Anda di halaman 1dari 8

Mempertahankan Keberadaan Kampung di Tengah-Tengah Kawasan Modern Jakarta

(Sudarmawan Yuwono dan Sitti Wardiningsih)

MEMPERTAHANKAN KEBERADAAN KAMPUNG


DI TENGAH-TENGAH KAWASAN MODERN JAKARTA
1 2
Sudarmawan Yuwono dan Sitti Wardiningsih
1
Universitas Bung Karno Jakarta
2
Arsitektur Lanskap Institut Sains dan Teknologi Nasional
sudarmawanyuwono@gmail.com, wardiningsih.sitti@gmail.com

ABSTRAK. Orientasi pembangunan kota Jakarta adalah mewujudkan Jakarta sebagai kota global
dan modern mampu berkompetisi dengan kota-kota dunia lainnya. Proses tersebut dilalui dengan
optimalisasi lahan kota sebagai ruang produktif. Kondisi tersebut tidak dapat dihindari. Paradigma
pembangunan kota berkelanjutan adalah mewujudkan masa depan berimbang antara kebutuhan
generasi sekarang dan yang akan datang. Konsekuensinya proses pembangunan harus mampu
memelihara nilai-nilai keadilan sosial budaya dan kemampuan menumbuhkan kehidupan bersama
dalam kota. Penulisan penelitian ini diangkat dari sebuah cita-cita orang kampung untuk bertahan di
tengah-tengah perkembangan sebuah kawasan paling mddern di Indonesia yaitu Segitiga Emas
Kuningan. Suatu kondisi dualisme pemikiran pembangunan antara proses peningkatan kualitas fisik
dan perekonomian kota serta proses pembangunan yang justru menghilangkan potensi sosial budaya
masyarakat kehidupan kota . Adakah jalan keluar bagi permasalahan ini? Tulisan ini mengingatkan
kewajiban para perencana dan perancang kota untuk mengintegrasikan nilai lokal-global dalam
pembangunan kota. Tulisan ini merupakan gagasan dasar desain pengembangan kampung yang
memiliki potensi sejarah dan budaya dalam rangka melestarikan nilai-nilai sejarah dan budaya
kawasan global Kuningan.

Kata kunci: pembangunan kota berkelanjutan, lokal-global, kawasan modern, kampung

ABSTRACT. Orientation of the development of Jakarta is by creating Jakarta as global and modern
city which could compete with other cities in the world. This process will get through by optimilizing
urban land as a productive space. This condition for sure cannot be avoided. The paradigm of
sustainable city development is by providing future which is balance between the need of present
generation and future generation. The consequency of this development process should be able to
maintain the values of socio-culture justification and the ability to create togetherness life within city.
This paper has been conducted from the vission of kampung’s community to survive in the middle of
the development of modern district in Indonesia, particularly Segitiga Emas Kuningan. There is a
dualism condition of development thinking and approach between a process of physical quality
enhancement and economical condition of the city, as well as the process of development which is
regarded will vanish the socio-culture potency within urban community. Is there any way out for this
problems? This paper will remind the obligation of all parties including urban planners, architects and
stakeholders to integrate all the global-local values in the process of city development. This paper is a
basic idea of the design development of kampung which has a cultural and historical potency in the
term to conserve and preserve the cultural and historical values of global area of Kuningan.

Keywords: sustainable development, global-local, modern area, kampung

PENDAHULUAN masyarakat Indonesia. Kompleksitas


permasalahan yang dihadapi Jakarta seperti
Jakarta merupakan kota metropolitan terbesar politik, pendidikan, kejahatan serta budaya
atau “mega urban“ di Indonesia. Bila pada sebagai metropolitan bertumpang tindih
masa kolonial, Batavia telah menjadi kota dengan proses pembangunan kota.
pelabuhan utama Hindia Belanda yang
menghubungkan dengan kota kota dunia maka Pasca reformasi proses globalisasi
kondisi ini terus berkembang paska berkembang kembali menjadi semakin kuat
kemerdekaan, dengan penduduk berjumlah dengan adanya kebijakan pemerintah
tidak kurang dari 12 juta jiwa maka Jakarta mendukung berlangsungnya aliran modal
bukan saja hanya sebagai ibu kota negara, asing dan iklim pasar bebas guna
tetapi menjadi pusat perdagangan dan jasa, menggairahkan investasi dalam negeri.
industri, serta pusat rekreasi dan harapan
untuk bergantung hidup bagi seluruh
73
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1 Januari 2016:73-80

