Anda di halaman 1dari 3

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PMT PEMULIHAN

I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Usia balita merupakan periode pertumbuhan dan perkembangan yang sangat
pesat. Oleh karena itu, kelompok usia balita perlu mendapat perhatian, karena
merupakan kelompok yang rawan terhadap kekurangan gizi. Untuk mengatasi
kekurangan gizi yang terjadi pada kelompok usia balita perlu diselenggarakan
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) Pemulihan. PMT Pemulihan bagi anak usia 6-
59 bulan dimaksudkan sebagai tambahan, bukan sebagai pengganti makanan utama
sehari-hari. PMT Pemulihan yang diberikan selama 90 hari makan berupa susu balita
(Kemenkes, 2011).
Riskesdas menghasilkan berbagai peta masalah kesehatan dan
kecenderungannya, dari bayi lahir sampai dewasa. Misalnya, prevalensi gizi kurang
pada balita (BB/U<-2SD) memberikan gambaran yang fluktuatif dari 18,4 persen (2007)
menurun menjadi 17,9 persen (2010) kemudian meningkat lagi menjadi 19,6 persen
(tahun 2013). Beberapa provinsi, seperti Bangka Belitung, Kalimantan Timur,
Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah menunjukkan kecenderungan menurun. Dua
provinsi yang prevalensinya sangat tinggi (>30%) adalah NTT diikuti Papua Barat, dan
dua provinsi yang prevalensinya <15 persen terjadi di Bali, dan DKI Jakarta. Masalah
stunting/pendek pada balita masih cukup serius, angka nasional 37,2 persen.
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas tahun 2010), persentase
BBLR di Indonesia sebesar 8,8 persen, anak balita pendek sebesar 35,6 persen, anak
balita kurus sebesar 13,3 persen, dan anak balita gizi lebih sebesar 12,2 persen.
Dengan demikian Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, di satu pihak mengalami
kekurangan gizi di pihak lain mengalami kelebihan gizi.
Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi tersebut diatas, dalam
jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak, kecerdasan, gangguan
pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh. Sedangkan, dalam jangka
panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan adalah menurunnya kemampuan kognitif
dan prestasi belajar, menurunnya kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan resiko
tinggi untuk munculnya penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh
darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua. Kesemuanya itu akan menurunkan
kualitas sumber daya manusia Indonesia, produktifitas, dan daya saing bangsa
(Gerakan 1000 HPK, 2013).
Kegiatan pendistribusain makanan tambahan pemulihan ini bekerja sama
dengan kader posyandu dalam pembagian PMT pemulihan posyandu. Petugas gizi
selalu mengimplementasikan tata nilai Puskesmas Singosari yaitu “SEHAT”, Petugas
gizi selalu sopan dan santun dalam melakukan pendistribusain makanan tambahan
pemulihan ini, Petugas gizi sangat empati terhadap status gizi masyarakat di wilayah
kerja Puskesmas Aek Habil, Petugas gizi yang melakukan kegiatan ini handal sesuai
dengan keilmuannya, dan bersikap teladan dalam memberikan nasehat gizi terkait
masalah gizi yang dihadapi oleh masyarakat

1.2 TUJUAN
1.2.1. Tujuan Umum
Menurunnya prevalensi balita gizi kurang
1.2.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui jumlah balita gizi kurang di Puskesmas Singosari
b. Memberikan makanan tambahan pada semua balita gizi kurang
c. Memperbaiki status gizi balita yang buruk dan kurang menjadi gizi
baik
d. Memberikan pengetahuan pada keluarga balita tentang pemberian
makanan seimbang yang tepat dan benar

II. PELAKSANAAN
2.1 SASARAN
a. Balita bawah garis merah (BGM)
b. Balita 2T
c. Balita kurus
d. Balita Sangat kurus
2.2 METODE
Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
Konsultasi Gizi

2.3 MEDIA
Biscuit pm

2.4 TEMPAT DAN WAKTU


Tempat yaitu rumah balita yang dilakukan selama 90 hari makan (3 bulan
berturut-turut)

2.5 PEMBIAYAAN
Dana Alokasi Kesehatan ( DAK )

2.6 LUARAN
Meningkatnya status gizi balita

2.7 EVALUASI
Formulir rekapitulasi status gizi kurang

2.8 PENCATATAN, PELAPORAN, DAN EVALUASI KEGIATAN


Hasil kegiatan dicatat dalam buku monitoring, dilaporkan kepada Ketua UKM
untuk dilakukan evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai