Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya kesehatan olahraga adalah upaya kesehatan yang memanfaatkan aktivitas fisik dan atau
olahraga untuk meningkatkan derajat kesehatan. Aktivitas fisik dan atau olah raga merupakan sebagian
kebutuhan pokok dalam kehidupan sehari-hari karena dapat meningkatkan kebugaran yang diperlukan
dalam melakukan tugasnya. Dengan majunya dunia tekhnologi memudahkan semua kegiatan sehingga
menyebabkan kita kurang bergerak (hypokinetic), seperti penggunaan remote kontrol, komputer, lift dan
tangga berjalan, tanpa diimbangi dengan aktifitas fisik yang akan menimbulkan penyakit akibat kurang
gerak.Gaya hidup duduk terus-menerus dalam bekerja (sedentary) dan kurang gerak ditambah dengan
adanya faktor risiko, berupa merokok, pola makan yang tidak sehat dapat menyebabkan penyakit tidak
menular, seperti penyakit jantung, pembuluh darah, penyakit tekanan darah tinggi, penyakit kencing
manis, berat badan lebih, osteoporosis, kanker usus, depresi dan kecemasan.Studi WHO pada faktor-
faktor risiko menyatakan bahwa gaya hidup duduk terus-menerus dalam bekerja adalah 1 dari 10
penyebab kematian dan kecacatan di dunia. Lebih dari dua juta kematian setiap tahun disebabkan oleh
kurangnya bergerak/aktifitas fisik. Pada kebanyakan negara diseluruh dunia antara 60% hingga 85%
orang dewasa tidak cukup beraktifitas fisik untuk memelihara fisik mereka. Menurut penelitian yang
bekerja sama dengan WHO tahun 1999, menyatakan bahwa penyakit tidak menular atau degeneratif
merupakan penyebab 60% kematian dan 43% beban penyakit global.

Tahun 2020 diperkirakan penyakit tidak menular menjadi penyebab 73% kematian dan 60% beban
penyakit global. Demikian juga hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), proporsi penyakit
kardiovaskuler meningkat dari tahun ke tahun sebagai akibat kematian; 5,9% tahun 1975, 9,1% tahun
1986, 16% dan pada tahun 1995 19%. Diberbagai negara maju dan berkembang, lebih dari 25 tahun
terakhir penyakit tidak menular tersebut menjadi penyebab kematian nomor satu.Hasil penelitian Dede
Kusmana tahun 2002 memperlihatkan bahwa orang yang mempunyai gaya hidup : tidak merokok,
berolahraga secara teratur, dan melakukan kerja fisik, ternyata berpeluang lima kali lebih tinggi terhindar
dari penyakit jantung dan stroke dari pada yang bergaya hidup sebaliknya.Selanjutnya menurut Manoefris
Kasim, tahun 2002, menambahkan bahwa faktor kegemukan, kurang gerak, riwayat keluarga terkena
penyakit kardiovaskular, serta penyakit diabetes mempunya risiko terkena penyakit jantung koroner
empat kali lebih tinggi dibanding yang tidak menderita diabetes.

1.2 Manfaat
Melatih kekritisan kami sebagai mahasiswa
Dapat tata penulisan yang benar
Menambah wawasan

1.3 Tujuan

Menyelesaikan salah satu tugas wajib kami sebagai mahasiswa ikor

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 IDENTITAS BUKU

Judul : ilmu kesehatan olahraga

Penerbit : PT. Remaja rosdakarya

Kota terbit : Bandung

Tahun terbit : 2012

Penulis : Prof. H.Y.S santosa Giriwijoyo dan Dr.Dikdik Zafar Sidik M.Pd

Pengarang : Dr.R.H.Boyke Mulyana M,Pd

ISBN : 978-979-692-085-3

2
2.2 Isi Buku

BAB 5

Olahraga Kesehatan Tenaga Dalam Seni Pernpasam Satria Nusamtara


Untuk dapat memahami apakah tenaga dalam dan bagaimana hakikat olahraga kesehatan
tenaga dalam dapat mengembangkan kesehatan dan juga tenaga dalam, maka terlebih dahulu
perlu adanya penjelasan yang akan diuraikan di bawah ini.
A. Organisasi Biologic Tubuh Manusia
Stuktur organisasi biologic manusia terdiri dari :
Sel-Jaringan –Organ – Sistema – organisme ( manusia )

Dari stuktur organisasi biologic tersebut di atas, sangat mudah dipahami


bahwa kesehatan, kualitas hidupm dan vitalitas kehidupan manusia sangant
tergantung pada kesehatan , kualitas hidup dan vitalitas kehidupan sel-selnya.
Artinya sel adalah hidup dan selama sel masih hidup berarti ada atau
memapunyai daya hidup atau tenaga hidup. Jadi tenaga dalam hakikatnya adalah
tenaga hidup dari unsru kehidupan yang terkecil dalam tubuh manusia itu sel,
yang dengan tenaga kehidupannya, seluruh sel sefata bersama-sama dapat
mewujudkan berbagau aktifitas hasmani dan rohani.

B. Pelaksanaan Olahraga Kesehatan


Olahraga kesehatan harus dilakukan secata terenana, bertahap, teratur
dan sepanhang hidup, keuali kalua sudah bosan hidup. Pada olahraga konvesional
kriteria ini bersifat lebih objektif ialah 60-80% dari DNM ( denyut nadai
maksimal ). Selain itu dianjurkan pula untuk selalu melaporkan hal-hal atau
gejala-gejala luar biasa yang terjadi sebelumnya, selama maupun setelah
melakukan olaharaga kesehatan pada pelatih/instruktur.
C. Kondisi Pelatihan
Manusia adalah mahkluh aerobic, artinya kehidupan manusia sangat
tergantung pada oksigen ( o2 ). Pasokan O2 keselurug tubuh sel tubuh manusia
dilakukan atas kerja sama Sistema respirasi degan Sistema kardiovaskular.
Keadaan di manata kebutuhan O2 selalu dapat die penihu olrh pasokannyam
disevut keadaan mantap ( steadi state ). Pada olalraga tenaga dalam ( or-TD ).
Kondisi oelatuuhan diiptakan dengan mengendalkikan pernapasan, yang berarti
mengendalikan banyaknya O2 yang masuk. Sehaat secra ilmu faal ( fungsinal )
adalah normalnya funsi sel-se; tibih secara menyeluruh, yang jelas sangan
diperlukan oleh setiap manusia. Hasil dari pelatihan ini ialah meningkatnya
derahajat kesehatan indicidu yang bersangkutan. Demikianlah mekanismenya
bagaiamana Or-TD dapat meningkatkan derajat kesehatan para pelakunya.

D. Listrik Dalam Tubuh Manusia


Penyakit dapat menimbulkan gangguan listrik dalam tubuh sebaliknya
gangguan listrik dalam tubuh dapat menimbulkan gejala penyakit. Misalanya

3
radang selaput otak, sehigga timbul kehang – kejang pada anak yang
menderitanya. Sebalikya ganggguan listrik pada otak dapat menumbulkan gejala
pebtakit seperti ayan/ epilepsi. Dalam hubungan dengn masalah listrik ini, dapat
dikemukakan bahwa bila di sesau kawasan ada listeik an ada teknokrat yang
mampu mrmanfaarkan lisreik, maka listrik daar digunakan untuk berbagai
keperluan misalnya untuk keperluan rumah tangga ( penerangan rumah
memasak, pendingin ruangan , pemanas air dan sebagainya. Memang antar listrik
dan magnet redapat hubungan yang sangat erat yaitu dari listrik dpat dibuat
magner dan sebaliknya dari magnet dapat dibuat listrik.sebagai penutup bahasan
ini, dapat dikemukakan bahwa seperli halnya listrik dalam dunia nyata dapat
digunakan untuk kebaikan maupun kejahatan maka demikian pula halnya listeik
dalam tubuh manusia pun dapat dipergunakan unuk hal yang serupa, sekali lagi
tergantung apa niatnyam apa bakatny dan ilmu listrik untu keperluan apa yang
dipelajarinya.

BAB 6

Kelelahan dan Overtraining

Kelelahan dapat didefinisikan sebagai kondisi menurunnya kapasitas kerja yang disebabkan oleh
melakukan pekerjaan (yang dikerjakan) itu.

A. Bentuk Kelelahan

Kelelahan dibagi menjadi 2 tipe, yaitu kelelahan mental dan kelelahan fisik. Kelelahan mental
adalah kelelahan yang merupakan akibat dari kerja mental. Kelelahan ini sering disebabkan oleh
kejemuan sebab kurangnya minat, dan hal ini lebih merupakan masalah bagi para ahli psikologi, psikiatri,
sosiolog, termasuk pula bagi para ahli Ilmu Faal.

Kelelahan fisik disebabkan oleh karena kerja fidik atau kerja otot, dan menjadi masalah yang
sangat menarik minat para ahli Ilmu Faal.

B. Simptomika Kelelahan

Simptomatika kelelahan mental sering mudah dikenali oleh yang bersangkutan. Ia mengeluh tidak
dapat berkonsentrasi, sulit mengingat, sulit mengembangkan ide, sulit dan lambat mengajukan
argumentasi. Kemampuan berpikirnya lambat dan tidak akurat.

C. Penyebab Kelelahan

4
Pada hakikatnya kelelahan dapat terjadi oleh berbagai penyebab yang dapat menimbulkan
terjadinya gangguan homeostatis. Penyebab-penyebab itu adalah:

1. Sumber daya habis atau tidak dapat diperoleh


2. Tertimbunnya sampah olahdaya di dalam tubuh
3. Terganggunya keseimbangan elektrolit/asam-basa di dalam cairan tubuh
4. Terganggunya keseimbangan pemasukan dan pengeluaran air di dalam tubuh.

D. Kemungkinan Tempat-Tempat Kelelahan

Untuk dapat memudahkan memahami di mana kemungkinan tempat terjadinya kelelahan, marilah
kita tinjau sistema neuro-muskular. Dari anatomi sistema neuro-muskular dapat diidentifikasi ada 6
tempat yang mungkin menjadi tempat terjadinya kelelahan, yaitu:

1. Serabut otot
2. Keping ujung saraf motorik (motor nerve endplate) di dalam otot
3. Serabut saraf motorik itu sendiri
4. Synaps di dalam ganglion saraf dan di susunan saraf pusat
5. Badan sel saraf
6. Ujung saraf sensoris didalam otot, atau dimanapun di dalam tubuh.

E. Kejemuan

Bila seseorang harus berpartisipasi pada kegiatan fisik, mental ataupun sosial tanpa motivasi yang
cukup, artinya tanpa minat, maka ia akan merasakan adanya keinginan untuk menghentikan aktivitasnya.
Perasaan ini disebut sbagai kejemuan. Kejemuan seringkali menyerupai kelelahan, karena memang orang
yang bersangkutan merasakan lelah dan kinerjanya menurun. Oleh karena itu kelelahan yang berdasarkan
pada kejemuan disebut sebagai kelelahan semu (pseudo fatigue). Ada 2 cara untuk meminimalkan
kejemuan: membangun minat atau mengerjakan pekerjaan itu secara otomatis sambil membanyangkan
hal-hal yang menarik minatnya.

F. Staleness

Gejala subjektif dari staleness sangat banyak: Adanya rasa kelelahan umum, hilangnya
kegairahan di awal partisipasinya dalam olahraga, tidurnya tidak menyegarkan, kadang-kadang sakit
kepala.

Kondisi ini akan menjadi semakin berat bila pelatih tidak dapat memperlihatkan empatinya, dan
mengatakan kepadanya bahwa ia telah gagal mencapai sasarannya, serta ia tidak akan menjadi lebih baik.

Untuk menyembuhkan staleness, latihan untuk sementara harus dihentikan. Atlet yang
bersangkutan harus diberi tahu mengenai masalah yang sedang dihadapinya, dinasihati agar tidak tergesa-
gesa dalam mencapai tujuannya.

5
G. Overtraining

Overtraining adalah bentuk kronis dari kelelahan patologis dalam olahraga. Pada tahun 1950
Krestovnikov memasukkannya sebagai bentuk neurosis khusus yaitu neurosis olahraga (sport neurosis).
Kadang-kadang disebut sebagai staleness.

1. Aetiologi (Penyebab)
Harapan yang berlebihan, yang melebihi kapasitas fungsional otak menjadi pemicu terjadinya
neurosis (overtraining) ini. Harapan yang berlebihan ini disebabkan oleh:
a. Proses perangsangan yang berlebihan yang disebabkan oleh karena volume, intensitas dan
kompleksitas latihan dari olahraga-olahraga tersebut
b. Proses penghambatan yang berlebihan dari gerakan –gerakan yang tidak diperlukan pada saat
membentuk gerakan-gerakan baru dan halus, atau oleh terjadinya pengaruh diferensiasi
rangsangan.
c. Mobilitas proses saraf yang berlebihan atau perubahan-perubahan pada”stereotype yang dinamis”.
2. Simptomologi
Ciri-ciri utamanya adalah kelelahan yang tinggi, respon terhadap latihan yang tidak ekonomis dan
tidak seimbang, pemulihan yang lambat sekalipun terhadap latihan yang ringan, labilitas sistem
vegetatif dan sistem endokrin, adanya masalah dalam proses olahdaya, dan proses hormonalnya, adanya
gejala neurose psikis: hiperaktivitas, depresi atau euphoria, anxietas, dan menurunnya output olahra
3. Gejala-Gejala Subjektif
a. Asthenia fisik dan psikis: kelelahan yang berkepanjangan sekalipun setelah istirahat atau hanya
bekerja ringan, hilangnya konsentrasi, BB (berat badan) menurun.
b. Gangguan psikis: depresi disertai keputusasaan atau kegelisahan, mudah marah atau hiperaktif,
kadang ada rfeaksi kekerasan, hilang memori atau perhatian, sementara atlet yang bersangkutan
sibuk dengan masalahnya sendiri.
c. Problema tidur: adanya insomnia atau kegelisahan tidur
d. Nyeri kepala dengan intensitas dan lokasi yang sangat bervariasi
e. Gejala pengiring: paraesthesia (kesemutan) disertai matirasa (ba’al) pada extremitas, nyeri precordial
atau kontriksi, nafas tidak lega, tachycardia, tachypnea, gangguan keseimbangan, pendengaran atau
penglihatan, gangguan seksual.
4. Tanda-Tanda Objektif
Tanda-tanda objektif jelas berkaitan dengan gejala-gejala dan meliputi hyperreflexia, kedutan
pada kelopak mata dan jari-jari, olahdaya (metabolisme) basal meningkat dengan akselerasi pada
katabolisme (penurunan BB yang tidak jelas penyebabnya).
5. Diagnosis
Diagnosis tergantung pada gejala, riwayat, serta pemeriksaan-pemeriksaan fungsional. Diagnosa
diferensial adalah terhadap syndroma solisitasi (sindroma harapan berlebihan), penyakit organik atau
gangguan psikoneurose.
5. Pengobatan/Penyembuhan
Overtraining merupakan akibat latihan dengan dosis/intensitas yang berlebihan yang
menyebabkan terjadinya gejala-gejala overtraining. Gejala-gejala overtraining ini hakikatnya adalah
akibat gangguan homeostatis karena pemulihan (recovery) yang tidak adekuat. Gejala-gejala

6
overtraining meliputi gejala-gejala yang bersifat psikologis, fisiologis maupun patologis (Neil F.
Gordon dalam Cooper, 1994) sebagai berikut:
1. Insomnia (susah tidur) & sakit kepala
2. Sulit memusatkan perhatian (berkonsentrasi)
3. Gairah & motivasi menurun
4. Lesu, letih dan lemah sehingga menjadi rentan cedera
5. Rasa lelah > 24 jam
6. Anorexia (mual)
7. Gangguan fungsi pencernaan – diare
8. Berat badan menurun
9. Haus dan banyak minum di malam hari
10. Tekanan darah menurun dan terjadi orthostatis
11. Nadi istirahat meningkat > 10 denyut & nadi terhadap standar latihan sangat meningkat
12. Tungkai terasa berat
13. Dosis latihan tak habis
14. Nyeri otot dan sendi
15. Rentan terhadap alergi dan infeksi
16. Penyembuhan luka: lambat
17. Lymphadenitis (radang kelenjar getah bening)
18. Amenorhoea/oligomenorhoea/tak teratur
19. Hemolisis meningkat sehingga dapat terjadi anemia
20. Libido menurun

Latihan untuk olahraga prestasi harus seoptimal mungkin. Oleh karena itu dosis dan intensitas
latihan harus sedekat mungkin dengan kondisi yang menyebabkan overtraining, dan bila terdapat
gejala overtraining maka dilakukan penurunan badan latihan (unloading). Dengan memahami Ilmu
Faal Olahraga maka overtraining berat dapat dihindari.

BAB 7

Orahraga Pada Anak

A. Pertumbuhan, Perkembangan, dan pematangan

Terdapat variasi pertumbuhan jasmani yang sangat jelas pada anak-anak yang berada
dalam satu kelompok umur kronologik yang sama. Variasi umur biologik anak adalah sekitar 6
tahun (Russo, et. al. 1975). Misalnya tim bola basket kelompok umur 13 tahun, memiliki variasi
umur biologik dari 10 sampai 16 tahun. dapat Hal ini menimbulkan ketidak serasian yang sering
terlihat dalam hal tinggi badan, berat badan dan perkembangan keterampilannya. Antara umur 7-
11 tahun , variasi tinggi badan anak 40 % . Tetapi tidak jarang dijumpai sesama anak umur 11
tahun perkembangan fisiknya berbeda sekitar 4 tahun.

B. Manfaat Olahraga bagi Kesehatan dan Kebugaran

7
Sehat dinamis adalah kondisi sehat yang diperolah karena melakukan olahraga kesehatan
secara teratur (baca bab Olahraga Kesehatan). Tiga komponennya yang penting adalah:
1. Daya tahan jantung-paru (kebugaran kardio-vaskulo-respiratoir)
2. Kelentukan dan kekuatan (kebugaran skeleto-muskular)
3. Rasio lemak tubuh terhadap berat badan tanpa lemak yang tepat (kebugaran nutrisional).

Ketiga hal di atas diperlukan untuk kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang. Anak yang
berolahraga secara teratur akan mempunyai jantung yang lebih besar dan lebih kuat, massa otot yang
lebih banyak dan lebih kuat, jaringan lemak yang lebih sedikit, tulang-belulang yang lebih kuat dan
seni yang lebih fleksibel.

C. Tinjauan Fisiologi Olahraga Pada anak

1. Power Aerobik
Meningkatnya perhatian terhadap olahraga pada anak dan remaja disebabkan oleh penampilan
tingkat tinggi dalam berbagai cahang olahraga hanya dapat diperoleh bila pelatihan yang tepat
telah dimulai beberapa tahun sebelumnya.
Pada tahun-tahun akhir ini telah banyak dilakukan penelitian terhadap perkembangan
penampilan fisik pada anak-anak dan remaja, kemampuan adaptasi anak terhadap pembebanan
fisik sama dengan pada orang dewasa. Satu hal yang perlu dicermati adalah bahwa anak dalam
kaitan dengan masa pertumbuhannya, mempunyai faktor-faktor pembatas yang berbeda dari
orang dewasa dalam setiap tahap pertumbuhan dan perkembangannya.
Bila latihan dimulai pada masa anak-anak, maka kemajuan perkembangan VO, max-nya dapat
diperoleh setelah 4-6 bulan latihan teratur dengan frekuensi 3-4x per-minggu.
2. Power Anaerobik
Kapsitas asserubik anak sekalipunt dinyatskan dalam satuan kg berat badan, ternyata lebih
rendah daripada kelompok usia yang lebih tua. Kapasltas yang lebih rendah ini tercermin dari
kemampuannya untuk melakukan tugas pengerahan tenaga maksimal dalam jangka pendek, dan
dalam hal ini anak usia 8 tahun hanya menghasilkan 65-70 % dari kemampuan mekanik yang
dihasilkan oleh anak usia 14 tahun. Kemampuan ini tetap mmingkat bersamaan dengan
meningkatnya umur, karena peningkatan power anserobik pada anak memang berkaitan langsung
dengan pertumbuhan dan perkembangan struktur dan fungsinotot.

3. Sistem Kardiovaskular
Anak-anak memiliki frekuensi denyut jantung maksimal yang lebih tinggi dan isi denyut yang
lebih rendah daripada orang dewasa,
baik pada istirahat maupun pada olahraga. Tetapi mereka memiliki penyesuaian peredaran darah
perifer yang lebih baik terhadap olahrnga dari pada orang dewasa, yang menyebabkan terjadinya
perbedaan kandungan O, darah arteri dan vena yang lebih besar yang menunjukkan terjadinya
ekstraksi O, yang lebih efisien di jaringan. Tekanan darah arteri, khususnya tekanan sistolik,
relatif lebih rendah pada anak-anak, tetapi tekanan darah yang rendah ini tidak memberikan
gangguan ataupun keuntungan bagi kapasitas daya tahannya. Anak-anak juga mencatat nilai-nilai
tekanan darah sistolik yang lebih rendah selama olahraga.

4. Sistem Pernafasan
Anak-anak yang sangat muda memiliki pola pernafasan yang relatif dangkal, dengan rasio
volume udara nafas terhadap kapasitas vital yang rendah selama olahraga yang maksimal, akibat
rendahnya absorpsi O, dari udara inspirasi. Hal ini menyebabkan anak harus bernafas dengan
frekuensi pernalasan yang lebih tinggi, dan hal ini bersifat menugikan karena dapat menyebabkan
terjadinya pemakaian O, yang relatif lebih banyak untuk melakukan (gerak) pernafasan.

8
D. Tinjauan Kesehatan Olahraga pada Anak
Umumnya latihan fisik regular memberi manfaat, namun pelatihan fisik dengan intensitas, durasi, jenis,
dan frekuensi yang tidak tepat dapat menyebabkan terjadinya cedera pada anak-anak yang sedang dalam
pertumbuhan. Prinsip yang penting di awal pelatihan fisik dalam program yang regular adalah
merangsang semua sistem organ (ergosistema) dengan pelatihan multilateral yang meliputi pelatihan-
pelatihan aerobik, anaerobik, kekuatan, power. ketahanan (endurance) dan keterampilan teknik. Pelatihan
ini harus berupa pelatihan terpadu dan terintegrasi, bukan pelatihan yang dilakukan secara sendiri-sendiri
dari unsur-unsur pelatihan tersebut di atas. Pelatihan harus selalu dilakukan secara bertahap dalam segala
aspeknya: intensitas, durasi, maupun frekuensinya. Pelatihan yang bertitik berat pada satu fungsi saja,
misalnya kekuatan atau daya tahan saja, adalah tidak tepat dan dapat mencederakan hanna)selama tahun-
tahun pertama dari karir olahraganya. Tetapi anak mempunyai sistem umpan balik yang sangat baik
dalam hal motivasinya, sehingga bila program latihannya telah mencapai batas toleransinya, maka anak
akan menjadi kehilangan minat untuk meneruskan latihannya. Inilah hal yang perlu diwaspadai dalam
pembinaan olahraga pada anak. Akan tetapi sistem umpan balik ini akan menghilang dengan
bertambahnya usia, dan pada usia pubertas pembebanan yang over load sudah dapat dilakukan.

E. Gizi untuk Atlet Muda

Selama masa pertumbuhan cepat pada pubertas, diperoleh tambahan tinggi badan sekitar 15 % dan
massa skelet sebesar 48 % . Oleh karena itu tata gizi anak-anak pubertas yang aktif harus sesuai dengan
meningkatnya kebutuhan daya (energi), vitamin, mineral dan nutrisi lainnya. Survey nutrisi menunjukkan
bahwa anak-anak pubertas pola makannya tidak teratur dan bagian besar dari asupan nutrisinya sering
diperoleh dari makanan-makanan kecil (snacks) di antara waktu-waktu makannya yang tidak teratur,
bahkan sering melupakan sarapan dan makan siangnya. Kalsium, besi, seng dan vitamin A, B, C dan
asam folat sering ditemukan dalam keadaan tidak mencukupi dalam tata gizi anak-anak umur belasan.
Atlet wanita yang terlibat dalam program olahraga berat sering mengkonsumsi kalsium kurang dari 60 %
kebutuhan hariannya dan juga merupakan kelompok yang paling sering kekurangan besi (Harvey, 1984).

F. Tinjauan Pusikologis

Anak gemar berkompetisi. Kegiatan fisik pada berbagai tingkat kompetisi merupakan cara yang penting
bagi anak untuk belajar mendapatkan kemampuan fisik dan mental serta memahami tent lingkungannya.
Tujuh tahun pertama dari masa kehidupan adalah periode pembelajaran motorik yang intensif, karena
bagian terbesar dari kegiatan motorik yang bersifat sub-rutin yang menjadi dasar bagi berkembangnya
keterampilan olahraga di masa yang akan datang dipelajari dan mengambil tempat pada akhir periode ini.

G. Pembelajaran Motorik

1. Keterlatihan (Trainability)
Anak-anak merespons latihan conditioning (kemampuan) dasar dan latihan-latihan spesifik
dengan meningkatnya kemampuan, tetapi meningkatnya kemampuan ini sering tidak disertai
dengan meningkatnya VO, mar yang signifikan. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah
pengukuran VO, max melalui pengukuran konsumsi O, yang demikian berlaku bagi anak-anak
sebagai kriteria aerobik power yang maksimal? Efektivitas pelatihan aerobik menjadi lebih besar
setelah terjadinya awal pertumbuhan cepat (PHV-peak height velocity), karena hal inipun
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan struktur dan fungsi otot pada anak.

9
2. Sports Skills (Keterampilan Olahraga Kecabangan/Permainan)
Anak menyukai berbagai cabang olahraga permainan. Keinginan untuk menyerap sebanyak
mungkin pengetahuan dan keterampilan merupakan bagian dari pertumbuhan dan perkembangan
anak yang bersifat alami. Pengetahuan dan keterampilan itu menjadi bekal untuk digunakan pada
berbagai situasi yang tepat. Dengan memiliki pengetahuan dan keterampilan baru, anak akan
merasa lebih yakin dan percaya diri. Penguasaan keterampilan kecabangan olahraga penting
dimiliki anak-anak karena dapat menjadi alat untuk memelihara kesehatan dan kebugaran, di
samping sangat penting sebagai alat sosialisasi diri anak-anak yang bersangkutan. Makin banyak
keterampilan kecabangan olahraga yang dikuasai, termasuk berbagai macam/ bentuk olahraga
kesehatan makin baik baginya, karena hal itu akan menjadi perbendaharaan olahraga yang dapat
dipergunakan sepanjang hidupnya.

3. Penghargaan terhadap Kegiatan Fisik Anak


Anak-anak sejak usia yang masih sangat muda menyadari dan ołch karena itu aktif mencari
penghargaan dari orang dewasa mengenai penampilannya. Antara umur 5-7 tahun mereka juga
mulai membandingkan kemampuan fisiknya dengan anak-anak lain yang seusia. Anak menjadi
sadar akan penghargaan-penghargaan terhadap aktivitas fisiknya yang pada tahap perkembangan
ini meliputi perasaan mampu dan merasa berhasil, mengalami rasa percaya diri, memasuki
perilaku yang menyenangkan, mendapatkan tujuan diinginkan dan mendapatkan kekaguman dan
penghargaarn dari yang lain.

4. Dampak Negatif Olahraga


Satu pengaruh negatif besar dari olahraga terhadap anak akan terjadi bila orang dewasa
mempertontonkan model olahraga profesional yang salah, yang seharusnya menjadi masukan
yang menyenangkan atau yang bersifat mendidik bagi anak.

BAB 8

Sport traumatology tidak meliputi semua cedera yang terdapat terjadi selama melakukan kegiatan
olahraga, tetapi terbatas pada cedera-cedera yang bersifat khusus (specifik) akibat melakukan
gerakanketerampilan lahraga.
E. Cedera Olahraga pada Anak
1. Sistem Muskulo-Skeletal yang Belum Matang
Anak berbeda dari orang dewasa dalam hal dimensi maupun kualitas dan
kuantitas fungsionalnya. Disamping adanya perbedaan-perbedaan yang jelas
dalam ukuran, kekuatan struktur dan kekuatan jaringan antara orang dewassa
dan anak-anak terdapat perbedaan-perbedaan lebih rawandalam sifat-sifat
jaringan pada anak-anak.
2. Pengaruh Olahraga pada Sistem Muskuloskeletal yang Belum
Matang(Immature)
Sejumlah minimal kegiatan jasmanial (Olahraga) diperlukan untuk
kepentingan pertumbuhan, perkembangan dan pemeliharaanjaringan
sekeletal (Caine & Linder, 1985).
3. Faktor-Faktor yang Menyertai kejadian Olahraga pada Anak

10
Kejadian cedera olahraga pada anak sekitar tiga persen per tahun, tetapi
cedera yang sangat serius hanyalah sebesar 0.69 persen per tahun (Watson,
1984).
4. Pencegahan cedera
Cara-cara pencegahan yang data dilakukanmeliputi hal-hal berikut di bawah
ini:
a. Mengubah peraturan
b. Modifikasi perlengkapan yang diseduaikan dengan ukuran kekuatan
dan tingkat keterampilan
c. Sepatu yang cocok, pemakaian alat pelindung bila diperlukan
d. Pemilihan olahraga yang tepat dan pada anak-anak tertentu melalui
penelitian khusus
e. Perbaikan dalam teknik pelatihan dan program latihan, termasuk
pemanasan yang bernar, latihan kekutan dan feleksibilitas yang
tepat,dosis dan intensitas pembebanan secara bertahap.

F. Cedera Olaraga Akut


1. Cedera Kepala dan Leher
Cedera olahraga pada kepala dan leher yang serius sangat jarang di jumpai
pada anak usia di bawah 11 tahun. Tetapi terdapat kenaikan yang dramastis
dari kejadian itu pada kelompok usia 15-18 tahun.
2. Fraktur Diafise pada Anak-Anak
Tulang yang belum matang adalah lunak dan kurang rapuh dibandingkan
dengan tulang dewasa dan sering lebih than terhadap pembengkokan yang
cukup besar sebelum terjadinya fraktur, dengan membentuk apa yang disebut
sebagai fraktur inkomplit atau faktur greenstick pada anak-anak.

G. Fraktur supracondylar Siku


Faktur ini biasanya terjadi biasanyaterjadi karena jatuh dengan siku tertekuk.
Humerus patah tepat diatas condyle, dan fragmen distal bersamalengan bawah
terdorong kebelakang dan sering terputar. Sangat diperlukan reduksi yang
akurat, sedikit pergeseran dapat diterima, tetapi tekukan atau putaran
harusdikoreksi dengan sebaik-baiknya.

H. Cedera lempeng Pertumbuhan: Laesi Salter-Harris


1. Fraktur Akut
Fraktur Akutdapat terjadi dengan/tanpa melibatkan lempeng pertumbuhan
pada sejumlah tempat.hal ini telah diklasifikasikan oleh Salter dan Harris
(1963) menjadi fraktur horizontal (tipe I dan II) dan faktur vertical (tipe III
dan IV), sedangkan tipe V adalah fraktur kompresi.
2. Fraktur Tranfiseal Caput femoris
Fraktur tranfiseal caput femoris (Salter-Harris type I) dapat berupa
pergeseran akut epifise caput femoris yang akan dibahas kemudian. Hal itu

11
dapat menyertai penyakit tertentu misalnya renalosteodystrofia atau
hipotyroidie.
3. Fraktur Epifisis Femoris Distal
Fraktur epifisis femoris distal banyak dijumpai pada atlet muda yang
erupakanakibat dari puntiranyang hebat atau cedera valgusextremitas bawah
(steiner & grana, 1988).
4. Fraktur Lempeng Pertumbuhan Tibialis Atas
Insersi ligamentum collateral terdapat disebelah distal dari lempeng
pertumbuhan tibialis atas sehingga cendrung menjadi pelindung bagi
lempeng pertumbuhan ini terdapat cedera(Gb.7).
5. Fraktur Avulsi Ligamentum Cruciantum Anterior
Fraktur avulsi insersi ligamentum cruciantum anterior (ICA) pada eminensia
tibialis dari epifise tibialis proximal dapat terjadi pada cedera puntiran, dan
stress valgus pada lutut
6. Fraktur Avulasi Lain
Fraktur avulasi dapat terjadi pada perlekata apofiseal kelompok otot-otot
besar pada atlet pubertas.tempat paling umum adalah perlekatan otot
sartorius ke spina iliacaanterior superior (SIAS), otot iliopsoas pada
trochanter minor,perlekatan tendo patella ke tuberositas tibiae, perlekatan
otot-otot abdominal kecrista iliaca dan perlekatanotot hamstring ke
tuberositas ischii.

BAB IX

KONDISI HEREDITER DAN CEDERA OLAHRAGA PADA ANAK

A. Osteochondritis ‘Penghancuran’ (‘crushing’ osteochondritis)

Osteochondritis subchondral artikular atau ‘crushing’ osteochondritis dapat terjadi pada caput
feromis sendi panggul, os lunatum pergelangan tangan, os naviculare pada pertengahan laki atau pada
caput metatarsal kedua.

1. Penyakit Parthes
Penyakit parthes adalah satu dari osteochondrosess yang paling umum dan yang paling
sering menimbulkan kerugian jangka panjang.Umur awal kejadian biasanya 4-10 tahun, dengan
puncaknya pada umur 5-6 tahun (pappas, 1989) dan semakin tua umur anak semakin buruk
prognosis jangka panjangnya.

2. Penyakit Kohler
Penyakit kohler merupakan bentuk osteochondritis yang ditemukan pada anak-anak usia
3-7 tahun dengan nyeri pada sisi medial laki di daerah os naviculare. Yang terkena biasanya anak-
anak yang aktif dan lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

12
3. Penyakit Freiberg
Osteochondritis freiberg adalah nekrose iskemik dari epifise caput metatarsal kedua dan
kadang juga ketiga. Hal ini terjadi pada remaja, jarang terjadi sebelum usia 12 tahun.Hal ini dapat
disertai nyeri dan pembengkakan pada sendi metatarsopalangeal.

B. Osteochondrosis Hondral Artikular


Penyakit ini dapat terjadi akibat trauma olahraga yang berulang-ulang. Penyakit ini juga dapat
terjadi oleh karena faktor herediter. Bila fragmen osteochondral menjadi terpisah, terdapat resiko besar
terjadinya gangguan fungsi sendi yang kemudian diikuti osteoartritis.

C.Osteochondrosis Scheuemann
1. Penyakit Scheuemann
Penyakit scheuemann pada spina adalah salah satu bentuk osteochondrosis fiseal. Kondisi
demikian mempengaruhi lempeng pertumbuhan yang mengakibatkan pola pertumbuhan ireguler dan bila
ada gaya kompresi yang cukup besar dapat terjadi deformasi angular.Kondisi ini klasik terjadi pada
vertebra thoracalis tetapi dapat juga mengenai vertebra lumbalis. Keadaan ini sering disertai dengan
meningkatnya kyphosis pada pertengahan vertebra thoracalis yang disertai dengan meningkatnya lordosis
lumbal.

2.Penyakit Blount
Penyakit Blount (osteochondrosis deformans tibiae) sapat terjadi pada bagian posteromedial dari
lempeng pertumbuhuan tibia bagian proximal.Hal ini mengakibatkan deformitas rotasi dan varus pada
tibia proximal.Bila sampai menimbulkan masalah, perlu tindakan ortopedik.

3.Stres Fraktur
Dengan meningkatnya olahraga kompetitif pada anak-anak dan kemajuan dalam metoda
diagnostik, stress fraktur menjadi sering didiagnosa pada remaja. Hal ini sering merupakan akibat
peningkatan intensitas latihan yang mendadak dan paling umum terjadi pada tulang-tulang panjang
tungkai bawah, tulang-tulang tarsal,metatarsal,femur,tulang-tulang panggul dan corpora vertebrales.

D.Sindrom Malalignment (Kesalahan Penjajaran)


Malformasi muskuloskeletal congenital atau malalignment dapat menjadi masalah yang
signifikan bagi anak yang terlibat dalam aktivitas fisik. Misalnya sindrom kaki dan tungkai bawah. Dalam
bab ini hanya akan dibahas koalisi tarsal untuk sekedar mendeskripsikan diagnosa dan managen masalah
demikian pada atlet remaja.

