Rāhulasaṃyutta
Kelompok Khotbah tentang Rāhula
Sutta (2) tentang ketidakkekalan dan kejijikan sehubungan dengan 6 landasan indria
eksternal.
Sutta (3) tentang ketidakkekalan dan kejijikan sehubungan dengan 6 kesadaran indria.
Sutta (4) tentang ketidakkekalan dan kejijikan sehubungan dengan 6 kontak indria.
Sutta (5) tentang ketidakkekalan dan kejijikan sehubungan dengan 6 perasaan yang muncul
dengan bergantung pada 6 kontak indria.
Sutta (6) tentang ketidakkekalan dan kejijikan sehubungan dengan 6 persepsi atas landasan
indria eksternal.
Sutta (7) tentang ketidakkekalan dan kejijikan sehubungan dengan 6 kehendak atas 6
landasan indria eksternal.
Sutta (8) tentang ketidakkekalan dan kejijikan sehubungan dengan 6 ketagihan pada 6
landasan indria eksternal.
Sutta (9) tentang ketidakkekalan dan kejijikan sehubungan dengan unsur-unsur: tanah, air,
panas, angin, ruang, kesadaran.
Sutta (11) – (20) identik dalam segala hal dengan §§1-10, kecuali bahwa dalam sutta-sutta ini
Sang Buddha menanyai Rāhula atas inisiatifNya sendiri, tanpa sebelumnya dimohon untuk
mengajarkan
Sutta (21) Rāhula bertanya kepada Sang Buddha tentang pembentukan-aku, pembentukan-
milikku, dan kecenderungan tersembunyi pada keangkuhan. Sang Buddha menjelaskan
dengan dimulai dari doktrin anatta, bahwa :
“Bentuk apapun … Perasaan apa pun … Persepsi apa pun … Bentukan kehendak apa pun …
Kesadaran apa pun, apakah di masa lalu, di masa depan, atau di masa sekarang, internal atau
eksternal, kasar atau halus, hina atau mulia, jauh atau dekat – seseorang melihat segala
kesadaran sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai: ‘Ini bukan milikku, ini
bukan aku, ini bukan diriku.’
Sutta (22) Rāhula bertanya kepada Sang Buddha tentang bagaimana pikiran menyingkirkan
pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan keangkuhan, telah melampaui pembedaan,
dan damai dan terbebaskan dengan baik?”i Sang Buddha menjelaskan sebagai berikut:
“Bentuk … Perasaan apa pun … Persepsi apa pun … Bentukan kehendak apa pun … Kesadaran
apa pun, apakah di masa lalu, di masa depan, atau di masa sekarang, internal atau eksternal,
kasar atau halus, hina atau mulia, jauh atau dekat – seseorang melihat segala kesadaran
sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar sebagai: ‘Ini bukan milikku, ini bukan aku,
ini bukan diriku,’ ia terbebaskan melalui ketidak-melekatan.
“Ketika seseorang mengetahui dan melihat demikian, Rāhula, maka sehubungan dengan
jasmani dengan kesadaran ini dan sehubungan dengan seluruh gambaran eksternal, maka
pikiran menyingkirkan pembentukan-aku, pembentukan-milikku, dan keangkuhan, telah
melampaui pembedaan, dan damai dan terbebaskan dengan baik.”
i
Spk: Telah melampaui pembedaan (vidhā samatikkantaṃ): telah sepenuhnya melampaui berbagai jenis
keangkuhan yang berbeda; damai (santaṃ): dengan tenangnya kekotoran; dan terbebaskan sempurna
(suvimuttaṃ): sepenuhnya terbebaskan dari kekotoran.