Anda di halaman 1dari 15

Agritrop, Juni 2017 Volume 15 (1)

ISSN 1693-2877 http://jurnal.unmuhjember.ac.id/


EISSN 2502-0455 index.php/AGRITROP
EISSN

PROSES PEMBUNGAAN MANGGA (Mangifera indica L.) KULTIVAR GADUNG


BERLANDASKAN PADA PENANGGULANGAN SELF-INKOMPATIBEL
SPOROFITIK

[PROCES OF MANGOUENE (Mangifera indica L.) KULTIVAR GADUNG DUE


RELATED ON SELF-INKOMPATIBEL SPOROPHYTIC DISTRIBUTION]

Oleh
Muhammad Chabib Ichsan1) dan Insan Wijaya1)
1)Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Jember

Email: emhis.fpumj@gmail.com

ABSTRAK

Self-incompatibel sporofitik merupakan gangguan persarian pada proses


pembungaan tanaman mangga (Mangifera indica) kultivar Gadung. Penanggulangan
terhadap gangguan persarian tersebut salah satunya dapat dilakukan dengan menggunakan
bahan kimia sebagai penyubur pollen yang mempunyai efek terhadap reseptivitas stigma.
Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan peranan penyubur pollen pada beberapa
kultivar mangga sehingga mampu meningkatkan pembentukan buah mangga Gadung
sampai dengan hasil panen. Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu: (1) studi
morfologi dan tanggapan pollen terhadap zat penyubur pollen, dan (2) keefektifan zat
penyubur pollen terhadap pembungaan sehingga terbentuk buah mangga kultivar Gadung.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) zat penyubur pollen dan pollen dari kultivar
tertentu mempengaruhi pembentukan buah mangga Gdung, (2) Pollen dari kultivar Durih
yang dikecambahkan dalam penyubur 400 g/g GA3 dan disemprotkan pada pembungaan
mangga Gadung menyebabkan pembentukan buah yang lebih tinggi daripada interaksi
perlakuan yang lain. Peningkatan pembentukan buah yang lebih tinggi pada perlakuan ini
hampir mencapai 50% jika dibandingkan dengan kontrol, tetapi peningkatan pembentukan
buah sejumlah tersebut tidak mampu bertahan selama perkembangan buah sampai dengan
buah dipanen, dan (3) morfologi pollen antar kultivar mangga, yaitu Gadung, Durih,
Manalagi, dan Golek, tidak saling memberikan pengaruh, berbentuk segitiga sama sisi
dengan ukuran panjang (24,0 – 28,0) mikron, tetapi polen masing-masing kultivar
mempunyai tanggapan yang berbeda terhadap macam zat penyubur pollen.

Kata kunci: Pembungaan mangga, penyubur polen, self-incompatibel sporofitik.


Agritrop, Vol. 15 (1): 94 - 108 95

ABSTRACT.

Sporophytic self-incompatible is a persarian disturbance in the flowering process of


mango (Mangifera indica) cultivar Gadung. Countermeasures against such persarian
disorders can be done by using chemicals as fertilizer pollen which has an effect on stigma
receptivity. This research is intended to increase the role of pollen pollen in some mango
cultivars so as to increase the formation of mango fruit to the harvest. The study was carried
out in two stages: (1) morphological study and pollen response to pollenurizing agent, and
(2) the effectiveness of pollener substances on flowering to form the fruit of mango cultivar
Gadung. The results showed that (1) pollen and pollen substances from certain cultivars
influenced the formation of Gdung mango, (2) Pollen from Durih cultivar which was added
in fertilizer 400 g / g GA3 and sprayed on the flowering of mango Gadung causing higher
fruit formation than Interaction of other treatments. The increase in the formation of higher
fruits in this treatment was almost 50% when compared to the controls, but the increase in
the formation of the fruits was not able to survive during the development of the fruit until
the fruit was harvested, and (3) the morphology of pollen among mango cultivars, namely
Gadung, Durih, Manalagi, and Golek, did not give effect to each other, an equilateral
triangle of length (24.0 - 28.0) microns, but each cultivar had different responses to the
pollenurizing agents.

Key words: Flowering of manga, fertilizer pollen, self-incompatible sporophytes.

PENDAHULUAN produk hortikultura mempunyai arti dan


1 Latar Belakang peranan sangat penting bagi kebutuhan
Pembangunan pertanian manusia. Buah-buahan merupakan
dihadapkan pada sejumlah kendala dan sumber vitamin dan mineral yang
masalah yang harus segera dipecahkan, menjamin berlangsungnya proses
beberapa masalah penting yang perlu metabolisme dalam tubuh manusia
diperhatikan di antaranya yaitu (1) secara wajar. Meskipun dalam susunan
keterbatasan dan penurunan kapasitas makanan bangsa Indonesia selalu terdapat
sumberdaya pertanian, (2) lemahnya buah-buahan, tetapi konsumsinya baru
sistem alih teknologi dan kurang tepatnya sekitar 30 kg/kapita/tahun atau kira-kira
sasaran, (3) rendahnya kualitas buah, (4) hanya 50 % dari konsumsi yang
belum berpihaknya kebijakan ekonomi dianjurkan oleh FAO (Rai et al., 2011).
makro kepada petani. Namun, terlepas Mangga (Mangifera indica L.)
dari kendala dan masalah tersebut, sektor merupakan salah satu komoditas buah-
pertanian tetap menjadi tumpuan harapan buahan yang mempunyai kandungan gizi
tidak hanya dalam upaya menjaga cukup tinggi, karena banyak
ketahanan pangan, tetapi juga dalam mengandung karbohidrat (gula), vitamin
penyediaan kesempatan kerja, sumber A dan C, mineral kapur, fosfor, besi,
pendapatan, penyumbang devisa, dan bahan serat yang sangat dibutuhkan untuk
pertumbuhan ekonomi nasional (Annisah, pencernaan agar konsumen tetap sehat.
2009). Hal tersebut ditunjang oleh tangkai
Buah-buahan sebagai salah satu kesesuaian tumbuh tanaman mangga
Agritrop, Vol. 15 (1): 94 - 108 96