E. Koalisi Tarsal
Koalisi tarsal disebabkan oleh adanya fusi antar tulang-tulang tarsal. Hal ini terjadi paling umum
antara tulang calcaneus dengan tulang naviculare dan antara calcaneus dengan talus.Lebih banyak
dijumpai pada laki-laki, sering bersifat keturunan denga trait autosomal yang dominan dan oleh karena itu
biasanya terdapat riwayat keluarga yang jelas mengenai adanya nyeri kaki yang sama.
Gejala yang paling umum adalah nyeri pertengahan kaki yang kronik, kadang disertai dengan
pincang. Gerakan sendi subtalar sering jelas terhambat, khususnya pada koalisi talocalcaneal dan sering

13
disertai dengan kaki yang datar (flat foot) dan kaku (kelainan valgus). Kaki juga dapat memendek pada
bagian depan dan pada sejumblah kecil kasus terdapat spasme otot-otot peroneal yang persisten.

BAB 10

Penyakit Kronis, Penyakit Akut, dan Kegiatan Olahraga pada Anak

A. Penyakit Kronis dan Partisipasi dalam Olahraga


Banyak atlet muda yang keterlibatannya dalam aktifitas olahraga terhambat oleh masalah
kesehatan yang kronis. Beberapa kegiatan olahraga tertentu dapat menyebabkan masalah khusus
atau risiko bagi individu demikian.

1. Asma
Hamper semua anak muda yang asthmatic akan mengalami bronchospasme yang
diinduksi oleh olahraga ( exercise- induced- bronchospasm = EIB ) atau asma yang
diinduksi oleh olahraga ( exercise- induced- asthma = EIA ). EIB juga dapat terjadi pada
sebagian non – asthmatic yang menderita hey fever ( demam alergi terhadap serbuk
bunga ), bronchitis atau fibrosis cystica. Asma yang terjadi dapat bervariasi dari yang
sangat berat sampai kepada yang sangat ringan, yang hanya dapat dideteksi dengan
pengukuran fungsi paru.
2. Diabtes Melitus
Merupakan penyakit metabolic/ endocrine yang paling umum dijumpai pada
anak – anak. Gejala dininya dapat diketahui dalam hubungan dengan kegiatan fisik yang
menyebabkan kelelahan yang tidak biasa atau yang meningkat, rasa haus yang tidak
normal, sering buang air kecil dan menurunnya berat badan.
3. Fibrosis Cystica
Kondisi ini ditandai dengan gangguan fungsi kelenjar exocrine secara umum.
Gejala klinik yang paling menonjol adalah infeksi kronis rekuens saluran nafas dan sinus,
dan gangguan saliran cerna yang menyebabkan terjadinya malnutrisi, karena itu anak
biasa nya kecil, kurus, dan rapuh dengan kandungan lemak yang sangat sedikit dan sering
tersingkir dari kegiatan olahraga yang manapun. Fibrosis cystica merupakan penyakit
keturunan yang fatal.
4. Epilepsy
Episode epilepsy dapat berlangsung dari yang sangat singkat hanya beberapa
detik sampai kepada prilaku yang aneh dan otomatik atau yang sangat berat, meyeluruh
dengan kejang tonik/ klonik sampai tidak sadardan terjatuh, yang diikuti dengan fase
pemulihan berupa tidur yang dalam.
Semua kegiatan olahraga pada anak – anak melibatkan risiko. Pada anak – anak
dengan epilepsy risiko itu dapat meningkat sesuai dengan jenis kegiatannya, dan macam
serta pengendalian epilepsinya.
5. Anak – anak dengan penyakit jantung
Kondisi penyakit jantung yang paling sering berhubungan dengan kematian
mendadak yang dapat terjadi setiap saat meliputi: Stenosis aorta, shunt dari jantung kanan
ke kiri disertai stenosis pulmonal, hypertrophicobstructive cardiomyopathy, hipertensi
pulmonal sedang atau berat, myocarditis.

14
Kondisi yang berhubungan dengan kematian mendadak yang tidak terduga pada
atlet muda meliputi: hypertrophic obstructive cardiomyopathy, arteria cornoria kiri yang
abberant, aortic dissection secondary to marfan’s syndrome, penyalit arteria kornoria.
Lebih baik menyingkirkan anak dengan kondisi demikian pada evaluasi kesehatan rutin
pra- partisipasi yang komprehensif sebelum keterlibatan dalam kegiatan olahraga
kompetitif.

B. Penyakit jantung iskemik


Hal ini jarang dijumpai pada anak –anak atau pubertas. Tetapi pada anak dengan riwayat
keluarga atherosclerosis premature, hendaknya diperoleh hasil pemeriksaan kolestrol total serum,
HDL – kolestrol dan trigliserida.

C. Kardiomiopati
Hypertrofik cardiomyopathy dijumpai pada populasi anak – anak, dan merupakan satu
dari penyebab kematian tiba – tiba yang paling sering dalam olahraga diantara anak- anak muda,
akibat terjadinya aritmia.

D. Aritmia
Berbagai macam tipe aritmia dapat dijumpai pada anak –anak. Dalam menentukan olahraga dan
kegiatan fisik yang tepat untuk setiap kasus, factor – factor dibawah ini perlu dibahas :
1. Tipe dan parahnya sesuatu kondisi jantung yang menyertai
2. Tipe aritmia dalam hubungan dengan tempat asalnya, denyut jantung maksimal yang dapat
dicapai, durasi terjadinya episode, gejala yang menyertai dan frekuensi terjadinya.
3. Kepekaan aritmia terhadap pengobatan
4. Tipe dan intensitas tuntutan terhadap system kardiovaskular yang diperlukan oleh kegiatan
olahraga yang bersangkutan.

E. Penyakita Akut dan Partisipasi dalam Olahraga


1. Mononucleosis Infekiosa
Kondisi ini yang umumnya dikenal sebagai demam kelnejar, yang merupakan suatu
penyakit virus akut yang biasanya dapat sembuh sendiri. Komplikasi jangka panjang jarang,
tetapi berpengaruh signifikan dalam partisipasi olahraga.
2. Penyakit Akut Lain
Adanya bentuk penyakit akut lain hendaknya juga menjadi pembatas bagi partisipasi
dalam olaharaga. Kondisi demikian dapat menyebabkan kelelahan, kelemahan, gejala- gejala
vestibular dan bila ada demam, menjadi masalah bagi termoregulasi.

BAB 11

PENILAIAN KESEHATAN PRAPARTISIPASI (PKPP) DAN KEAMANAN OLAHRAGA PADA


ANAK

Pemeriksaan kesehatan prapartisipasi pada anak sebelum keterlibatan nya dalam olahraga atau
program latihan merupakan upaya yang sangat penting dalam pencegahan cedera olahraga, menghindari

15
komplikasi terhadap penyakit yang telah ada dan menentukan batas-batas pembebanan, yang berarti
kehati-hatian.

Sejumlah masalah penting yang relevan dengan anak yang ajkif telah diidentifikasi (Mc, Keag,
1989) sebagai berikut :

1. Bagaimaan kondisi kesehatan umum atlet


2. Adakah kelainan-kelainan yang dapat membatasi atau meningkatkan risiko untuk berpartisipasi
dalam olahraga
3. Adakah kondisi predisposisi atlet terhadap cedera olahraga
4. Adakah bakat yang mengarah kepada jenis olahrag tertentu (talent identification tahap pertama)
5. Kebutuhan hokum dan asuransi untuk program olahraga yang terorganisasi hendaknya dapat
dipenuhi

A. Komponen Pemeriksaan Kesehatan

Pemeriksaan kesehatan pra-partisipasi (PKPP) yang komprehensif meliputi pengisian


kuesionerriwayat kesehatan, pemeriksaan fisik yang komprehensif, penelitian (hanya bila ada indikasi),
penilaian dan rekomendas-rekomendasi spesifik yang berhubungan dengan kehati-hatiandan larangan-
larangan untuk sesuatu keterlibatan dalam berbagai jenis olahraga dan aktivitas fisik tertentu.

B.Petunjuk Umum kEamanan Olahraga Pada Anak

Rekomendasi umum adalah :

1. Pelatih hendaknya sangat terlatih dan me dapat akreditas melalui system akrediatasi nasional
yang berhubungan dengan organisasi yang sesuai
2. Supervisi yang adekuat hendkat nya diberikan selama anak terlibat pada kegiatan olahraga
3. Pelatihan pada anak hendaknya menekankan kegembiraan dan keterampilan.
4. Bila mungkin sesuatu program hendaknya dirancang secara individual, dengan memeperhatiakan
kematangan fisik, tingkat keterampilan, kemampuan belajar keterampilan baru, antusiasme dan
apakah ada keterbatasan-keterbatasan fisik termasuk adanya cedera.
5. Aak-anak yang meningkat ke tingkat kompetisi yang lebih tinggi hendaknya mendapat
pemeriksaan kesehatan prapartisipasi.

BAB 12

FISIOLOGI REPRODUKSI PADA WANITA

A. Terminologi Umum dan Konsep Pengaturan Fungsi Reproduksi

Organ reproduksi primer adalah Gonad, yaitu pada pria disebut testes (tunggal: testis) dan pada wanita
disebut ovarium (jamak:ovaria). Gonad mempunyai dua fungsi :

1. Gametogenesis, yaitu membentuk sel-sel gamet yang merupakan sel-sel reproduksi; pada pria
membentuk spermatozoa (tunggal: spermatozon) atau sering disingkat menjadi sperma; pada wanita
membentuk ovya (tunggal: ovum).

16
2. Mensekiresikan hormon-hormon steroid khsuus, yang disebut sebagai hormon seks. Pada pria, hormon
seks adalah testosteron, sedangkan pada wanita ada dua macam yaitu estradiol dan progesteron.

Estradiol dihasilkan terutama oleh ovarium. Hormon-hormon lain yang mempunyai pengaruh seperti
estradiol, merupakan kelompom hormon-hormon steroid yang disebut sebagai estrogen.

Fungsi reproduksi diatur oleh serangkaian hormon-hormon. Hormon pertama dari rangkaian ini adalah
Gonadotropin Releasing Hormon (GnRH), yang merupakan salah satu dari hormon-hormon
hypophysiotropik, yaitu hormon yang dihasilkan oleh sel-sel neuroendokrin dalam hypothalamus.

Harus dipahami benar bahwa setiap mata rantai hormonal ini sangat penting dan gangguan fungsi
hypothalamus dapat berakibat kegagalan sekresi hormon seks seperti yang terjadi bila gonad itu sendiri
yang rusak.

Sebagai akibat dari perubahan dalam jumlah dan pola sekresi hormon-hormon, fungsi reproduksi sangat
berubah sepanjang hidup seperti tercantum di bawah ini :

1. Selama stadium awal yang dimulai dari kehidupan fetal dan berakhir dalam tahun pertama kehidupan
(masa bayi), GnRH, gonad dan hormon seks, relatif disekresikan pada tingkat yang tinggi.

2. Dari masa bayi ke pubertas, kecepatan sekresi hormon ini sangat rendah dan secara umum fungsi
reproduksi adalah tenang.

3. Pada awal pubertas, kecepatan sekresi hormon meningkat tajam; pada pria stabil, tetapi pada wanita
bervariasi besar selama siklus menstruasi dan hal ini menandai adanya priode reproduksi yang aktif.

4. Akhirnya fungsi reproduksi menurun dalam masa kehidupan lanjut karena gonad menjadi tidak peka
terhadap gonadotropin, yang mengakibatkan fungsi reproduksi pada wanita berhenti sama sekali.

B. Fungsi Reproduksi Pada Wanita

Berbeda dengan pria yang membentuk sel sel gamet (sperma) secara konitinu, pada wanita pembentukan
gamet bersifat siklis yaitu dengan dilepaskannya sel telur yang peristiwanya disebut sebagai ovulasi.
Siklus menstruasi merupakan kejadian kompleks yang terjadi di dalam uterus apabila tidak terjadi
kehamilan. Peristiwa dalam uterus apabila tidak terjadi kehamilan. Peristiwa dalam uterus itu sendiri
seluruhnya dipengaruhi orh perubahan sekresi hormon ovarium yang bersifat siklis. Perubahan-perubahan
yang berupa siklus menstruasi adalah akibat dari interaksi antara uterus, ovarium. Interaksi ini
menyebabkan ovarium sebagai berikut :

1. Menghasilkan satu gamet tiap siklus

2. Mensekresikan hormon yang menyebabkan tetjadinya perubahan-perubahan siklis di seluruh sistem


saluran reproduksi wanita, termasuk dalam uterus.

