Oleh Kelompok 5 :
Dosen Pembimbing :
Dr. Hamdi, M.Si
i
KATAPENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.....................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendahuluan...........................................................................................2
B. Biodiesel..................................................................................................2
C. Biogas.....................................................................................................9
D. Bio-oil....................................................................................................12
E. Pure Palm Oil.........................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penggunaan energi besar-besaran telah membuat manusia mengalami
krisis energi. Ini disebabkan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil seperti
minyak bumi dan gas alam yang sangat tinggi. Sebagaimana kita ketehaui, bahan
bakar fosil merupakan sumber daya alam yang tidak dapat kita perbarui. Untuk
mengatasi krisis energi masa depan, beberapa alternatif sumber energi mulai
dikembangkan.
Berbagai energi terbarukan dapat bersumber dari tanaman hijau bahkan
limbah hasil produksi menggunakan tanaman hijau seperti, jarak, kelapa sawit,
tebu, dan kelapa. Dengan memanfaatkan teknologi banyak bermunculan
bioenergi yang dikembangkan menjadi biodiesel, bio-oil, biotermal, dan pure
palm oil.
Pemanfaatan dapat diterapkan sebagai energi untuk bahan bakar, energi
listrik, atau campuran dalam bahan bakar kendaraan. Kelebihan bioenergi adalah
penggunaan yang ramah lingkungan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah yang dimaksud dengan biodiesel, bio-gas, bio-oil dan pure palm
oil?
2. Bagaimana proses produksi biodiesel, bio-gas, bio-oil dan pure palm oil?
3. Apa saja keuntungan dan kerugian penggunaan biodiesel, bio-gas, bio-oil
dan pure palm oil?
BAB II
KAJIAN TEORI
1
A. PENDAHULUAN
Berbagai energi terbarukan dapat bersumber dari tanaman hijau bahkan
limbah hasil produksi menggunakan tanaman hijau seperti, jarak, kelapa sawit,
tebu, dan kelapa. Dengan memanfaatkan teknologi banyak bermunculan
bioenergi yang dikembangkan menjadi biodiesel, bio-oil, biotermal, dan pure
palm oil.
Pemanfaatan dapat diterapkan sebagai energi untuk bahan bakar, energi
listrik, atau campuran dalam bahan bakar kendaraan. Kelebihan bioenergi adalah
penggunaan yang ramah lingkungan.
B. BIODIESEL
1. Pengertian
Biodiesel merupakan bahan bakar yang dipakai sebagai alternatif bagi
bahan babkar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbarui seperti
minyak sayur, atau lemak hewan. Sebuah proses transesterifikasi lipid
digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan
membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti
minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip
dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam
banyak kasus. Namun, dia lebih sering digunakan sebagai penambah untuk
diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah
belerang yang rendah pelumas.
Biodiesel merupakan alternatif yang paling dekat untuk menggantikan
bahan bakar fosil sebagai sumber energi transportasi utama dunia, karena ia
merupakan bahan bakar terbarui yang dapat menggantikan diesel petrol di
mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan
infrastruktur sekarang ini. Secara konsep, proses pembuatan diesel tidaklah
murni. Biodiesel dihasilkan melalui proses yang disebut reaksi esterifikasi
asam lemak bebas atau reaksi transesterifikasi trigliserida dengan metanol dan
bantuan katalis sehingga dapat dihasilkan metal ester/ etil ester asam lemak
dengan gliserol.
2
Biodiesel pertama kali dikenalkan di Afrika Selatan sebelum perang
dunia II sebagai bahan bakar kendaraan berat. Bahan bakar nabati biodiesel
merupakan kandidat kuat sebagai bahan alternatif pengganti bensin dan solar
yang selama ini digunakan sebagai bahan bakar mesin diesel. Pemertintah
Indonesia telah menrancangkan pengembangan dan implementasi bahan
bakar tersebut, bukan hanya untuk menanggulangi krisis energi yang mendera
bangsa namun juga salah satu solusi kebangkitan ekonomi masyarakat.
