JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Bentuk muka bumi yang tak selamanya datar akan menimbulkan suatu tanda
Tanya seperti apa pembentukan dari muka bumi yang terlihat seperti gunung dan
lemba, dan terkadang kita jumpai suatu singkapan (outcrop) yang merupakan
bagian dari batuan yang muncul dipermukaan dan akan membuat kita berfikir
bahwa mengapa bentuk dari singkapan tersebut berbeda-beda dan apa yang
membuat ia jadi berbentuk seperti itu?.
Untuk mengetahui mengapa bentuk dari setiap singkapan kadang berbeda-
beda dan merupakan sebagian besar dari muka bumi juga berbeda hal tersebut
bagian dari pembelajaran geologi struktur, Geologi Struktur merupakan studi
mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar
ataupun terlipat, beserta susunan internalnya. Geologi struktur mencakup bentuk
permukaan yang juga dibahas pada studi geomorfologi, metamorfisme dan
geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga dimensi batuan dan daerah,
dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan geologi pada
masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada waktu
dengan menggunakan kontrol stratigrafi maupun geokronologi, untuk menentukan
waktu pembentukan struktur tersebut. Secara lebih formal dinyatakan sebagai
cabang geologi yang berhubungan dengan proses geologi dimana suatu gaya telah
menyebabkan transformasi bentuk, susunan, atau struktur internal batuan kedalam
bentuk, susunan, atau susunan intenal yang lain.
Geologi struktur sangat diperlukan dalam berbagai bidang. Umumnya
geologi struktur diperlukan untuk eksplorasi bumi dan meneliti lapisan struktur
bumi serta bagaimana struktur geologi dalam suatu batuan terbentuk, khususnya
struktur dan proses terbentuknya lipatan dan patahan. Selain itu, dengan
mempelajari geologi struktur, kita dapat mengetahui proses kejadian jebakan
sumber daya geologi seperti air, minyak bumi, gas, dan mineral lainnya. Dengan
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
mengetahui jenis struktur yang ada, seperti lipatan atau sesar, kita dapat
mengetahui keadaan bentuk muka bumi dengan lebih baik.
Jadi, praktikum lapangan mengenai singkapan ini dilakukan untuk
memahami struktur geologi yang ada, proses terbentuknya serta faktor-faktor
yang mempengaruhinya secara langsung dilapangan.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui struktur yang terdapat pada lokasi yang telah diamati.
2. Untuk mengetahui proses terbentuknya struktur pada lokasi pengamatan
1.3 Manfaat
1. Dapat mengetahui struktur yang terdapat pada lokasi yang telah diamati.
2. Dapat mengetahui proses terbentuknya struktur pada lokasi pengamatan
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
g) Pada kondisi 3-dimensi, setiap komponen gaya dapat dibagi lagi menjadi
dua komponen membentuk sudut tegak lurus antara satu dengan lainnya.
Setiap gaya, dapat dipisahkan menjadi tiga komponen gaya, yaitu
komponen gaya X, Y dan Z (Noor, 2009).
2.2.2. Tekanan Litostatik
a) Tekanan yang terjadi pada suatu benda yang berada di dalam air dikenal
sebagai tekanan hidrostatik. Tekanan hidrostatik yang dialami oleh suatu
benda yang berada di dalam air adalah berbanding lurus dengan berat
volume air yang bergerak ke atas atau volume air yang dipindahkannya.
b) Sebagaimana tekanan hidrostatik suatu benda yang berada di dalam air,
maka batuan yang terdapat di dalam bumi juga mendapat tekanan yang
sama seperti benda yang berada dalam air, akan tetapi tekanannya jauh
lebih besar ketimbang benda yang ada di dalam air, dan hal ini disebabkan
karena batuan yang berada di dalam bumi mendapat tekanan yang sangat
besar yang dikenal dengan tekanan litostatik.
2.2 3 Tegasan (Stress forces)
a) Tegasan adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari suatu
benda. Tegasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang terjadi
pada batuan sebagai respon dari gaya-gaya yang berasal dari luar.
b) Tegasan dapat didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada luasan suatu
permukaan benda dibagi dengan luas permukaan benda tersebut: Tegasan
(P)= Daya (F) / luas (A).
c) Tegasan yang bekerja pada salah satu permukaan yang mempunyai
komponen tegasan prinsipal atau tegasan utama, yaitu terdiri daripada 3
komponen, yaitu: σ P, σ Q dan σ R.
d) Tegasan pembeda adalah perbedaan antara tegasan maksimal ( σ P) dan
tegasan minimal ( σ R). Sekiranya perbedaan gaya telah melampaui
kekuatan batuan maka retakan/rekahan akan terjadi pada batuan tersebut.
e) Kekuatan suatu batuan sangat tergantung pada besarnya tegasan yang
diperlukan untuk menghasilkan retakan/rekahan (Noor, 2009).
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
Salah satu jenis tegasan yang biasa kita kenal adalah tegasan yang bersifat
seragam (uniform-stress) dan dikenal sebagai tekanan (pressure). Tegasan
seragam adalah suatu gaya yang bekerja secara seimbang kesemua arah. Tekanan
yang terjadi di bumi yang berkaitan dengan beban yang menutupi batuan adalah
tegasan yang bersifat seragam. Jika tegasan kesegala arah tidak sama (tidak
seragam) maka tegasan yang demikian dikenal sebagai tegasan diferensial (Noor,
2009).
Tegasan diferensial dapat dikelompokaan menjadi 3 jenis, yaitu:
1. Tegasan tensional (tegasan ekstensional) adalah tegasan yang dapat
mengakibatkan batuan mengalami peregangan atau mengencang.
2. Tegasan kompresional adalah tegasan yang dapat mengakibatkan batuan
mengalami penekanan.
3. Tegasan geser adalah tegasan yang dapat berakibat pada tergesernya dan
berpindahnya batuan (Noor, 2009).
Ketika batuan terdeformasi maka batuan mengalami tarikan. Gaya tarikan
akan merubah bentuk, ukuran, atau volume dari suatu batuan. Tahapan deformasi
terjadi ketika suatu batuan mengalami peningkatan gaya tegasan yang melampaui
3 tahapan pada deformasi batuan (Noor, 2009).
Gambar 2.1 Kurva hubungan tegasan (stress) dan tarikan (strain) terhadap
batuan, dimana tegasan dan tarikan semakin meningkat maka batas
elastisitas akan dilampaui dan pada akhirnya mengalami retak
(Noor, 2009).
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
Pada Gambar 2.1 memperlihatkan hubungan antara gaya tarikan dan gaya
tegasan yang terjadi pada proses deformasi batuan.
1. Deformasi yang bersifat elastis (Elastic Deformation) terjadi apabila sifat
gaya tariknya dapat berbalik (reversible).
2. Deformasi yang bersifat lentur (Ductile Deformation) terjadi apabila sifat
gaya tariknya tidak dapat kembali lagi (irreversible).
3. Retakan / rekahan (Fracture) terjadi apabila sifat gaya tariknya yang tidak
kembali lagi ketika batuan pecah/retak (Noor, 2009).
2.3 Jenis-jenis Geologi Struktur
2.3.1 Kekar (Fractures)
Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu
gaya yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Secara
umum dicirikan oleh: a). Pemotongan bidang perlapisan batuan; b). Biasanya
terisi mineral lain (mineralisasi) seperti kalsit, kuarsa dsb; c) kenampakan
breksiasi. Struktur kekar dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter
retakan/rekahan serta arah gaya yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang
umumnya dijumpai pada batuan adalah sebagai berikut:
a) Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola
saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar
jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
b) Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya
utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
c) Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak
lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka (Noor,
2009).