Perubahan-perubahan yang terjadi dalam uterus adalah menyiapkan uterus untuk menerima dan memberi
makan gamet dan hanya bila tidak terjadi kehamilan maka terjadi menstruasi. Uterus adalah organ
berongga berdinding otot tebal dan terletak di antara vesika urinaria dan rektum. Uterus adalah tempat
terjadinya pendarahan menstruasi dan tempat bertumbuhnya fetus pada kehamilan.

17
C. Fungsi Ovarium

Ovarium seperti halnya testis mempunyai dua fungsi:

1. oogenesis produknya adalah gamet yang dalam hal ini adalah ovum.

2. sekresi seks hormon steroid wanita estrogen dan progesteron dan hormon peptida inhibin.

Sebelum ovulasi fungsi gametogenesis dan endokrin terjadi pada satu struktur yaitu di folikel setelah
ovulasi folikel yang sudah tidak mengandung ovum berubah menjadi korpus luteum, yang mempunyai
fungsi endokrin. Pada pria gametogenesis dan sekresi hormon steroid dalam testis terjadi pada tempat
yang berbeda yaitu tubuli seminiferi yang merupakan tempat gametogenesis, sedangkan sel sel leydig
disebut juga sel sel interstitial yang terletak dalam jaringan di antara tubulus seminiferus adalah tempat
sekresi hormon testosteron.

D. Pengaturan Fungsi Ovarium

Fungsi ovarium diatur oleh serangkaian hormon-hormon yang terdiri dari :

1. GnRH yang dibentuk oleh sel-sel neuro-endokrin hypothalamus

2. Gonadotrophin FSH dan LH yang dibentuk oleh hypophyse anterior

3. Sex hormon estrogen dan progesterin yang dibentuk oleh gonad.

Dalam hal umpan balik hormon dapat dikemukakan bahwa kira-kira 11 hari pertama dari siklus estrogen
plasma memberikan dampak hambatan terhadap sekresi gonadotropin. Satu tempat penting yang
terpengaruh adalah hipofisis anterior yang menyebabkan sekresi FSH dan LH oleh rangsangan GnRH jadi
menurun pengaruhnya juga dapat ke hipotalamus untuk menurunkan besaran pulsa sekresi yang berarti
secara keseluruhan mengurangi jumlah sekresi GnRH.

Dengan demikian dari umpan balik ini diharapkan kadar FSH dalam plasma jadi menurun sebagai akibat
dari kadar estrogen yang meningkat selama fase folikuler. Menurunnya kadar fsh dengan demikian dari
umpan balik ini diharapkan kadar fsh dalam plasma terjadi menurun sebagai akibat dari kadar estrogen
yang meningkat selama fase folikuler menurunnya kadar FSH.

 Gelombang Pasang LH dan Ovulasi

Pengaruh inhibisi estrogen terhadap hipofisis dan hipotalamus hanya terjadi bila kadar estrogen plasma
relatif rendah seperti yang terjadi pada fase folikuler awal dan tengah. Sebaliknya kadar estrogen plasma
yang tinggi selama 1 sampai 2 hari seperti yang terjadi pada fase folikuler akhir, berpengaruh
meningkatkan kepekaan sekresi LH dari hypophyse oleh rangsangan GnRH.

Kadar estrogen yang tinggi dapat juga meningkatkan sekresi GnRH oleh hipotalamus. Hal ini disebut
sebagai umpan balik positif dari estrogen. Jadi sewaktu sekresi estrogen meningkat dengan cepat pada
fase folikular akhir, kadarnya dalam darah menjadi cukup tinggi untuk menyebabkan terjadinya
gelombang pasang LH.

18
 Corpus Luteum

Gelombang pasang LH tidak hanya menginduksi ovulasi tetapi juga merangsang perubahan corpus
rubrum menjadi corpus luteum. Walaupun kadarnya dalam plasma menjadi lebih rendah LH tetap
merangsang korpus luteum selama seluruh fase luteal dalam usianya yang pendek pada wanita yang tidak
hamil corpus luteum mensekresikan sejumlah besar estrogen dan progesteron.

Bersamaan dengan kehadiran estrogen kadar progesteron yang tinggi dalam plasma menekan sekresi gnrh
oleh hipotalamus sehingga menurunkan frekuensi pulsa gnrh. Menurunnya sekresi gnrh menyebabkan
turunnya sekresi gonadotropin oleh hipofisis karena itu selama fase luteal, kadar gonadotropin dalam
plasma adalah rendah. Oleh karena itu selama setengah siklus kedua tidak ada pertumbuhan folikel lebih
lanjut. Inhibin yang disekresikan oleh korpus luteum juga meningkat selama fase luteal yang membantu
menekan sekresi FSH.

 Perubahan Dalam Uterus Selama Siklus Menstruasi

Dikala membahas fungsi ovarium maka bahasan siklus menstruasi didasarkan atas perubahan perubahan
dalam ovarium, sehingga siklus menstruasi dibagi dalam dua fase yaitu fase folikuler dan fase luteal tetapi
fase fase dalam siklus menstruasi dapat juga diberi nama sesuai dengan kejadian dalam uterus.

Hari pertama siklus menstruasi adalah hari pertama pendarahan dan seluruh periode menstruasi selama
masa pendarahan disebut sebagai fase menstruasi yang dalam siklus normal 28 hari Biasanya berlangsung
selama 3 sampai 5 hari. Selama periode ini lapisan epitel uterus yaitu endometrium mengalami degenerasi
yang menghasilkan pendarahan menstruasi. Setelah menstruasi berhenti endometrium mulai menebal
(regenerasi). Periode (regenerasi) ini disebut sebagai fase proliferasi yang berlangsung kurang lebih 10
hari antara akhir menstruasi sampai terjadinya ovulasi. Segera setelah ovulasi endometrium mulai
mensekresikan berbagai zat karena itu fase antara ovulasi dan menstruasi berikutnya disebut sebagai fase
proliferasi pada uterus, sedangkan fase luteal dari ovarium adalah sama dengan fase sekresi pada urerus.

 Pengaruh Lain Estrogen dan Progesteron

estrogen disamping mempunyai fungsi parakrin berfungsi sebagai hormon bagi diri sendiri = ovarium
juga berpengaruh terhadap hypophyse dan mungkin juga terhadap hipotalamus uterus dan sejumlah
pengaruh lain-lain seperti tersebut di bawah ini :

a. Pengaruh Estrogen

1. Merangsang pertumbuhan ovarium dan folikel

2. Merangsang pertumbuhan otot polos dan lapisan epitel saluran reproduksi

3. Merangsang pertumbuhan ganitalia eksternal

4. Merangsang pertumbuhan payudara

5. Merangsang perkembangan konfigurasi tubuh wanita

19
b. Pengaruh Progesteron

1. Merangsang kelenjar-kelenjar endometrium untuk bersekresi

2. Merangsang terjadinya mucus yang kental dan lengket

3. Mengurangi kontraksi-kontraksi tuba uterina dan myometrium

4. Mengurangi proliferasi sel-sel epitel vagina

5. Merangsang pertumbuhan mammae, khususnya jaringan kelenjar

6. Menghambat pengaruh prolaktin terhadap pembentukan ASI

7. Mempunyai pengaruh umpan balik terhadap Hypothalamus dan Hypophyse anterior.

 Androgen Pada Wanita

Testosteron bukanlah hormon khusus untuk pria ditemukan juga dalam kadar sangat rendah dalam darah
wanita normal sebagai produk dari ovarium dan kelenjar adrenal dan juga sebagai hasil konversi perifer
dari androgen adrenal. Yang lebih penting adalah fakta bahwa androgen yang bukan testosteron terdapat
dalam kadar yang sangat signifikan dalam darah wanita produsennya adalah kelenjar adrenal seperti
halnya pada pria.

Androgen adrenal tidak signifikan pada pria oleh adanya testosteron yang jauh lebih berpotensi sebagai
seks hormon pria tetapi pada wanita androgen ini penting untuk memelihara dorongan seksual.

Bila terjadi kondisi patologis yang menyebabkan kelenjar adrenal memproduksi jumlah androgen yang
berlebihan maka wanita akan mengalami fertilisasi atau maskulinisasi: distribusi lemak tubuh pola wanita
menghilang, tumbuh jambang, dan jenggot serta pola distribusi rambut seperti pria, suara membesar, otot
skelet membesar, clitoris membesar, sedangkan payudara mengecil.

BAB 13

WANITA DAN OLAHRAGA

Kebangkitan olahraga pada wanita terjadi pada tahun 1971 di Amerika Serikat, yaitu takkala
diterimanya ketetapan pemerintah mengenai bantuan pendidikan, yang nenetapkan bahwa semua program
yang menerima bantuan pendidikan harus berlaku sama bagi wanita maupun pria.

A.Perbedaan fisik antara pria dan wanita

20
B.Triad atlet wanita

C.Bagaimana mengenali adanya triad atlet wanita

D.Tindakatn dokter tim/dokter keluarag

E.Upaya memulihkan siklus menstruasi dan mencegah mentruasi yang ireguler

F.Latihan dan fungsi mentruasi

G.Perubahan menstruasi pada atlit wanita

H.Menarche yang tertunda

I. Faktor-faktorpenyerta

J.Teori pathogenesis

K.Perubahan Hormonal pada amenorrhoea atletik

L.Osteoporosis dan gangguan menstruasi

M.Perkembangan tulang normal

N.Pencegahan dan pengobatan osteporsis

O.Dampak samping lain kadar oestrogen yang rendah

P.Manajemen gangguan menstruasi pada atlet

Q.Penetapan jenis kelamin

BAB 14

OLAHRAGA DAN KEHAMILAN

Kehamilan terjadi karena Fertilisasi sel telur oleh sperma setelah di ejakulasi kan ke vagina,
sperma tetap fertil selama sekitar 48 jam, sedangkan sel telur tetap fertil selama 10 sampai 15 jam setelah
ovulasi.

A. Transport ovum

Telur dikeluarkan dari ovarium dan misi pertamanya adalah memasuki tuba uterina, selama
beberapa menit sel telur bergerak cepat didorong oleh Silia dan gerak Peristaltik Tuba uterina

1. Transport sperma

Sperma baru dapat membuahi setelah tinggal beberapa jam dalam saluran organ seks
wanita proses yang terjadi dalam jangka waktu itu disebut sebagai kapasitansi sperma.

21
Proses yang terjadi dalam jangka waktu itu disebut sebagai kapasitasi sperma

2. Fertilisasi

Fertilisasi adalah fusi sperma dengan sel telur. Bila tidak mengalami pembuahan sel telur
mengalami disintegrasi dan difagositose oleh sel sel yang melapisi dinding uterus

3. Perkembangan awal, implantasi, dan plasentasi

Proses ini diketahui bahwa data akhir akhir ini menunjukkan sekitar sebagian dari seluruh
kehamilan berakhir dengan abortus Spontan yang terjadi pada saat yang begitu dini sehingga
wanita itu sendiri tidak menyadari dirinya hamil

B. Perubahan hormonal dan perubahan lain selama hamil

Selama hamil kadar estrogen dan progesterone dalam plasma tetap tinggi, gen merangsang
pertumbuhan masa otot uterus yang diperlukan untuk meningkatkan kekuatan kontraksi selama
persalinan. Progesterone mencegah terjadinya kontraksi kontraksi uterus sehingga mencegah terjadinya
persalinan prematur

C. Fertilisasi dan gangguan menstruasi

Setiap siklus menstruasi yang tidak menghasilkan ovulasi atau yang disertai dengan vase tidak
adekuat Akan berakibat Infertilitas dan subfertilitas, bila seorang Atlit wanita tidak dapat atau tidak ingin
memulai kembali menstruasi dengan latihan ovulasi dapat diinduksi dengan clomid bila kadar estrodiol
nya cukup tinggi

D. Olahraga dan kehamilan

Apa yang menyebabkan Atlit mengikat penampilannya setelah melahirkan, tidaklah diketahui
secara fisiologis, meningkatnya volume udara dan upaya mengatasi beban berat badannya yang terus
meningkat selama khamilan menjadi latihan beban yang menghasilkan manfaat jangka panjang atau
pengaruh pisikolog is kehamilannya yang lama yang berakhir ketika melahirkan dan berali tugas menjadi
ibu

Resiko olahraga selama kehamilan

1. Trauma langsing

2. Beekurangnya peredaran darah pada uterus

22
3. Hipertermia

E. Kontrosepsi untuk atlet

Dengan Methode sih dengan kondom dan diafragma digunakan dapat meningkatkan pendarahan
dan hendaknya tidak dipergunakan untuk wanita Nulliparitas karena resiko terjadinya infeksi

BAB 15

OLAHRAGA KESEHATAN DAN KEBUGARAN JASMANI

Olahraga kesehatan adalah olahraga untuk memelihara dan/atau untuk meningkatkan derajat
kesahatan dinamis, sehingga orang bukan saja sehat dikala daiam (sehat statis).