Arumanis (Gadung) pada iklim atau sebaliknya. Aplikasi GA3 pada


(egroklimat) yang dominan yaitu konsentrasi rendah dapat dilakukan
intensitas cahaya matahari yang sebelum atau pada saat masa pembungaan
penuh dengan batas musim kering dan berlangsung, yang diaplikasikan dengan
musim hujan yang jelas dan merupakan cara penyemprotan bakal bunga maupun
faktor utama dalam keberhasilan bunga dengan cara pengocoran ke akar tanaman
menjadi buah (Krismawati dan Sabran, (Ashari, 1995).
2013). Giberelin mempromosikan
Bunga memiliki spesies-spesifik, pemanjangan batang, tetapi tidak
rentang hidup yang terbatas dengan proses diproduksi di ujung batang. Asam
penuaan yang tetap, yang sebagian besar giberelat ialah yang pertama dari hormone
independen dari faktor lingkungan, seperti eksogen untuk ditemukan. Giberelin aktif
penuaan daun yang jauh lebih erat terkait menunjukkan efek fisiologis, masing-
dengan rangsangan eksternal (Slininger, et masing tergantung pada tipe giberelin dan
al., 2013). Sedangkan Lacey et al., (2013) juga spesies tanaman. Beberapa proses
menyatakan bahwa rentang kehidupan fisiologis yang dipengaruhi oleh giberelin
seluruh bunga diatur untuk alasan ekologi adalah merangsang pemanjangan batang
dan energik, namun kematian jaringan dengan merangsang pembelahan sel dan
individu dan sel-sel di dalam bunga pemanjangan, merangsang pembungaan,
dikoordinasikan di berbagai tingkatan memecah dormansi pada beberapa
untuk memastikan waktu yang tepat. tanaman yang menghendaki cahaya untuk
Beberapa sel bunga mati selektif selama merangsang perkecambahan, merangsang
perkembangan organ, sedangkan yang lain produksi enzim (α-amilase) dalam
dipertahankan sampai seluruh organ mati. mengecambahkan tanaman sereal untuk
Periode berbunga dan berbuah mobilisasi cadangan benih, menyebabkan
suatu tanaman adalah saat yang penting berkurangnya bunga jantan pada bunga
diperhatikan. Namun, pada kenyataannya (dicioussex expression), dapat
terdapat kerontokan bunga dan keguguran menyebabkan perkembangan buah
sebelum perkembangan sempurna menjadi partenokarpi (tanpa biji), dapat menunda
bakal buah. Secara umum bahwa penuaan pada daun dan
kerontokan bakal buah pasca persarian buah jeruk (Salisbury dan Ross, 1995).
bunga, disebabkan karena beberapa faktor, Etilen yaitu suatu hormone yang
yaitu karena faktor fisiologis kimiawi, pada umumnya berperan sebagai
faktor biologis, dan faktor fisik. Juga inhibitor pada perpanjangan sel,
perbedaan waktu pemasakan yang merupakan gas yang dihasilkan oleh buah
menjadi penyebab kegagalan persarian matang, digunakan untuk mematangkan
pada tanaman karena benang sari tidak tanaman pada waktu yang sama. Etilen
dapat membuahi kepala putik. Pemberian yang disemprotkan di lapangan akan
beberapa senyawa kimia, seperti menyebabkan semua buah matang pada
gibberelic acid (GA3), dapat merangsang saat yang sama sehingga dapat dipanen.
terjadinya pemasakan benangsari yang Buah-buahan mempunyai arti penting
serempak dengan pemasakan kepala putik sebagai sumber vitamin, mineral, dan zat-
Agritrop, Vol. 15 (1): 94 - 108 97

zat lain dalam menunjang kecukupan gizi b) Apakah benar penggunaan


(Syamsunihar, 2015). Buah-buahan dapat konsentrasi etilin dapat
dimakan baik pada keadaan mentah menurunkan tingkat kerontokan
maupun setelah mencapai buah mangga.
kematangannya. Sebagian besar buah c) Apakah benar interaksi antara
yang dimakan adalah buah yang telah penggunaan konsentrasi giberelin
mencapai tingkat kematangannya. Etilen dan etilin, dapat meningkatkan
dapat meningkatkan buah yang masak kemampuan buah mangga dari
baik kualias maupun kuantitasnya kerontokan.
melalui pemberian substansi zat pengatur
pertumbuhan tersebut. Dengan 3 Tujuan dan Manfaat
mengetahui peranan etilen dalam
pematangan buah dapat ditentukan Penelitian ini bertujuan untuk (1)
penggunaannya dalam industry meningkatkan ketahanan buah dari
pematangan buah atau bahkan mencegah kerontokan, (2) menghasilkan
produksi dan aktifitas etilen dalam usaha pengembangan teknologi produksi dan
penyimpanan buah-buahan (Ardie et al., formulasi hormon anti kerontokan buah,
2014). dan (3) memproduksi buah mangga
Berdasarkan kajian tersebut di atas, Arumanis yang berkualitas tinggi dan
dinyatakan bahwa kerontokan bunga dan ramah lingkungan serta aman untuk
buah mangga Arumanis dapat konsumen.
dikategorikan karena (1) terdapat selisih
Manfaat penelitian adalah untuk
waktu yang cukup nyata antara
(1) meningkatkan status ekonomi dan
pemasakan benang sari (alat kelamin
taraf hidup petani mangga Arumanis, (2)
jantan) dan kepala putik (alat kelamin
mengembangan formulasi hormon anti
betina), (2) kerontokan alami yaitu bila
kerontokan buah pada tanaman
dalam satu malai terjadi kerontokan (3–5)
hortikultura yang ramah lingkungan, (3)
buah mangga per rangkaian (malai), dan
menghasilkan teknologi tepat guna (TTG)
(3) sebab-sebab fisik misalnya karena
dalam pengelolaan mangga Arumanis
hujan lebat, angin kencang, dan
yang ramah lingkungan, (4) perluasan
temperatur yang terlalu tinggi.
penyerapan tenaga kerja bagi masyarakat
2 Perumusan Masalah untuk memproduksi mangga Arumanis,
(5) meningkatkan kualitas kesehatan
Berdasarkan uraian petani dan masyarakat dengan
sebagaimana terdapat pada Latar mengkonsumsi mangga Arumanis, dan
Belakang tersebut, dapat dinyatakan (6) mendapatkan Paten dan HaKI hasil
beberapa permasalahan pokok, yaitu : penelitian.