2.3.2 Lipatan (Folds)
Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya
tegasan sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk
lengkungan. Berdasarkan bentuk lengkungannya lipatan dapat dibagi dua, yaitu
a). Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas, sedangkan
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
lipatan antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas. Berdasarkan kedudukan
garis sumbu dan bentuknya, lipatan dapat dikelompokkan menjadi :
a) Lipatan Paralel adalah lipatan dengan ketebalan lapisan yang tetap.
b) Lipatan Similar adalah lipatan dengan jarak lapisan sejajar dengan sumbu
utama.
c) Lipatan Harmonik atau Disharmonik adalah lipatan berdasarkan menerus
atau tidaknya sumbu utama.
d) Lipatan Ptigmatik adalah lipatan terbalik terhadap sumbunya.
e) Lipatan Chevron adalah lipatan bersudut dengan bidang planar.
f) Lipatan Isoklin adalah lipatan dengan sayap sejajar.
g) Lipatan Klin Bands adalah lipatan bersudut tajam yang dibatasi oleh
permukaan planar (Noor, 2009).
2.3.4 Patahan/Sesar (Faults)
Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran.
Umumnya disertai oleh struktur yang lain seperti lipatan, rekahan dsb. Adapun di
lapangan indikasi suatu sesar / patahan dapat dikenal melalui : a) Gawir sesar atau
bidang sesar; b). Breksiasi, gouge, milonit, ; c). Deretan mata air; d). Sumber air
panas; e). Penyimpangan / pergeseran kedudukan lapisan; f) Gejala-gejala struktur
minor seperti: cermin sesar, gores garis, lipatan dsb (Noor, 2009).
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif
pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka
konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan
kemiringan dari suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan :
1. Dip Slip Faults – adalah patahan yang bidang patahannya menyudut
(inclined) dan pergeseran relatifnya berada disepanjang bidang patahannya
atau offset terjadi disepanjang arah kemiringannya. Sebagai catatan bahwa
ketika kita melihat pergeseran pada setiap patahan, kita tidak mengetahui sisi
yang sebelah mana yang sebenarnya bergerak atau jika kedua sisinya
bergerak, semuanya dapat kita tentukan melalui pergerakan relatifnya. Untuk
setiap bidang patahan yang yang mempunyai kemiringan, maka dapat kita
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
tentukan bahwa blok yang berada diatas patahan sebagai “hanging wall block”
dan blok yang berada dibawah patahan dikenal sebagai “footwall block”.
2. Normal Faults – adalah patahan yang terjadi karena gaya tegasan tensional
horisontal pada batuan yang bersifat retas dimana “hangingwall block” telah
mengalami pergeseran relatif ke arah bagian bawah terhadap “footwall block”.
3. Horsts & Gabens – Dalam kaitannya dengan sesar normal yang terjadi
sebagai akibat dari tegasan tensional, seringkali dijumpai sesar-sesar normal
yang berpasang pasangan dengan bidang patahan yang berlawanan. Dalam
kasus yang demikian, maka bagian dari blok-blok yang turun akan
membentuk “graben” sedangkan pasangan dari blok-blok yang terangkat
sebagai “horst”. Contoh kasus dari pengaruh gaya tegasan tensional yang
bekerja pada kerak bumi pada saat ini adalah “East African Rift Valley” suatu
wilayah dimana terjadi pemekaran
Gambar 2.2 Sesar / Patahan Normal yang disebabkan oleh gaya tegasan
tensional horisontal, dimana hangingwall bergerah kebagian
bawah dari footwall (Noor, 2009).
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
Gambar 2.3 Rangkaian patahan normal sebagai hasil dari gaya tegasan
tensional horizontal yang membentuk “Horst” dan “Graben”.
(Noor, 2009).
3 Half-Grabens – adalah patahan normal yang bidang patahannya berbentuk
lengkungan dengan besar kemiringannya semakin berkurang kearah bagian
bawah sehingga dapat menyebabkan blok yang turun mengalami rotasi.
patahannya lebih kecil dari 150. . Pergeseran dari sesar “Thrust fault” dapat
mencapai hingga ratusan kilometer sehingga memungkinkan batuan yang
lebih tua dijumpai menutupi batuan yang lebih muda.
Gambar 2.7 Thrust Fault adalah suatu patahan “reverse fault” yang bidang
Gambar 2.8 Strike Slip Fault adalah patahan yang pergerakan relatifnya
berarah horisontal mengikuti arah patahan (Noor, 2009).
Kondisi Indonesia yang dilalui tiga lempeng tektonik utama (lempeng
Eurasia, Indo-Australia, Pasifik) dan lempeng mikro Filipina menyebabkan
sebagian wilayah yang berada di dekat zona pertemuan lempeng-lempeng tersebut
tak jarang merasakan aktivitas gempa bumi tektonik. Satu-satunya pulau yang
relatif aman terhadap aktivitas gempa bumi tektonik adalah Pulau Kalimantan.
Namun, pada hari Senin, 21 Desember 2015, pukul 01:47:37 WIB masyarakat
dikejutkan dengan guncangan gempa bumi yang cukup kuat hingga skala
intensitas MMI 5. Gempa bumi dengan magnitude Mw 6.1 ini berpusat di
koordinat 3.61 LU-117.67 BT tepatnya 29 kilometer arah timur laut dari Tarakan,
Kalimantan Utara dengan kedalaman 16 km (Sriyanto, 2016).
Selama ini, penelitian tentang kebencanaan di wilayah Tarakan masih
sangat jarang karena memang frekuensi kejadian bencana alam kebumian
khususnya gempa bumi cukup minim di daerah ini. Penelitian yang marak dan
berkembang adalah kajian tentang potensi sumber daya alam. Penelitian-
penelitian tersebut terfokus pada daerah Cekungan Tarakan yang kaya akan bahan
tambang seperti batubara dan minyak bumi. Tujuan penelitian ini adalah
mengidentifikasi pola jalur dan struktur patahan mikro (micro fracture) yang
berada di daerah Tarakan, yang diduga menjadi pemicu gempa bumi pada 21
Desember 2015. Dengan adanya penelitian ini diharapkan penelitian tentang
tektonik aktif di Kalimantan dapat ditingkatkan karena banyak kota-kota yang
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
tersebut dengan alasan sensitivitas respon, murah secara ekonomi, maupun teknis
lapangan adalah metode gayaberat (kontras densitas). Metode gayaberat sangat
tepat digunakan untuk pendugaan lokasi patahan karena metode ini mampu
mendeteksi perbedaan kontras densitas tubuh batuan. Perbedaan kontras densitas
batuan yang signifikan mengindikasikan bahwa zona tersebut adalah zona
patahan/sesar (Sota, 2011).
2.4 Strike dan Dip
Strike atau Jurus adalah arah garis yang dibentuk dari perpotongan bidang
planar dengan bidang horizontal ditinjau dari arah utara. Sedangkan Dip
adalah derajat yang dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang
arahnya tegak lurus dari garis strike. Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus,
contohnya ialah bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dll.
mengukur kemiringan dan Bulls eye adalah tabung isi gelembung udara berguna
untuk memposisikan kompas geologi agar menjadi horizontal.
Langkah-langkah dalam mengukur strike dan dip adalah:
1. Mencari arah jurus pada bidang (strike)
a. Kenali dulu arah utara pada kompas, agar kita tidak terbalik menentukan
arah.
b. Tempelkan sisi kompas yang bertanda "E" (sisi kompas bagian timur) pada
bidang yang akan kita ukur.
c. Posisikan kompas secara horizontal dengan memanfaatkan gelembung
udara pada bull eyes berada di tengah.
d. Catat derajat yang di bentuk oleh jarum magnet yang mengarah ke utara.
Itulah angka Strike. Buat garis lurus searah strike untuk menentukan dip.
2. Mencari kemiringan bidang (dip)
a. Pada garis lurus yang dibentuk strike, tempelkan sisi kompas yang bertanda
"W" (sisi kompas bagian barat) secara tegak lurus.
b. Putar tuas klinometer agar gelembung udara di dalam nya berada di tengah.
c. Catat angka yang tertera pada jarum klinometer. Itulah angka Dip.
Disamping menggunakan kompas Geologi, strike dip bidang dapat ditentukan
dengan metode 3 titik. Intinya adalah mengetahui pelamparan batuan berikut
kemiringannya di lapangan. Contoh ekonomis yang kita miliki dalam
menentukan strike dip ini dapat diaplikasikan dalam eksplorasi batubara, emas,
dan mineral-mineral lainnya. (Koesoemadinata, 1985).
2.5 Formasi – Formasi yang terdapat di Kalimantan Timur
Apabila diurutkan berdasarkan yang paling tua hingga muda, batuan yang
terdapat di Samarinda adalah formasi pamaluan, formasi pulau balang, formasi
balikpapan dan formasi kampong baru (Noor, 2009).
Formasi Pamaluan (Tomp), merupakan batupasir kuarsa dengan sisipan
batulempung, serpih batugamping dan batulanau; berlapis sangat baik. Batu pasir
kuarsa merupakan batuan utama, kelabu kehitam-kecoklatan, berbutir halus-
sedang, terpilah baik, butiran membulat-bulat tanggung, padat, karbonan dan
gamping. Setempat dijumpai struktur sedimen seilang-silang dan perlapisan
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
sejajar. Tebal lapisan antara 1-2 meter. Batu lempung tebal rata-rata 45 cm, serpih,
kelabu kecoklatan-kelabu tua, padat, tebal sisipan antara 10 -20 cm. Batu gamping
kelabu pejal, berbutir sedang kasar, setempat berlapis dan mengandung
foraminifera besar. Batu lanau tua kehitaman. Formasi Pemaluan merupakan
batuan palling bawah yang tersinggkap di lembar Samarinda dan bagian atas
formasi ini berhubungan menjemari dengan Formasi Bebuluh. Tebal formasi lebih
kurang 2000 meter. Berumur Oligosen sampai awal Miosen (Noor, 2009).
Formasi Pulaubalang (Tmpb), merupakan perselingan antara graywacke dan
batupasir kuarsa dengan sisipan batugamping, batu lempung, batubara, dan tuf
dasit. Batupasir graywacke, kelabu kehijauan, padat, tebal lapisan antara 50 – 100
cm. Batupasir kuarsa, kelabu kemerahan, setempat tufan muda kekuningan,
mengandung foraminifera besar. Batugamping, coklat muda kekuningan,
mengandung foraminifera besar, batugamping ini terdapat sebagai sisipan atau
lensa dalalm batupasir kuarsa, tebal lapisan 10 – 40 cm. di S. Loa Haur,
mengandung foraminifera besar antara lain Austrotrilina howchina, Borelis sp.,
Lepidocyclina sp, Myogypsina sp, menunjukan umur Miosen Tengah dengan
lingkungan pengendapan laut dangkal. Batulempung, kelabu kehitaman, tebal
lapisan 1 – 2 cm. Setempat berselingan dengan batubara, tebal ada yang mencapai
4 m. Tufa dasit, putih merupakan sisipan dalam batupasir kuarsa (Noor, 2009).
Formasi Balikpapan (Tmbp), merupakan perselingan batupasir dan lempung
dengan sisipan lanau, serpih, batugamping dan batubara. Batupasir kuarsa, putih
kekuningan, tebal lapisan 1 – 3 m, disisipi lapisan batubara, tebal 0,5 – 5 m.
Batupasir gampingan, coklat, berstruktur sedimen lapisan bersusun dan silang
siur, tebal lapisan 20 – 40 cm, mengandung Foraminifera kecil, disisipi lapisan
tipis karbon. Lempung, kelabu kehitaman, setempat mengandung sisa tumbuhan,
oksida besi yang mengisi rekahan-rekahan setempat mengandung lensa-lensa
batupasir gampingan. Lanau gampingan, berlapis tipis; serpih kecoklatan, berlapis
tipis. Batugamping pasiran, mengandung Foraminifera besar, moluska,
menunjukan umur Miosen Akhir bagian bawah – Miosen Tengah bagian atas.