Pembangunan simbol-simbol global seperti sebagai ruang permukiman yang sehat dan
mal/ pusat perbelanjaan modern, hipermarket produktif.
hingga perkantoran modern dimulai kembali.
Proses tersebut bercampur dengan berbagai Periode berikutnya pola pembangunan
kompleksitas persoalan yang harus dihadapi bersamaan dengan penggusuran kampung
sebagai kota metropolitan seperti masalah terus terjadi. Dikaitkan dengan proses
urbanisasi, pertumbuhan penduduk transformasi global yang tengah terjadi maka
kekurangan lapangan kerja dan kerawanan proses ini paling tinggi intensitasnya
sosial. dibandingkan kota-kota lain di Indonesia
Jakarta telah lama menjadi metropolitan
Pembangunan kota adalah sarana pemerintah gerbang masuknya pengaruh-pengaruh global
untuk mewujudkan amanat yang diberikan jauh sebelum menjadi gerbang dunia
rakyat dalam suatu kebijakan dan tindakan internasional negara Indonesia. Imbas
untuk meningkatkan kesejahteraan transformasi global ini tidak hanya dalam
masyarakat. Beberapa aspek hasil wujud perkembangan berbagai fisik
pembangunan dapat dinikmati seperti adanya infrastruktur perekonomian modern seperti
peningkatan kualitas fisik infrastruktur dan perkantoran, mal, apartemen namun juga
perekonomian. Sepanjang jalan Jenderal terbentuknya kantung-kantung permukiman
Sudirman-Thamrin-Gatot Subroto-S Parman, sederhana yang menggambarkan interaksi
fenomena pembangunan fisik telah dapat kehidupan kota dengan kawasan-kawasan
disaksikan. Demikian pula kehadiran mal-mal yang masih tertinggal.
yang tersebar menunjukkan kegairahan gaya
hidup dan semangat konsumerisme kota. Pola politik pembangunan kota yang biasanya
Proses tersebut dalam kerangka didukung oleh kekuatan-kekuatan pemerintah
pembangunan berkelanjutan diperlukan suatu baik secara resmi atau tidak mendorong
keseimbangan untuk mengangkat potensi nilai- peningkatan pembangunan kota hingga masa
nilai lokal sebagai upaya mengembangkan keterpurukan pada krisis ekonomi tahun 1997-
konsep ” glokalisasi ”. 1998. Sekalipun dalam beberapa dekade
terakhir ini banyak kampung yang digusur
Persoalannya pembangunan properti telah untuk pembangunan kawasan modern namun
menggantikan ruang-ruang kehidupan keberadaan kampung yang masih bertahan
kebersamaan warga kota. Kota Jakarta masih nampak dominan tetap berlangsung.
semakin kehilangan kehidupan sosial Beberapa di antaranya benar-benar menjadi
keberagamannya digantikan kehidupan enclave di tengah-tengah perkembangan
homogen perkotaan yang masif. Kondisi ini kawasan modern seperti dilihat pada kawasan
sangat tidak sehat karena membawa Jakarta Kebon Kacang, Kemayoran, Manggarai,
menuju kebangkrutan kehidupan kota kawasan antara Sudirman- Kuningan dan
sebagaimana disinyalir oleh Trancik [1]. Mampang.
Perbedaannya persoalan kota-kota Amerika
yang dilihat Trancik dihadapkan pada Kondisi Kawasan Kuningan dan Lokasi
hilangnya sense of place, kenyamanan pejalan
kaki, dan kehidupan yang manusiawi maka di Kawasan Kuningan merupakan bagian dari
Jakarta adalah hilangnya kesempatan warga kecamatan Setiabudi Kotamadya Jakarta
untuk hidup bersama. Paper ini menyajikan Selatan. Kawasan ini dalam kebijakan tata
potensi keberadaan kampung sebagai potensi ruang kota Jakarta adalah representasi etalase
lokal untuk dipertahankan dalam kawasan internasional dengan adanya area
perkembangan kawasan modern. pengembangan untuk kantor-kantor diplomatik,
perusahaan multinasional dan hunian
Nasib Kampung Dalam Pembangunan internasional.
Properti
Memasuki kawasan Kuningan ini melalui
Sejalan dengan program pembangunan fisik Bundaran Kuningan dari arah jalan Rasuna
kota yang berdampak pada penggusuran Said atau jalan Gatot Subroto, kita terasa
kampung. Proyek penggusuran kampung berada di lingkungan kota-kota mancanegara
digantikan dengan permukiman susun modern yang maju. Gedung-gedung pencakar langit,
terjadi di kawasan perkampungan Kebon jalur pejalan kaki, pertamanan yang indah,
Kacang. Alasan yang diambil pemerintah lingkungan yang menarik sebagaimana
adalah kondisi kampung yang ada ditengah layaknya kawasan internasional. Sebagian
tengah kota tidak memenuhi syarat lagi besar kemajuan dan gemerlapan metropolitan
Jakarta direpresentasikan di sini.
74
Mempertahankan Keberadaan Kampung di Tengah-Tengah Kawasan Modern Jakarta
(Sudarmawan Yuwono dan Sitti Wardiningsih)

