Anda di halaman 1dari 9

Nama : Muh.

Jusrang
NIM : 1507045039
Rangkuman Geo Mineral dan Batubara

Prinsip Dasar Endapan Mineral


Endapan mineral (Ore Deposit) adalah batuan yang mengandung satu atau
lebih mineral logam (metallic mineral) yang akan memiliki nilai ekonomis jika
ditambang dinamakan Ore Mineral atau mineral bijih. Suatu endapan dikatakan bijih
sebenarnya dilihat dari nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga pasaran
berfluktuasi, suatu saat endapan mineral dikatakan sebagai bijih dan di saat lain
bukan lagi. Pada saat ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan limbah
(gangue) yang tidak memiliki nilai ekonomis. Proses ekstraksi tersebut menghasilkan
timbunan limbah (tailing).
Suatu endapan mineral akan terbentuk oleh serangkaian proses yang
mengubah kondisi suatu batuan menjadi suatu endapan dengan kandungan mineral
bijih yang disebut proses ubahan (alteration). Proses tersebut akan menghasilkan
mineral logam (metalic mineral) dan mineral ubahan (alteration mineral), struktur
serta tekstur batuan yang berubah karenanya.
Kebanyakan bijih di dunia iniyang ditambang adalah berasal dari mineral bijih
yang diendapkan oleh larutan hidrotermal. Asal larutan hidrotermal masih sulit
dipecahkan. Beberapa larutan berasal dari pelepasan air yang terkandung dalam
magma saat magma naik dan mendingin. Lainnya berasal dari air meteoric atau air
laut yang bersirkulasi dalam kerak. Endapan mineral yang terbentuk oleh air laut
yang terpanaskan aktifitas vulkanisme, dan endapannya berbentuk senyawa sulfide,
yang dinamakan volcanogenic massive sulfide deposits.
Mineral bijih adalah Batu yang mengandung satu atau lebih mineral metalik
yang untung jika ditambang. Suatu endapan dikatakan bijih sebenarnya dilihat dari
nilai ekonomisnya, bila harga pengolahan dan harga pasaran berfluktuasi, suatu saat
endapan mineral dikatakan sebagai bijih dan di saat lain bukan lagi. Pada saat
ekstraksi didapatkan bahan logam dan juga bahan limbah (gangue) yang tidak
memiliki nilai ekonomis. Proses ekstraksi tersebut menghasilkan timbunan limbah
(tailing).
Pembagian kelompok mineral bijih:
1. Bijih Silisius (Keiko) yang mengandung sulfiIda terutama kalkopirit,
terdesssiminasi dalam batuan tersilisifikasi.
2. Bijih Kuning (Oko), terutama pirit dengan sedikit kalkopirit dan Kuarsa.
3. Bijih hitam (Kuroko), percampuran kuat antara Sphalerite kaya besi berwarna
gelap, galena, barite, dan sejumlah kecil pirit dan kalkopirit ; wurzit,
enargit, tetrahidrit, markasit, serta sejumlah mineral lainnya yang
ditemukan secara setempat dalam jumlah kecil.
4. Urat (vein) dan massa besar gipsum (sekkoko), yang saling berhubungan tetapi
dalam tubuh yang terpisah- pisah.
5. Zona stringer, kaya kalkopirit dalam pipa- pipa bawah bijih (ryukoko)
6. Ferruginous (lapisan tetsusekiei), yang berada pada lapisan paling bawah.
Setiap mineral-mineral yang berada pada suatu zona alterasi, dan mineral tersebut
tidak akan ada pada zona alterasi lainnya, dan itulah yang akan menjadi penciri
daripada zona alterasi. Adapun mineral-mineral tersebut adalah:
1. Zona Potassic : Actinolit dan Biotit
2. Zona Skarn : Tremolit, Vesuvianit dan Wllastonit.
3. Zona Prophyritic : Actinolit dan epidot.
4. Zona Sericitic : Sericit
5. Zona Argillic : Kuarsa dan Siderit
6. Zona AdvanceArgillic : Alunit, Opalin Silika dan Tridimit.
Adapun tipe endapan pada endapan mineral adalah:
a. Tipe Endapan Ortomagmatik
Terutama berasosiasi dengan batuan ultrabasa-basa, yaitu :
1. Kimberlite – eclogit :Diamond, garnet.
2. Peridotite – pyroxenite :cromite,platinum metals, chrysotile asbestos, nikel –
copper sulphies.
3. Norit gabbro – anorthosite : Titaniferous magnetite, ilmenite, native copper

b. Tipe Endapan Pegmatik


Endapan dari sisa larutan magma Pegmatik – pneumatolitik yang kaya dari fase cair
dengan sedikit gas H2O, CO2, H3BO3, HCl dan HF, pada T = 600 – 550 dengan
tekanan yang mulai meningkat. Menerobos batuan sekitar dengan tekstur kasar,
umum asosiasi dengan granit. Mineral gaunge : felspar, kuarsa, muskopit. Mineral
logam adalah timah, wolfram, molibden, tungsten, bismuth, Yttrium, thorium, dan lain
lain. Struktur endapan adalah butiran kasar yang intergrwoth, comb, banded atau
crustified dengan replacement. Kadang-kadang hadir non logam berharga adalah
permata.
c. Tipe Endapan Pneumatolitik
Terbentuk dari larutan sisa yang kaya volatil (gas dan uap) dengan T = 550 -450.
Endapan terbentuk dari proses sulimasi volatil maupun hasil reaksi antara volatil
dengan batuan yang diterobosnya (metasomatis kontak Batemen, 1949) membentuk
endapan logam dan non logam.
Logam terbentuk dua tahap :
1. Tahap pertama pada T tinggi terbentuk logam Magnetit, hematit, spinel,
wolframit, scheelit, kasiterit dan martit.
2. Tahap kedua pada T yang lebih rendah : Arsenopirit, pirit, pirotit, sfalerit,
galena dan kalkopirit.
Mineral gaunge adalah wolastonit, augit, epidot, forsterit, skapolit, fluorit, topaz,
turmalin, kalsit, dolomit, felspar, flogopit, kuarsa. Struktur endapan dikontrol oleh
struktur dan sifat batuannya, seperti proses pengisian rekahan (cavity filling) dan
umumnya diikuti proses kristalisasi, replacement dan alterasi.
d. Tipe Endapan Hidrotermal
Terbentuk dari larutan sisa magma yang sangat encer (kaya akan H2O, T = 350 –
100. Berdasarkan temperatur dan kedalaman (Lindgren, 1933) dibedakan atas :
 Hipotermal / Porphyri deposit, T = 300 – 500 C, P 3 – 10 km.
 Mesotermal deposit, T = 200 – 300 C, P 1 – 4 km.
 Epitermal deposit, T = 50 – 200 C, P 0.3 – 1.3 km.
 Teletermal deposit, T < 50, P rendah (Shallow)
 Xenotermal deposit, T tinggi sampai rendah, P rendah.
Endapan hidrotermal banyak menghasilkan mineral-mineral logam (epitermal dan
porfiri), terutama pada magma seri kalk-alkali dan alkali.
Pembagian endapan logam dibedakan atas :
1. Logam mulia → Au, Ag, kelompok Pt (PGM, platinum group metals).
2. Logam bukan besi → Cu, Pb, Zn, Sn, Al (empat yang pertama dikenal dengan
istilah logam dasar, base-metals).
3. Besi dan logam campurannya → Fe, Mn, Ni, Cr, Mo, W, V, dan Co.
4. Logam jarang → Sb, As, Be, Cd, Mg, Hg, REE, Se, Ta, Te, Ti, Zr, dll.
5. Logam fisi (membelah) → U, Th (Ra).
Untuk membentuk logam yang ekonomis dibutuhkan minimal 3x sirkulasi
hidrotermal atau berumur 1 juta tahun. Sebagai contoh tipe endapan porfiri Freeport 4
x intrusi, Batu Hijau 3x dan Bangka-Belitung 5x intrusi, Selogiri 2x.
e. Tipe Endapan Ortomagmatik
Terutama berasosiasi dengan batuan ultrabasa-basa, yaitu :
1. Kimberlite – eclogit : Diamond, garnet.
2. Peridotite – pyroxenite : cromite, platinum metals, chrysotile,
asbestos, nikel – copper sulphies.
3. Norit gabbro – anorthosite : Titaniferousmagnetite, ilmenite, native copper.
Endapan Mineral Pada Batuan Sedimen
Batuan Sedimen adalah batuan yang paling banyak tersingkap di permukaan
bumi, kurang lebih 75 % dari luas permukaan bumi, sedangkan batuan beku dan
metamorf hanya tersingkap sekitar 25 % dari luas permukaan bumi. Oleh karena itu,
batuan sediment mempunyai arti yang sangat penting, karena sebagian besar aktivitas
manusia terdapat di permukaan bumi. Fosil dapat pula dijumpai pada batua sediment
dan mempunyai arti penting dalam menentukan umur batuan dan lingkungan
pengendapan.
Batuan Sedimen adalah batuan yang terbentuk karena proses diagenesis dari
material batuan lain yang sudah mengalami sedimentasi. Sedimentasi ini meliputi
proses pelapukan, erosi, transportasi, dan deposisi. Proses pelapukan yang terjadi
dapat berupa pelapukan fisik maupun kimia. Proses erosi dan transportasi dilakukan
oleh media air dan angin. Proses deposisi dapat terjadi jika energi transport sudah
tidak mampu mengangkut partikel tersebut.
Proses pembentukan batuan sediment disebut juga sedimentasi. Sedimentasi
diartikan dalam banyak arti dan dari banyak ilmuwan. Salah satunya adalah Pettijohn.
Ia mendefinisikan sedimentasi sebagai proses pembentukan sedimen atau batuan
sedimen yang diakibatkan oleh pengendapan dari material pembentuk atau asalnya
pada suatu tempat yang disebut dengan lingkungan pengendapan berupa sungai,
muara, danau, delta, estuaria, laut dangkal sampai laut dalam.
Proses sedimentasi ini berlangsung dalam 4 tahap yaitu:
1. Pelapukan (Weathering)
Pelapukan adalah proses alterasi dan fragsinasi batuan dan material tanah
pada dan/atau dekat permukaan bumi yang disebabkan karena proses fisik, kimia
dan/atau biologi. Hasil dari pelapukan ini merupakan asal (source) dari batuan
sedimen dan tanah (soil). Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses pelapukan
akan menghacurkan batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk
kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen
klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk
mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan klastika mempunyai
komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah tidak
hanya tergantung pada batuan induk (asal) nya, tetapi juga dipengaruhi oleh alam,
intensitas, dan lama (duration) pelapukan dan proses jenis pembentukan tanah itu
sendiri (Boggs, 1995).
2. Erosi dan Transportasi
Setelah batuan mengalami pelapukan, batuan-batuan tersebut akan pecah menjadi
bagian yang lebih kecil lagi sehingga mudah untuk berpindah tempat. Berpindahnya
tempat dari partikel-partikel kecil ini disebut erosi. Proses erosi ini dapat terjadi
melalui beberapa cara:
1. Akibat grafitasi: akibat adanya grafitasi bumi maka pecahan batuan yang ada
bisa langsung jatuh ke permukaan tanah atau menggelinding melalui tebing
sampai akhirnya terkumpul di permukaan tanah.
2. Akibat air: air yang melewati pecahan-pecahan kecil batuan yang ada dapat
mengangkut pecahan tersebut dari satu tempat ke tempat yang lain. Salah satu
contoh yang dapat diamati dengan jelas adalah peranan sungai dalam
mengangkut pecahan-pecahan batuan yang kecil ini.
3. Akibat angin: selain air, angin pun dapat mengangkut pecahan-pecahan
batuan yang kecil ukurannya seperti halnya yang saat ini terjadi di daerah
gurun.
4. Akibat glasier: sungai es atau yang sering disebut glasier seperti yang ada di
Alaska sekarang juga mampu memindahkan pecahan-pecahan batuan yang
ada.
3. Deposisi / Pengendapan
Pecahan-pecahan batuan yang terbawa akibat erosi tidak dapat terbawa
selamanya. Seperti halnya sungai akan bertemu laut, angin akan berkurang tiupannya,
dan juga glasier akan meleleh. Akibat semua ini, maka pecahan batuan yang terbawa
akan terendapkan. Proses ini yang sering disebut proses pengendapan. Selama proses
pengendapan, pecahan batuan akan diendapkan secara berlapis dimana pecahan yang
berat akan diendapkan terlebih dahulu baru kemudian diikuti pecahan yang lebih
ringan dan seterusnya. Proses pengendapan ini akan membentuk perlapisan pada
batuan yang sering kita lihat di batuan sedimen saat ini.
4. Lithifikasi
Litifikasi adalah proses perubahan material sediment menjadi batuan sediment
yang kompak. Misalnya, pasir mengalami litifikasi menjadi batupasir. Seluruh proses
yang menyebabkan perubahan pada sedimen selama terpendam dan terlitifikasi
disebut sebagai diagenesis. Diagenesis terjadi pada temperatur dan tekanan yang lebih
tinggi daripada kondisi selama proses pelapukan, namun lebih rendah daripada proses
metamorfisme.
Proses diagenesis dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan proses yang
mengontrolnya, yaitu proses fisik, kimia, dan biologi.
Proses diagenesis sangat berperan dalam menentukan bentuk dan karakter akhir
batuan sedimen yang dihasilkannya. Proses diagenesis akan menyebabkan perubahan
material sedimen. Perubahan yang terjadi adalah perubahan fisik, mineralogi dan
kimia.
Batuan Sedimen Klastik Terrigen
Secara sederhana, komposisi mineral batuan sedimen ini ditentukan oleh
komposisi mineral batuan asalnya. Apa bila berasal dari rombakan batuan beku,
misalnya granit, maka mineral-mineral dari granit tersebut menjadi penyusun batuan
sedimennya. Jadi, mineral-mineral penyusunnya sangat ditentukan oleh batuan asal.
Tetapi persoalannya tidak sesederhana itu. Ada proses pelapukan yang bekerja, baik
kimiawi maupun mekanis. Pelapukan kimiawi terjadi dalam proses perombakan
batuan asalnya sehingga mineral-mineral penyusunnya terlepas. Sementara itu,
pelapukan fisik terutama bekerja ketika transportasi butiran mineral terjadi. Kedua
macam pelapukan ini akan menyisakan mineral-mineral yang resisten (berdaya tahan
kuat), sedang mineral-mineral yang lemah secara kimiawi akan hilang berubah
menjadi mineral lain hasil pelapukannya, seperti mineral-mineral lempung (clay
minerals); sedang yang mudah lapuk secara fisik akan mudah hancur menjadi butiran
halus yang pada gilirannya juga mudah lapuk secara kimiawi. Mineral yang paling
resisten adalah kuarsa, dan kemudian tingkat di bawahnya adalah feldspar. Sedang
mineral-mineral lainnya sangat mudah lapuk, sehingga tidak dapat terawetkan di
dalam batuan sedimen. Pada tingkat pelapukan yang sangat lanjut, seluruh mineral
asal dapat berubah sehingga kita tidak dapat lagi mengetahui batuan asalnya. Dengan
demikian, tingkat pelapukan akan menentukan mineral penyusun batuan sedimen.
Kesimpulannya, komposisi mineral di dalam batuan sedimen klastik terrigen
ditentukan oleh komposisi mineral batuan asalnya, mekanisme perombakan batuan
asalnya, transportasi sedimen, tingkat pelapukan batuan sedimen.
Batuan Sedimen Volkanik Klastik
Material penyusun batuan sedimen ini berasal dari hasil erupsi letusan
gunungapi yang melemparkan batuan ke udara. Seperti letusan Gunung Merapi
beberapa waktu yang lalu. Ketika masih dalam bentuk sedimen lepas, kita masih
dapat mengenal kehadiran mineral-mineral plagioklas, piroksin atau fragmen batuan.
Tetapi bila telah menjadi batuan dan sangat lapuk, maka mineral-mineral dan
fragmen batuan tersebut jarang terawetkan.
Batuan Sedimen Biogenik
Batuan sedimen biogenik adalah hasil aktifitas organisme. Berbagai macam
organisme yang dapat dijumpai menyusun batuan sedimen antara lain adalah: koral,
moluska, foraminifera, diatom, radiolaria. Kelompok koral, moluska dan
foraminifera menghasilkan sedimen karbonat (CaCO3), sedang diatom dan radiolaria
menghasilkan sedimen silika. Batuan sedimen biogenik yang dominan adalah batuan
karbonat, yaitu batugamping terumbu. Batugamping terumbu adalah hasil aktifitas
organisme koral. Organisme penyusun batuan ini terutama adalah koral. Organisme
penyusun lainnya yang mungkin dijumpai antara lain adalah foraminifera, moluska,
dan alga. Secara mineralogi, mineral penyusunnya yang utama adalah mineral
karbonat, yaitu kalsit. Pada kondisi tertentu, foraminifera (batugamping foraminifera)
atau moluska (batugamping moluska) atau alga (batugamping alga) dapat menjadi
penyusun batuan yang dominan. Untuk sedimen silika, diatom dapat dominan
sehingga membentuk diatomit, sedang radiolaria membentuk radiolarit.
Batuan Sedimen Hidrogenik
Kelompok batuan ini dapat terbentuk oleh proses evaporasi air laut atau oleh
pengendapan dari air laut melalui proses kimia. Batuan hasil evaporasi air laut seperti
halit (garam batu) tersusun oleh mineral halit, gipsum (batu gipsum) tersusun oleh
mineral gipsum, dolomit tersusun oleh mineral dolomit. Adapun batuan yang
terbentuk oleh pengendapan kimia air laut antara lain rijang (chert) yang tersusun
oleh mineral-mineral silika, dan batuan sedimen kaya besi (iron-rich sedimentary
rock) yang tersusun oleh mineral-mineral silikat yang kaya besi seperti hematit,
magnetit, glaukonit, pirit.

Anda mungkin juga menyukai