungsi peningkatan kemampuan professional tertuang dalam PP No. 18 pasal 61 yang
berbunyi, “tenaga kependidikan dapat membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk
meningkatkan dan mengembangkan karir, kemampuan, kewenagan professional, martabat dan
kesejahteraan tenaga kependidikan”.

5
a. Organisasi Profesi Keguruan di Indonesia
Guru mempunyai organisasi profesi yaitu Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
yang lahir pada 25 November 1945, setelah 100 hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Cikal
bakal organisasi PGRI adalah diawali dengan nama Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB)
tahun 1912, kemudian berubah nama menjadi Persatuan Guru Indonesia (PGI) tahun 1932. Pada
saat didirikannya, organisasi ini disamping memiliki misi profesi juga ada tiga misi lainnya,
yaitu misi politis-deologis, misi peraturan organisaoris, dan misi kesejahteraan.
Misi profesi PGRI adalah upaya untuk meningkatkan mutu guru sebagai penegak dan
pelaksana pendidikan nasional. Guru merupakan pioner pendidikan sehinnga dituntut oleh
UUSPN tahun 1989: pasal 31; ayat 4, dan PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 agar memasuki
organisasi profesi kependidikan serta selalu meningkatkan dan mengembagkan kemampuan
profesinya. Misi politis teologis tidak lain dari upaya penanaman jiwa nasionalise, yaitu
komitmen terhadap pernyataan bahwa kita bangsa yang satu yaitu bangsa indonesia, juga
penanaman nilai-nilai luhur falsafah hidup berbangsa dan benegara, yaitu pancasila.Misi
peraturan organisasi PGRI merupakan upaya pengejawantahan peaturan keorgaisasian , terutama
dalam menyamakan persepsi terhadap visi, misi, dan kode etik keelasan sruktur organisasi.
b. Peningkatan mutu penyelenggaraan pendidikan
Profesi sebagai guru pada dasarnya adalah pelayanan terhadap warga masyarakat yang
menginginkan pendidikan yang diselenggarakan pada lembaga-lembaga pendidikan. Mutu
pendidikan yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan sangat tergantung pada layak tidaknya
penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan. Kelayakan penyelenggaraan ini dapat ditinjau dari
dua sisi. Pertama kualifikasi pelayananyang diberikan kepada masyarakat terdiri dari kualifikasi
para tenaga guru dan tenaga kependidikan (administrasi), dan kedua kelayakan sarana dan
prasarana pendidikan.
Penyelenggaraan pendidikan hendaknya selalu dapat memberi kesan yang baik terhadap
masyarakat sehingga masyarakat selalu memberikan kepercayaan yang penuh, karena
kepercayaan ini mutlak diperlukan oleh suatu profesi. Pengakuan masyarakat terhadap profesi
guru itu tidak hanya terbatas pada pengekuan guru sebagai guru, melainkan pengakuan terhadap
segala perangkat yang berkaitan dengan profesi guru, termasuk perangkat untuk kerja, lembaga
pendidikan, organisasi profesi, etika dank ode etik guru, dan system imbalannya.

6
Penyelenggaraan pendidikan diluar ketentuan diatas hendaknya dapat dipantau oleh
organisasi profesi keguruan sehingga penyelenggaraan yang tidak layak dioperasikan dapat
ditutup atau diberi alternative lain sehingga dapat berjalan sesuai ketentuan.