a) Apakah benar penggunaan


konsentrasi giberelin tertentu dapat
meningkatkan ketahanan buah
mangga dari kerontokan.
Agritrop, Vol. 15 (1): 94 - 108 98

BAHAN DAN METODE Manalagi, dan Golek. Umur tanaman 12


PENELITIAN (dua belas) tahun. Uji zat penyubur pollen
terhadap viabilitas pollen pada masing-
Penelitian dilaksanakan di PT Rajasa masing klon menggunakan Racangan
Arumanis, Desa Alasmalang, Kecamatan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 (lima)
Panarukan, Kabupaten Situbondo dengan ulangan. Peubah yang diamati adalah
ketinggian tempat 15 m di atas permukaan morfologi pollen dan persentase daya
laut. Penelitian berlangsung pada tanggal kecambah polen.
4 Pebruari 2016 sampai dengan 30 Mei
2016 dalam dua tahap, yaitu: (1) studi Tahap kedua: Keefektifan zat penyubur
morfologi dan tanggapan pollen terhadap pollen terhadap
zat penyubur pollen, dan (2) keefektifan pembentukan buah
zat penyubur pollen terhadap mangga Arumanis.
pembentukan buah mangga kultivar
Arumanis. Pollen yang digunakan untuk
mengetahui efektifitas zat penyubur pollen
Tahap Pertama: Studi morfologi dan dari hasil penelitian tahap pertama tidak
tanggapan pollen terhadap zat penyubur dibedakan antara yng berasal dari bunga
pollen. jantan dengan yang berasal dari bunga
Dalam rangka mengetahui morfologi sempurna setiap kultivar. Kultivar mangga
pollen dan efektivitas zat penyubur pollen yang digunakan untuk bahan penelitian
terhadap viabilitas pollen dilakukan di adalah Arumanis sebagai induk,
Laboratorium Fakultas Pertanian sedangkan Durih, Manalagi, dan Golek
Universitas Muhammadiyah Jember dan sebagai pejantan. Zat penyubur pollen
Laboratorium Politeknik Jember. Uji menggunakan 100 g/l KNO3 (Kalium
viabilitas tersebut menggunakan bahan Nitrat), 400 µg/g GA3 (Gebbereline Acid
kimia KNO3, GA3, dan asam suksinat. Three) dan 50-100 g/l asam suksinat.
KNO3 terdiri dari lima taraf konsentrasi Penggunaan konsentrasi tersebut
berturut-turut (0, 0,5, 5,0, 50,0, 100,0) g/l, berdasarkan informasi hasil penelitian
GA3 dengan konsentrasi berturut-turut(0, tahap pertama. Perlakuan-perlakuan
100, 200, 300, dan 400) µg/g, dan asam disajikan pada Tabel 1.
suksinat dengan konsentrasi berturut-turut
(0, 0,5, 5,0, 50,0, 100,0) g/l.Sumber pollen
berasal dari kultivar Arumanis, Durih,
Agritrop, Vol. 15 (1): 94 - 108 99

Tabel 1. Pengaruh zat penyubur pollen beberapa kultivar mangga terhadap


pembentukan buah dan jumlah buah mangga Arumanis yang dipanen
Media Pengecambah Pollen yang Disemprotkan
Arumanis Arumanis Kepada Perbungaan Mangga Arumanis
KNO3 (g/l) GA3 (µg/g) Suksinat (g/l)
Arumanis Durih 100 - -
Durih - 400 -
Durih - - 100

Arumanis Manalagi 100 - -


Manalagi - 300 -
Manalagi - - 50

Arumanis Golek 100 - -


Golek - 300 -
Golek - - 50

Kontrol Arumanis -*
-
-
- - -
*) Tidak dijumpai taraf konsentrasi yang baik sebagai media kecambah pollen mangga
kultuvar Golek.

Teknik pelaksanaan, pembungaan pada perbungaan mangga Arumanis. Saat


dari masing-masing kultivar tertua jantan penyemprotan pada pagi hari antara pukul
yang ditanam di PT Rejasa Arumanis, (04.30 – 06.30) WIB.
Situbondo diambil anthernya, dimasukkan Peubah yang diamati meliputi: (1)
ke dalam cawan petridist yang berisi morfologi serbuk sari, (2) viabilitas pollen
media kecambah pollen. Saat bunga dari masing-masing kultivar, (3)
pengambilan arther pada sore hari sekitar persentase calon buah per malai bunga
pukul 16.00 WIB. Inkubasi selama 12 jam pada kultivarArumanis, (4) hasil buah
pada ruang dengan suhu sekitar 8o C. kultivar Arumanis.
setelah itu, media kecambah disemprotkan

HASIL DAN PEMBAHASAN yaitu berbentuk segitiga sama sisi dengan


ukuran panjang antara (24,0-28,0) mikron.
1. Studi morfologi pollen dan Tanggapan pollen setiap kultivar
tanggapan pollen terhadap zat mangga (Gadung, Durih, Manalagi, dan
penyubur polen Golek) berbeda-beda terhadap macam zat
penyubur pollen. KNO3 dengan
Morfologi pollen antar kultivar konsentrasi 100 g/l tampaknya cukup baik
mangga (Gadung, Durih, Manalagi, dan bagi perkecambahan pollen Gadung,
Golek) berpengaruh tidak berbeda nyata, Durih, dan Manalagi, meskipun tidak
Agritrop, Vol. 15 (1): 94 - 108 100

berbeda nyata dengan 0,5 g/l dan 50 g/l, pada 300 µg/g GA3. Pollen klon Golek
kecuali untuk Golek (Tabel 2). Tanggapan menunjukkan viabilitas pollen klon yang
pollen Golek terhadap KNO3 tampak lain ditampilkan oleh ketanggapan dengan
bahwa konsentrasi KNO3 sebesar 5 g/l 5% asam suksinat (Tabel 4). Data
bersifat “lethal” bagi perkecambahan kecambah klon-klon mangga tersebut
Golek. Hal ini menunjukkan bahwa unsur secara alamiah di bawah 30%.
nitrogen dan kalium perlu dipenuhi pada Berdasarkan uraian di atas, bahan kimia
awal fase perbungaan mangga, agar terjadi pada konsentrasi tertentu dapat
peningkatan kesuburan pollen. meningkatkan kesuburan pollen beberapa
Perkecambahan pollen yang tinggi pada varietas mangga. Informasi tersebut
klon Golek juga ditampilkan oleh 300 menunjukkan bahwa adanya peran
µg/g GA3 (Tabel 3). Perkecambahan horman giberelin dalam mempertahankan
pollen klon Gadung berbeda nyata yang kesuburan pollen bunga mangga. Sejalan
ditunjukkan dengan lebih tinggi pada 200 dengan hasil penelitian Handajani dan
µg/g GA3, meskipun tidak berbeda nyata Purnomo (2016), yang menyatakan bahwa
dengan 100 dan 300 µg/g GA3, tetapi telah perkembangan konsentrasi GA3-
meningkatkan viabilitas dua kali lipat endogenous pada fase generatif tanaman
daripada perlakuan kontrol. Sedangkan mangga mulai tampak pada saat awal
untuk pollen Durih menunjukkan perkecembahan buah,
prosentase perkecambahan lebih tinggi

Table 2. Pengaruh konsentrasi KNO3 terhadap persentase perkecambahan pollen manga


Gadung, Durih, Manalagi, dan Golek
Konsentrasi Persentase pollen berkecambah
KNO3 Gadung Durih Manalagi Golek
0,0 29,97 a 34,73 ab 24,21 ab 15,60 a
0,5 33,88 ab 31,55 ab 38,24 ab 15,87 a
5,0 47,39 ab 37,33 ab 19,77 a 18,23 a
50,0 42,85 ab 45,24 ab 39,21 ab 17,78 a
100,0 51,52 b 48,19 b 53,90 b 23,16 a
BNT 5% 20,20 16,17 33,28 13,22
Linier * ** * —
Kuadratik — — — —
R 22,11 35,69 30,33 —
Keterangan:
 Angka yang diikuti oleh huruf sama dalam satu kolom berbeda tidak nyata pada taraf
5% menurut Uji Beda Nyata Terkecil.
 *) Nyata pada taraf 5%
 **) Sangat nyata pada taraf 1%
yaitu pada awal buah disebut pentil tetapi berpengaruh tidak nyata pada
(14 hari setelah polinasi) dan tertinggi mangga Golek. Semakin tinggi
(0,013 µg/g jaringan) dicapai pada saat 21 penggunaan konsentrasi KNO3 memiliki
hari setelah polinasi, dan setelah buah kecenderungan terhadap prosentase
berumur 35 hari setelah polinasi tidak perkecambahan polen tertinggi pada
dijumpai GA3, baik dalam biji maupun manga Gadung, Durin, dan Manalagi
dalam endosperm, maka dimungkinkan yakni pada konsentrasi 100 g/l, tetapi
diperlukan penambahan GA3 eksogen berpengaruh tidak nyata pada mangga
pada awal fase generatif tanaman mangga, Golek.
terutama untuk kultivar Gadung, agar Jika diperhatikan dari Tabel 2
kesuburan pollen terjaga dan sekaligus tersebut di atas, bahwa konsentrasi 100 g/l
meningkatkan pembentukan serta retensi KNO3 mampu meningkatkan prosentase
tangkai buah. Untuk contoh buah yang perkecambahan polen pada mangga
gugur selama perkembangan buah, Manalagi tertinggi yakni 53,90 %, jika
kondisi GA3 pada kedua organ buah dibandingkan dengan tanpa menggunakan
tersebut, baik dalam biji maupun KNO3 sebesar 24,21 %, sehingga
endosperm. prosentase tersebut meningkatkan
Berdasarkan Tabel 2 di atas, prosentase perkecambahan polen sebesar
menunjukkan bahwa prosentase 53,23%. Berikutnya secara berturut-turut
perkecambahan polen dipengaruhi oleh diikuti mangga Gadung sebesar 51,52
penggunaan konsentrasi KNO3 pada %,jika dibandingkan dengan tanpa
manga Gadung, Durih, dan Manalagi, menggunakan KNO3 sebesar 29,97 %,

Table 3. Pengaruh konsentrasi GA3 terhadap prosentase perkecambahan pollen mangga