Keberadaan hotel-hotel, apartemen dan


pertokoan hipermarket serta berbagai obyek Di kawasan pertumbuhan Kuningan rupanya
properti menandai semakin intensnya proses masih terdapat hunian kampung yang memiliki
transformasi ekonomi sosial budaya global perbedaan begitu menyolok ini dengan
melalui proses arus investasi asing masuk di lingkungan sekitarnya, baik secara fisik rumah-
kota Jakarta. Namun demikian siapa pula rumah yang ada, mata pencaharian warga,
menyangka di kampung yang tidak jauh dari tradisi adat istiadat, kebiasaan dan hubungan
kawasan diplomatik ini masih terdapat kemasyarakatan.
kehidupan kampung yang masih bertahan
sejak ratusan tahun lalu.

Gambar 2 Kawasan Segitiga Emas Kuningan

Sejak tahun 1970-an pembangunan kawasan pada konsep superblock yang meliputi
Kuningan sangat pesat sejak ditetapkan perkantoran, hotel, apartemen, perbankan,
sebagai kawasan internasional. Kawasan yang supermarket dan restoran menjadi satu dalam
sebelumnya merupakan hanya kebun dan satu blok kawasan.
kampung ini menjadi kawasan perkantoran
dan bisnis yang berskala internasional. Jakarta Bila kita melihat pada periode 70-80 sebagai
mempunyai banyak kawasan pertumbuhan periode persiapan maka periode 80-90
seperti Bandar Kemayoran, Grogol, Blok M, sebagai periode pembebasan. Periode 90-96
namun keberadaannya tidak “se-emas“ sebagai periode booming pembangunan. Pada
kawasan Kuningan. periode ini diwarnai banyak pameran properti
hampir sepanjang tahun. Sedangkan periode
Booming properti yang dimulai pada tahun 97-2000 periode masa kesuraman. Hal ini
1990-an mendorong pembangunan kawasan sangat cocok dengan kondisi dan
Mega Kuningan sebagai kawasan yang perkembangan kawasan Mega Kuningan.
memiliki nilai investasi. Pembangunan real Sementara kekuatan global yang ada
estate di pusat kota bagi masyarakat golongan memperlihatkan ketidakpekaan terhadap
menengah ke atas tidak saja memiliki nilai kondisi lokal bahkan dengan tradisi tradisi atau
fungsional tapi juga menjadi proses investasi. keunikan lokal.
Regulasi pemerintah melalui Instruksi
Gubernur DKI Jakarta No. 329 Tahun 1991 Tahun 1990-1995 merupakan proses
untuk ijin pembangunan apartemen, pemindahan warga Kuningan ke tempat lain
kondominium dan flat. Konsepnya mengacu secara besar-besaran. Paling banyak

