Anda di halaman 1dari 25

LABORATORIUM GEOFISIKA

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

ABSTRAK

Telah dilakukan praktikum lapangan Geologi Struktur di sekitar wilayah


Samarinda oleh kelompok dua yang beranggotakan Muh. Jusrang, Sri Rezeki
Julianti, Nikita Adenia Br Ginting, dan Eka Pramana Bukit, di bawah
bimbingan Siti Rohimatun Nisaa’ dan Iin Nur Azmi sebagai asisten praktikum.
Praktikum Lapangan Geologi Struktur yang dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 21 April 2018, pada pukul 07.30-12.00 WITA, bertempat Jln Batu Cermin
dalam, Samarinda Utara terletak di koordinat 00° 25' 19.5" S / 117° ’ 08’ 05.0"
dengan elevasi 43 meter diatas permukaan laut, Samarinda, Kalimantan Timur.
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui struktur – struktur
yang terdapat di lokasi praktikum. praktikum lapangan ini dilakukan untuk
memahami struktur geologi yang ada, proses terbentuknya serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya secara langsung dilapangan.
Struktur yang terdapat pada lokasi batu cermin dalam tersebut yaitu untuk
struktur primer memiliki struktur laminasi atau memiliki perlapisan yang sejajar
karena pada singkapan tersebut terdapat suatu lapisan batuan yang sejajar dengan
lapisan yang lain, untuk struktur sekunder yaitu terdapat antiklin dan kekar, yang
dimana antiklin yaitu bagian dari batuan yang cembung keatas. Antiklin terbentuk
karena adanya gaya tegasan yang bekerja pada batuan itu sendiri sehingga akan
mengalami suatu lipatan yang cembung ketas.

Kata Kunci : Struktur Geologi, Kekar, Antiklin, Litologi batuan


LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Bentuk muka bumi yang tak selamanya datar akan menimbulkan suatu tanda
Tanya seperti apa pembentukan dari muka bumi yang terlihat seperti gunung dan
lemba, dan terkadang kita jumpai suatu singkapan (outcrop) yang merupakan
bagian dari batuan yang muncul dipermukaan dan akan membuat kita berfikir
bahwa mengapa bentuk dari singkapan tersebut berbeda-beda dan apa yang
membuat ia jadi berbentuk seperti itu?.
Untuk mengetahui mengapa bentuk dari setiap singkapan kadang berbeda-
beda dan merupakan sebagian besar dari muka bumi juga berbeda hal tersebut
bagian dari pembelajaran geologi struktur, Geologi Struktur merupakan studi
mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar
ataupun terlipat, beserta susunan internalnya. Geologi struktur mencakup bentuk
permukaan yang juga dibahas pada studi geomorfologi, metamorfisme dan
geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga dimensi batuan dan daerah,
dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan geologi pada
masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada waktu
dengan menggunakan kontrol stratigrafi maupun geokronologi, untuk menentukan
waktu pembentukan struktur tersebut. Secara lebih formal dinyatakan sebagai
cabang geologi yang berhubungan dengan proses geologi dimana suatu gaya telah
menyebabkan transformasi bentuk, susunan, atau struktur internal batuan kedalam
bentuk, susunan, atau susunan intenal yang lain.
Geologi struktur sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Umumnya
geologi struktur diperlukan untuk eksplorasi bumi dan meneliti lapisan struktur
bumi serta bagaimana struktur geologi dalam suatu batuan terbentuk, khususnya
struktur dan proses terbentuknya lipatan dan patahan. Selain itu, dengan
mempelajari geologi struktur, kita dapat mengetahui proses kejadian jebakan
sumber daya geologi seperti air, minyak bumi, gas, dan mineral lainnya. Dengan
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

mengetahui jenis struktur yang ada, seperti lipatan atau sesar, kita dapat
mengetahui keadaan bentuk muka bumi dengan lebih baik.
Jadi, praktikum lapangan mengenai singkapan ini dilakukan untuk
memahami struktur geologi yang ada, proses terbentuknya serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya secara langsung dilapangan.

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur yang terdapat pada lokasi yang telah diamati.
2. Untuk mengetahui proses terbentuknya struktur pada lokasi pengamatan
1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui struktur yang terdapat pada lokasi yang telah diamati.
2. Dapat mengetahui proses terbentuknya struktur pada lokasi pengamatan
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengantar Geologi Struktur


Geologi struktur adalah bagian dari ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk (arsitektur) batuan sebagai hasil dari proses deformasi. Adapun deformasi
batuan adalah perubahan bentuk dan ukuran pada batuan sebagai akibat dari gaya
yang bekerja di dalam bumi. Secara umum pengertian geologi struktur adalah
ilmu yang mempelajari tentang bentuk arsitektur batuan sebagai bagian dari kerak
bumi serta menjelaskan proses pembentukannya. Beberapa kalangan berpendapat
bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur struktur
geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), patahan (fault), dan
sebagainya yang merupakan bagian dari satuan tektonik (tectonic unit), sedangkan
tektonik dan geotektonik dianggap sebagai suatu studi dengan skala yang lebih
besar, yang mempelajari obyek-obyek geologi seperti cekungan sedimentasi,
rangkaian pegunungan, lantai samudera, dan sebagainya (Noor, 2009).
Sebagaimana diketahui bahwa batuan-batuan yang tersingkap dimuka bumi
maupun yang terekam melalui hasil pengukuran geofisika memperlihatkan bentuk
bentuk arsitektur yang bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Bentuk
arsitektur susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan batuan-
batuan yang telah mengalami deformasi sebagai akibat gaya yang bekerja pada
batuan tersebut. Deformasi pada batuan dapat berbentuk lipatan maupun
patahan/sesar. Dalam ilmu geologi struktur dikenal berbagai bentuk perlipatan
batuan, seperti sinklin dan antiklin. Jenis perlipatan dapat berupa lipatan simetri,
asimetri, serta lipatan rebah (recumbent/overtune), sedangkan jenis-jenis patahan
adalah patahan normal (normal fault), patahan mendatar (strike slip fault), dan
patahan naik (trustfault) (Noor, 2009).
Proses yang menyebabkan batuan-batuan mengalami deformasi adalah gaya
yang bekerja pada batuan batuan tersebut. Pertanyaannya adalah dari mana gaya
tersebut berasal ? Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori “Tektonik
Lempeng” dinyatakan bahwa kulit bumi tersusun dari lempeng-lempeng yang
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

saling bergerak satu dengan lainnya. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut dapat


berupa pergerakan yang saling mendekat (konvergen), saling menjauh (divergen),
dan atau saling berpapasan (transform). Pergerakan lempeng-lempeng inilah yang
merupakan sumber asal dari gaya yang bekerja pada batuan kerak bumi. Berbicara
mengenai gaya yang bekerja pada batuan, maka mau tidak mau akan berhubungan
dengan ilmu mekanika batuan, yaitu suatu ilmu yang mempelajari sifat-sifat fisik
batuan yang terkena oleh suatu gaya (Noor, 2009).

2.2 Prinsip Dasar Mekanika Batuan

Mengenal dan menafsirkan tentang asal-usul dan mekanisme pembentukan


suatu struktur geologi akan menjadi lebih mudah apabila kita memahami prinsip-
prinsip dasar mekanika batuan, yaitu tentang konsep gaya (force), tegasan (stress),
tarikan (strain) dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi karakter suatu
materi/bahan :
2.2.1 Gaya (Force)
a) Gaya merupakan suatu vektor yang dapat merubah gerak dan arah
pergerakan suatu benda.
b) Gaya dapat bekerja secara seimbang terhadap suatu benda (seperti gaya
gravitasi dan elektromagnetik) atau bekerja hanya pada bagian tertentu
dari suatu benda (misalnya gaya-gaya yang bekerja di sepanjang suatu
sesar di permukaan bumi).
c) Gaya gravitasi merupakan gaya utama yang bekerja terhadap semua
obyek/materi yang ada di sekeliling kita.
d) Besaran (magnitud) suatu gaya gravitasi adalah berbanding lurus dengan
jumlah materi yang ada, akan tetapi magnitud gaya di permukaan tidak
tergantung pada luas kawasan yang terlibat.
e) Satu gaya dapat diurai menjadi 2 komponen gaya yang bekerja dengan
arah tertentu, dimana diagonalnya mewakili jumlah gaya tersebut.
f) Gaya yang bekerja diatas permukaan dapat dibagi menjadi 2 komponen
yaitu: satu tegak lurus dengan bidang permukaan dan satu lagi searah
dengan permukaan.
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