3
Teknik pengepresan biji jarak dengan menggunakan ulir (screw)
merupakan teknologi yang lebih maju dan banyak di industry pengolahan
minyak jarak saat ini. Dengan cara ini, biji jarak dipres menggunakan
pengepresan barulir (screw) yang berjalan secara kontinu. Teknik
ekstraksi ini tidak memerlukan perlakuan pendahuluan bagi biji jarak
yang akan diekstraksi. Biji jarak kering yang akan diekstraksi dapat
langsung dimasukkan ke dalam screw press. Tipe alat pengepres berulir
yang digunakan dapat berupa pengepres bulir tunggal (single screw
press) atau pengepres berulir ganda (twin screw press). Rendemen
minyak jarak yang diasilkan dengan teknik pengepres berulir tunggal
(single srew press) sekitar 25-35 persen, sedangkan dengan teknik
pengepresan berulir ganda (twin srew press) dihasilkan rendeman minyak
sekitar 40-45 persen. Proses pengepresan bij jarak menggunakan metode
pengepresan berulir dan ekstraksi solvent.
b. Pengolahan Minyak Jarak
Metal ester (biodiesel) dari minyak jarak pagar dapat dihasilkan
melalui proses transesterifikasi trigliserida dari minyak jarak.
Transesterifikasi adalah penggantian gugus alcohol dari suatu ester
dengan alcohol lain dalam suatu proses yang menyerupai hidrolisis.
Namun berbeda dengan hidrolisis, pada proses transesterifikasi yang
digunakan bukanlah air melainkan alcohol. Umunya katalis yang
digunakan adalah sodium metilat, NaOh, atau KOH. Metanol lebih
umum digunakan karena harganya lebih murah, walaupun jenis alcohol
lainnya seperti etanol.
Transesterifikasi merupakan suatu reaksi kesetimbangan. Untuk
mendorong reaksi agar bergerak ke kanan agar dihasilkan metal ester
(biodiesel), maka perlu digunakan alcohol dalam jumlah berlebih atau
salah satu produk yang dihasilkan harus dipisahkan. Faktor utama yang
memengaruhi rendemen ester yang dihasilkan pada reaksi
transesterifikasi adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol, jenis
katalis yang digunakan suhu reaksi, waktu reaksi, kandungan air, dan
kandungan asam lemak bebas pada bahan baku (yang dapat menghambat
4
reaksi yang diharapkan). Faktor lain yang memengaruhi kandungan ester
pada biodiesel diantaranya kandungan gliserol pada bahan baku
minyak,jenis alkohol, yang digunakan pada reaksi transesterifikasi,
jumlah katalis sisa, dan kandungan sabun.
5
4) Selain itu, dampak yang paling serius adalah kelangkaan pangan
akibat dialihkannya tanaman yang biasa dikonsumsi untuk dijadikan
bahan bakar. Tanaman seperti tebu, jagung, kelapa sawit, dan beberapa
jenis komoditas lainnya cenderung mengalami kenaikan harga yang
cukup signifikan akibat dijadikan biodiesel.
Dimana:
μ = viskositas kinematik (centi stokes atau cSt)
6
K = konstanta viscometer Oswald
t = waktu mengalir fluda di dalam pipa viscometer (detik)
b. Densitas (Rapat Massa)
Massa jenis menunjukkan perbandingan massa persatuan volume,
karakteristik ini berkaitan dengan nilai kalor dan daya yang dihasilkan
oleh mesin diesel persatuan volume bahan bakar.
Kerapatan suatu fluida (ρ) dapat didefinisikan sebagai massa per
satuan volume.
Dimana:
ρ = densitas (kg/m3)
m = massa (kg)
v = volume (m3)
c. Titik Kabut (Cloud Point) dan Titik Tuang (Pour Point)
Titik kabut adalah temperature saat bahan bakar mulai dampak
berkeruh bagaikan kabut (berwarna =Cloudy). Hal ini terjadi karena
munculnya Kristal-kristal (padatan) di dalam bahan bakar. Meski bahan
bakar masih dapat mengalir pada suhu ini, keberadaan Kristal dalam
bahan bakar dapat memengaruhi kelancaran aliran bahan bakar di dalam
filter, pompa, dan injector. Titik kabut dipengaruhi oleh bahan baku
biodiesel.
Titik tuang adalah temperature terendah yang masih
memungkinkan bahan bakar masih dapat mengalir atau temperature di
mana bahan bakar mulai membeku atau mulai berhenti mengalir, di
bawah titik tuang bahan bakar tidak dapat lagi mengalir karena
terbentuknya kristal yang menyumbat aliran bahan bakar. Titik tuang ini
dipengaruhi oleh derajat ketidakjenuhan (angka iodium), jika semakin
tinggi ketidakjenuhan maka titik tuang akan semakin rendah dan juga
dipengaruhi oleh panjangnya rantai karbon, jika semakin panjang rantai
karbon maka titik tuang akan semakin tinggi.
d. Bilangan Iod
7
Bilang iod menunjukkan tingkat ketidak jenuhan atau banyaknya
ikatan rangkap asam lemak penyusun biodiesel. Kandungan senyawa
asam lemak tak jenuh meningkatkan performansi biodiesel pada
temperature rendah karena senyawa inimemilki titik leleh (melting point)
yang lebih rendah (KNote, G., 1997), sehingga berkorelasi terhadap clout
point dan pour point yang rendah.namun di sisi lain banyaknya senyawa
lemak tak jenuh di dalam biodiesel memudahkan senyawa tersebut
bereaksi dengan oksigen di atmosfer. Biodiesel dengan kandungan
bilangan iod yang tinggi akan mengakibatkan tendensi polimerisasi dan
pembentukan deposit pada injector noozle dan cincin piston pada saat
mulai pembakaran.
Nilai maksimum harga angka iod yang diperbolehkan untuk
biodiesel yaitu 115g (12/100 g) berdasarkan Standar Biodiesel Indonesia.
e. Kadar Air
Kadar air dalam minyak merupakan salah satu tolak ukur mutu
minyal. Semakin kecil kadar air dalam minyak , maka mutunya makin
baik. Hal ini dapat memperkecil kemungkinan terjadinya reaksi hidrolisis
yang dapat menyebabkan kenaikan kadar asam lemak bebas, kandungan
air dalam bahan bakar dapat juga menyebabkan turunnya panas
pembakaran, berbusa, dan bersifat korosif jika bereaksi dengan suhu
karena akan membentuk asam.
f. Bilangan Cetana
Bilangan centana menunjukkan seberapa ceat bahan bakar mesin
diesel yang dapat diinjeksikan ke ruang bahan bakar agar terbakar secara
spontan. Bilangan centana dari minyak diesel konvensional dipengaruhi
oleh struktur hidrokarbon penyusun. Semakin rendah bilangan centana,
maka semakin rendah pula kualitas penyalaan karena memerlukan suhu
penyalaan yang lebih tinggi.
C. BIOGAS
1. Pengertian Biogas
8
Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan
bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil
seperti minyak tanah dan gas alam. Biogas juga sebagai salah satu jenis
bioenergi yang didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan. Biogas juga
sebagai salah satu jenis bioenergi yang yang didefinisikan sebagai gas yang
dilepaskan jika bahan-bahan organik seperti kotoran ternak, kotoran
manusia, jerami, sekam, dan daun-daun hasil sortiran sayur difermentasi
atau mengalami proses metanisasi.
Pada prinsipnya, pembuatan gas bio sangat sederhana, hanya dengan
memasukkan substrat (kotoran ternak) kedalam digester yang anaerob.
Dalam waktu tertentu gas bio akan terbentuk yang selanjutnya dapat
digunakan sebagai sumber energi, misalnya untuk kompor gas atau listrik.
Penggunaan biodigester dapat membantu pengembangan sistem pertanian
dengan mendaur ulang kotoran ternak untuk memproduksi gas bio dan
diperoleh hasil samping (by-product) berupa pupuk organik. Selain itu,
9
industri peternakan menimbulkan masalah bagi lingkungan seperti
menumpuknya limbah peternakan termasuk didalamnya limbah peternakan
sapi. Limbah ini menjadi polutan karena dekomposisi kotoran ternak berupa
BOD atau COD (Biological/Chemical Oxygen Demand), bakteri patogen
sehingga menyebabkan polusi air (terkontaminasinya air bawah tanah, air
permukaan), polusi udara dengan debu dan bau yang ditimbulkannya.
Biogas dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik
dengan bantuan bakteri anaerob pada lingkungan tanpa oksigen bebas.
Energi gas bio didominasi gas metan (60-70 persen), karbon dioksida (30-40
persen) dan beberapa gas lain dalam jumlah kecil.
Gas metan sudah lama digunakan oleh warga Mesir, China, dan
Roma kuno untuk dibakar dan digunakan sebagai penghasil panas. Adapun
proses fermentasi lebih lanjut untuk menghasilkan gas metan ini pertama
kali ditemukan oleh Alessandro Volta (1776). Hasil identifikasi gas yang
dapat terbakar ini dilakukan oleh William Hendry pada tahun 1806. Dan
Becham (1868) murid Louis Pasteur dan Tappeiner (1882) adalah orang
pertama yang memperlihatkan asal mikrobiologis dari pembentukan gas
metan.
Tabel 1. Komponen Penyusun Biogas
Jenis Gas Persentase
Metan ( ) 50 – 70 %
30 – 40 %
Karbondioksida ( ) 0,3 %
Sedikit sekali
Air ( ) 1–2%
5 – 10 %
Hidrogen Sulfida ( )
Nitrogen ( )
Hidrogen ( )
10
Tabel 2. Nilai kesetaraan biogas dan energi yang dihasilkan
Aplikasi biogas setara dengan
11
ditandai dengan komersialisasi biodiesel dan bioetanol. Adapun generasi
ketiga, merupakan generasi BBM terbarukan (advance synthetic fuel) seperti
fast pyrolisis oil (bio-oil), fisher tropsch (FT) methanol, dan hydrothermal
upgrading oil (HTU).
Bio oil merupakan salah satu jenis bio energi yang dapat
dimanfaatkan sebagai pensubstitusi bahan bakar solar. Bio oil adalah bahan
bakar cair berwarna gelap, beraroma seperti asap dan diproduksi dari
biomassa seperti kayu, kulit kayu, kertas atau biomassa lainnya melalui
teknologi pirolisis cepat. Pirolisis adalah dekomposisi kimia bahan organik
melalui proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen atau reagen lainnya,
dimana material mentah akan mengalami pemecahan struktur kimia menjadi
fase gas. Pirolisis adalah kasus khusus termolisis. Pirolisis ekstrim, yang
hanya meninggalkan karbon sebagai residu, disebut karbonasi. Proses ini
merupakan peruraian dari bantuan panas tanpa adanya oksigen atau dengan
jumlah oksigen yang terbatas. Biasanya terdapat tiga produk dalam pirolisis,
yakni gas (uap organik), pyrolisis oil, dan arang. Uap organik yang
dihasilkan mengandung karbon monoksida, metana, karbon dioksida, tar
yang mudah menguap dan air. Uap organik kemudian dikondensasikan
menjadi cairan. Cairan hasil pirolisis dikenal sebagai bio oil.
Pemanfaatan bio oil sebagai pensubstitusi bahan bakar sebenarnya
telah dikenal sejak lama. Bio oil terdiri dari karbon, hidrogen dan oksigen
dengan sedikit kandungan sulfur yang dapat ditiadakan. Komponen organik
terbesar dalam bio oil yaitu lignin, alkohol, asam organik dan karbonil.
Karakteristik tersebut menjadikan bio oil sebagai bahan bakar yang ramah
lingkungan.
Selain itu, bio oil memiliki nilai kalor yang lebih besar dibandingkan
bahan bakar oksigenasi lainnya (seperti metanol) dan nilainya hanya lebih
sedikit rendah dibandingkan dengan diesel oil dan fuel oil lainnya, seperti
yang ditunjukkan tabel berikut:
12
Diesel Oil 38,9 138.500
Metanol 17,5 62.500
Etanol 23,5 84.000
14
Penggunaan bio oil pada static diesel engine yang pada
umumnya mempunyai beban tetap sangat berpengaruh pada tingkat
konsumsi BBM per jam. Efisiensi yang dapat diperoleh berkisar 10
persen dari normal pemakaian BBM solar dan menghasilkan kurang
lebih 30 persen dari total jumlah penghematan biaya. Adapun jenis-
jenis mesin diesel pembangkit panas adalah:
1) Genset (PLTD)
2) Burner
3) Boiler
b. Alat Transportasi
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan pada
kendaraan pribadi yang bermesin diesel s/d 60.000 km, penggunaan bio
oil dicatat sebesar 15 km/liter dan jika dibandingkan dengan BBM solar
sebesar 11 – 12 km/liter, maka tingkat penghematan BBM yang dapat
dicapai adalah sebesar 25 – 30 persen. Adapun jenis-jenis mesin diesel
transportasi:
1) Kendaraan penumpang kecil dan besar (bus)
2) Kendaraan niaga (truk)
3) Alat-alat berat (heavy equiptment)
4) Kereta api diesel
5) Kapal laut
15
2000 1,4 0.9446
2001 1,3 0,9632
2002 1,2 0,9959
2003 1,1 1,0516
2004 1.125 1,0362
16
Kebun dan pabrik kelapa sawit menghasilkan limbah padat dan cair
dalam jumlah besar yang belum dimanfaatkan secara optimal. Serat dan
sebagian cangkang sawit biasanya terpakai untuk bahan bakar boilfer di pabrik,
sedangkan tandan kosong kelapa sawit (TKKS) yang jumlahnya sekitar 23
persen dari tandan buah segar yang diolah, biasnya hanya dimanfaatkan sebagi
mulsa atau kompos untuk tanaman kelapa sawit. Pemanfaatan dengan cara
tersebut hanya menghasilkan nilai tambah yang terendah di dalam rangkaian
proses pemanfaatanya.
Potensi energi yang dapat dihasilkan dari produk samping sawit dapat
dilihat dari energi panas (calorofic value). Nilai energi panas (calorofic value)
dari beberapa produk samping sawit ditunjukkan pada Tabel 11.8. Produk
samping yang memiliki nilai energi panas tinggi adalah cangkang dan serat.
Cangkang dan serat dimanfaatkan sebagian besar atau seluruhnya sebagai bahan
bakar boiler PKS. TKKS yang juga memiliki nialai energi panas cukup tinggi
saat ini banyak dimanfaatkan sebagai mulsa atau diolah menjadi kompos.
17
G. POTENSI INDONESIA MENFAATKAN PRODUK SAMPING SAWIT
SEBAGAI SUMBER ENERGI
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam memanfaatkan
produk samping sawit sebagai sumber energi. Seperti diketahui, kelapa sawit
Indonesia merupakan salah satu komoditi yang mengalami perkembangan yang
terpesat. Pada era tahun 1980-an sampai dengan pertengahan tahun 1990-an,
industri kelapa sawit berkembang sangat pesat.
Hingga tahun 2020, industri kelapa saawit Indonesia diperkirakan akan
terus tumbuh, walau dengan laju pertumbuhan yang lebih rendah apabila
dibandingkan dengan periode sebelum tahun 2000. Hingga tahun 2010, produksi
CPO diperkirakan akan meningkat antara 5 persen – 6 persen, sedangkan untuk
periode 2010-2020, pertumbuhan produksi di perkirakan berkkisar antara 2
persen – 4 persen. Pertumbuhan produksi CPO berarti pula peningkatan
ketersediaan produk samping sawit yang antara lain bersumber dari TBS.
TKKS juga memiliki potensi energi yang besar sebagi bahan bakar
generator listrik. TKKS sebanyak 12.365 juta ton berpotensi menghasilkan
energi sebesar 23.463.5 juta Mwe. Alternatif lain pemanfaatan limbah padat
kelapa sawit yang paling sederhana untuk Indonesia adalah menjadikannya
briket arang. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaiki sifat tersebut dengan
cara pemadatan melalui pembriketan, pengeringan, dan pengarangan. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) telah merancang bangun paket teknologi umtuk
produksi briket arang dari limbah sawit, baik tandan kosong maupun cangkang
sawit. Pada dasarnya, ada dua metode pembuatan briket arang, yaitu:
1. Bahan baku-penggilingan-pengayakan-pemberiketan-pengarangan.
2. Bahan baku-pengarangan-penggilingan-pengayakan-pembriketan.
Untuk limbah sawit ternyata metode kedua lebih sesuai untuk
menghasilkan briket arang yang bermutu tinggi.