75
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1 Januari 2016:73-80

terkonsentrasi adalah warga yang berada di rusak karena diketahui kondisinya rusak
Pondok Ranggon sebanyak 24 keluarga yang hingga baru diperbaiki beberapa tahun
mengusahakan budi daya sapi perah. Di belakangan. Mesjid ini dikenal dengan nama
Pondok Ranggon yang ditetapkan secara Mesjid Pangeran Kuningan. Makam Pangeran
resmi sebagai lokasi budi daya sapi perah, Kuningan yang diyakini oleh warga kampung
petak-petak rumah tangga telah dipersiapkan. sekarang telah menjadi lokasi bangunan
Warga yang pindah ke Pondok Ranggon ini megah, namun keberadaan mesjid tetap
sepenuhnya sudah lepas dari Kuningan. dilestarikan. Bahkan di gedung Telkom
Kebijakan pemerintah melalui Instruksi dibangun salah satu ruang yang disebut
Gubernur DKI Jakarta No. 329 Tahun 1991 Ruang Pangeran Kuningan. Mesjid yang
untuk ijin pembangunan apartemen, sangat megah ini berada di wilayah kelurahan
kondomium dan flat mendorong proses Kuningan Barat.
konversi lahan di pusat kota sebagai lokasi
pembangunan permukiman vertikal. Obyek sejarah paling penting di kawasan
Mega Kuningan adalah makam dan mesjid Al
Pada periode ini istilah Segitiga Emas Mughni. Makam Guru Mughni terletak di
Kuningan diperkenalkan sebagai konsep tengah tengah bundaran kawasan Mega
kawasan ruang kota yang mengakomodasi Kuningan di depan Kantor kelurahan Kuningan
berbagai kepentingan nasional maupun Timur yang berada di lingkungan perumahan
internasional. Pada tahun 1980-1995 an, Perwira Tinggi TNI [4]. Kompleks makam yang
perkembangan kawasan mulai diarahkan dulunya terletak di tengah tengah permukiman
menjadi kawasan bisnis dan perdagangan ini kemudian di bangun mushala dan dipagar
internasional. Mulai terjadi pergeseran dalam indah menjadi bagian arsitektur kawasan Mega
perekonomian warga kampung. Sejak tahun Emas Kuningan. Pelestarian makam ini sangat
90-an, pemerintah DKI Jakarta mengeluarkan dianjurkan untuk menjaga identitas serta
larangan beroperasinya aktivitas industri sejarah kawasan serta monumen budaya kota
rumah tangga berupa pabrik pabrik batik dan Jakarta. Masjid besar di ujung jalan KH Guru
aktivitas budi daya sapi perah karena kawasan Mughni dengan jalan Gatot Subroto yang
ini telah ditetapkan menjadi kawasan sekarang dinamakan masjid Baitul Mughni
permukiman dan perkantoran modern. adalah salah satu peninggalannya.
Kemungkinan mesjid ini telah cukup lama
POTENSI SEJARAH DAN SOSIAL BUDAYA dibangun pada masa hidup ulama besar
KAMPUNG tersebut. Sangat disayangkan mesjid ini sudah
baru sama sekali tidak kelihatan lagi bekas
Dulu banyak mayoritas warga kampung bekas bangunan masjid lamanya.
Kuningan sebelum digusur pada tahun 90-an
adalah pemilik usaha sapi perah. Sampai Peninggalan bersejarah lain adalah Mesjid
sekarang masih ada belasan warga yang Baitul Mughni yang didirikan tahun 1910
masih mempertahankan usaha yang telah (Riwayat Guru Mughni, 1990), kemudian
ditekuni dari orang tua mereka. Kondisi ini dikembangkan menjadi mesjid modern lengkap
menunjukkan bahwa pada masa lalu daerah ini dengan fasilitas pendidikan [5]. Mesjid ini
merupakan kawasan agraris. Ada istilah Karet menjadi salah satu wadah aktivitas warga
Sawah mengingatkan adanya Sawah di sini, sekitar termasuk tempat penyelenggaraan
karet Pedurenan kawasan yang banyak pohon khaul KH Guru Mughni. Nilai sejarah lain
Duren). Karet Semanggi merupakan daerah adalah 2 (dua) makam tua. Pertama makam
rawa karena banyak tanaman “ semanggi “ keluarga leluhur KH Guru Mughni seorang
yang biasa terdapat di rawa atau danau [2]. ulama besar sejaman KH Hasyim Asy’ari
sekarang berada di tengah tengah kawasan
Keberadaan kampung Kuningan tidak dapat namun dalam posisi aman.Dari kisah ini berarti
dipisahkan dari keberadaan mitos dan legenda identitas dan sejarah Jakarta tidak hanya
Pangeran Kuningan. Adanya mesjid dan ditandai keberadaan Kota Tua, Glodok,
petilasan yang ditinggalkan Pangeran kawasan Jatinegara Kaum (makam Pangeran
Kuningan menjadi penanda penting legenda Jatinegara) kemudian Condet atau kampung
tersebut. Dalam sejarah mesjid tua Heuken Sawah di Srengseng Sawah namun juga
tidak menjelaskan adanya mesjid di kawasan bekas kampung Kuningan.
ini hanya diceritakan ada mesjid di kawasan
Mampang Prapatan yang bernama mesjid Di kawasan Kuningan yang menjadi artikulasi
Istikmal [3]. Sebaliknya dari cerita warga ada pertumbuhan ini denyut peradaban kota
beberapa mesjid yang tua yaitu Mesjid Al Jakarta dimulai sejak masa lalu. Keberadaan
Mubarak atau dikenal dengan nama mesjid kampung Kuningan akan membentuk poros
76
Mempertahankan Keberadaan Kampung di Tengah-Tengah Kawasan Modern Jakarta
(Sudarmawan Yuwono dan Sitti Wardiningsih)

sejarah perkembangan kota Jakarta lama untuk mengikuti jejak keluarga Guru Mughni
mulai sejak jaman Sunda Kelapa, Jayakarta, dalam belajar agama. Aktivitas sosial warga
Jacatra, Batavia hingga menjadi Jakarta. yang terpenting adalah pada bidang sosial
Barangkali perlu dilakukan lagi penelusuran keagamaan dan aktivitas keagamaan seperti
sejarah kampung ini secara arkeologi dan khaul dan pengajian pengajian. Tempat
antropologi sehingga kebenaran sejarah yang pengajian yang terpenting adalah mesjid Baitul
berkembang di masyarakat dapat Mughni dan mesjid Al Mubarak.
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Selanjutnya keberadaan kawasan ini dalam Setiap tahun diadakan acara khaul Guru
pembangunan kota Jakarta perlu ditandai agar Mughni dan Pangeran Kuningan. Dalam
jejak sejarah yang ada tidak hilang begitu saja. aktivitas khaul ini dihadiri oleh komunitas
keagamaan di seluruh wilayah Jakarta Selatan
Seandainya sejarah inipun sebatas mitos atau kebetulan bertepatan dengan
folkfore seperti halnya si Pitung atau Bang penyelenggaraan aktivitas pengajian akbar.
Jampang nampaknya juga perlu Keberadaan khaul ini menyatukan kembali
dipertimbangkan sebagai khasanah sosial kesadaran sejarah warga asli kampung
budaya kota Jakarta. Kawasan yang Kuningan sebagai warga yang berasal dari
berkembang sebagai kawasan modern ini lingkungan yang satu. Warga Kuningan yang
dapat dipadukan dengan berbagai penanda telah terpisah sejak pembangunan kawasan
sejarah yang berwujud artifak seperti taman dan terpisah tempat tinggalnya sekarang
makam, mesjid atau bahkan rumah tua. menyatu dalam acara ini.