g) Pada kondisi 3-dimensi, setiap komponen gaya dapat dibagi lagi menjadi
dua komponen membentuk sudut tegak lurus antara satu dengan lainnya.
Setiap gaya, dapat dipisahkan menjadi tiga komponen gaya, yaitu
komponen gaya X, Y dan Z (Noor, 2009).
2.2.2. Tekanan Litostatik
a) Tekanan yang terjadi pada suatu benda yang berada di dalam air dikenal
sebagai tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik yang dialami oleh suatu
benda yang berada di dalam air adalah berbanding lurus dengan berat
volume air yang bergerak ke atas atau volume air yang dipindahkannya.
b) Sebagaimana tekanan hidrostatik suatu benda yang berada di dalam air,
maka batuan yang terdapat di dalam bumi juga mendapat tekanan yang
sama seperti benda yang berada dalam air, akan tetapi tekanannya jauh
lebih besar ketimbang benda yang ada di dalam air, dan hal ini disebabkan
karena batuan yang berada di dalam bumi mendapat tekanan yang sangat
besar yang dikenal dengan tekanan litostatik.
2.2 3 Tegasan (Stress forces)
a) Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu
benda. Tegasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi
pada batuan sebagai respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar.
b) Tegasan dapat didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada luasan suatu
permukaan benda dibagi dengan luas permukaan benda tersebut: Tegasan
(P)= Daya (F) / luas (A).
c) Tegasan yang bekerja pada salah satu permukaan yang mempunyai
komponen tegasan prinsipal atau tegasan utama, yaitu terdiri daripada 3
komponen, yaitu: σ P, σ Q dan σ R.
d) Tegasan pembeda adalah perbedaan antara tegasan maksimal ( σ P) dan
tegasan minimal ( σ R). Sekiranya perbedaan gaya telah melampaui
kekuatan batuan maka retakan/rekahan akan terjadi pada batuan tersebut.
e) Kekuatan suatu batuan sangat tergantung pada besarnya tegasan yang
diperlukan untuk menghasilkan retakan/rekahan (Noor, 2009).
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

2.2 4 Gaya Tarikan (Tensional Forces)


a) Gaya Tegangan merupakan gaya yang dihasilkan oleh tegasan, dan
melibatkan perubahan panjang, bentuk (distortion) atau dilatasi (dilation)
atau ketiga-tiganya.
b) Bila terdapat perubahan tekanan litostatik, suatu benda (homogen) akan
berubah volumenya (dilatasi) tetapi bukan bentuknya. Misalnya, batuan
gabro akan mengembang bila gaya hidrostatiknya diturunkan.
c) Perubahan bentuk biasanya terjadi pada saat gaya terpusat pada suatu
benda. Bila suatu benda dikenai gaya, maka biasanya akan dilampaui
ketiga fasa, yaitu fasa elastisitas, fasa plastisitas, dan fasa pecah.
d) Bahan yang rapuh biasanya pecah sebelum fase plastisitas dilampaui,
sementara bahan yang plastis akan mempunyai selang yang besar antara
sifat elastis dan sifat untuk pecah. Hubungan ini dalam mekanika batuan
ditunjukkan oleh tegasan dan tarikan.
e) Kekuatan batuan, biasanya mengacu pada gaya yang diperlukan untuk
pecah pada suhu dan tekanan permukaan tertentu.
f) Setiap batuan mempunyai kekuatan yang berbeda-beda, walaupun terdiri
dari jenis yang sama. Hal ini dikarenakan kondisi pembentukannya juga
berbeda-beda.
g) Batuan sedimen seperti batupasir, batugamping, batulempung kurang kuat
dibandingkan dengan batuan metamorf (kuarsit, marmer, batusabak) dan
batuan beku (basalt, andesit, gabro) (Noor, 2009).
Batuan yang terdapat di Bumi merupakan subyek yang secara terus menerus
mendapat gaya yang berakibat tubuh batuan dapat mengalami pelengkungan atau
keretakan. Ketika tubuh batuan melengkung atau retak, maka kita menyebutnya
batuan tersebut terdeformasi (berubah bentuk dan ukurannya) (Noor, 2009).
Penyebab deformasi pada batuan adalah gaya tegasan (gaya/satuan luas). Oleh
karena itu untuk memahami deformasi yang terjadi pada batuan, maka kita harus
memahami konsep tentang gaya yang bekerja pada batuan. Tegasan (stress) dan
tegasan tarik (strain stress) adalah gaya yang bekerja di seluruh tempat dimuka
bumi (Noor, 2009).
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Salah satu jenis tegasan yang biasa kita kenal adalah tegasan yang bersifat
seragam (uniform-stress) dan dikenal sebagai tekanan (pressure). Tegasan
seragam adalah suatu gaya yang bekerja secara seimbang kesemua arah. Tekanan
yang terjadi di bumi yang berkaitan dengan beban yang menutupi batuan adalah
tegasan yang bersifat seragam. Jika tegasan kesegala arah tidak sama (tidak
seragam) maka tegasan yang demikian dikenal sebagai tegasan diferensial (Noor,
2009).
Tegasan diferensial dapat dikelompokaan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Tegasan tensional (tegasan ekstensional) adalah tegasan yang dapat
mengakibatkan batuan mengalami peregangan atau mengencang.
2. Tegasan kompresional adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan
mengalami penekanan.
3. Tegasan geser adalah tegasan yang dapat berakibat pada tergesernya dan
berpindahnya batuan (Noor, 2009).
Ketika batuan terdeformasi maka batuan mengalami tarikan. Gaya tarikan
akan merubah bentuk, ukuran, atau volume dari suatu batuan. Tahapan deformasi
terjadi ketika suatu batuan mengalami peningkatan gaya tegasan yang melampaui
3 tahapan pada deformasi batuan (Noor, 2009).

Gambar 2.1 Kurva hubungan tegasan (stress) dan tarikan (strain) terhadap
batuan, dimana tegasan dan tarikan semakin meningkat maka batas
elastisitas akan dilampaui dan pada akhirnya mengalami retak
(Noor, 2009).
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Pada Gambar 2.1 memperlihatkan hubungan antara gaya tarikan dan gaya
tegasan yang terjadi pada proses deformasi batuan.
1. Deformasi yang bersifat elastis (Elastic Deformation) terjadi apabila sifat
gaya tariknya dapat berbalik (reversible).
2. Deformasi yang bersifat lentur (Ductile Deformation) terjadi apabila sifat
gaya tariknya tidak dapat kembali lagi (irreversible).
3. Retakan / rekahan (Fracture) terjadi apabila sifat gaya tariknya yang tidak
kembali lagi ketika batuan pecah/retak (Noor, 2009).
2.3 Jenis-jenis Geologi Struktur
2.3.1 Kekar (Fractures)
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu
gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara
umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya
terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan
breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter
retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang
umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:
a) Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola
saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar
jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
b) Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya
utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
c) Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak
lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka (Noor,
2009).
2.3.2 Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya
tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk
lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu
a). Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas. Berdasarkan kedudukan
garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :
a) Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
b) Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu
utama.
c) Lipatan Harmonik atau Disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus
atau tidaknya sumbu utama.
d) Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
e) Lipatan Chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.
f) Lipatan Isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.
g) Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh
permukaan planar (Noor, 2009).
2.3.4 Patahan/Sesar (Faults)
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.
Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di
lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau
bidang sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit, ; c). Deretan mata air; d). Sumber air
panas; e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur
minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb (Noor, 2009).
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif
pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka
konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan
kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan :
1. Dip Slip Faults – adalah patahan yang bidang patahannya menyudut
(inclined) dan pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang patahannya
atau offset terjadi disepanjang arah kemiringannya. Sebagai catatan bahwa
ketika kita melihat pergeseran pada setiap patahan, kita tidak mengetahui sisi
yang sebelah mana yang sebenarnya bergerak atau jika kedua sisinya
bergerak, semuanya dapat kita tentukan melalui pergerakan relatifnya. Untuk
setiap bidang patahan yang yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

tentukan bahwa blok yang berada diatas patahan sebagai “hanging wall block”
dan blok yang berada dibawah patahan dikenal sebagai “footwall block”.
2. Normal Faults – adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional
horisontal pada batuan yang bersifat retas dimana “hangingwall block” telah
mengalami pergeseran relatif ke arah bagian bawah terhadap “footwall block”.
3. Horsts & Gabens – Dalam kaitannya dengan sesar normal yang terjadi
sebagai akibat dari tegasan tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal
yang berpasang pasangan dengan bidang patahan yang berlawanan. Dalam
kasus yang demikian, maka bagian dari blok-blok yang turun akan
membentuk “graben” sedangkan pasangan dari blok-blok yang terangkat
sebagai “horst”. Contoh kasus dari pengaruh gaya tegasan tensional yang
bekerja pada kerak bumi pada saat ini adalah “East African Rift Valley” suatu
wilayah dimana terjadi pemekaran

Gambar 2.2 Sesar / Patahan Normal yang disebabkan oleh gaya tegasan
tensional horisontal, dimana hangingwall bergerah kebagian
bawah dari footwall (Noor, 2009).
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Gambar 2.3 Rangkaian patahan normal sebagai hasil dari gaya tegasan
tensional horizontal yang membentuk “Horst” dan “Graben”.
(Noor, 2009).
3 Half-Grabens – adalah patahan normal yang bidang patahannya berbentuk
lengkungan dengan besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian
bawah sehingga dapat menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi.

Gambar 2.4 Patahan normal yang bidang patahannya berbentuk lengkungan


dengan besar bidang kemiringannya semakin mengecil kearah
bagian bawah (Noor, 2009).
4 Reverse Faults – adalah patahan hasil dari gaya tegasan kompresional
horisontal pada batuan yang bersifat retas, dimana “hangingwall block”
berpindah relatif kearah atas terhadap “footwall block”.

Gambar2.6 Reverse Fault sebagai hasil dari gaya tegasan kompresional,


dimana bagian hangingwall bergerak relatif kebagian atas dibandingakan
footwall - nya (Noor, 2009).
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

5 A Thrust Fault adalah patahan “reverse fault” yang kemiringan bidang

patahannya lebih kecil dari 150. . Pergeseran dari sesar “Thrust fault” dapat
mencapai hingga ratusan kilometer sehingga memungkinkan batuan yang
lebih tua dijumpai menutupi batuan yang lebih muda.

Gambar 2.7 Thrust Fault adalah suatu patahan “reverse fault” yang bidang

patahannya mempunyai kemiringan kurang dari 150 (Noor,


2009).
6 Strike Slip Faults – adalah patahan yang pergerakan relatifnya berarah
horisontal mengikuti arah patahan. Patahan jenis ini berasal dari tegasan
geser yang bekerja di dalam kerak bumi. Patahan jenis “strike slip fault”
dapat dibagi menjadi 2(dua) tergantung pada sifat pergerakannya. Dengan
mengamati pada salah satu sisi bidang patahan dan dengan melihat kearah
bidang patahan yang berlawanan, maka jika bidang pada salah satu sisi
bergerak kearah kiri kita sebut sebagai patahan “left-lateral strike-slip fault”.
Jika bidang patahan pada sisi lainnya bergerak ke arah kanan, maka kita
namakan sebagai “right-lateral strike-slip fault”. Contoh patahan jenis
“strike slip fault” yang sangat terkenal adalah patahan “San Andreas” di
California dengan panjang mencapai lebih dari 600 km (Noor, 2009).
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Gambar 2.8 Strike Slip Fault adalah patahan yang pergerakan relatifnya
berarah horisontal mengikuti arah patahan (Noor, 2009).
Kondisi Indonesia yang dilalui tiga lempeng tektonik utama (lempeng
Eurasia, Indo-Australia, Pasifik) dan lempeng mikro Filipina menyebabkan
sebagian wilayah yang berada di dekat zona pertemuan lempeng-lempeng tersebut
tak jarang merasakan aktivitas gempa bumi tektonik. Satu-satunya pulau yang
relatif aman terhadap aktivitas gempa bumi tektonik adalah Pulau Kalimantan.
Namun, pada hari Senin, 21 Desember 2015, pukul 01:47:37 WIB masyarakat
dikejutkan dengan guncangan gempa bumi yang cukup kuat hingga skala
intensitas MMI 5. Gempa bumi dengan magnitude Mw 6.1 ini berpusat di
koordinat 3.61 LU-117.67 BT tepatnya 29 kilometer arah timur laut dari Tarakan,
Kalimantan Utara dengan kedalaman 16 km (Sriyanto, 2016).
Selama ini, penelitian tentang kebencanaan di wilayah Tarakan masih
sangat jarang karena memang frekuensi kejadian bencana alam kebumian
khususnya gempa bumi cukup minim di daerah ini. Penelitian yang marak dan
berkembang adalah kajian tentang potensi sumber daya alam. Penelitian-
penelitian tersebut terfokus pada daerah Cekungan Tarakan yang kaya akan bahan
tambang seperti batubara dan minyak bumi. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi pola jalur dan struktur patahan mikro (micro fracture) yang
berada di daerah Tarakan, yang diduga menjadi pemicu gempa bumi pada 21
Desember 2015. Dengan adanya penelitian ini diharapkan penelitian tentang
tektonik aktif di Kalimantan dapat ditingkatkan karena banyak kota-kota yang
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

mulai berkembang sehingga sangat penting dikembangkan kajian untuk mitigasi


bencana khususnya gempa bumi (Sriyanto, 2016).
Patahan atau sesar adalah bergesernya batuan yang patah dari posisi
semula. Keberadaan patahan di satu sisi bisa bernilai ekonomis yang tinggi karena
dapat berasosiasi dengan perangkap hidrokarbon atau menjadi jalur keluarnya
magma ke permukaan yang membawa mineral-mineral bernilai ekonomis tinggi.
Namun, di sisi lain bisa mendatangkan kerugian yang diakibatkan oleh
bergesernya patahan sehingga menyulut terjadinya gempa tektonik yang tidak
jarang menelan korban jiwa, materi dan tanah longsor. Olehnya itu, pendugaan
keberadaan struktur patahan dan zona jalur patahan di suatu daerah atau wilayah
sangat penting (Sota, 2011).
Tumbukan antara lempeng Mikro Sunda dimana pulau Sumatera berada
pada pinggiran lempeng tersebut dengan lempeng Samudera Hindia,
mengakibatkan terjadinya penunjaman secara miring (oblique). Penunjaman ini
menghasilkan rangkaian patahan/sesar geser mendatar (strike slip fault) berarah
baratlaut – tenggara yang sejajar dengan pulau Sumatera (Hamilton, 1989).
Penunjaman ini juga menghasilkan pengangkatan Bukit Barisan akibat
pergeseran patahan/sesar di sepanjang bukit Barisan Sumatera Selatan dengan ibu
kota Palembang sebagai bagian dari pulau Sumatera juga tidak luput dari
pengaruh tumbukan lempeng Mikro Sunda dengan lempeng Samudera Hindia.
Letak Sumatera Selatan yang sekarang berada di bagian timur pulau Sumatera
menjadi hal yang menarik untuk dikaji. Hal ini disebabkan karena wilayah
tersebut, saat ini berada pada posisi di belangkang busur dari jalur tektonik aktif di
bagian barat pulau Sumatera (Hadipandoyo, 2007).
Posisi ini menjadikan Sumatera Selatan sangat menarik untuk diteliti.
Untuk mengetahui zona patahan/sesar di Sumatera Selatan maka perlu dilakukan
penelitian yang berkisinambungan. Salah satu penelitian yang perlu dilakukan
untuk menentukan zona patahan di wilayah Sumatera
Selatan adalah penelitian geofisika. Hal ini dikarenakan metode geofisika mampu
memperkirakan kondisi bawah permukaan dengan melakukan pengukuran di
permukaan. Diantara sekian banyak metode geofisika yang cocok untuk keperluan
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

tersebut dengan alasan sensitivitas respon, murah secara ekonomi, maupun teknis
lapangan adalah metode gayaberat (kontras densitas). Metode gayaberat sangat
tepat digunakan untuk pendugaan lokasi patahan karena metode ini mampu
mendeteksi perbedaan kontras densitas tubuh batuan. Perbedaan kontras densitas
batuan yang signifikan mengindikasikan bahwa zona tersebut adalah zona
patahan/sesar (Sota, 2011).
2.4 Strike dan Dip
Strike atau Jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang
planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara. Sedangkan Dip
adalah derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang
arahnya tegak lurus dari garis strike. Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus,
contohnya ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dll.

Gambar 2.9 Strike Dip pada bidang (Koesoemadinata, 1985).


Strike Dip pada batuan umumnya muncul pada batuan hasil pengendapan
(sedimen). Tapi juga ditemukan pada batuan metamorf yang berstrukturfoliasi.
Penulisan strike dan dip hasil pengamatan ialah :
N (Derajat Strike) E/ (Derajat Dip) dan dibaca North to East (Nilai Strike) and
(Nilai Dip) (Koesoemadinata, 1985).
Strike dip pada perlapisan batuan dapat diukur dengan menggunakan kompas
Geologi. Kompas Geologi mumpuni untuk mengukur strike dip karena memiliki
klinometer juga bulls eye. Klinometer adalah rangkaian alat yang berguna untuk
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi gelembung udara berguna
untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal.
Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:
1. Mencari arah jurus pada bidang (strike)
a. Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik menentukan
arah.
b. Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur) pada
bidang yang akan kita ukur.
c. Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung
udara pada bull eyes berada di tengah.
d. Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara.
Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk menentukan dip.
2. Mencari kemiringan bidang (dip)
a. Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang bertanda
"W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus.
b. Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di tengah.
c. Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.
Disamping menggunakan kompas Geologi, strike dip bidang dapat ditentukan
dengan metode 3 titik. Intinya adalah mengetahui pelamparan batuan berikut
kemiringannya di lapangan. Contoh ekonomis yang kita miliki dalam
menentukan strike dip ini dapat diaplikasikan dalam eksplorasi batubara, emas,
dan mineral-mineral lainnya. (Koesoemadinata, 1985).
2.5 Formasi – Formasi yang terdapat di Kalimantan Timur
Apabila diurutkan berdasarkan yang paling tua hingga muda, batuan yang
terdapat di Samarinda adalah formasi pamaluan, formasi pulau balang, formasi
balikpapan dan formasi kampong baru (Noor, 2009).
Formasi Pamaluan (Tomp), merupakan batupasir kuarsa dengan sisipan
batulempung, serpih batugamping dan batulanau; berlapis sangat baik. Batu pasir
kuarsa merupakan batuan utama, kelabu kehitam-kecoklatan, berbutir halus-
sedang, terpilah baik, butiran membulat-bulat tanggung, padat, karbonan dan
gamping. Setempat dijumpai struktur sedimen seilang-silang dan perlapisan
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

sejajar. Tebal lapisan antara 1-2 meter. Batu lempung tebal rata-rata 45 cm, serpih,
kelabu kecoklatan-kelabu tua, padat, tebal sisipan antara 10 -20 cm. Batu gamping
kelabu pejal, berbutir sedang kasar, setempat berlapis dan mengandung
foraminifera besar. Batu lanau tua kehitaman. Formasi Pemaluan merupakan
batuan palling bawah yang tersinggkap di lembar Samarinda dan bagian atas
formasi ini berhubungan menjemari dengan Formasi Bebuluh. Tebal formasi lebih
kurang 2000 meter. Berumur Oligosen sampai awal Miosen (Noor, 2009).
Formasi Pulaubalang (Tmpb), merupakan perselingan antara graywacke dan
batupasir kuarsa dengan sisipan batugamping, batu lempung, batubara, dan tuf
dasit. Batupasir graywacke, kelabu kehijauan, padat, tebal lapisan antara 50 – 100
cm. Batupasir kuarsa, kelabu kemerahan, setempat tufan muda kekuningan,
mengandung foraminifera besar. Batugamping, coklat muda kekuningan,
mengandung foraminifera besar, batugamping ini terdapat sebagai sisipan atau
lensa dalalm batupasir kuarsa, tebal lapisan 10 – 40 cm. di S. Loa Haur,
mengandung foraminifera besar antara lain Austrotrilina howchina, Borelis sp.,
Lepidocyclina sp, Myogypsina sp, menunjukan umur Miosen Tengah dengan
lingkungan pengendapan laut dangkal. Batulempung, kelabu kehitaman, tebal
lapisan 1 – 2 cm. Setempat berselingan dengan batubara, tebal ada yang mencapai
4 m. Tufa dasit, putih merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa (Noor, 2009).
Formasi Balikpapan (Tmbp), merupakan perselingan batupasir dan lempung
dengan sisipan lanau, serpih, batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa, putih
kekuningan, tebal lapisan 1 – 3 m, disisipi lapisan batubara, tebal 0,5 – 5 m.
Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang
siur, tebal lapisan 20 – 40 cm, mengandung Foraminifera kecil, disisipi lapisan
tipis karbon. Lempung, kelabu kehitaman, setempat mengandung sisa tumbuhan,
oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan setempat mengandung lensa-lensa
batupasir gampingan. Lanau gampingan, berlapis tipis; serpih kecoklatan, berlapis
tipis. Batugamping pasiran, mengandung Foraminifera besar, moluska,
menunjukan umur Miosen Akhir bagian bawah – Miosen Tengah bagian atas.
Lingkungan pengendapan delta, dengan ketebalan 1000 – 1500 m (Noor, 2009).
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Formasi Kampungbaru (Tpkb), merupakan batupasir kuarsa dengan sisipan


lempung, serpih; lanau dan lignit; pada umumnya lunak, mudah hancur. Batupasir
kuarsa putih, setempat kemerahan atau kekuningan, tidak berlapis, mudah hancur,
setempat mengandung lapisan tipis oksida besi atau kongkresi, tufan atau lanauan,
dan sisipan batupasir konglomeratan atau konglomerat dengan komponen kuarsa,
kalsedon, serpih merah dan lempung, diameter 0.5 – 1 cm, mudah lepas.
Lempung, kelabu kehitaman mengandung sisa tumbuhan, batubara/ lignit dengan
tebal 0,5 – 3 m, koral. Lanau, kelabu tua, menyerpih, laminasi, tebal 1 – 2 m.
Diduga berumur Miosen Akhir – Pilo Plistosen, lingkungan pengendapan delta –
laut dangkal, tebal lebih dari 500 m. Formasi ini menindih selaras dan setempat
tidak selaras terhadap Formasi Balikpapan (Noor, 2009).
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Lapangan Geologi Struktur yang dilaksanakan pada hari Sabtu,
tanggal 21 April 2018, pada pukul 07.30-12.00 WITA, bertempat Jln Batu cermin
dalam, Samarinda Utara terletak di koordinat 00° 25' 19.5" S / 117° ’ 08’ 05.0"
dengan elevasi 43,Samarinda, Kalimantan Timur.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
1. Kompas geologi
2. Palu geologi
3. GPS
4. 2 Meteran
5. Plastik sampel
6. ATK (Pensil, Penghapus, Rautan Pensil, Penggaris)
7. Buku saku
8. Kamera
9. Alat pelindung diri (sepatu safety, jas hujan, pakaian panjang, topi)

3.3 Prosedur Praktikum

1. Diamati dan digambar sketsa singkapan yang terlihat di lapangan.


2. Diambil gambarnya dengan menggunakan kamera dengan pembanding
3. Diukur Strike/Dip dengan menggunakan Kompas Azimuth.
4. Diambil sample batuan yang terdapat pada singkapan.
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Analisis Data

Gambar 4.1 Singkapan lokasi batu cermin dalam

Gambar 4.2 Antiklin pada singkapan batu cermin dalam


LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

4.3 Kekar pada singkapan batu cermin dala

Pada lokasi batu cermin dalam Samarinda Utara terletak di koordinat 00° 25'
19.5" S / 117° ’ 08’ 05.0" dengan elevasi atau ketinggian 43 meter yang
merupakan lokasi praktikum lapangan kelompok kami terdapat suatu singkapan
seperti pada gambar 4.1 dengan panjang singkapan yaitu sekitar 14.4 meter
dengan tinggi yaitu 5.2 meter, morfologi pada singkapan tersebut yaitu curam
karena termasuk susah untuk dinaikin, vegetasi yang terdapat yaitu tumbuhan
paku yang tumbuh disekitar lokasi singkapan tersebut.
Struktur yang terdapat pada lokasi batu cermin dalam tersebut yaitu untuk
struktur primer memiliki struktur laminasi atau memiliki perlapisan yang sejajar
karena pada singkapan tersebut terdapat suatu lapisan batuan yang sejajar dengan
lapisan yang lain namun terkadang diujung singkapan terdapat struktur primer
yang simpan siur dengan lapisan yang lain , untuk struktur sekunder yaitu terdapat
antiklin dan kekar.
Struktur primer pada singkapan lokasi batu cermin yaitu antiklin dimana
antiklin merupakan bagian dari batuan yang cembung keatas seperti pada gambar
4.2, antiklin terbentuk karena adanya gaya tegasan yang bekerja pada batuan itu
sendiri sehingga akan mengalami suatu lipatan yang cembung ketas. Gaya tegasan
tersebut merupakan gaya dari dalam bumi yang cukup besar ketika suatu batuan
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

mengalami suatu gaya tegasan yang cukup besar akan cembung keatas dan apabila
melewati sifat elastisitas suatu batuan maka akan mengakibatkan suatu patahan.
Pada lokasi batu cermin dalam juga terdapat struktur sekunder yaitu suatu
kekar seperti yang terdapat pada gambar 4.3 Kekar merupakan suatu rekahan
tanpa mengalami pergeseran biasanya disebabkan oleh adanya gaya tektonik yang
bekerja pada lokasi atau titik tersebu, jenis rekahan pada lokasi tersebut yaitu
rekahan Shear Joint (Kekar Gerus) yang merupakan rekahan yang membentuk
pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar
jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
Berdasarkan batuan yang ditemukan dilokasi pengamatan yaitu batu cermin
dalam maka dapat kita identifikasi bahwa jenis formasi batu cermin dalam adalah
formasi Balikpapan karena terdapat batupasir dengan batu lanau. Strike dip
singkapan tersebut yaitu strike 770 dan dip 550.

BAB V
PENUTUP
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan identifikasi singkapan dilapangan struktur yang terdapat yaitu
untuk struktur primer terdapat struktur laminasi dan struktur sekunder
yaitu antiklin dan kekar (shear join)
2. Proses terbentuknya antiklin yaitu karena adanya gaya tegasan yang
membuat terjadinya suatu lipatan, sedangkan untuk kekar yaitu adanya
tenaga endogen dari dalam bumi.

5.2 Saran
Agar pada praktikum lapangan selanjutnya dilakukan dengan mengamati
lokasi singkapan yang lebih banyak dan beragam, supaya didapatkan hasil
pengamatan yang lebih beragam dan dapat membedakan setiap struktur geologi
yang ada di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN

Hadipandoyo, S., 2007., Kuantifikasi Sumberdaya Hidrokarbon Indonesia., Pusat


Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Jakarta:
Lemigas.
Koesoemadinata, R.P.1985. Prinsip-Prinsip Sedimentasi Catatan Kuliah. Jurusan
Teknik Geologi: ITB
Noor, Djauhari. 2009. Pengantar Geologi Edisi Pertama. Graha Ilmu: Bogor
Sota, Ibrahim. 2011, Pendugaan Struktur Patahan Dengan Gaya Berat FMIPA
UNLAM, Banjarmasin. POSITRON, Vol. I, No. 1 (2011), Hal. 25-30
ISSN : 2301-4970 25
Sriyanto, Sesar Prabu Dwi. 2016. Identifikasi Patahan Mikro Penyebab Gempa
Bumi Tarakna 21 Desember 2015. Tanggerang Selatan: Sekolah Tinggi
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. VOLUME V, OKTOBER 2016 p-
ISSN: 2339-0654 e-ISSN: 2476-9398

Anda mungkin juga menyukai