Lingkungan pengendapan delta, dengan ketebalan 1000 – 1500 m (Noor, 2009).
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.2.1 Alat
1. Kompas geologi
2. Palu geologi
3. GPS
4. 2 Meteran
5. Plastik sampel
6. ATK (Pensil, Penghapus, Rautan Pensil, Penggaris)
7. Buku saku
8. Kamera
9. Alat pelindung diri (sepatu safety, jas hujan, pakaian panjang, topi)
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada lokasi batu cermin dalam Samarinda Utara terletak di koordinat 00° 25'
19.5" S / 117° ’ 08’ 05.0" dengan elevasi atau ketinggian 43 meter yang
merupakan lokasi praktikum lapangan kelompok kami terdapat suatu singkapan
seperti pada gambar 4.1 dengan panjang singkapan yaitu sekitar 14.4 meter
dengan tinggi yaitu 5.2 meter, morfologi pada singkapan tersebut yaitu curam
karena termasuk susah untuk dinaikin, vegetasi yang terdapat yaitu tumbuhan
paku yang tumbuh disekitar lokasi singkapan tersebut.
Struktur yang terdapat pada lokasi batu cermin dalam tersebut yaitu untuk
struktur primer memiliki struktur laminasi atau memiliki perlapisan yang sejajar
karena pada singkapan tersebut terdapat suatu lapisan batuan yang sejajar dengan
lapisan yang lain namun terkadang diujung singkapan terdapat struktur primer
yang simpan siur dengan lapisan yang lain , untuk struktur sekunder yaitu terdapat
antiklin dan kekar.
Struktur primer pada singkapan lokasi batu cermin yaitu antiklin dimana
antiklin merupakan bagian dari batuan yang cembung keatas seperti pada gambar
4.2, antiklin terbentuk karena adanya gaya tegasan yang bekerja pada batuan itu
sendiri sehingga akan mengalami suatu lipatan yang cembung ketas. Gaya tegasan
tersebut merupakan gaya dari dalam bumi yang cukup besar ketika suatu batuan
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
mengalami suatu gaya tegasan yang cukup besar akan cembung keatas dan apabila
melewati sifat elastisitas suatu batuan maka akan mengakibatkan suatu patahan.
Pada lokasi batu cermin dalam juga terdapat struktur sekunder yaitu suatu
kekar seperti yang terdapat pada gambar 4.3 Kekar merupakan suatu rekahan
tanpa mengalami pergeseran biasanya disebabkan oleh adanya gaya tektonik yang
bekerja pada lokasi atau titik tersebu, jenis rekahan pada lokasi tersebut yaitu
rekahan Shear Joint (Kekar Gerus) yang merupakan rekahan yang membentuk
pola saling berpotongan membentuk sudut lancip dengan arah gaya utama. Kekar
jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
Berdasarkan batuan yang ditemukan dilokasi pengamatan yaitu batu cermin
dalam maka dapat kita identifikasi bahwa jenis formasi batu cermin dalam adalah
formasi Balikpapan karena terdapat batupasir dengan batu lanau. Strike dip
singkapan tersebut yaitu strike 770 dan dip 550.
BAB V
PENUTUP
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
5.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan identifikasi singkapan dilapangan struktur yang terdapat yaitu
untuk struktur primer terdapat struktur laminasi dan struktur sekunder
yaitu antiklin dan kekar (shear join)
2. Proses terbentuknya antiklin yaitu karena adanya gaya tegasan yang
membuat terjadinya suatu lipatan, sedangkan untuk kekar yaitu adanya
tenaga endogen dari dalam bumi.
5.2 Saran
Agar pada praktikum lapangan selanjutnya dilakukan dengan mengamati
lokasi singkapan yang lebih banyak dan beragam, supaya didapatkan hasil
pengamatan yang lebih beragam dan dapat membedakan setiap struktur geologi
yang ada di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN