JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Segala aktivitas yang dilakukan oleh makhluk hidup di bumi dilakukan pada
bagian bumi yang terluar yaitu kerak bumi, kerak bumi adalah lapisan terluar
bumi yang terbagi menjadi dua kategori yaitu kerak samudra dan kerak benua.
Dimana kerak bumi disusun oleh batuan-batuan yang terbentuk baik dari proses-
proses baik pendinginan magma, karena pengaruh tekanan dan tempretaur yang
tinggi, maupun karena proses penggendapan fosil dan juga dari tumbuh-tumbuhan
maupun organisme-organisme laut. Pada batuan-batuan di bumi memiliki sifat-
sifat yang berbeda satu dengan yang lainnya baik karena proses pembentukannya
serta dari penyusun mineral-mineral pembentuknya.
Mineral adalah bahan padat anorganik yang terdapat secara alamiah, yang
terdiri dari unsur –unsur kimiawi dalam perbandingan tertentu, dimana atom-atom
didalamnya tersusun mengikuti suatu pola yang sistematis. Mineral terbentuk
scara alamiah, senyawa anorganik, komposisi kimia tertentu, dan sifat-sifat fisik
yang konsisten,sifat fisik mineral mempunyai banyak ragam sebagian meliputi
kekerasan, bentuk, warna, belahan dan lain-lain. Mineral terbentuk secara alamiah
artinya material kristalin sintetis adalah bukan mineral.
Batu bara adalah salah satu bahan bakar fosil. Pengertian umumnya adalah
batuan sedimen yang dapat terbakar, terbentuk dari endapan organik, utamanya
adalah sisa-sisa tumbuhan dan terbentuk melalui proses pembatubaraan. Unsur-
unsur utamanya terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen.
Oleh karena itu praktikum geologi mineral dan batubara ini dilaksanakan agar
mengetahui mineral-mineral yang terbentuk dan membentuk batuan pada lokasi-
lokasi dan formasi-formasi batuan yang ada pada lokasi penelitian, serta
mengetahui jenis mineral yang terdapat pada batuan yang ada dan dapat
mengindentifikasi jenis-jenis batubara yang terdapat pada formasi lokasi yang
diamati, mengingat bahwa Kalimantan Timur merupakan penghasil batubara yang
besar serta kegunaan mineral dan batu bara dalam perkembangan sumber daya
alam di kehidupan kita sehari – hari.
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Sari, 2009).
Berdasarkan acuan tersebut dibuat dasar pembagian kualitas batubara
Indonesia, yaitu :
1. Batubara Kalori Rendah adalah jenis batubara yang paling rendah
peringkatnya, bersifat lunak-keras, mudah diremas, mengandung kadar air
tinggi (10 – 70%), memperlihatkan struktur kayu, nilai kalorinya < 5100
kal/gr (adb).
2. Batubara Kalori Sedang adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi,
bersifat lebih keras, mudah diremas – tidak bisa diremas, kadar air relatif
lebih rendah, umumnya struktur kayu masih tampak, nilai kalorinya 5100 –
6100 kal/gr (adb).
3. Batubara Kalori Tinggi adalah jenis batubara yang peringkatnya lebih tinggi,
bersifat lebih keras, tidak mudah diremas, kadar air relatif lebih rendah,
umumnya struktur kayu tidak tampak, nilai kalorinya 6100- 7100 kal/gr (adb).
4. Batubara Kalori Sanngat Tinggi adalah jenis batubara dengan peringkat
paling tinggi, umumnya dipengaruhi intrusi ataupun struktur lainnya, kadar
air dangat rendah, nilai kalorinya >7100 kal/gr (adb). Kualitas ini dibuat
untuk membatasi batubara kalori tinggi
(Sari, 2009).
Proses pembentukan batubara dari tumbuhan melalui dua tahap, yaitu :
1. Tahap pembentukan gambut (peat) dari tumbuhan yang disebut proses
peatification
Gambut adalah batuan sediment organic yang dapat terbakar yang berasal
dari tumpukan hancuran atau bagian dari tumbuhan yang terhumifikasi dan dalam
keadaan tertutup udara ( dibawah air ), tidak padat, kandungan air lebih dari 75 %,
dan kandungan mineral lebih kecil dari 50% dalam kondisi kering (Rusman,
1992).
2. Tahap pembentukan batubara dari gambut yang disebut proses coalification
Lapisan gambut yang terbentuk kemudian ditutupi oleh suatu lapisan
sediment, maka lapisan gambut tersebut mengalami tekanan dari lapisan sediment
di atasnya. Tekanan yang meningkatakan mengakibatkan peningkatan
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
b) Komponen Anorganik
Mineral atau mineral matter pada batubara berasal dari unsur anorganik pada
tumbuh-tumbuhan pembentuk batubara atau disebut inherent mineral serta
mineral yang berasal dari luar rawa atau endapan kemudian ditransport ke dalam
cekungan pengendapan batubara melalui air atau angin dan disebut extraneous
atau adventitious mineral matter (Triantoro, 2013).
Berdasarkan episode pembentukannya, mineral matter menjadi dua kategori
yaitu: singenetik dan epigenetik. Sedangkan berdasarkan atas kelimpahannya,
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
bituminous dan bituminus dibentuk oleh campuran struktur alifatik (rantai lurus)
dan beberapa struktur aromatik siklik (tetrahidrofuran) serta gugus fungsional
(karboksil dan hidroksil), gugus sampingnya didominasi fenol (HO–). Batubara
antrasit didominasi oleh struktur aromatik (benzena) yang kompak dan sebagian
kecil aromatik siklik, alifatik serta fungsional (eter). Struktur hidrokarbon
batubara dari peringkat lignit sampai antrasit menunjukan kecenderungan dari
struktur alifatik ke aromatik (Winarno, 2016).
3. Kondisi pirolisis
Laju pemanasan pirolisis mempunyai efek yang signifikan terhadap arang
yang dihasilkan. Reaktivitas gasifikasi untuk hasil pirolisis yang cepat akan lebih
tinggi beberapa kali daripada arang dengan pirolisis lambat. Batubara
subbituminous yang dipirolisis pada suhu 700°C akan memiliki reaktivitas yang
lebih tinggi dibandingkan 500°C dan 900°C pada suhu gasifikasi yang sama.
Konversi karbon pada gasifikasi arang batubara akibat penambahan Ca(OH)2
dalam proses pirolisis lebih besar dibandingkan dengan tanpa penambahan
Ca(OH)2. Penambahan katalisator Ca(OH)2 dapat meningkatkan laju reaksi
gasifikasi arang dikarenakan beberapa mekanisme meliputi menonaktifkan
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
terbentuk melalui proses ini mempunyai sebaran yang luasdan merata, kualitasnya
baik karena kadar abunya relative kecil.
2. Teori Drift
Teori Drift yang menyatakan bahwa bahan-bahan pembentuk lapisan
batubara terjadi di tempat yang berbeda dengan tempat tumbuhan semula hidup
dan berkembang. Tumbuhan yang telah mati diangkut oleh media air dan
terakumulasi di suatu tempat yang selanjutnya tertutup oleh batuan sedimen dan
mengalami proses pembatubaraan (Sukandarrumidi, 2006).
Tanaman merupakan unsur utama pembentuk batubara. Pertumbuhan
tanaman itu terakumulasi pada suatu lingkungan zona fisiografi dengan iklim dan
topografi tertentu . faktor tekanan selama proses penimbunan gambut dan waktu
merupakan faktor penentu terbentuknya berbagai jenis batubara. Tekanan dapat
disebabkan oleh lapisan sedimen penutup yang sangat tebal atau karena tektonik.
Hal ini menyebabkan bertambahnya tekanan dan percepatan proses metamorfosa
organik. Proses inilah yang selanjutnya mengubah gambut menjadibatubara sesuai
dengan perubahan sifat kimia , fisika dan optiknya. Evolusi dari kehidupan
menciptakan kondisi yang berbeda selam masa sejarah geologi. Batubara terdapat
dalam batuan sedimen klastik. Penyebaranya tidak merata. Penyebaran dan
pengendapan batubara yaang mempunyai nilai ekonomi sangat dipengaruhi oleh
keadaan geologi daerah yang bersangkutan dan besarnya cadangan endapan
batubara (Sukandarrumidi, 2006).
sesuai dengan perubahan sifat kimia , fisika dan optiknya. Evolusi dari kehidupan
menciptakan kondisi yang berbeda selama masa sejarah geologi. Batubara
terdapat dalam batuan sedimen klastik. Penyebaranya tidak merata. Penyebaran
dan pengendapan batubara yang mempunyai nilai ekonomi sangat dipengaruhi
oleh keadaan geologi daerah yang bersangkutan dan besarnya cadangan endapan
batubara (Sukandarrumidi, 2006).
Energi matahari yang semula diserap oleh tanaman masih tetap tersimpan
dalam batubara yang terbentuk. Energi ituakan keluar kembali katika batubara
dibakar. Berdasarkan kandungan energi dan karakteristik pembakarannya, dikenal
ada empat jenis atau golongan batubara, yaitu :
1. Batubara Lignit
Batubara lignit, merupakan tingkat batubara paling muda dengan kualitas
paling rendah. Disebut lignit karena masih memperlihatkan struktur dari
zattumbuhan asli termasuk unsur kayunya. Bahan ini memiliki phrosentase karbon
terendah dibandingkan golongan lainnya . batubara muda ini juga mempunyai
kadar tertinggi zat volatil yang mudah menguap dan lembab. Tidak disukai karena
menghasilkan suhu nyala yang rendah.
Mempunyai “banded”, berkekar, berwarna coklat hingga kehitaman, berat
jenis relatif rendah, daya serap cahaya relatif tinggi, sifat daya pantul cahaya
relatif rendah mudah hancur bila dikeringkan, serta mempunyai daya simpan
energi panas relatif rendah “low heating value”
2. Batubara Sub-bituminus
Batubara sub-bituminus yang berwarna hitam dan tidak menunjukkan
sedikitpun zat kayu jika dilihat dengan mata telanjang. Golongan batubara ini
memiliki lebih 40% karbon terikat dan 25% embun.
Mempunyai “banded”, berwarna hitam, mempunyai kilap kusam – kilap
lilin, bersifat membelah (splits) sejajar terhadap perlapisan, masih menunjukkan
adanya struktur organik atau serat dan partikel organik lainnya, berat jenis relatif
tinggi, sifat reflaktan terhadap cahaya relatif tinggi, daya simpan energi panas
masih relatif rendah namun bersifat bersih “good clean fuel”
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
3. Batubara Bituminus
Batubara bituminus yang berisi karbon terikat lebih dari 70% sedang kadar
embunnya kurang dari 15%. Dikenal juga bahan yang mudahtersundut api dengan
nyala api kuning. Nilai kalorinya relatif tinggi sehinggadapat menghasilkansuhu
nyala yang lebih tinggi.
Mempunyai “banded”, berwarna hitam, kilap terang “bright” seperti kaca,
“well jointed”, namun padat “dense”, tidak mudah hancur, berat jenis relatif
tinggi, serta daya serap energi panas tinggi.
4. Batubara Antrasit
Batubara antrasit yang merupakan tingkat tertinggi batubara. Mengandung
lebih dari 90% karbon terikat dan menghasilkan api biru. Ketika dibakar tidak
mengeluarkan asap dan hanya sedikit berbau. Karena kadar abu dan sulfurnya
rendah. Deposit ini ditemukan pada batuan yang sudah terlipat selama
pembentukan gunung zaman dahulu (Sukandarrumidi, 2006).
Mineral adalah sebagian besar zat – zat hablur yang ada dalam kerak bumi
serta bersifat homogen fisik maupun kimiawi. Mineral merupakan persenyawaan
anorganik asli, serta mempunyai susunan kimia yang tetap. Yang dimaksud
dengan persenyawaan kimia asli ialah bahwa mineral itu harus terbentuk dalam
alam, karena banyak zat – zat yang mempunyai sifat yang sama dengan mineral
dapat di bentuk dalam laboratorium. Istilah mineral termasuk tidak hanya bahan
komposisi kimia tetapi juga termasuk struktur mineral. Mineral Mineral termasuk
dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat
kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya
termasuk) (Sulistyo, 2008).
· Mikafelpatora
(Harbowo, 2000).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.2 Lokasi 2
4.1.3 Lokasi 3
4.1.3 Lokasi 4
4.1.4 Lokasi 5
4.2 Pembahasan
terdapat ilalang, tinggi singkapan 7,5 meter dan panjang singkapan 5,5 meter
dengan strike/dip 46/42 koordinat 0516142 dan 9952254, dan arah singkapan
25°E. Pada singkapan lokasi kedua ini didapatkan 1 jenis batuan.
Pada praktikum kuliah lapangan geologi mineral dan batubara pada lokasi
keempat yaitu Batu Besaung II dimana cuaca cerah dengan morfologi curam,
vegetasi terdapat tanaman paku dan ilalang, tinggi singkapan 13 meter dan lebar
singkapan 12 meter dengan strike/dip 72/32 koordinat 0516564 dan 9954257, dan
arah singkapan 62°E. Pada singkapan lokasi kedua ini didapatkan 2 jenis batuan.
Pada praktikum kuliah lapangan geologi mineral dan batubara pada lokasi
ketiga yaitu batu Besaung dimana cuaca cerah dengan morfologi curam, vegetasi
terdapat ilalang, tinggi singkapan 7 meter dan lebar singkapan 11 meter dengan
strike/dip 45/32 koordinat 0516605 dan 9954080, dan arah singkapan 66°E. Pada
singkapan lokasi kedua ini didapatkan.
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Jenis mineral yang terdapat pada batuan batupasir di lokasi
bengkuring yaitu mineral kuarsa.
2. Jenis batubara yang terdapat pada lokasi kelima yaitu batu gambut
dimana karena batubara pada lokasi ini masih memiliki kadar air
yang tinggi dan juga masih menyerupai tanah.
3. Formasi yang terdapat pada lokasi perta…
LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MULAWARMAN
DAFTAR PUSTAKA
Harbowo, Danni Gahtot. 2000 Proses pembentukan Biopatika Pada Batuan. Jurnal
Ilmiah, Vol.7, No.1 Bandung: Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut
Teknologi Bandung
Mulyanto. 2007. Ilmu Lingkungan.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rusman, Rinawa.1992. Pengantar Kuliah Geologi Batubara, Sekolah Tinggi
Teknologi Mineral Indonesia, Bandung.
Salinita, Silti. 2017. Perubahan Komposisi Maseral Dalam Batubara Wahau
Setelah Proses Pengeringan/Upgrading. Vol: 13, No: 3, Jurnal Teknologi
Mineral dan Batubar.
Sari, Nopryani Linda. 2009. Jurnal Potensi Batu Bara Indonesia.Vol: 1, No: 1,1,
Promine Journal.
Sukandarrumidi. 2006. Batubara dan Pemanfaatannya. Yogyakarta : Universitas
Gadjah Mada.
Sulistyo. 2008. Pengaruh Sifat Fisik dan Mineral Batubara Terhadap Sifat
Pembakaran. Vol: 10, No: 2, Rotasi.
Triantoro, A, dkk. (2013). Pengaruh Agen Gasifikasi Batubara Terhadap Produk
Gas yang Dihasilkan oleh Batubara Peringkat Rendah. Yogyakarta :
Universitas Gadjah Mada.
Winarno, Agus, dkk. 2016. Jurnal Studi Pendahuluan Pengaruh Karakteristik
Batubara Peringkat Rendah Cekungan Kuta Terhadap Gasifikasi Batubara.
Vol: 1, No: 2, Jurnal Lingkungan Hidup.