2. Analisis Peranan Organisasi Profesional Keguruan Dewasa ini


a. Keadaan yang ditemui
Suatu perkembangan yang menggembirakan muncul menyusul keluarnya UU Rep.
Indonesia No. 20 tahun 2003 tentan Sistem Pendidikan Nasional Dalam UU tersebut, tenaga
kependidikan mendapat perhatian yang amat besar, melebihi bidang-bidang lain. Ada 6 pasal
(pasal 39/44) terdiri atas 17 ayat, yang secara khusus menyangkut tenaga kependidikan. Bagi
profesi kependidikan, UU tentang SPN mempunyai arti yang sangat penting, karena dalam UU
ini profesi kependidikan telah jelas dasar hukumnya.
Gagasan mendasar yang dikandung UU tentang SPN dalam kaitannya dengan tenaga
kependidikan ialah perlindungan dan pengakuan yang lebih pasti terhadap jabatan guru
khususnya dan tenaga kependidikan umumnya. Perlindungan ini secara eksplisit dikemukakan
dalam pasal 42 yang menyatakn bahwa pendidik harus memiliki kualifikasi sesuai dengan
jenjang kewenangan mengajar. Proteksi terhadap jabatan tenaga kependidikan menyangkut juga
lembaga penghasil, yaitu LPTK.
b. Permasalahan yang ada
Permasalahan pokok yang dihadapi profesi guru dan juga organisasi profesi guru masa sekarang
ini iyalah:
1. Penjabaran yang operasional tentang ketentuan-ketentuan yang tersurat dalam peraturan yang
berlaku yang berkenan dengan profesi guru beserta kesejahteraannya, seperti keputusan
MENPAN No. 26 tahun 1989 tentang Angka Kredit bagi Jabatan Guru dalam lingkungan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
2. Peningkatan unjuk kerja guru melalui perbaikan program pendidikan guru yang lebih terarah,
yang memelihara keterpaduan antara pengembangan professional dengan pembentukan
kemampuan akademik guru, dengan memberikan peluang kepada setiap calon guru untuk
melatih unjuk kerjanya sebagai calon guru yang professional.
3. Proses profesionalisasi guru melalui system pengadaan guru terpadu sejak pendidikan
prajabatan, pengangkatan, penempatan, dan pembinaannya dalam jabatan.

7
4. Penataan organisasi profesi guru yang diarahkan kepada bentuk wahana untuk pelaksanaan
proses profesionalisasi guru.
5. Penataan kembali kode etik guru, terutama yang berkenaan dengan rambu-rambu prilaku
professional yang tegas, jelas, operasional.
6. Permasyarakatan kode etik guru diterapkan oleh setiap guru dan diindahkan oleh masyarakat
rekanan, sehingga tumbuh penghargaan dan pengakuan yang wajar terhadap profe guru itu.

3. Kode Etik Guru


Kode etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota
profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat. Norma-
norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para anggota profesi tentang bagaimana mereka
melaksanakan profesinya dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang
tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, kode etik juga menyangkut tingkah laku
anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan sehari-hari di dalam masyarakat.
Kode Etik Guru Indonesia dapat dirumuskan sebagai himpunan nilai-nilai dan norma-
norma profesi guru yang tersusun dengan baik dan sistematik dalam suatu sistem yang utuh dan
bulat. Fungsi Kode Etik Guru Indonesia adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah
laku setiap guru warga PGRI dalam menuunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru, baik di
dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarkat. Dengan
demikian, maka Kode Etik Guru Indonesia merupakan alat yang amat penting untuk
pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. Menurut Undang-Undang No. 8
tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian pasal 28, dan Kongres Guru ke XVI tahun 1989
di Jakarta, kode etik profesi guruadalah sebagai berikut:
1. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia
seutuhnya berjiwa Pancasila.
2. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran professional.
3. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik sebagai bahan melakukan
bimbingan dan pembinaan.
4. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya proses
belajar mengajar.

8
5. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk
membina peran serta dan tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
6. Guru secara pribadi dan secara bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan
martabat profesinya.
7. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan, dan kesetiakawanan Sosial.
8. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organiosasi PGRI sebagai
sarana perjuangan dan pengabdian.
9. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan.
Dengan adanya kode etik tersebut, maka guru di Indonesia harus menyadari bahwa
pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa, dan Negara,
serta kemanusiaan pada umumnya. Selanjutnya guru Indonesia yang berjiwa Pancasila dan setia
pada Undang-Undang Dasar 1945, turut bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.

4. Pengawasan Terhadap Pelaksanaan Kode Etik Keguruan


PGRI telah mengeluarkan sebuah kode etik guru yang pada dasarnya mengatur perilaku
etis guru, melindungi profesi dan individu guru, mengatur batas kewenangan guru, dan
mempertahankan kesejahteraan guru. Kode etik guru terdiri dari dua bagian yakni: (1) Kode Etik
Guru Indonesia dan (2) Kode Etik Jabatan Guru. Kedua kode etik guru tersebut berkenaan
dengan karakteristik perilaku yang baik secara umum, perilaku yang standar yang seharusnya
ditampilan oleh seorang guru dalam melakukan tugasnya. Ke arah kode etik inilah seharusnya
profesionalisasi diarahkan, meliputi dimensi-dimensi: pengetahuan (know-what), keterampilan
(know-how), dan sikap-sikap dan nilai-nilai yang melandasi pengetahuan dan keterampilan,
pengalaman dan kemauan.
Menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang organisasi profesi dan kode
etik, pasal 42 dengan jelas menyatakan bahwa “ Pegawai Negeri Sipil mempunyai kode etik
sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan didalam dan diluar kedinasan.” Dalam pidato
pembukaan Kongres PGRI XIII, Basumi sebagai ketua umum PGRI menyatakan bahwa kode
etik guru Indonesia merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga PGRI
dalam melaksanakan panggilan pengabdiannya bekerja sebagai guru (PGRI, 1973). Dari

9
pendapat ketua umum PGRI ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kode etik guru Indonesia
terdapat dua unsur pokok yakni: sebagai landasan moral dan sebagai pedoman tingkah laku.
Dari uraian diatas terlihat bahwa landasan pelaksanaan kode etik profesi adalah norma-
norma yang harus diindahkan oleh anggota profesi didalam melaksanakan tugas profesinya dan
dalam hidupnya di masyarakat. Oleh karena itu penyimpangan terhadap kode etik yang
dikeluarkan oleh PGRI seharusnya pula dapat diawasi oleh PGRI. Kode etik tersebut
hhendaknya menjadi patokan perilaku anggotanya, agar setiap anggota terhindar dari
pelanggaran larangan dan terhindar pula dari sanksi yang mungkin diberikan oleh organisasi
profesi. Sehingga organisasi profesi dapat dikatakan berperan ganda, yaitu sebagai penjaga bagi
praktisi untuk tidak keluar dari kode etik professional, dan sebagai penggerak bagi
pengembangan profesi itu sendiri. Sebagai penjaga, organisasi profesi mempunyai fungsi control
terhadap para anggotanya. Sebagai penggerak bagi pengembangan profesi, organisasi profesi
berkewajiban berperan aktif dalam pengembangan ilmu dan keterampilan professional.

B. SIKAP PROFESIONAL KEPENDIDIKAN


1. Rasional Sikap Professional Kependidikan
Tenaga professional pada dasarnya menuntut standar dalam sejumlah dimensi, baik
standar pendidikan prajabatan, maupun standar mutu kinerjanya atau sering disebut dengan
Standar Pelayanan Minimal (SPM). Standar pendidikan ditetapkan dalam bentuk Undang-
Undang seperti yang tertuang dalam Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 pasal 35 ayat (1),
sedangkan standar mutu kinerja umumnya ditentukan oleh stakeholders atau pengguna lulusan,
bisa nasyarakat lugas atau bisa juga instansi pemakai lulusan, seperti instansi pemerintah
maupun swasta.
Profesi kependidikan merupakan pemberian pelayanan kepada peserta didik untuk
membantu dan membimbinh, serta, membelajarkan peserta didik agar ttumbuh kembang secara
optimal. Oleh sebab iitu, hubungan guru dengan peserta didiknya adalah hubungan kepribadian,
maka kepribadian seorang pendidik adalah kepribadian yang matang dan terus berkembang.
Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39 ayat
(2) menyebutkan “pendidik merupakan tenaga professional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan
pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi

10
pendidik di perguruan tinggi”. Tidak semua pendidik atau calon pendidik memiliki bakat
mendjadi guru, tetapi setidaknya pendidik itu harus memiliki kepribadian yang kuat dan prima.
Menurut Tilaar (1999) yang termasuk dalam kepribadian adalah sifat-sifat psikis yang
memungkinkan ia dapat mmbimbing peserta didik yang sedang dalam perkembangan, memiliki
ciri-ciri kepribadian yang kuat dan seimbang, dan memiliki visi tentang etik tingkah laku
manusia sebagai individu dan anggota masyarakat. Selanjutnya pada penjelasan UU RI Nomor
12 Tahun 2005 menyebutkan bahwa “yang dimaksud dengan guru sebagai agen pembelajaran
(learning agen) adalah peran guru antara lain sebagai fasilitator, motivator, pemacu, perekayasa
pembelajaran, dan pemberi inspirasi belajar bagi peserta didik.
Sebagai pendidik atau calon prndidik harus mempunyai komitmen untuk dapat menyikapi
berbagai hal yang berkenaan dengan tugas dan fungsinya sebagai pendidik. Seperti yang tertuang
dalam Undang-Undang RI Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, Bab III Pasal 7
disebutkan bahwa prinsip profesionalitas Guru dan profesi dosen merrupakan bidang pekerjaan
khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip antara lain (a)memiliki bakat, minat, panggilan
jiwa, dan idealism; 9b0 memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketakwaan dan akhlak mulia; (c) memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dngan bidang tugas. Untuk memenuhi persyaratan seperti tuntutan profesi di atas, para
tenaga pendidik atau calon tenaga pendidikan harus menyadari sepenuh hati bahwa mendidik
bukanlah sekedar mengajarkan sesuatu, melainkan mengembangkan peserta didik agar aktif
mengembangkan dirinya secara antusias dan penuh dengan semangat, justru itu kepadacalon
pendidik harus menuangkan secara mendalam tugas dan fungsi guru sehingga tidak akan terjadi
penyesalan kelak dan tidak menjadikan profesi guru sebagai batu loncatan daripada tidak
memilki pekerjaan tetap.

2. Pengertian Sikap Profesional


Sikap (attitude) merupakan suatu kecenderungan perasaan terhadap suatu objek yang
dimilki seseorang terhadap sesuatu pekerjaan. Oleh sebab itu sikap bisa dipakai sebagai alat
untuk memprediksi perilaku orang tersebut dalam bekerja. Sikap memiliki komponen yaitu :
1. Kognisi berkenaan dengan keyakinan, ide dan konsep.
2. Afeksi berkenaan dengan emosionali perasaan.
3. Konasi berkenaan dengan kecenderungan bertingkah laku.

11
Guru sebagai pendidik akan diakui oleh masyarakat apabila dalam melaksanakan
pekerjaannya mampu menunjukkan Citra da reputasi sebagai seorang guru yang professional.
Guru selain tugas utamanya sebagai pengajar, guru juga adalah seorang yang dapat menunjukkan
kepada masyarakat bahwa ia layak dijadikan panutan atau yang memberikan contoh teeladan
pada masyarakat sekitarnya, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat
tempat tinggalnya. Guru sebagaimana asal kata dari “gugu” dan “tiru” adalah orang yang dalam
kesehariannya menjadi panutan yang harus digugu dan ditiru oleh masyarakat sekitarnya. Yang
gugu adalah ucapan dan perkataannya, dan yang harus ditiru adalah prilakunya sehari-hari.
Oleh karena itu, guru dalam kesehariannya harus mampu berkata benar, memiliki
pengetahuan luas, dapat membangkitkan semangat dan dorongan kepada anak didiknya,
memberi arahan yang benar, serta membawa anak didik kea rah kebaikan masa depan anak didik.
Berdasarkan pada harapan ini maka guru wajib meningkatkan pengetahuan akademiknya,
mengikuti perkembangan bidang keahliannya, mengikuti perkembangan masyarakat terutama di
kalangan remaja dan mampu mengaplikasikannya dalam pekerjaannya sehari-hari, sehingga
kinerja guru di sekolah dan di masyarakat tidak ketinggalan. Tilaar (1999), mengungkapkan
„apabila guru itu sendiri tidak menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi maka tidak mungkin
dia mmembawa peserta didiknya mengarungi dunia ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut.
Dalam keseharian perilaku guru akan menjadi perhatian yaitu dalam berpakaian, cara
berjalan, cara makan dan minum serta semua cara yang melekat dengan pribadi guru, demikian
pula dengan bagaimana bergaul dengan siswa, sesama teman sejawat serta anggota masyarakat
luas. Di lingkungan birokrasi Kementrian Pendidikan Tinggi dan Kebudayaan Nasional ada dua
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dan Direktorat Jendral Pengembangan Mutu Tenaga
Pendidik dan kependidikan, yang ttelah sepakat menyatakan bahwa profesi guru akan bersifat
terbuka, artinya untuk menjadi guru dapat dimasuki oleh lulusan Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) maupun oleh lulusan Non LPTK sepanjang memenuhi persyaratan yakni
lulus dalam uji kompetensi.

3. Sasaran Sikap Profesional Kependidikan


Sikap Profesional Keguruan adalah sikap seorang guru dalam menjalankan pekerjaannya
yang mencakup keahlian, kemahiran dan kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi keguruan. Hal ini berhubungan dengan bagaimana

12
pola tingkah laku guru dalam memehami, menghayati, serta mengamalkan sikap kemampuan
dan sikap profesionalnya. Pola tingkah laku guru yang dijadikan sasaran dengan profesinya yaitu
meliputi sikap profesional keguruaan terhadap (1) Peraturan Perundang-undangan, (2) Organisasi
Profesi, (3) Teman sejawat, (4) Anak didik, (5) Tempat kerja, (6) pemimpin, dan (7) Pekerjaan.
1) Sikap Terhadap Peraturan Perundang-Undangan
Guru merupakan unsur aparatur Negara dan abdi Negara. Karena itu, guru mutlak perlu
mengetahui kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan, sehingga dapat melaksanakan
ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan tersebut. Kebijaksanaan pemerintah dalam
bidang pendidikan ialah segala peraturan peratuan baik yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan di Pusat maupun di daerah, maupun departemen lain dalam rangka
pembinaan pendidikan di negara kita.
Ketentuannya :
Kode etik Guru Indonesia pada butir kesembilan bahwasannya: “Guru melaksanakan
segala kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan” (PGRI, 1973). UU no.14 tahun 2005
tentang guru dan dosen pasal 20 ayat d dan e “menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan,
hukum dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e. memelihara dan memupuk
persatuan dan kesatuan bangsa”.
Tujuan:
Untuk menjaga citra dan reputasi guru Mencegah guru Indonesia dari pengaruh negative
dari pihak luar, yang ingin memaksakan idenya melalui dunia pendidikan.
2) Sikap Terhadap Organisasi Profesi
Organisasi profesi merupakan suatu system untuk menyepakati suatu komitmen bersama,
dibentuk berdasarkan unsure-unsur anggota. Oleh karena itu seluruh anggotanya harus bertindak
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan bersama. Setiap anggota profesi, baik sebagai pengurus
atau anggota biasa, wajib berpartisipasi memelihara, membina, dan meningkatkan mutu
organisasi profesi, dalam rangka mewujudkan tujuan organisasi.
Upaya peningkatan dan pengembangan mutu organisasi profesi guru dapat dilakukan
dengan berbagai cara, baik perseorangan ataupun secara bersama-sama, formal maupun
informal. Secara formal dapat dilakukan di lembaga resmi baik dalam berbagai kursus, lembaga
perguruan tinggi, oleh organisasi profesi atau lembaga lain yang terkait dengan mengikuti