A. Mengapa Perlu Olahraga

Olahraga adalah serangkaian gerak raga yang tteratur dan terencana untuk memelihara hidup,
meningkatkan kualitas hidup dan mencapai tingkat kemampuan jasmani yang sesuai dengan tujuan.

B. Sasaran Olahraga Ksehatan


1. Sasaran-1: Memelihara dan meningkatkan kemampuan gerak yang masih ada (mobilisasi sensi-
sendi).
2. Sasaran-2: Meningkatkan kemampuan otot untuk dapat meningkatkan kemampuan geraknya
lebih lanjut.
3. Sasaran-3: Memelihara kemampuan aerobik yang telah memandai atau meningkatkannya untuk
mencapai katagori sedang.

C. Pelaksanaan Olahraga Kesehatan

Hasil tes treadmil menjadi dasar bagi penentuan dosis awal latihan. Namun dengan ataupun tanpa
tes treadmil, jenis latihan yang dilajurkan adalah jenis latihan lowimpact yang dilaksanakan dengan
pentahapan sesuai sasaran olahraga kesehatan yang hendak dicapai dan meliputi latihan untuk mobilisasi
sendi (sasaran-1), kekuatan otot sasaran-2) dan daya tahan/ endurance (sasaran-3).

D. Ketuaan dan Penuaan

Penuaan adalah proses biologik alami (normal) meliputi seluruh masa kehidupan mulai dari lahir,
pertumbuhan dan perkembangan untuk mencapai kematangan pada usia + 30-35 tahun, kemudian diikuti
dengan kemunduran oleh adanya perubahan degeneratif yang bersifat prograesif dan gradual (berangsur)

23
mengenai bentuk tubuh (anatomi) maupun fungsinya (fisiologi) akibat dari keausan sel disertai
menurunnya kapasitas fidiologiknyya, yang terjadi selama proses kehidupan dan akan berakhir dengan
kematian.

E. Teori Penuaan

Penyebab penuaan belum jelas. Penuaan terjadi karena pengaruh-pengaruh dati dalam maupun
dari luar tubuh. Dibawah ini dikemukakan berbagai teori penuaan.

1. Teori Olahdaya Basal (Basal Metabolisme)

Teori ini mengemukakan bahwa olahdaya basal yang tinggi merupakan penyebab penuaan.

2. Teori Jam Biologik

Diyakini bahwa sel mempunyai jam biologik yang di kontrol secara genetik dan telah lebih
dahulu diprogram.

3. Teori Kesalahan Genetik

Kesalahan pembentukan DNA atau perubahan informasi yang dibawa oleh DNA dapat
mempercepat penuaan.

4. Teori Radikal Bebas/Oksidan

Radikal bebas adalah senyawa oksigen atau senyawa kimia lain yang mengandung elektron bebas
di orbit luarnya yang menyebabkannya menjadi sangat reaktif.

5. Teori Disfungsi Imun

Bila sistem imum terganggu akibat pengaruh eksternal seperti terkena radiasi kronik, maka sel-sel
kanker berproliferasi menyebabkan rusaknya satu atau lebih organ-organ atau sistem-sistem dalam tubuh.

6. Umur Kronologi Biologik, Psikologik dan Sosial.

‘Umur kronologik adalah bilangan umur yang ditunjukkan oleh berapa nkali telah berulang tahun.

Umur biologik seseorang secara subjektif dinilai dari penampilannnya dan secara objektif dinilai
dari variabel yang mencerminkan kondisi kehatan dan kemampuan fungsionalnya:

 Kapasitas aerobik

24
 Kandungan mineral dalam tulang
 Kekuatan otot dan fleksibilitas sendi.

Umur kronologik tidak selalu bersesuaian dengan umur biologiknya. Pelaku olahraga kesahatan
cenderung mempunyai umur umur biologik yang lebih mudah daripada umur kronologiknya. Inilah yang
dimaksud dengan ungkapan bahwa olahraga kesehatan membuat orang menjadi awet mudah, yaitu muda
dalam kemampuan fungsional bukian dalam bilangan umur (kronologik).

Umur psikologik dicerminkan dari tingkat kematangan reaksi psikologiknya terhadap situasi yang
dihadapainya, yaitu apakah rekasinya sesuai dengan kedewasaannya atau mungkin reaksinya kekanak-
kanakan atau menunjukkan perilaku psikologik yang tidak bertanggungjawab.

Umur sosial dicerminkan dari perannya dalam kehidupan bermasyarakat, yaitu apakah perannya
sesuai dengan harapan masyarakat sehubungan dengan usianya atau mungkin menunjukkan perilaku
sosial yang kurang dapat di pertanggungjawabkan, khususnya dalam kaitan dengan usia kronologiknya.

7. Potensi Hidup

Potensi hidup manusia adalah 6x masa dari bayi lahir sampai dewasa. Masa dari bayi lahir sampai
dewasa adalah 20 tahun jadi manusia mempunyai potensi hidup selama 120 tahun.

8. Kesehatan Lansia

Pengertian sehat harus selalu mengacu pada rumusan sehat WHO tersebut di atas, yang maknanya
bagi lansia adalah kemandirian dalam peri kehidupan bio-psiko-sosiologik-nya. Seorang lansia, untuk
lanjut usia adalah juga hal yang hampir mustahil.

9. Beberapa Penyakit Degeneratif Pada Lansia


a. Penyakit Parkison

Penyakit parkinson disebabkan oleh terjadinya perusakan oksidatif terhadap sistem saraf yang
menyebabkan saraf yang menyebabkan terjadinya penyakit neurodegenerasi. Artinya penyakit ini
berkaitan dengan kehadiran zat oksidan di dalam tubuh.

b. Penyakit Alzheimer

Pada penyakit Alzheimer terhadap degenerasi otak yang disebut sebagai neurofibrillary tangles
dan plaque. Yang menyebabkan juga dijumpai pada orang-orang tua yang ttidak mengalami dementia,
tetapi dalam tingkat yang jauh lebih terbatas. Ada faktor genetik dalam penyakit ini (25-40%)

25
c. Atherosclerosis

Atherosclerosis adalah penyakit arteri yang dicirikan dengan adanya penebalan setempat dari
lapisan intima, yaitu lapisan terdalam dari pembuluh darah.

10. Osteoporosis dan Pencegahannya

Osteoporosis adalah pengeroposan tulang yang disebabkan berkurangnya kadar mineral kapur
(demineralisasi ca2+) tulang, yang menyebabkan tulang menjadi rapuh.

11. Faktor-Faktor Penentu Massa Tulang


a. Genetik

Terdapat penderita-penderita osteoporosis dalam keluarga yang sifatnya keturunan.

b. Hormonal
Androgen penting untuk olah daya (metabolisme)tulang pada pria. Estrogen (dan mungkin
juga progesteron) penting untuk olah daya (metabolisme) tulang pada wanita.
c. Faktor Lingkungan
 Olahraga, khususnya olahraga kesehatan dengan beban (weightbearing) penting untuk
menghambat proses osteoporosis
 Diet: kebutuhan ca2+ (kapur) untuk pencegahan osteoporosis antar 1000-1500 mg/hari.
Yang baik untuk dikonsumsi misalnyasusu skim, yoghurt dengan kadar lemak rendah.
 Hal-hal yang dapat meningkatkan proses dekalsifikasi tulang (menigkatkan ekskresi ca2+
dalam urin):
- makan banyak daging
- minum banyak kafein: kopi, teh, coklat dan coca.
 Hal-hal yang dapat menghambat absorpsi ca2+:
- Alkohol.
- Bayam.
d. Pencegahan Osteoporosis

Osteoporosis haya dapat dihambat, tidak dapat disembuhkan, oleh karna itu pencegahan menjadi
sangat penting dan bahkan harus diawali sejak usia sebelum pubertas.

12. Gizi Lansia

26
Makan adalah wajib, karena melalui makanan dipasok segala kebutuhan. Kebutuhan gizi lansia
umumnya lebih rendah, karena tiadanya proses pertumbuhan dan menurunnya aktivitas fisik.

13. Penetapan Gizi Lansia


a. Kalori
b. Karbohidrat dan lemak
c. Protein
d. Vitamin dan mineral
e. Air

14. Pesan Untuk Lensia

Kebahagian bukanlah sesuatu yang datang dengan sendirinya, tetapi harus diperjungkan dan
diusahakan.

BAB 18

Cedera Kepala dan Leher

A. Pingsan karena Benturan pada Kepala


Cedera kepala berat dapat terjadi tanpa adanya gangguan kesadaran, tetapi pada umumnya cedera
yang lebih berat akan menyebabkan terjadinya gangguan kesadaran yang lebih lama. Oleh karena
itu hendaknya diusahakan secepat mungkin setelah terjadinya benturan kepala untuk menentukan
(mendiagnosa) apakah terjadi gangguan kesadaran.
1. tindakan di tempat kejadian bila terjadi gangguan kesadaran
2. resusitasi mulut ke mulut
3. Komplikasi
B. Cedera Kepala Dan Leher
Penanganan cedera kepala dan leher perlu dilakukan segera dan terdiri dari :
1. penilaian tingkat kesadaran
2. penilaian dan observasi jalan nafas pernafasan dan sirkulasi
3. Pengambilan keputusan untuk bentuk penanganan yang tepat
C. Cidera Kepala Dan Wajah
Anatomi
1. Durameter
2. Arachnoid
3. Piameter
D. Cedera Kepala
benturan kepala dapat menyebabkan :
1. hematoma kulit kepala (scalp)
2. Fraktura tengkorak

27
3. gegar otak
4. Oedema otak
5. perdarahan intrakranial
a. Perdarahan ekstradural
b. perdarahan subdural
c. perdarahan subarachnoid
E. Gejala Sisa Akibat Cedera Kepala
gejala akibat cedera kepala yang ringan umumnya terjadi dua sampai tiga minggu. pasien
dilaporkan mengalami sakit kepala pusing tidak dapat berkonsentrasi dan kesulitan mereka fungsi
mental tingkat tinggi. gejala ini bisa berakibat pada gangguan fungsi psikologis seperti
kehilangan motivasi dan frustasi.
F. Lacerasi Atau Robekan Wajah Dan Kulit Kepala
1. Lacerasi Kulit Kepala
Laserasi kulit kepala sering disertai perdarahan yang melimpah. perdarahan ini biasanya
dapat dihentikan dengan menekan dengan menggunakan kasa steril.
2. Lacerasi alis
laci rasialis dapat menyebabkan perdarahan bebas tetapi relatif mudah untuk
menutupnya dengan menggunakan semacam Plester yang steril.
3. Lacerasi wajahbagian tengah
semua lacerasi kulit wajah bagian tengah harus dijahit dengan hati-hati demi masalah
kosmetik. jahitan ini harus dilakukan secepatnya dalam bilangan jam bukan tidak boleh
di tunda sampai esok nya.
G. Fraktur Wajah
1. Fraktur rahang bawah
H. Setelah suatu pukulan pada rahang sering terjadi rasa nyeri yang menyulitkan untuk menentukan
Adakah fraktur rahang. bila dicurigai adanya fraktur atlet harus mendapat Cedera mata
pemeriksaan sinar X dan mendapat perawatan atau penanganan khusus.
1. Fraktur Maksila dan Sinus
fraktur pada maxillary sinus atau kedua-duanya biasanya terjadi oleh adanya benturan
secara langsung. jaringan tempat cedera Biasanya jadi agak mengeras dan terjadi
pembengkakan yang difus.
I. Cedera Gigi
1. Pencegahan
2. Dislokasi gigi
3. Fraktur gig
4. Gigi goyah
5. Gigi palsu
Mata adalah salah satu dari organ tubuh kita yang paling presisi tetapi dianggap sebagai hal yang
sangat biasa oleh kebanyakan atlet sekalipun ia menghadapi olahraga yang berpotensi untuk
terjadinya trauma.
6. Konstusio (Benturan) pada kelopak mata
7. Pemeriksaan
8. cara pertolongan
9. cedera levator palpebra Superior

28
10. abrasi kornea
11. Hematoma subkonjungtiva
12. cedera pada lensa mata atau Iris
13. Hemorhagia (Perdarahan) keep Camera Oculist Anterior
14. HemorhagiakeepCameraOculist Posterior
15. AblationRetinas (terlepasnya perlekatan retina)
J. Cesera Hidung
1. Perdarahan
2. Hematoma septum Nasi (memar sekat rongga hidung)
3. Fraktur hidung
K. Cedera Telinga
1. Hematoma punya (telinga bunga kol)
2. Pencegahan
3. Pertolongan
4. Ruptura gendang telinga
L. Gejala Dan Tanda-Tanda
1. Pertolongan
2. Pencegahan
3. Gejala dan tanda-tanda
4. Penyembuhan
5. Pencegahan

Bab 19

Nutrisi Dan Sumber Energi

A. Peran nutrisi dalam olahraga

Penerapan nutrisi dan tata gizi pada olahraga perlu memperhatikan tiga aspek sebagai
berikut:

 Pelatihan dan pemeliharaan atlet jangka panjang.