Pertemuan antara unsur lokal tradisional TEMUAN: POTENSI KAWASAN


dengan budaya modern yang kontras dapat
menjadi nilai nilai arsitektur kawasan Dari uraian di atas dapat dikemukakan bahwa
Kuningan. Kampung Kuningan terletak di tepi kampung merupakan potensi kehidupan lokal
sungai Krukut yang berasal dari selatan kota yang menarik sekalipun seringkali lebih
Jakarta (ada kampung Krukut di Jakarta ditunjukkan adanya kekurangan secara fisik.
Selatan ini, di wilayah kota juga terdapat Eksotisme kampung menjadi daya tarik
kampung Krukut). Hal ini menunjukkan bahwa kunjungan wisatawan dalam maupun manca
kampung ini dulu dihubungkan dengan sungai negara. Pemerintah sendiri masih
Krukut [4]. mempertahankan keberadaan kampung
seperti Setu Babakan sebagai obyek wisata.
Kampung Condet juga terletak di tepi Ciliwung. Namun perlu juga dikemukakan bahwa
Kampung Kuningan masa lalu merupakan keberadaan pola perkampungan di kota
lintasan kota Batavia ke arah selatan dari Kota, Jakarta merupakan gambaran umum yang
Tenabang yang sejak dulu sebagai pasar, biasanya dihubungkan dengan kepincangan
kampung Kuningan kemudian kampung dan karakteristik kota global negara sedang
Mampang hingga jauh ke selatan. Jalan lama berkembang.
yang ada adalah jalan KH Mas Mansyur
sekarang kemudian jalan Prof Dr Satrio Sebagian tulisan menyebutkan bahwa 60%
sekarang (dulu bernama jalan Karet Raya) permukiman di Jakarta berwujud kampung
memasuki jalan KH Guru Mughni (dulu dengan kata lain dibangun sendiri oleh
merupakan jalan Karet Raya sebelum jalan warganya tanpa campur tangan pemerintah
Prof Dr Satrio yang sekarang bertemu dengan atau swasta. Sedangkan usaha-usaha
jalan HR Rasuna Said). pemerintah menyediakan tempat tinggal
seperti rumah susun atau perumahan jauh
NILAI NILAI SOSIAL BUDAYA KAWASAN sangat tertinggal. Alhasil keberadaan
kampung-kampung pada masa modern ini
Kampung Kuningan dikenal sebagai daerah masih menjadi pembentuk morfologi kota
penganut Islam yang taat, hal ini masih Jakarta yang sesungguhnya. Bahkan
nampak bekas bekasnya dari banyak mesjid pandangan Kota Kampung Jakarta bukan lagi
dan mushola yang tersebar. menjadi ciri karena Jakarta dibentuk oleh kampung tapi
masyarakat Betawi. Ciri lain ditandai karena pembentukannya tidak terencana atau
banyaknya mushola dan masjid, Sebelum cenderung alamiah mengikuti kemauan
kemerdekaan, ada ulama terkenal yang sendiri. Melalui konsep ini nilai–nilai lokal tidak
disebut Guru Mughni yang dikenal sebagai terkecuali kampung dapat dipertahankan
tokoh masyarakat dan ulama yang banyak sebagai daya tarik kota bukan sebaliknya
menguasai kepandaian ilmu agama. Semangat menjadi obyek penggusuran.
ini juga menjiwai warga kampung Kuningan
77
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1 Januari 2016:73-80

Obyek potensi kawasan yang dapat (b) Kota Jakarta memerlukan kawasan
dikembangkan dapat diuraikan sebagai tradisional lestari di samping keberadaan
berikut: kawasan modern.
(1) Obyek makam dan mesjid sebagai potensi
sejarah yang harus dipertahankan dan Dari 2 (dua) aspek tersebut maka keberadaan
dikembangkan menjadi unsur kawasan. kampung melalui konsep Little Betawi tidak
(2) Obyek aktivitas budaya yang saja dipertahankan namun merupakan bagian
dikembangkan seperti warung/ cafe, terintegrasi dari kawasan Segitiga Emas
penjualan cindera mata, dan jalan-jalan. Kuningan. Selanjutnya Little Betawi dapat
(3) Rumah Betawi yang harus dilestarikan dikembangkan menjadi konsep pembangunan
sebagai penanda keberadaan komunitas kota berkelanjutan yang terdiri dari lingkungan
dan kampung Betawi. konservasi dan pendukung kawasan Kuningan
dalam bentuk ruang akomodasi, lingkungan
Hal tersebut merupakan potensi yang perlu wisata dan permukiman rakyat. Bentuk massa
dipertahankan guna mempertahankan nilai- dikembangkan dari inspirasi tatanan arsitektur
nilai lokal kawasan. Disintegrasi fungsi kota: dalam permukiman Betawi yang terdiri dari
terjadi karena paradigma pertumbuhan cepat rumah-rumah dengan latar belakang
yang mengutamakan mekanisme pasar pekarangan dan kebun serta rumah-rumah
dengan sektor privat sebagai investor utama. petak sebagai ciri khas kampung di Jakarta.
Disintegrasi ditandai yaitu: Bentuk arsitektur yang dikembangkan
(1) kawasan tidak berfungsi dengan baik mengambil prototipe rumah arsitektur Betawi di
dengan seimbang serta saling mengisi, kampung Kuningan yang masih dipertahankan.
(2) kawasan bukan lagi sebagai human Lingkungan Little Betawi berinti pada
settlement tapi obyek investasi atau wadah preservasi dan pengutamaan penanda
pertumbuhan ekonomi –akibatnya kota-kota kawasan Mega Kuningan. Obyek preservasi
ini berkembang tidak stabil, tidak aman dan adalah: Makam Guru Mughni, Mesjid Al
kontraproduktif karena biaya sosial tinggi Mughni, Langgar Al Makki, Rumah Betawi di
yang sering tersembunyikan dari angka RW 3, Unsur Hijau dan Pola Jalan [4]
angka statistik sehingga kian lama akan
ditinggalkan investor. Konsep MUD (Mixed Used Development)
merupakan pengembangan kawasan yang
Untuk itu diperlukan upaya menjaga koherensi mampu mengintegrasikan fungsi hunian,
(keutuhan) kota guna mencegah disintegrasi rekreasi, pendidikan, ruang terbuka-hijau,
fungsi kota. Strategi mengatasi ada 2 (dua): relijius dan konservasi. Dalam hal ini perlu
Mengembangkan fungsi kota sebagai sentra di dikembangkan 3 (tiga) unsur dalam kawasan
samping meningkatkan kota sebagai human yaitu yaitu unsur sosial ekonomi, unsur fisik
settlement [6]. Kami membantah hal ini karena dan unsur sosial budaya. Hal ini sesuai
pendekatan ini masih tetap melihat kota dengan konsep Carr [7] bahwa ada 3 (tiga)
sebagai pusat pertumbuhan dan kontradiksi karakter ruang yang mampu mengintegrasikan
dengan ide “ desentralisasi “. kehidupan kota sebagai ruang publik yaitu:
(1) Responsif (responsive). Ruang yang
Istilah Little Betawi diambil dari ide seorang melayani kebutuhan masyarakat terutama
pemuda Kuningan yang melihat bahwa kenyamanan, kebutuhan berinteraksi dan
keberadaan kampung Kuningan perlu sebagainya juga keseimbangan hidup
dipertahankan dalam konteks perkembangan rohani dan jasmani.
modern kawasan Kuningan. Sebenarnya ide (2) Demokratis (democratic). Ruang yang
maupun tindakan warga kampung dalam melindungi hak-hak masyarakat,
mempertahankan kampung Kuningan telah menerima semua kelompok serta ada
banyak dilakukan antara lain dengan tuntutan serta kepemilikan serta dapat
mengusahakan bertahannya makam Guru belajar hidup bersama dalam masyarakat.
Mughni, mesjid Istiqomah dan mesjid Baitul (3) Kaya makna (meaningfull). Ruang yang
Mughni. Dua obyek tersebut merupakan hasil memiliki kesejarahan atau memori serta
suatu negosiasi antara warga, pengembang pengalaman yang berarti bagi masyarakat
dan pemerintah. Pemikiran dalam penyusunan tertentu.
awal gagas konsep desain Little Betawi secara
ringkas dapat diuraikan sebagai berikut: Adanya ruang publik sebagaimana dalam
(a) Kampung Kuningan memiliki potensi kawasan modern yang banyak kita saksikan
sebagai kawasan modern, sebagai “ruang privat“ tidak banyak
bermanfaat karena hanya memberikan
manfaat secara “visual dan fisik” namun
78
Mempertahankan Keberadaan Kampung di Tengah-Tengah Kawasan Modern Jakarta
(Sudarmawan Yuwono dan Sitti Wardiningsih)

tercapainya suatu kualitas sosial ruang sama Kampung Kuningan. Diterbitkan pada
sekali tidak didapatkan. kalangan sendiri.
[3] Heuken SJ, A. (2003). Mesjid mesjid Tua
Di Jakarta. Penerbit Cipta Loka Caraka.
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Jakarta.
[4] Juwono, Sudarmawan. (2005). Prosiding
Keberadaan unsur kampung dalam kawasan Seminar Internasional Urban
Kuningan Jakarta merupakan bagian nilai Conservation Universitas Trisakti dan
sejarah dan sosial budaya kota Jakarta. Universitas Tokyo. In Explore of Urban
Keberadaan kawasan kampung tersebut perlu Value in Historical Urban Kampung in
diintegrasikan dengan perkembangan Jakarta. Case of Kampung Kuningan.
kawasan Segitiga Emas Kuningan. Potensi [5] Team. 1990. Riwayat Hidup KH Guru
sejarah dan sosial budaya tersebut adalah Mughni. Kuningan Jakarta Selatan
keberadaan kampung, mesjid dan makam [6] Santoso, Jo. (2006). Kota Tanpa Warga.
yang merupakan gambaran fenomenal Penerbit KPG dan Centropolis. Jakarta
bertahannya tradisi berdampingan dengan [7] Carr, Stephen, Farcis Mark, Rivlin
modernitas kota Jakarta. Nilai-nilai tersebut G.Leanne and Stone M. Andrew. (1992).
dapat diangkat sebagai keunggulan arsitektur Public Space, Environment and
kawasan Mega Kuningan sebagai kawasan Behavior Series. Cambridge University
modern yan berakar pada nilai-nilai budaya Press. Cambridge.
kawasan.

Konsep Little Betawi merupakan revitalisasi


kampung Betawi Kuningan untuk
mempertahankan nilai-nilainya. Program ini
hanya mengambil sebagian dari kampung
yang memiliki potensi. Konsep desain adalah
menampung pemberdayaan potensi dan
aktivitas masyarakat, pelestarian rumah
Betawi, masjid dan makam sehingga dapat
menjadi obyek wisata kota. Semua aktivitas
tersebut ditujukan untuk menunjang
keberadaan Little Betawi tersebut. Kata kunci
dari konsep Little Betawi ini adalah integrasi
pelaku antara pemodal, masyarakat dan
kebijakan pemerintah dalam memperhatikan
potensi budaya kota Jakarta. Integrasi nilai
ekonomi dan nilai sosial budaya sehingga
dapat mempertahankan sebagian kampung
Kuningan sebagai potensi lokal dalam
kawasan global Kuningan. Sedangkan prinsip
prinsip dasar yang harus dipertahankan
adalah:
(1) Pelestarian sebagian kampung,
(2) Pengembangan potensi wisata,
(3) Pengembangan nilai nilai sejarah, sosial
dan budaya kawasan dipadukan dengan
perkembangan kawasan Mega Kuningan,
(4) Integrasi masyarakat dalam
pengembangan kawasan baik dari aspek.

REFERENSI

[1] Trancik, Roger. (1986). Finding Lost


Space : Theories of Urban Design. Van
Nostrand. New York.
[2] Juwono, Sudarmawan dan H Wardie
Asnawie. (2005). Mengungkap Sejarah

79
Jurnal Arsitektur NALARs Volume 15 No 1 Januari 2016:73-80

80

Anda mungkin juga menyukai