13
inservice training seperti penataran, lokakarya, studi banding, dan berbagai kegiatan akademik
lainnya. Secara informal dapat dilakukan dengan mendapatkan informasi dari mass media.
Ketentuannya:
Dalam dasar ke enam dari kode etik guru Indonesia dituliskan, bahwa Guru secara
pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
UU nomor 14 tahun 2005 pasal 41 ayat (3) menyebutkan Guru wajib menjadi anggota organisasi
profesi ; ayat (2) Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk
memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan
profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat. Dalam dasar ke enam dari kode etik
guru Indonesia dituliskan, bahwa Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
Tujuan:
memelihara dan meningkatkan mutu organisasi profesi guru sebagai sarana perjuangan,
pembinaan diri dan pengabdian.
Sebagai wadah pembinaan guru
mewajibkan kepada seluruh anggota profesi guru untuk selalu meningkatkan mutu dan
martabat profesi guru itu sendiri.
3) Sikap Terhadap Teman Sejawat
Kebiasan atau sikap guru pada umumnya bersikap kurang sungguh-sungguh dan kurang
bijaksana, sehingga hal ini menimbulkan keretakan diantara sesama. Hal ini tidak boleh terjadi,
karena jika diketahui oleh murid atau orang tua murid, bahkan masyarakat luas, meraka akan
resah dan tidak percaya kepada sekolah. Hal ini akan dapat mendatangkan pengaruh yang
bersifat negatif kepada anak didik. Oleh sebab itu, perlu adanya sikap saling memaafkan dan
memupuk suasana kekeluargaan yang akrab antara sesama guru dan aparatur sekolah
Hubungan sesama anggota profesi dilihat dari dua segi, yakni hubungan formal dan
hubungan kekeluargaan. Hubungan formal yaitu hubungan dalam tugas atau dalam tugas
kedinasan. Hubungan kekeluargaan adalah suatu hubungan dalam lingkungan kerja maupun
keseluruhan sebagai penunjang tercapainya keberhasilan anggota profesi dalam membawakan.
Ketentuannya:
Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahwa “Guru memelihara hubungan seprofesi,
semangat kekeluargaan, kesetiakawanan sosial."

14
Tujuan:
Guru hendaknya menciptakan dan memelihara hubungan sesama guru dalam lingkungan
kerjanya, dan Guru hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan dan
kesetiakawanan sosial di dalam di luar lingkungan kerjanya.
4) Sikap Terhadap Peserta Didik
Tujuan pendidikan nasional dengan jelas dapat dibaca UU No. 2/1989 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, yakni membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
Prinsip lain adalah membimbing peserta didik, bukan mengajar, atau mendidik saja. Pengertian
membimbing seperti yang dikemukakan oleh ki Hajar Dewantara dalam sistem amongnya. Tiga
kalimat padat yang terkenal dari sistem itu adalah ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun
karso, dan tut wuri handayani. Ketiga kalimat itu mempunyai arti bahwa pendidikan harus dapat
memberi contoh, harus memberikan pengaruh, dan harus dapat mengendalikan peserta didik.
Dalam tut wuri terkandung maksud membiarkan peserta menuruti bakat dan kodratnya
sementara guru memperhatikannya. Dalam handayani berarti guru mempengaruhi peserta didik,
arti membimbing atau mengajarnya.
Ketentuannya:
Dalam ayat 1 Kode Etik Guru Indonesia dengan jelas ditulis bahwa: Guru berbakti
membimbing peserta didik untuk membina manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
Tujuan:
Guru secara langsung perhatiannya dicurahkan untuk membimbing peserta didik, yaitu
mengembangkan potensinya secara optimal dengan mengupayakan terciptanya proses
pembelajaran yang edukatif.
5) Sikap Terhadap Tempat Kerja
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di tempat kerja akan
meningkatkan produktivitas. Hal ini disadari dengan sebaik-baiknya oleh setiap guru, dan guru
berkewajiban menciptakan suasana yang demikian dalam lingkungannya.
Ketentuannya:
Hubungan terhadap guru sendiri dengan jelas juga dituliskan dalam ayat 4 dari Kode Etik
yang berbunyi “Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang berhasilnya
proses belajar mengajar”.