Gadung, Durih, Manalagi, dan Golek
Konsentrasi Persentase pollen berkecambah
GA3 Gadung Durih Manalagi Golek
0 17,59 a 14,48 a 33,90 a 15,60 a
100 12,81 bc 25,28 ab 30,74 a 15,87 ab
200 40,82 c 29,77 ab 28,35 a 18,23 ab
300 33,12 bc 28,86 ab 69,03 b 27,78 b
400 28,12 b 42,73 b 37,74 a 23,16 ab
BNT 5% 9,93 24,78 18,27 13,22
Linier — ** — —
Kuadratik ** — — —
R 61,85 32,63 — —
Keterangan:
 Angka yang diikuti oleh huruf sama selajur tidak berbeda nyata pada taraf 5%
menurut Uju Beda Nyata Terkecil.
 *) Nyata pada taraf 5%
 **) Sangat nyata pada taraf 1%
Agritrop, Vol. 15 (1): 94 - 108 102

sehingga konsentrasi tersebut berturut-turut penggunaan konsentrasi 200


meningkatkan prosentase perkecambahan µg/g GA3 mampu meningkatkan
polen sebesar 41,83%. dan mangga Durih prosentase perkecambahan polen pada
sebesar 48,19 %, jika dibandingkan mangga Gadung tertinggi yakni 40,82 %,
dengan tanpa menggunakan KNO3 sebesar jika dibandingkan dengan tanpa
34,73 %, sehingga konsentrasi tersebut menggunakan GA3 sebesar 17,59 %,
meningkatkan prosentase perkecambahan sehingga prosentase tersebut
polen sebesar 27,93 %. Sedangkan meningkatkan prosentase perkecambahan
penggunaan semua KNO3 memberikan polen sebesar 56,91 %. Penggunaan
pengaruh tidak nyata terhadap prosentase konsentrasi 300 µg/g GA3 mampu
perkecambahan polen pada mangga meningkatkan prosentase perkecambahan
Golek. polen pada mangga Manalagi tertinggi
Berdasarkan Tabel 3 di atas, yakni 69,03 %, jika dibandingkan dengan
menunjukkan bahwa konsentrasi 400 µg/g tanpa menggunakan GA3 sebesar 33,90 %,
GA3 berpengaruh nyata terhadap sehingga konsentrasi tersebut
prosentase perkecambahan polen pada meningkatkan prosentase perkecambahan
mangga Durih. Berikutnya secara polen sebesar 50,89 %. Penggunaan
berturut-turut penggunaan konsentrasi 200 konsentrasi 300 µg/g GA3 pada mangga
µg/g GA3 berpengaruh nyata terhadap Golek sebesar 27,78 %, jika dibandingkan
prosentase perkecambahan polen pada dengan tanpa menggunakan GA3 sebesar
mangga Gadung, penggunaan konsentrasi 15,60 %, sehingga konsentrasi tersebut
300 µg/g GA3 berpengaruh nyata pada meningkatkan prosentase perkecambahan
mangga Manalagi, dan penggunaan polen sebesar 43,84 %.
konsentrasi 300 µg/g GA3 pada mangga Berdasarkan Tabel 4 di atas,
Golek berpengaruh nyata terhadap menunjukkan bahwa konsentrasi 100 g/l
prosentase perkecambahan polen. asam suksinat berpengaruh nyata terhadap
Jika diperhatikan dari Tabel 3 prosentase perkecambahan polen pada
tersebut di atas, bahwa konsentrasi 400 mangga Gadung dan Durih, berikutnya
µg/g GA3 mampu meningkatkan secara berturut-turut penggunaan
prosentase perkecambahan polen pada konsentrasi 50g/l asam suksinat
mangga Durih tertinggi yakni 42,73 %, berpengaruh nyata terhadap prosentase
jika dibandingkan dengan tanpa perkecambahan polen pada mangga
menggunakan GA3 sebesar 14,48 %, Manalagi dan Golek.
sehingga prosentase tersebut
meningkatkan presentase perkecambahan
polen sebesar 66,11 %. Berikutnya secara
Agritrop, Vol. 15 (1): 94 - 108 103

Table 4. Pengaruh konsentrasi asam suksinat terhadap prosentase perkecambahan


pollen mangga Gadung, Durih, Manalagi, dan Golek
Konsentrasi Persentase pollen berkecambah
asam suksinat Gadung Durih Manalagi Golek
0,0 34,65 ab 16,91 a 20,38 a 26,80 ab
0,5 28,37 a 35,94 b 31,84 ab 24,06 a
5,0 33,60 ab 35,33 ab 33,44 ab 41,48 bc
50,0 34,38 ab 30,06 ab 37,69 b 44,40 c
100,0 49,35 b 36,13 b 30,75 ab 20,98 a
BNT 5% 16,59 19,03 15,63 16,73
Linier * — * —
Kuadratik — — — *
R 36,54 — — 44,29
Keterangan:
 Angka yang diikuti oleh huruf sama selajur tidak berbeda nyata pada taraf 5%
menurut Uji Beda Nyata Terkecil.
 *) Nyata pada taraf 5%
 **) Sangat nyata pada taraf 1%

Jika diperhatikan dari Tabel 4 di asam suksinat sebesar 26,80 %, sehingga


atas, bahwa penggunaan konsentrasi 100 konsentrasi tersebut meningkatkan
g/l asam suksinat mampu meningkatkan prosentase perkecambahan polen sebesar
prosentase perkecambahan polen pada 39,64 %. Penggunaan konsentrasi 100 g/l
mangga Durih tertinggi yakni 36,13 %, asam suksinat mampu meningkatkan
jika dibandingkan dengan tanpa prosentase perkecambahan polen pada
menggunakan asam suksinat sebesar mangga Gadung tertinggi yakni 49,35 %,
16,91 %, sehingga prosentase tersebut jika dibandingkan dengan tanpa
meningkatkan prosentase perkecambahan menggunakan asam suksinat sebesar
polen sebesar 53,20 %. Berikutnya secara 34,65 %, sehingga prosentase tersebut
berturut-turut penggunaan konsentrasi 50 meningkatkan prosentase perkecambahan
g/l asam suksinat mampu meningkatkan polen sebesar 29,79 %.
prosentase perkecambahan polen pada Namun demikian, meskipun
mangga Manalagi tertinggi yakni 37,69 penggunaan asam suksinat pada beberapa
%, jika dibandingkan dengan tanpa tingkat konsentrasi mampu meningkatkan
menggunakan asam suksinat sebesar prosentase perkecambahan polen pada
20,38 %, sehingga konsentrasi tersebut tingkat (prosentase) yang berbeda-beda
meningkatkan prosentase perkecambahan (53,20 %, 45,93 %, 39,64 %, dan 29,79
polen sebesar 45,93 %. Penggunaan %) sebagaimana diuraikan di atas, tetapi
konsentrasi 50 g/l asam suksinat pada peningkatan prosentase polen tersebut
mangga Golek sebesar 44,40 %, jika tidak mampu mempengaruhi
dibandingkan dengan tanpa menggunakan
Agritrop, Vol. 15 (1): 94 - 108 104

pembentukan buah mangga Gadung calon buah memperoleh tambahan GA3


sebagaimana terlihat pada Tabel 5. dari luar, sehingga retensi tangkai buah
dapat mengimbangi laju pertumbuhan
2. Efektivitas zat penyubur pollen endosperm yang cepat pada awal
terhadap pembentukan buah pertumbuhan buah. Hal ini sejalan dengan
mangga Gadung pernyataan Hazmi dan Ichsan (2016)
bahwa produksi GA3 dalam buah mulai
Pada penelitian tahap kedua turun pada umur 21 hari setelan polinasi.
perlakuan-perlakuan pengecambahan Tampaknya GA3 mempunyai peran yang
pollen dan penyubur terbaik dari hasil besar dalam mempertahankan buah, sebab
penelitian tahap pertama diaplikasikan precursor (asam mevalonat) pembentukan
kepada perbungaan klon mangga Gadung. GA3 berkorelasi dan mempunyai efek
Teknik aplikasi dengan menyemprotkan langsung terhadap produktivitas tanaman
kecambah pollen dari masing-masing klon mangga (Ichsan dan Suroso, 2014). Pada
dalam larutan kecambah kepada saat produksi GA3 dalam embrio mulai
perbungaan varietas Arumanis. turun, endosperm berkembang cepat. Jika
Macam zat penyubur dan sumber laju pertumbuhan tersebut tidak diimbangi
asal pollen mempunyai pengaruh terhadap oleh kecukupan hormon pertumbuhasn,
pembentukan buah mangga Gadung. nutrisi, dan air, maka azona absisi pada
Pollen Durih yang berkecambah dalam tangkai buah patah sehingga terjadi gugur
larutan 400 µg/g GA3 yang disemprotkan buah.
pada perbungaan menunjukkan Morfologi pollen antar klon
pembentukan buah yang nyata lebih tinggi berpengaruh berbeda tidak nyata. Hal ini
daripada perlakuan yang lain. Peningkatan sejalan dengan pendapat Ichsan (2010a),
pembentukan buah oleh perlakuan bahwa pollen beberapa mangga di
tersebut mencapai 50% jika dibandingkan Indonesia berbentuk segitiga sama sisi,
dengan kontrol (bersari bebas), tetapi isopolar, fixiform, radiosimetrik, dan
tidak cukup mampu mempertahankan berlubang-lubang. Pollen mempunyai tiga
perkembangan buah sampai dengan panen kalpus, terdiri dari tiga arife-kolpi.
buah, sehingga hasil panennya Informasi ini menunjukkan bahwa
memberikan pengaruh berbeda tidak nyata keempat klon mangga Gadung, Durih,
antara perlakuan (Tabel 5). Oleh karena Manalagi, dan Golek masih dalam satu
itu perlu adanya aplikasi GA3 segera kerabat, yaitu dalam spesies Mangifera
setelah pembentukan buah, agar produksi indica L.
GA3 yang rendah pada embrio di dalam
Agritrop, Vol. 15 (1): 94 - 108 105

Tabel 5. Efektivitas zat penyubur beberapa klon mangga terhadap pembentukan buah
dan jumlah buah mangga Gadung yang dipanen
Media pengecambahan
pollen disemprotkan
Induk Kecambah kepada perbungaan Calon Buah per Jumlah
Gadung Polen Gadung Malai (%) Buah
KNO3 GA3 Suksinat
(g/l) (µg/g) (g/l)
Gadung Durih 100 — — 27,43 ab 1,00 a
Durih — 400 — 35,69 c 1,15 a
Durih — — 100 23,73 ab 0,95 a

Gadung Manalagi 100 — — 25,45 ab 0,85 a


Manalagi — 300 — 29,53 bc 0,75 a
Manalagi — — 50 25,51 ab 0,70 a

Gadung Golek — — — — —
Golek — 300 — 30,85 bc 0,75 a
Golek — — 50 24,42 ab 0,85 a

Kontrol Gadung — — — 22,15 a 0,74 a


BNT 5% 7,12 0,86
Keterangan:
 Angka yang diikuti oleh huruf sama selajur tidak berbeda nyata pada taraf 5%
menurut Uji Beda Nyata Terkecil.
 *) Tidak dijumpai konsentrasi KNO3 yang baik sebagai media perkecambahan
pollen mangga kultivar Golek

Informasi viabilitas pollen sangat sporofitik pada proses pembuahan


dibutuhkan dalam teknik hibridisasi. mempunyai korelasi positif yang sangat
Viabilitas pollen yang tinggi mempunyai erat dengan hasil (Wunnachit, et al.,
peluang menghasilkan buah yang tinggi 2012). Dengan demikian, jika di antara
jika sel-sel kelamin jantan tidak perlakuan dari klon tertentu yang
mengalami hambatan inkompatibilias menunjukkan perkecambahan pollennya
(Frankel and Galun, 2010). Viabilitas yang tinggi tetapi pembentukan buahnya
pollen yang tinggi menjamin pertumbuhan rendah, maka kemungkinan besar bahwa
pollen yang cepat, baik pada stilus reseptivitas stigma rendah atau kelamin
maupun pada ovule. Hal ini pada genotipe betina tidak subur. Di antara penggunaan
jambu mente (Anacardium occidental L.) zat penyubur, GA3 pada 200 dan 300 μg/g
yang tidak mengalami gangguan menarik untuk diperhatikan, sebab
kompatibilas morfologis maupun berturut-turut mempunyai efek
Agritrop, Vol. 15 (1): 94 - 108 106

perkecambahan pollen Gadung dan mencapai 72,1% untuk kultivar Totapari.


Manalagi yang tinggi di atas rata-rata Tampak bahwa prosentase pollen
perkecambahan pollen dari perlakuan berkecambah lebih rendah daripada
penyubur yang lain. Menurut Ichsan Totapari. Dengan prosentase polen
(2010b) waktu yang diperlukan oleh berkecambah yang rendah tersebut, maka
pollen untuk kecambah berkisar antara jumlah buah yang dipanen tentu lebih
(1,5-2,0) jam setelah penyerbukan bunga rendah daripada Totapari. Pembentukan
mangga. Waktu yang pendek ini buah yang telah meningkat tersebut
diperkirakan mempunyai tanggapan tinggi ternyata selama perkecambahannya tidak
terhadap masukan GA3, dalam hal ini GA3 mampu bertahan sampai dengan buah
berfungsi sebagai senyawa yang dipanen. Dengan demikian, gugur buah
menginduksi hidrolisis pati. Enzim tetap terjadi selama pertumbuhan buah
amilase yang dibentuk secara “de-novo” sampai dengan panen buah mangga
diaktifkan kembali dengan merangsang Gadung. Fase kritis yang rentan terhadap
mRNA (Nasrallah dan Nasrallah, 2013). gugur buah adalah pada saat pengisian biji
Sedangkan zat penyubur yang lain, yaitu dalam buah, ditandai oleh laju
KNO3 diperkirakan lebih berfungsi pertumbuhan biji yang cepat, yang terjadi
sebagai tambahan hara nitrogen untuk antara (42-56) hari setelah polinasi
kesuburan bunga. (Ichsan dan Wijaya, 2015). Pada fase ini,
Sejalan dengan pendapat Rawash, et biji tidak memproduksi asam giberelin
al. (2014) yaitu perlunya masukan tiga (GA3), tetapi produksi auxin (IAA)
Nitrogen yang cukup pada saat fase dalam biji dan endosperm mencapai kadar
pembungaan tanaman mangga, sebab pada yang paling tinggi (Ichsan dan Iwananda,
saat ini tunas-tunas pucuk generatif 2015). Dengan demikian, produksi auxin
mengalami penurunan kadar nitrogen, endogonous yang tinggi pada fase tersebut
kadar karbohidrat, dan kadar gula. Belum belum mampu mengurangi gugur buah.
tersedia informasi yang cukup tentang Pada fase ini juga terjadi penurunan
peran asam suksinat terhadap beberapa unsur hara di daun, terutama N,
perkecambahan pollen. Pollen yang telah K, Mg, dan S (Chada, et al., 2013). Baik
berkecambah dari hasil penelitian hara tanaman maupun hormon
pertama, jika diaplikasikan langsung ke pertumbuhan dapat diberdayakan untuk
stigma mangga kultivar Gadung pertumbuhan buah apabila medianya
menggunakan kuas penyerbuk, ternyata menguntungkan, sehingga dapat diserap
hanya stigma Durih yang mempunyai oleh tanaman. Dalam hal ini kecukupan
tanggapan terhadap masukan kecambah air tanaman mempunyai peran yang
pollen yang telah diberi penyubur 300 penting agar proses metabolisme zat-zat di
μg/g GA3. Hal ini berarti gagal dalam atas menjadi lebih efisien. Berdasarkan
meningkatkan pembentukan buah manga uraian tersebut disarankan untuk
Gadung. melakukan pengkajian lanjutan, dengan
Ichsan dan Wijaya (2012) maksud menurunkan gugur buah mangga
menggunakan KJ-asetat sebagai media Arumanis, yaitu menetapkan takaran GA3
perkecambahan pollen yang hasilnya yang tepat, diimbangi dengan pemenuhan
Agritrop, Vol. 15 (1): 94 - 108 107

kebutuhan hara dan kebutuhan air bagi laju pertumbuhan buah yang cepat selama
tanaman selama pertumbuhan buah, agar fase pengisian biji.
retensi tangkai buah mampu mengimbangi

KESIMPULAN 50% jika dibandingkan dengan


Berdasarkan hasil penelitian dan kontrol, tetapi peningkatan
analisis di atas dapat disimpulkan: pembentukan buah sejumlah tersebut
a) Zat penyubur pollen dan pollen dari tidak mampu bertahan selama
kultivar tertentu mempengaruhi perkembangan buah sampai dengan
pembentukan buah mangga Gadung. panen.
b) Pollen dari kultivar Durih yang c) Morfologi pollen antar kultivar
dikecambahkan dalam penyubur 400 mangga, yaitu Gadung, Durih,
g/g GA3 dan disemprotkan pada Manalagi, dan Golek, tidak saling
pembungaan mangga Arumanis memberrikan pengaruh, berbentuk
menyebabkan pembentukan buah segitiga sama sisi dengan ukuran
yang lebih tinggi daripada interaksi panjang (24,0 – 28,0) mikron, tetapi
perlakuan yang lain. Peningkatan polen masing-masing kultivar
pembentukan buah yang lebih tinggi mempunyai tanggapan yang berbeda
pada perlakuan ini hampir mencapai terhadap macam zat penyubur pollen.

DAFTAR PUSTAKA and Plant Breeding. Springer-Verlag,


Annisah, N.I. 2009. The Effects of Some Berlin Heidelberg, Now York.
Chemicals and Growth Substance on Handayani, S. dan S. Purnomo. 2015.
Pollen Germination and Tube Growth Perkembangan Hormon Endogen
of Date Palm. Hort., Sei, 18(3): 470- Selama Periode Pertumbuhan
480. Generatif Tanaman Mangga. Laporan
Ardi A.G., M.A.D., B.R.S.P. Luckwill, Hasil Penelitian, Balai Penelitian
M. Lettere, R.D. De Chenon, H Tanaman Buah. Solok.
Wibwo, & C. Descoins. 2014. Hazmi, M., and M.H. Ichsan. 2016.
Adaptasi Tanaman Hoya difersifolia Efektivitas Giberelin Terhadap
Blume pada Intensitas Cahaya Penurunan Kerontokan Buah Mangga
Tinggi. Dep. Agron-Horti, IPB. (Mangifera indica) Jenis Gadung.
Ashari. 1995. Unsur Hara Makro dan Tropika, Jurnal Penelitian Pertanian,
Mikro yang Dibutuhkan oleh Malang, 12(2): 184-196.
Tanaman. Jakarta, Gramedia. Ichsan, M.C. 2010a. Peranan Kadar
Chadha, K.I., R.S. Rajput, and J.S. Samra. SADH terhadap Tingkat Kerontokan
2013. Leaf Nutrien Status of Three Buah pada Beberapa Kultivar
mMango cvs. At Flowering and Post- Mangga (Mangifera indica L.).
harvest Stages. Indian, J. Hort: 83-84. Jember, Fakultas Pertanian UM,
Frankel, R., and. E. Galun. 2010. Agritrop 8(2) : 115-125.
Pollination Mechanism Reproduction Ichsan, M.C. 2010b. Peranan Kadar
SADH terhadap Tingkat Kerontokan
Agritrop, Vol. 15 (1): 94 - 108 108

Buah pada Beberapa Kultivar Respons. The Plant Cell, 5(10): 1325-
Mangga (Mangifera indica L.). 1335.
Jember, Fakultas Pertanian UM, Rai, Astawa, Sarwadana, dan Parwati.
Agritrop 8(2) : 115-125. 2011. Potensi dan Pengembangan
Ichsan, M.C. dan B. Suroso. 2014. Buah- buahan Lokal Sebagai Buah-
Eksplorasi Dan Karakterisasi Buah buahan Unggulan Indonesia.
Spesies Kerabat Mangga di Makalah Seminar Internasional,
Situbondo. Jember, Faperta UM UNUD.
Jember, Agritrop Vol. 10(1) : 10-14. Rawash, M.A., E.L.A. Hammady, and
Ichsan, M.C. dan I. Wijaya. 2012. E.L. Nabaw. 2014. Regulation of
Responsibilitas Mangga Varieatas Flowering and Fruiting in Mango
Arumanis Terhadap Self- Trees by Using Soma Growth
Incompatible Pembuahan Akibat Tregulators. Analisis of Agriculture
Penggunaan Konsentrasi SADH. Science, Univ. of Ain SamsEgypt,
Jember, Fakultas Pertanian UM, 28(1): 227-240.
Agritrop 8(2) : 134-144. Salisbury, D.K. and R.N. Ross. 1995.
Ichsan, M.C. dan I. Wijaya. 2015. Investigation of Self Incompatibility
Karakter Morfologis dan Beberapa in Mangifera icdica L. Acta Hort., 24:
Keunggulan Mangga Arumanis 126-130.
(Mangifera indica L.). Jember, Singh, D.K.2012. Plant Hormones and
Fakultas Pertanian UM, Agritrop Their Role in Plant Growth and
13(1) : 65-71. Development. Boston: Martinus
Ichsan, M.C., dan R. Iwananda. 2015. Nijhoff Publishers.
Pencegahan Kerusakan Beberapa Slininger, R.N. and P. Arora, J. Sneep,
Varietas Buah Mangga (Mangifera B.R. Murty, and H.F.Utz. 2013.
indica L.) Akibat Getah Dengan Controlled Atmospheres For Storage
Pengaturan Masa Panen. Jember, and Transport of Perishable
Fakultas Pertanian UM, Agritrop Agricultural Comodities. Hort.
3(2) : 17-25. Report. Nort Carolina State
Krismawati K. dan M.H.F. Sabran. 2013. University.
Tropical Planting and Gardening. Syamsunihar, A. 2015. Plant Hormones,
Sixth Edition. Malayan Nature Nutrition, and Transport. University
Society. Kuala Lumpur. of Jember, Agriculture Faculty, Plant
Lacey, B.P.,Morin, J.P., D. Rochat, C. Ecophysiologist.
Malosse. 2013. Mango Sapburn, Wunnachit, C.E.E., P.K. Stumpf., G.
Component of Fruits and Their Role Bruening, and R.H. Doi. 2012.
in Causing Skin Damage. Aust. J. of Outlines of Biochemistry. Canada,
Plant Physiology, 19: 449-457. John Wiley and Sons, Inc.
Nasrallah, J.B. and M.E. Nasrallah. 2013.
Pollen Stigma Signaling in The
Sporophytic Self-incompatibility

Anda mungkin juga menyukai