 Persiapan untuk kompetisi

 Nutrisi selama latihan dan kompetisi

B. Kebutuhan nutrisi dasar untuk latihan

 Petunjuk umum tata gizi atlet :

29
 Makanan yang bervariasi

 Kendalikan berat badan

 Hindari makan terlalu banyak lemak

 Hindari makan terlalu banyak gula

 Makan lebih banyak padi-padian, sayuran, dan buah-buahan

 Hindari minum alkohol

 Kurangin garam

C. Tata gizi seimbang untuk latihan

 Frekuensi makan

 Status tata gizi atlet

 Menilai status nutrisi

 Berbagai metode penilaian status gizi meliputi :

 Evaluasi tata gizi harian

 Observasi klinik/riwayat kesehatan

 Analisa biokimia

 Pengukuran-pengukuran anthropometris.

D. Kebutuhan gizi atlet

Untuk cabang-cabang olahraga pada umumnya, tata gizi seimbang yang dianjurkan untuk
atlet secara umum, pada dasarnya sama dengan yang direkomendasikan untuk populasi pesantai,
satu-satunya yang berbeda ialah asupan daya energinya yang lebih besar.

E. Gizi untuk atlet

30
 Daya ( Energi)

Kebutuhan daya (energi)harian

Kebutuhan daya (energi ) untuk latihan dinamis.

Kebutuhan daya (energi) untuk latihan kekuatan( latihan tahanan)

 Karbohidrat

 Protein

Kegiatan atletik dan olahdaya (metabolisme) protein

Protein dan latihan daya tahan

Protein dan latihan kekuatan

Kebutuhan protein yang direkomendasikan untuk atlet

Vitamin dan mineral

 Air dan Elektrolit

Air

Peran air terpenting adalah pemeliharaan suhu tubuh melalui pengeluaran


keringat untuk evaporasi.

Dehidrasi karena olahraga dan pemulihannya

Asupan air yang adekuat (cukup) adalah masalah yang vital dalam nutrisi
olahraga, karena rehidrasi untuk memulihkan homeostatis setelah olahraga memerlukan
waktu yang cukup panjang.

31
F. Persiapan nutrisi untuk kompetisi

 Nutrisi persiapan untuk kompetisi harus memenuhi syarat :

 Telah pulih sempurna dari latihan atau kompetisi sebelumnya dan kandungan glikogen otot
dan hepar telah penuh.

 Terhidrasi penuh.

G. Latihan atletik dab persediaan glikogen

 Persiapan olahraga dengan pengerahan power maksimal

 Persiapan untuk olahraga daya tahan (endurance)

 Pemuatan karbohidrat (carbohydrate loading)

 Makanan prakompetisi.

H. Nutrisi selama olahraga

Pendapat mengenai nutrisi terbaik selama olahraga durasi panjang telah berubah pada tahun-
tahun terakhir ini. Walau diketahui CHO yang dicerna selama olahraga membantu mempertahankan gula
darah dan dengan demikian mencegah terjadinya hipoglikemia, tetapi tidak dapat dipastikan bahwa hal itu
akan menangguhkan kelelahan otot.

I. Tata gizi khusus dalam kaitan dengan keperluan atlet

 Pengaturan berat badan

 Penurunan berat badan

 Pengaruh penurunan berat badan cepat

 Petunjuk umum untuk penurunan berat badan yang disadari (disengaja)

 Penembahan berat badan

32
 Tata gizi vegetarian

 Bentuk-bentuk tata gizi vegetarian

 Keuntungan tata gizi vegetarian

 Kerugian tata gizi vegetarian

 Rekomendasi tata gizi untuk atlet vegetarian

BAB 20

TATA GIZI OLAHRAGA

Pada dasarnya tata gizi atlet dan non atlet adalah sama, bedanya hanya pada jumlah kalori yang
dibutuhkan.

Pedoman umum tata gizi adalah :

1. Standar gizi adalah 4 sehat 5 sempurna dengan standar kalori 1500 kcal/hari pada keadaan
istirahat
2. Kebutuhan kalori atlet selama masa pelatihan dan kompetisi 2-3 x nilai kalori istirahat tersebut
diatas.

Hal yang perlu dipahami adalah kelebihan gizi tidak meningkatkan prestasi olahraga, bahkan lebih
banyak merugikan misalnya pada obesitas. Sebaliknya kekurangan atau tata gizi yang tidak seimbang
menurunkan prestasi olahraga.

A.sumber daya atau energy terpenting untuk olahraga/kerja fisik

Sumber daya atau energy terpenting untuk olahraga/kerja fisik adalah CHO (Karbohidrat) dan lemak.
Pada cabang olahraga dengan durasi panjang dan intensitas tinggi, ketika atlet berangkat untuk berlatih
khususnya ketika berangkat kekompetisi, persediaan CHO dalam otot harus sudah maksimal, demi
kualitas latihan fisik yang harus dijalani dan pencapaian derajat kebugaran jasmani yang harus dicapai.
Oleh karena itu atlet bahkan harus selalu makan dengan pola pemuatan CHO (charbohidrate loading)
yaitu pola makan yang bertitik berat pada kandungan CHO tinggi selama masa pelatihan dan kompetisi.

B.tata gizi atlet intensitas tinggi dan durasi panjang

Komposisi gizi bagi atlet-atlet dengan intensitas tinggi dan durasi panjang selama masa pelatihan dan
kompetisi adalah

 Karbohidrat 60-70% kebutuhan daya total, hal itu setara dengan pemakaian karbohidraat 9-10
gram/kg BB/hari
 Lemak < 30%, kandungan lemak dalam tubuh atlet dapat dikatakan hampir selalu memenuhi
kebutuhan, sekalipun atlet itu nampaknya kurus.
 Protein 12-15%

33
Atlet dalam masa persiapan menghadapi kompetisi harus mau menjalani latihan berat demi pencapaian
prestasi. Latihan berat menghadapkan atlet pada resiko terjadinya gangguan homeostatis misalnya
terjadinya :

 Dehidrasi, yang berarti terjadinya gangguan keseimbangan air dan elektrolit didalam tubuh.
 Berkurangnya persediaan sumber daya (energy) didalam tubuh.
 Terjadinya produksi oksidan tinggi, yang berisiko menyebabkan kerusakan jaringan dalam jangka
panjang.

C.Pemuatan karbohidrat

Metoda pemuatan karbohidrat diterapkan pada olahraga dengan intensitas tinggi dan durasi panjang (>90-
120 menit). Tujuan pemuatan karbohidrat adalah untuk menambah cadangan daya didalam tubuh
khususnya didalam otot, karena itu diperlukan asupan daya yang melebihi penggunaannya dan dengan
sendirinya akan terjadi peningkatan masa tubuh. Karbohidrat yang diserap oleh saluran pencernaan
merupakan monosakarida, khususnya glukosa, yang didalam tubuh akan diubah menjadi glikogen yang
kemudian disimpan didalam hati dan didalam otot.

3 hal yang perlu mendapat perhatian untuk keberhasilan pemuataan karbohidrat adalah :

 Fase tata gizi tinggi CHO harus cukup, yaitu tidak kurang dari 2 hari.
 Jumlah CHO yang kuat yaitu 80% dari asupan daya total, dengan disertai banyak minum.
 Istirahat minimal 2 hari

D.Gizi dalam kompetisi

Tujuan penyediaan hidangan gizi tersebut adalah untuk mencegah terjadinya gangguan homeostatis yang
dapat berupa gangguan air dan elektrolit yang akan menurunkan performa atlet dalam kompetisi, bukan
untuk membuat perut menjadi kenyang. Persediaan air putih selama kompetisi hendaknya lebih dari
sekedar cukup, karena sebaiknya sedikitnya 40-50% air yang hilang melallui keringat akan dapat diganti
saat masih dalam kompetisi.

E.Gizi pasca kompetisi

Tujuan penataan gizi pasca kompetisi adalah secepat mungkin memulihkan kondisi homeostatis akibat
melakukan olahraga/kompetisi.

Gangguan homeostatis yang bersifat fisik meliputi :

 Dehidrasi yaitu kondisi hidrasi cairan dan elektrolit tubuh oleh karena tidak sempurnanya
rehidrasi pemulihan.
 Gangguan ketersediaan sumber energy dalam tubuh karena konsumsi gizi yang tidak adekuat.
 Gangguan terjadinya penumpukan sampah oalahdaya akibat olahraga
 Gangguan berupa belum pulihnya cedera mikro akibat olahraga

Gangguan-gangguan homeostatis yang bersifat fisik tersebut diatas harus diusahakan untuk pulih kembali
menjadi normal dalam 24jam melalui upaya medis fisiologis yang akurat dan adekuat misal :

34
1. Rehidrasi hendaknya dilakukan dengan cairan elektrolik
2. Perlu dilakukan pemuatan kembali CHO agar cadangan CHO dalam otot memenuhi kebutuhan
3. Perlu dilakukan massage untuk mempercepat pembuangan sampah olahdaya
4. Perlu diberi suplemen antioksidan eksogen (vit e, vit c, dan beta-carotene) sebagai pencegaahan
terjadinya kejang otot

Kesimpulan :
1. Tata gizi atlet dan non atlet pada dasarnya sama, bedanya hanya pada jumlah kalori
2. Pelatih harus memahami komposisi gerakan atlet untuk dapat menyajikan tata gizi olahraga
yang tepat
3. Jenis gerakan berkaitan erat dengan pola pembentukan daya (energy)
4. Hanya sumber daya CHO yang dapat menghasilkan daya secara anaerobic
5. Gerakan eksplosif maksimal, gerakan ketahanan anaerobic, hanya dapat dilakukan bila otot
mempunyai cadangan CHO (glikogen otot)
6. Sumber daya utama bagi olahraga dengan durasi super panjang adalah lemak
7. Lemak tidak menghasilkan asam laktat, tapi membutuhkan O2 lebih banyak
8. Ketersediaan CHO dalam otot serta kemampuan anaerobic, aerobic dan metabolic yang
adekuat sesuai cabang bagai atlet dengan intensitas tinggi dan durasi panjang (conditio sine
quo non)
9. Ketersediaan minuman untuk rehidrasi dan hidangan CHO perlu menjadi perhatian
10. Gangguan homeostatis akibat olahraga harus selalu diantisipasi oleh pelatih bersama dengan
ahli psikologi olahraga dan tim dokter
11. Gangguan homeostatis akibat olahraga pada cabang olahraga dengan kompetisi serial, harus
sudah pulih dalam 24jam

Saran :