15
Tujuan:
membangun antara lain iklim komunikasi yang demokratis hangat, dan penuh dengan
rasa kekeluargaan, tetapi menjauhkan diri dari kolusi dan nepotisme.
6) Sikap Terhadap Pimpinan
Sebagai salah seorang anggota organiasi, baik organisasi guru maupun organisasi yang
lebih besar (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) guru akan selalu berada dalam bimbingan
dan pengawasan pihak atasan. Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan
mempunyai kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin organisasinya, di mana tiap anggota
organisasi itu dituntut berusaha untuk bekerja sama dalam melaksanakan tujuan organisasi
tersebut.Dapat saja kerja sama yang dituntut pemimpin tersebut berupa tuntutan akan kepatuhan
dalam melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan mereka. Kerja sama juga dapat
diberikan dalam bentuk usulan dan malahan kritik yang membangun demi pencapaian tujuan
yang telah digariskan bersama dan kemajuan organisasi. Oleh sebab itu, dapat disimpulkan
bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif, dalam pengertian harus bekerja sama
dalam menyukseskan program yang sudah disepakati, baik di sekolah maupun di luar sekolah
7) Sikap Terhadap Pekerjaan
Profesi keguruan berhubungan dengan anak didik, yang secara alami mempunyai
persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang beragam sangat memerlukan kesabaran
dan ketelatenan yang tinggi, terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil.
Barangkali tidak semua orang dikaruniai sifat seperti itu, namun bila seseorang telah memilih
untuk memasuki profesi guru, ia dituntut untuk belajar dan berlaku seperti itu.
Orang yang telah memilih suatu karier tertentu biasanya akan berhasil baik, bila dia
mencitai dengan sepenuh hati. Artinya, ia akan berbuat apa pun agar kariernya berhasil baik, ia
komitmen dengan pekerjaannya. Ia harus mau dan mampu melaksanakan tugasnya serta mampu
melayani dengan baik pemakai jasa yang membutuhkannya. Agar dapat memberikan layanan
yang memuaskan masyarakat, guru harus selalu dapat menyesuaikan kemampuan dan
pengetahuannya dengan keinginan dan permintaan masyarakat, dalam hal ini peserta didik dan
para orang tuannya. Keinginan dan permintaan ini selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan masyarakat yang biasanya dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi.

16
Ketentuannya:
Ayat 6 dari Kode Etik Guru Indonesia yang berbunyi “Guru secara pribadi dan bersama-
sama, mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya”.
Tujuan:
Untuk meningkatkan dan mengembangkan mutu.

4. Pengembangan Sikap Profesional


Ke tujuh sasaran di atas harus dikembangkan dan dipupuk. Pengembangan sikap professional
ini dapat dilakukan dalam pendidikan prajabatan maupun setelah bertugas atau dalam jabatan.

17
BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
Organisasi profesi merupakan suatu organisasi yang didirikan oleh dua orang atau lebih
yang memiliki profesi yang sama untuk mencapai tujuan bersama. Adapun tujuan dibentuknya
organisasi profesi adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan karier anggota, kemampuan
anggota, kewenangan profesional anggota, martabat anggota agar anggotanya terhindar dari
perlakuan tidak manusiawi, dan kesejahteraan untuk meningkatkan kesejahteraan lahir batin
anggotanya. Organisasi profesi adalah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yanng lahir
pada 25 November 1945 yang memiliki misi untuk meningkatkan mutu guru sebagai penegak
dan pelaksana pendidikan nasional.
Dalam rangka meningkatkan mutu, baik mutu profesional, maupun mutu layanan, guru
harus meningkatkan sikap profesionalnya. Sikap Profesional Keguruan adalah sikap seorang
guru dalam menjalankan pekerjaannya yang mencakup keahlian, kemahiran dan kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi keguruan.
Pengembangan sikap profesional ini dapat dilakukan baik selama dalam pendidikan prajabatan
maupun setelah bertugas (dalam jabatan).

B. SARAN
Peran organisasi profesi sangat besar dalam pengembangan keprofesionallan guru
sehingga kami harapkan kedepannya organisasi seperti ini lebih banyak dan lebih baik lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Anwar,Q dan Sagala,S., (2004). Profesi Jabatan Kependidikan dan Guru Sebagai Upaya
Manajemen Kualitas Pembelajaran: Uhanika Press.
Dr. Yasaratodo Wau.2013. Profesi Kependidikan.UNIMED PRESS: Medan.
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG
GURU DAN DOSEN

19

Anda mungkin juga menyukai