PEMBAHASAN
Para orang tua atau yang telah berumur memiliki risiko tinggi dalam
berkembangnya beberapa masalah kesehatan, termasuk di dalamnya adalah
penyakit yang berhubungan dengan rongga mulut. Sebuah penelitian melaporkan
bahwa kesehatan rongga mulut adalah salah satu dari beberapa aspek kehidupan
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dalam populasi orang tua, dan data
epidemiologi telah menggambarkan bahwa terdapat status kesehatan rongga mulut
yang buruk pada orang tua dalam beberapa kondisi (Sriyono, 2005).
13
bersih, bercahaya dan didukung oleh gingiva yang kencang dan berwarna merah
muda. Pada kondisi normal, rongga mulut yang sehat tidak tercium bau tidak
sedap. Kondisi ini hanya dapat dicapai dengan perawatan yang tepat dan oral
hygiene yang baik. Keadaan oral hygiene yang buruk seperti adanya kalkulus dan
stain, banyak karies gigi, keadaan tidak bergigi atau ompong dapat menimbulkan
masalah dalam kehidupan sehari-hari (Prayitno, 2008).
14
d. Terjadi penimbunan kalkulus, dan mengeras pada permukaan gigi.
Dalam gingivitis, peran oral hygiene sangat penting. Oral hygiene yang
terjaga dengan baik akan menghasilkan kesehatan gigi dan mulut yang baik. Oral
hygiene yang terjaga dapat menghambat akumulasi plak maupun kalkulus
sehingga bakteri yang tedapat pada plak tidak menimbulkan keradangan pada
gingiva dan jaringan tersebut tidak akan rusak. Selain itu, oral hygine dapat
menjaga flora normal rongga mulut tetap seimbang sehingga mikroba dalam
rongga mulut tidak menjadi patogen dan merusak jaringan di dalamnya termasuk
gingiva.
15
Beberapa penelitian cross sectional menunjukkan bahwa pada perokok
dijumpai ambang inflamasi gingiva yang lebih rendah (sampai batas ambang plak
tertentu) dibanding bukan perokok. Pada penelitian ini digunakan indeks gingiva
dan evaluasi bleeding secara dikotomi pada probing. Selain itu hasil observasi
ternyata komposisi plak kurang begitu berbeda pada perokok dan bukan perokok.
Lebih lanjut, perkembangan inflamasi gingiva dalam merespons akumulasi plak
pada perokok kurang begitu menonjol dibanding bukan perokok. Hasil penelitian
kros seksional dan longitudinal ini meberi petunjuk bahwa merokok merupakan
suatu paparan lingkungan yang dapat mengubah respons gingiva terhadap plak
dental.
Dari beberapa studi dilaporkan adanya hubungan antara penyakit
periodontal dengan penyakit sistemik, misalnya gingivitis dengan berat bayi lahir
rendah dan periodontitis dengan aterosklerosis, diabetes mellitus, maupun
pneumonia. Oleh karena itulah paradigma kesehatan yang semula ditekankan pada
tindakan kutarif (perawatan) beralih menjadi upaya preventif (pencegahan) dan
promotif (peningkatan kesehatan) (Pintauli, 2008). Paradigma ini tentu saja sangat
tepat jika diperankan oleh oral hygiene karena oral hygiene dapat mencegah
gingivitis dan meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.
16
Perilaku yang paling banyak menyebabkan gingivitis adalah waktu
menyikat gigi yang salah karena dilakukan pada saat mandi pagi dan mandi sore,
bukan sesudah makan pagi dan menjelang tidur malam. Padahal menyikat gigi
menjelang tidur sangat efektif untuk mencegah gingivitis secara mekanis
(Budisuari et al., 2010). Gigi seharusnya disikat paling tidak 2 kali sehari dan
menggunakan dental floss sedikitnya 1 kali sehari (Malik, 2008). Penyikatan gigi
secara keseluruhan maupun frekuensi penyikatan gigi berperan untuk mengurangi
terjadinya keradangan gingiva maupun kelainan periodontal. Penggunaan obat
kumur yang mengandung anti bakteri juga diperlukan untuk pembersihan plak
gigi secara khemis. Sampai saat ini sebagai antibakteri plak yang paling efektif
adalah khlorhexidin. Larutan khlorhexidin dengan konsentrasi 0,2% sebagai obat
kumur dapat menghambat pembentukan plak sebanyak 72% pada hari ke-3 dan
sebanyak 85% pada hari ke-7, serta terjadi penurunan indeks peradangan
sebanyak 32% pada hari ke-3 dan sebanyak 77% pada hari ke-7 (Prijantojo,
1996).
Apabila telah terbentuk kalkulus, maka harus kontrol ke dokter gigi untuk
dilakukan pembersihan kalkulus, karena hal tersebut tidak dapat dilakukan sendiri
17
oleh pasien, sebab memerlukan alat khusus (Malik, 2008). Karena gingivitis
jarang menimbulkan rasa sakit, maka pasien perlu memiliki kesaran sendiri akan
kebersihan dan kesehatan rongga mulutnya. Selain membersihkan rongga mulut
sehari-hari dengan penyikatan gigi dan penggunaan obat kumur, diperlukan
kunjungan ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk kontrol kesehatan rongga
mulut dan adanya bakteri plak maupun kalkulus yang telah menempel pada
permukaan gigi agar tidak menimbulkan kerusakan berlanjut termasuk gingivitis.
18