1. Status gizi atlet pada saat kompetisi harus sudah berada dalam kesesuaian dalam cabang
olahraganya
2. Cadangan CHO atlet harus selalu adekuat sesuai sifat kecabangannya
3. BAB 21
4. PUASA DAN OLAHRAGA KESEHATAN
5. Bulan Ramadhan,bulan umat Islam diwajibkan menjalani puasa,demikian maka muslim
dewasa yang sehat jasmani dan rohani wajib menjalani puasa Ramadhan tanpa perlu dipaksa
serta tidak perlu memaksa orang lain.
6. Dalam bulan Ramadhan ,tugas sehari -hari harus tetap kita lakukan seperti biasa
seperti melakukn olahraga kesehatan untuk memelihara kesehatan kita.Bila selama seluruh
bulan Ramadhan kita menghentikan olahraga kesehatan,berakubat menurunnya kemampuan
fungsional raga ( kesehatan ) kita .Ketiadan gerak selama satu minggu menurunkan kekuatan
otot sekitar 10-15% dan menurunkan kapasitas kerja 20-25% dalam 3 minggu .
7. Masalah yang terpenting adalah bagaim mengatur kehidupan sela bulan Ramadhan agar
tugas sehari -hari tetap daat terjalankan ,dan ibadah keagamaan dapat lebih ditingkatkan .
8. Makan sangat perlu karena makanan merupakan sumber daya (energi) untuk kehidupan
,termasuk bekerja dan olahraga .Tetapi makan baru dapat berfuungsi setelah dicerna ,diserap
dan diolah dalam tubuh.setelah shalat tarawih dan makn minum secukupnya ,sebaiknya lekas

35
tidur tak perlu menonton tv agar jam tidur tidak menjadi terlalu berkurang dn tugas rutin tetap
terjalankan .
9. Makan minum juga tidak perlu ada keistimewahan yang berlebihan . Saat puasa tidak
diizinkan makan minum selama kurang lebih 15 jam kenyataanya ini harus mendapat
perhatian ,khususnya dari aspek kesehatan dan kemampuan kerja fisik.Kebutuhan kalori
kurang lebih 25-30Kcal/kg BB /hari ,umumnya dapat dipenuhi dengan baik .Kerawanan yang
sering terjadi ialah kurangnya pengertian akan susunan makanan yang seimbang.
10. Kebutuhan protein 1-2 gr/kg BB /hari ,tergantung berat aktivitas fisik sehari -hari
.Kandungan protein makanan kita sehari -hari cukup 15-20% .Protein bukn sumber daya
utama .Sumber daya utama (55-65%) adalah karbohidrat .Jadi tidak ada gunanya makan
protein.
11. Sebutir telur ayam beratnya kurang lebih 60 gr .Satu atau dua butir telur setegah matang
atau matang (lebih mudah dicerna )disamping sumber protein lainnya pada saat makan sahur
,muda sangat mencukupi kebutuhan .Dengan menyertakan sebutir telur sewaktu makan sahur
puasa tidak akan terganggu.
12. Akan tetapi yang lebih penting lagi ialah menjaga jumlah air tubuh dengam cukup banyak
minum .Khusunya setelah makan minum saat sahur ,tambahkan secara sadar 2 gelas air
minum .Air merupakan prioritas kehidupan kedua seteah O2 ,jadi jumlah air tubuh harus
cukup.Ginjal memerlukan air untuk dapat berfungsi normal (membuang racun sampah tubuh
),agar urine tidak terlalu pekat untuk mencegah terjadinya batu ginjal dan infeksi saluran
kencing.
13. Dari sudut ilmu faal ,puasa adalah menggeser waktu makan,dari kebiasaan makan pada
siang hari menjadi malam hari.Penggeseran waktu makan berakibat penggeseran waktu
sekresi liur pencernaan dan hormon olah daya .Penggeseran waktu sekresi,tidak mungkin
berlangsung seketika bersamaan dengan dimulainya puasa,akan tetapi memerlukan waktu
,yaitu masa penyesuaian yang berlanhsung kurang lebih 3 hari .Oleh karena itu ,kecuali 3 hari
pertama puasa ,dosis olahraga kesehatan tidak perlu dikurangi ,jadi lakukanlah olahraga
kesehatan seperti biasanya
14. Dilihat dari waktu pelaksanaanya ,waktu yang paling tepat melakkan olahraga selama
puasa ialah setelah ashar ,karena akan segera masuk ke saat berbuka puasa.
15. Kesimpulan :raga adalah wahana kehidupan kita dalam bulan Ramadhan ,memelihara
kesehatan melakui olahraga dan nutrisi seimbang harus tetap dilakukan seperti
biasnya,disamping tentu saja harus meningkatkan olah ketaqwaan.

BAB 22

Asma dan Olahraga

Asma merupakan gangguan pernafasan yang paling umum meliputi 10 % siswa di banyak Negara.
Penyakit ini lebih banyak mengenai anak laki-laki dari pada perempuan, tetapi pada lanjut usia banyak
mnegenai wanita daripada pria. Asam dapat mengenai setiap umur.

A. Patofisologi
Asma adalah penyakit yang ditandai degan meningkatnya kepekaan mukosa trachea dan bronchi
terhadap berbagai rangsangan dan adanya penyempitan yang dapat berubah baik secara spontan

36
maupun oleh pengaruh obat. Timbulnya penyakit asma ringan atau berat dapat menyebabkan
kematian. Hampir semua penderita asma akan mengalami broncho-kontriksi bila melakukan
kegiatan fisik dan beratnya serangan berbeda-beda.
Penyempitan jalan asma terjadi oleh salah satu atau lebih dari factor-faktor berikut:
 Kontraksi (spasme) otot-otot bronchi
 Udema mukosa
 Meningkatnya sekresi mucus dari sel-sel goblet dalam upaya membuang zat-zat irritant.

Gangguan pernafasan asma dapat menyebabkan terjadinya insufisiensi (ketidakcukupan) ventilasi


alveoli dan berkurangnya tingkat saturasi (kejemuhan0 O2 dalam darah arteri.

B. Asma-Olahraga (AO) atau Exercise Induced Asthma (EIA)


Aktivitas olahraga dapat memicu terjadinya asma. Kejadian ini disebut Exercise Induced Asthma
(EIA) atau Asma-Olahraga. Perubahan fungsi paru yang dipicu oleh aktivitas fisik mengikuti pola
tertentu. Bebrapa penderita AO tidak dapat pulih secra spontan dan memerlukan obat untuk
menyembuhkannya. Semua intensitas olahraga yang menyebabkan terjadinya perubahan-
perubahan volume paru pasca olahraga dapat digunakan untuk:
 Memastikan kecenderungan AO
 Menentukan asmagenitas bentuk-bentuk olahraga yang berbeda
 Mempelajari pengaruh kondisi lingkungan terhadap timbulnya AO
 Meliputi pengaruh protektif pemberian obat sebelum olahraga.

Beberapa penderita AO terutama anak-anak, menunjukkanadanya reaksi sekunder atau reaksi


lambat yang baru terjadi 3-4 jam pasca olahraga dapat mencapai puncaknya setelah 3-9 jam
kemudian

C. Penyebab AO
Telah melalui penelitian luas meliputi kurun waktu lebih dari 50 tahun belum juga diketahui apa
sesungguhnya penyebab AO. Saat ini hipotesis terbaik mengenai penyebab AO adalah karena
diekresinya zat bronchokonstriktor yang mungkin merupakan respon tergadap perubahan
osmolaritas cairan periciliar.
D. Faktor-Faktor Yang Dapat Mengubah Respons Asma Terhadap Olahraga
Faktor-faktor yang dapat mengubah respon sama terhadap olahraga adalah: bentuk/macam
olahraga, durasi dan intensitas olahraga, kondisi lingkungan dan pemberian obat.

1. Bentuk/ macam Olahraga


Dalam memilih /macam bentuk olahraga bagi penderita asma, perlu diketahui bahwa dalam
kaitannya dengan factor pemicu AO terdapat semacam kekhususan dari bentuk olahraga.
2. Durasi Olahraga
Penelitian Morton menunjukkan bahwa bila kecepatan lari konstan, durasi antara 2-32 menit
semuanya dapat menyebakan terjadinya asma.

37
3. Intensitas Olahraga
Pada olahraga durasi konstan , bila intensitas olahraga ditingkatkan , akan terjadi peningkatan
kejadian bronchonkonstriksi pasca olahraga. Dampak maksimal akan didapat pada olahraga
dengan intensitas 65-75 % VO2 MAX (+ 75-85% DNM).
4. Macam Pembebanan
5. Kondisi Lingkungan
E. Manfaat Latihan Aerobik Teratur
Melakukan olahraga aerobic teratur dan sering dengan intensitas yang adekuat, mendatangkan
manfaat fisiologis yang sama bagi penderita asma maupun bukan tetapi penderita asma dapat
nilai tambah. Hal ini disebabkan karena menjadi lebih efisiennya fungsi system respirasinya yang
meliputi:
 Menurutnya ventilasi paru untuk beban kerja pada umumnya
 Meningkatkan kavasitas pernafasan maksimal (maksimal breathing capacity)
 Berkurangnya volume residu (udara sisa) yang disebabkan oleh berkurangnya udara yang
terperangkap
 Adanya pola ventilasi paru yang lebih efisien
F. Penilaian Asma
Banyak penderita asma tidak dapat menilai gejala asmanya secara akurat. Akibatnya mereka
sering tidak mengetahui berapa besar obtuksi saluran nafas yang sering terjadi, atau dalam banyak
hal bila gejala-gejala timbul secara lambat meliputi beberapa hari.
G. Manajemen Asma Olahraga
Untuk memanimalkan kejadian dan beratnya Asma olahraga, pertama-pertama perlu
memaksimalkan control terhadap penederita-penderita asma. Untuk itu diperlukan beberapa
upaya fisik dan farmakologik.
Untuk penderita yang masih mengalami AO, maka dalam pengobatan dapat ditambah dengan
aerosol ipatropin bromide, Glukokortikoid oral dll.
H. Meniadakan Asma Olahraga
Bila terjuadinya AO selama permainan atau olahraga maka pemberian aerosol adalah cara yang
terbaik untuk menyembuhkannya. Oleh karena itu direkomendasikan gara para penderita AO
menggunakan aeorosol spray pada setiap latihan dan kompetisi.
I. Penataan Olahraga Untuk Penderita Asma
a. Pemanasan
b. Komponen Aerobik
c. Durasi
d. Frekuensi
e. Pembebanan Latihan
f. Pola partisipasi
g. Pendinginan
J. Kapan Latihan Harus Dihentikan atau Dihindari
Bila penderita asma telah mendapat pengobatan pralatihan tetapi masih mengalami
bronchokonstriksi, maka jagan lah dia melanjutkan latihannya yang berat. Penderita asma
hendaknya menghentikan partisipasinya dalam permainan atau olahraga berat, bila terjadi asama
selama partisipasinya.
K. Latihan Untuk Olahraga Kompetisi

38
Persayaratan kebugaran jasmani untuk sesuatu cabang olahraga berlaku sama baik untuk
penderita asma maupun bukan, tetapi penderita sam hendaknya mengambil porsi latihan yang
lebih besar terhadap peningkatan kapasitas aerobiknya selama masa-masa latihan. Pelatihan
penderita asma untuk kebvugaran umum maupun untuk olahraga kompetisi di daerah/Negara
dingin memperoleh manfaat bila menggunakan masker. Bila Hendaknya juga memilih waktu
latihan yang sesuai dengan rendahnya kejadian asamanya.

KESIMPULAN

Respon penderita asma terhdap olahraga sangat bervariasi dari satu orang ke orang lainnya. Sebagai
pedoman umum, penderita asma hendaknya berpartisipasi dalam program-program latihan/olahraga yang
teratur dan asmagebitasnya terkecil.

BAB III

ANALISIS

3.1 Kelebihan
Pada buku ini terdapat gambar yang di sajikan, di jelaskan bila adanya rumus-
rumus kesehatan untuk mengukur seperti BMR dan lain-lain. Terdapat kata-kata yang
membuat kita berkeinginan menjaga kesehatan tubuh, gambar sampul yang bagus dan
menarik.terdapat biografi penulis sehingga ini menjadi kelebihan buku ini, penjelasan
dalam buku ini sangat berguna bagi kami untuk mahasiswa ikor.
3.2 kekurangan

39
kekurangan pada buku ini penjelasan dari tulisan tersebut sedikit berbelit-belit sehingga
pembaca pun kebingunang untuk memahami penjelasan tersebut, gambar yang terdapat susah
untuk di lihat dan di pahami.

DAFTAR PUSTAKA

40

Anda mungkin juga menyukai