TKKS dan cangkang sawit memiliki karakteristik yang berbeda,
sehingga untuk proses pengarangannya juga memerlukan tungku yang berbeda.
Untuk TKKS, proses pengarangan lebih sesuai dilakukan dalam tungku vertikal,
sedangkan untuk cangkang sawit lebih baik dilakukan proses pengarangan pada
18
tungku horizontal. Rendemen yang dihasilkan dari proses pengarangan tersebut
adalah 25-30 persen.
Proses pembriketan limbah sawit dapat dilakukan dengan mesin
pembriket tipe ulir dengan kapasitas 1 ton per hari. Mesin ini menghasilkan
briket arang berbentuk silinder dengan diameter 5 cm dan panjang 10-30 cm.
Briket arang sawit memiliki keunggulan yaitu permukaanya halus dan tidak
meninggalkan warna hitam apabila dipegang. Karakteristik briket arang yang
terbuat dari TKKS dan cangkang sawit sangat berbeda, seperti yang terlihat pada
Tabel berikut. Briket arang TKKS memiliki kadar abu yang lebih tinggi,
sedangkan kadar kalor dan karbon terikatnya lebih rendah.
Tabel 6. Karakteristik briket arang dari TKKS dan cangkang sawit
No. Karakteristik Briket Arang Briket Arang
Tandan Cangkang
Kosong Sawit Sawit
1. Kadar Air (%) 9.77 8.47
2. Kadar Abu (%) 17.15 9.65
3. Kadar Zat Terbag,% (Volatile matter) 29.03 21.10
4. Kadar Karbon Terikat, % (fixed 53.82 69.25
carbon)
5. Keteguhan tekan, kg/cm2 1.10 7.82
6. Nilai kalor, kal/g 5-578.000 6-600.00
19
Saat ini mereka telah berhasil mengembangkan bioreaktor untuk
produksi biogas dari POME. Bumi biopower (Pantai Remis) Sdn. Bhd. Adalah
salah satu perusahaan di Malaysia yang melaksanakan proyek untuk
mengembangkan pabrik produksi biogas dari POME. Pabrik ini direncanakan
akan mengolah POME dari salah satu pabrik kelapa sawit yaitu Pantai Remis
Palm Oil Mill. Biogas yang dihasilkan juga akan digunakan untuk generator
listrik dengan kapasitas 1 MW-1.5 MW.
20
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berbagai energi terbarukan dapat bersumber dari tanaman hijau bahkan limbah
hasil produksi menggunakan tanaman hijau seperti, jarak, kelapa sawit, tebu, dan
kelapa. Dengan memanfaatkan teknologi banyak bermunculan bioenergi yang
dikembangkan menjadi biodiesel, bio-oil, biotermal, dan pure palm oil.
1. Biodiesel
Biodiesel merupakan bahan bakar yang dipakai sebagai alternatif bagi
bahan babkar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbarui seperti
minyak sayur, atau lemak hewan.
2. Biogas
Biogas merupakan renewable energy yang dapat dijadikan bahan
bakar alternatif untuk menggantikan bahan bakar yang berasal dari fosil
seperti minyak tanah dan gas alam. Biogas juga sebagai salah satu jenis
bioenergi yang didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan.
3. Bio-Oil
Bio oil merupakan salah satu jenis bio energi yang dapat
dimanfaatkan sebagai pensubstitusi bahan bakar solar. Bio oil adalah bahan
bakar cair berwarna gelap, beraroma seperti asap dan diproduksi dari
biomassa seperti kayu, kulit kayu, kertas atau biomassa lainnya melalui
teknologi pirolisis cepat.
4. Pure Palm Oil
Indonesia memiliki potensi yang sangat besar dalam memanfaatkan
produk samping sawit sebagai sumber energi. Seperti diketahui, kelapa sawit
Indonesia merupakan salah satu komoditi yang mengalami perkembangan
yang terpesat.
21
B. SARAN
Penulis mengetahui bahwa makalah ini belum sempurna, untuk itu diharapkan
kepada dosen pembimbing serta pembaca ikut memberikan saran agar makalah ini
lebih baik untuk selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
22