Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM ORGANOGENESIS

PERCOBAAN VI
ULASAN VAGINA MENCIT (MUS MUSCULUS L.)

OLEH :
NAMA : DIKI CANDRA
STAMBUK : F1D1 17 005
KELOMPOK : II (DUA)
ASISTEN PEMBIMBING : MOH. SAKTIAWAN

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siklus reproduksi adalah perubahan siklus yang terjadi pada sistem

reproduksi (ovarium, oviduk, uterus dan vagina) hewan betina dewasa yang

tidak hamil, yang memperlihatkan hubungan antara satu dengan yang lainnya.

Siklus reproduksi pada mammalia primata disebut dengan silus menstruasi,

sedangkan siklus reproduksi pada non primata disebut dengan siklus estrus.

Siklus estrus ditandai dengan adanya estrus (birahi) pada saat estrus, hewan

betina akan reseftif sebab di dalam ovarium sedang ovulasi dan uterusnya

berada pada fase yang tepat untuk implantasi untuk fase berikutnya disebut

dengan satu siklus estrus.

Panjang siklus estrus pada tikus mencit adalah 4-5 hari, pada babi, sapi

dan kuda 21 hari dan pada marmut 15 hari. Hewan mammalia khususnya

pada manusia siklus reproduksi yang melibatkan berbagai organ yaitu uterus,

ovarium, mammalia yang berlangsung dalam suatu waktu tertentu atau adanya

sinkronisasi, maka hal ini dimungkinkan oleh adanya pengaturan atau

koordinasi yang disebut dengan hormon. Hormon adalah zat kimia yang

dihasilkan oleh kelenjar endokrin yang langsung dialirkan ke dalam peredaran

darah pada mamalia ditemukan dua siklus berbeda yang merupakan pola

sekresi.

Hormon dan berbagai peristiwa reproduktif. Manusia dan banyak

primata lain mempunyai siklus menstruasi (menstrual cycle), sementara

mamalia lain mempunyai siklus estrus. Estrus yang dalam bahasa latin disebut
“oestrus” yang berarti “kegilaan” atau “gairah” adalah satu –satunya waktu

dimana perubahan vagina memungkinkan terjadinya perkawinan. Lama siklus

estrus pada mencit hanua 5 hari. Hewan yang mengalami siklus estrus, selama

satu siklus hewan betina siap menerima hewan jantan untuk kawin hanya

dalam waktu yang singkat, yaitu pada masa ovulasi. Dinding saluran

reproduksi pada akhir siklus tidak mengalami disintegrasi dan tidak luruh

sehingga tidak ada pendarahan. Siklus pengaruhi organ target estrus terdiri

atas empat tahap atau fase, yaitu tahap diestrus, proestrus, estrus dan

metestrus. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan praktikum Siklus

Estrus pada hewan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah dapat mengetahui siklus

estrus pada mencit (Mus musculus L.) ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang dapat dicapai pada praktikum ini adalah untuk mengetahui

siklus estrus pada mencit (Mus musculus L.).

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat dicapai pada praktikum ini adalah bagaimana

mengetahui siklus estrus pada mencit (Mus musculus L.).


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Siklus Estrus

Siklus estrus merupakan siklus estrus seksual yang terjadi pada hewan

betina, siklus estrus tersebut terbagi dalam beberapa fase yaitu fase estrus, fase

diestrus, fase metestrus dan fase proestrus. Perubahan dari satu fase ke fase

selanjutnya sangat dipengaruhi oleh kondisi hormonal dari individu tersebut.

Kondisi hormonal tersebut menyangkut hormon-hormon gonapdotropin (LH,

FSH dan Prolaktin) maupun hormon-hormon steroid gonad (estrogen dan

progesteron) (Karlina, 2003).

Proses perkembangan folikel dari fase sekunder hingga mencapai fase

folikel de Graaf adalah fase dimana mulai terbentuknya reseptor FSH (Folicle

stimulating hormone) pada sel-sel granulosa, maka disekresikan estrogen.

Proses yang menyebabkan peningkatan konsetrasi estrogen dalam darah dan

dengan adanya rangsangan LH (Litunizing hormone) pada proses

perkembangan folikel, maka sel-sel theca interna menghasilkan hormon

estrogen, secara fisiologis, seiring dengan peningkatan konsentrasi estrogen

dalam darah dan waktu ovulasi, konsentrasi estrogen mencapai suatu tingkat

maksimum, sehingga ternak akan mengalami estrus lebih cepat, hal ini terjadi

pada ternak yang sudah lebih dari satu kali melahirkan dimana estrusnya lebih

cepat dibandingkan dengan ternak percobaan lainnya (Ismail, 2009).


B. Proestrus

proestrus dimulai saat corpus luteum diregresi sampai hewan mengalami

estrus hewan talah menunjukkan tanda-tanda estrus namun belum bersedia

melakukan kopulasi estrogen yang dihasilkan belum cukup terjadi

pertumbuhan folikel-folikel (FSH). Persiapan ovulasi perkembangan

pembuluh darah uterus dan oviduct kelenjar-kelenjar endometrium tumbuh

memanjang. Servix mulai rileks, kelenjar-kelenjar lendir dalam lumen servix

mulai disekresi estrogen (E2) adalah hormon yang mempengaruhi estrus efek

E2 pada sistem reproduksi yaitu perilaku estrus, umpan balik positif dan

negatif terhadap GnRH, karakteristik seks sekunder, peningkatan kontraksi

uterus dan stimulasi sel-sel darah putih ke dalam lumen uterus (Pratiwi, 2010).

C. Estrus

Pengaturan estrus dipengaruhi oleh hormon gonadotropin yang kemudian

mempengaruhi produksi hormon estrogen dan progesteron berdasarkan

aktifitas ovarium. Estradiol yang diproduksi dari aktifitas gelombang folikel

ovarium selama fase luteal siklus estrus. Efek estrogen pada poros

hipotalamus-hipofisa dalam ketidakhadiran progesteron meningkatkan sekresi

LH (Luteinizing hormone) ke dalam peredaran darah menyebabkan ovulasi.

Hormon progestron mulai meningkat setelah ovulasi dengan terbentuknya

corpus luteum (CL), dimana hal tersebut menandakan bahwa hewan berada

dalam fase luteal. Fluktuasi hormon akan berpengaruh terhadap gambaran sel

epitel vagina, pada fase luteal (pengaruh hormon progesteron), hewan tidak
estrus terdapat sel parabasal, sedangkan memasuki fase estrus (pengaruh

hormon estrogen) sel epitel berubah menjadi sel superfisial dan kornifikasi

yang menandakan hewan dalam keadaan puncak estrus (Najamudin, 2010).

D. Metestrus

Metestrus adalah periode geseran sesudah estrus, saat fase ini corpus

luteum tumbuh lebih cepat dari sel-sel granulosa folikel yang telah picah di

bawah pengaruh LH dan adenohypophiya. Metestrus sebagian besar berada di

bawah pengaruh progesteron yang dihasilkan oleh corpus leteum. Progesteron

menghambat sekresi FSH oleh adenohypophysa sehingga menghambat

pembentukan folikel de graaf yang lain dan mencegah terjadinya estrus (Suci,

2015).

E. Diestrus

Fase diestrus endometrium berada pada tahap awal persiapan siklus

sehingga kondisi endometriumnya masih tipis lebih tipis dari paada fase yang

lain. Siklus diestrus sebenarnya mirip dengan siklus mentruasi dimana ovulasi

terjadi pada suatu waktu dalam siklus, setelah endometrium mulai menebal

dan tealiri banayak darah, karena menyiapakan uterus kemungkinan

implantasi embrio, salah satu perbedaan antara kedua jenis siklus itu

melibatkan nasib lapisan uterus jika kehamilan tidak terjadi (Narulita, 2017).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu tanggal, 13 November 2019

pada pukul 15.00-16.00 WITA, yang bertempat di Laboratorium Unit Zoologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo,

Kendari.

B. Bahan Praktikum

No. Nama Bahan Kegunaan


1 2 3
1. Mencit (Mus musculus) Sebagai objek pengamatan
2. Alkohol 70% Membius objek pengamatan
3. NaCL 0,9% Mengambil apusan vagina
4. Metilen blue Mewarnai objek pengamatan
5. Aquadest Membersihkan objek pengamatan
6. Cotton bud Untuk mengambil apusan vagina
7. Tissue Untuk membersikan objek pengamatan
Bahan yang digunakan pada praktikum siklus estrus dan apusan

vagina dapat dilihat pada tabel 1.

Tabael 1. Bahan dan Kegunaaanya

C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum siklus estrus dan apusan

vagina dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Alat dan kegunaannya


No. Nama Alat Kegunaan
1 2 3
1 Mikroskop Untuk mengamati obek pengamatan
2 Kamera Untuk mendokumentasikan objek
pengamatan
Tabe Lanjutan
l
3 Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan
4 Kaca objek Untuk meletakkan preparat
5 Kaca Penutup Untuk menutup objek pengamatan
6 Pipet tetes Untuk mengambil larutan yang akan
digunakan

C. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum siklus estrus dan apusan vagina

adalah sebagai berikut :

1. Masukan cotton bud yang sudah diusap alkohol 70 % kedalam vagina

mencit dan putar hati-hati.

2. Mengoleskan contton bud diatas kaca objek.

3. Meneteskan larutan glemsa diatas kaca objek dan mengeringkan selama 5

menit.

4. Membuang kelebihan zat warna dan bilas dengan aquades.

5. Menutup mengunakan kaca objek.

6. Mengeringkan preparat dan mengamati di bawah mikroskop.

7. Mendokumentasikan hasil pengamatan.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Hasil pengamatan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengamatan


No Tahap Gambar Gambar literatur keterangan
. pengamatan
Tahap ini
1. perkembangan dari
folikel dengan awal
sekresi estrogen
dan sekresi yang
lemah dari
Proestrus progesterone dan
terjadi multipikasi
selepithel.

2.
Tahap estrus, di
mana
perkembangan
folikel dengan
Estrus sekresi yang kuat
dari estrogen, serta
sangat sedikit
progesterone dan
estrus di akhiri
dengan ovulasi.
Terjadi keratinisasi
sel epitel (epitel
degenerasi).
3. Tahap ini di tandai
dengan luteinisasi
sel granulosa,
progesterone
meningkat dan
Metestru invasi pada epithel
s vagina.

4. Tahapini kelanjutan
dari siklus estrus
pasca menstruasi
dengan kadar
Diestrus progesteron sangat
tinggi dalam darah
atau di sebut
dengan anestru dan
sama seperti
metestru di sertai
dengan peningkatan
leukosit
polinuklear.

B. Pembahasan

Hewan betina mengalami siklus reproduksi. Siklus reproduksi

merupakan perubahan siklis yang terjadi pada sistem reproduksi. Siklus

reproduksi yang terjadi pada hewan betina ditandai dengan pemasakan pada

sel telur (ovum). Siklus pemasakan telur pada primata disebut siklus

menstruasi. Sedangkan siklus pemasakan telur pada mamalia nonprimata

disebut siklus estrus. Kedua siklus ini dikendalikan oleh berbagai macam
hormon, yakni faktor pelepas dari hipotalamus, hormon gonadotrhopin dari

hipofisis dan hormon seks dari ovarium.

Siklus estrus merupakan sederetan aktivitas seksual dari awal hingga

akhir dan terus berulang. Hewan yang mengalami siklus estrus, selama satu

siklus hewan betina siap menerima hewan jantan untuk kawin hanya dalam

waktu yang singkat, yaitu pada masa ovulasi, selain itu tidak seperti manusia,

dinding saluran reproduksi pada siklus ini tidak mengalami disintegrasi dan

tidak luruh sehingga tidak ada pendarahan.

Apusan vagina biasanya dibuat pada hewan-hewan laboratorium,

seperti mencit dan tikus. Siklus estrus dapat dibagi dalam beberapa tahap

yaitu tahap proestrus, estrus, metestrus dan diestrus. Fase proestrus, tanpa

leukosit dan dikarakteristikkan oleh sel epitel yang dinukleasi. Fase estrus

terjadi dengan pengaruh hormon gonadotropin dan sekresi estrogen

mempunyai pengaruh yang besar. Fase metestrus, selama fase ini dimana

sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus dipengaruhi oleh progesteron dan

menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas dan mungkin berakhir 1-5 hari.

Fase diestrus dikarakteristikkan oleh aktivitas corpus luteum dimana dalam

memproduksi progesterone. Selama diestrus, leukosit tampak berlimpah.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap estrus adalah histologi dan fungsi

hipotalamus serta hipofisis dalam kaitannya dengan proses reproduksi.

Berdasarkan praktikum siklus estrus dan apusan vagina ini dilakukan

dengan mengamati gambaran sitologi apusan vagina menggunakan

mikroskop. Indikator yang diamati adalah tahap-tahap yang terjadi dalam


siklus estrus pada hewan mencit betina (Mus musculus). Preparat apusan

vagina yang dibuat ditetesi dengan methilen blue 1% agar obyek yang diamati

dapat terlihat jelas, pada preparat apusan vagina mencit betina (Mus musculus)

yang diamati terlihat banyak bentuk sel yang menanduk. Sel ini berasal dari

sel-sel apitel yang menanduk sehingga disebut sel tanduk (cornified). Bentuk

yang terlihat tersebut membuktikan penjelasan teori bahwa tahap atau fase

yang ditunjukkan pada preparat apusan vagina adalah tahap atau fase estrus

yang di alami mencit betina (Mus musculus).

Fase proestrus, ovarium terjadi pertumbuhan folikel degan cepat

menjadi folikel tua atau disebut juga dengan folikel de Graaf. Tahap ini

esterogen mulai banyak dan hormon FSH (Folicle stimulating hormone) serta

LH (Litunizing hormone) siap terbentuk. Apusan vagina akan terlihat sel-sel

epitel yang tidak berinti atau sel cornified dan tidak lagi leukosit. Sel cornified

ini terbentuk akibat adanya pembelahan sel epitel berinti secar mitosis dengan

sangat cepat sehingga inti pada sel yang baru belum terbentuk sempurna.

Fase estrus pada mencit betina (Mus musculus), seluruh bagian sistem

reproduksi mengalami perubahan berkala. Prinsipnya menyesuaikan diri

dengan daur yang dialami alat kelamin primer, yaitu ovarium, pada suatu

ketika dalam fase itu, ovarium menghasilkan banyak estrogen, dan ini

mempengaruhi saluran serta kelenjar sekunder, pada saat menjelang ovulasi,

lapisan mukosa vagina jadi menebal dan dibagian lumen terdapat banyak

glikogen. Penebalan epitel lapisan mukosa vagina itu disertai pola dengan

proses penandukan lalu mengelupas dan jatuh pada lumen, dalam pengamatan
preparat apusan vagina ditemukannya sel-sel epitel yang menanduk tersebut

itulah yang dikatakan sebagai indikator pola akan ovulasi atau siklus estrus

diakhiri dengan ovulasi.

Fase metestrus ditandai dengan terhentinya birahi, ovulasi terjadi

dengan pecahnya folikel, rongga folikel secara berangsur-ansur mengecil,dan

pengeluaran lendir terhenti. Selain itu terjadi penurunan pada ukuran dan

vaskularitas, selama fase ini dimana sinyal stimulasi estrogen turun. Uterus

dipengaruhi oleh progesteron dan menjadi sikretori. Tipe fase ini adalah jelas

dan mungkin berakhir 1-5 hari. Histologi dari smear vagina menampakkan

suatu fenomena kehadiran sel-sel yang bergeser dari sel-sel parabasal ke sel-

sel superfisial, selain itu sel darah merah dan neutrofil juga dapat diamati Sel-

sel parabasal adalah sel-sel termuda yang terdapat pada siklus estrus.

Karakteristik dari sel-sel parabasal yaitu bentuknya bundar atau oval,

mempunyai bagian nukleus yang lebih besar daripada sitoplasma,

sitoplasmanya biasanya tampak tebal, secara umum dengan pewarnaan

berwarna gelap.

Fase diestrus merupakan tahap akhir yang dikarakteristikkan oleh

aktivitas corpus luteum dimana dalam memproduksi progesteron. Merupakan

kelanjutan siklus estrus pasca metestrus dengan kadar progesteron sangat

tinggi dalam darah atau disebut dengan anestrus dan sama seperti metestrus

disertai peningkatan leukosit polinuklear, dalam periode permulaan diestrus,

corpus luteum mengkerut karena di bawah lapisan tumbuh sel-sel kuning fase
yang di sebut luteum, pada tahap ini serviks menyempit, leukosit muncul dan

menghalangi gerak maju spermatozoa. Faktor yang menyebabkan dalam

pengamatan siklus estrus dan apusaan vagina hanya siklus estrus saja yang

ditemukan, hal ini disebabkan karena mencit (Mus musculus) yang diamati

berada dalam masa estrus dimana hewan betina sangat reseptif pada hewan

jantan, dan masa estrus ini ditandai dengan pembengkakan vagina pada mencit

betina (Mus musculus).


V. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan pada praktikum siklus estrus dan apusan vagina adalah

sebagai berikut :

1. Sel-sel yang ditemukan pada  preparat apusan vagina Mus musculus

adalah sel epithel  berinti, sel epithel menanduk dan leukosit. Persebaran

sel-sel tersebut tergantung pada fase yang dialami  Mus musculus.

2. Fase estrus, sel yang dominan adalah sel epithel menanduk dan tidak

terdapat leukosit. Sedangkan  pada fase metestrus, dijumpai adanya ketiga

sel tersebut dalam jumlah yan hampir sama. Adanya leukosit pada fase

metestrus, diduga sebagai penyebab kegagalan fertilisasi pada fase

tersebut.

B. Saran

Saran yang dapat di ajukan pada praktikum ini adalah :

1. Saran untuk asisten : agar lebih baik lagi

2. Saran untuk praktikan : Sebaiknya saat praktikum berlangsung praktikan

tidak ribut.
DAFTAR PUSTAKA

Ismail, M., 2009, Onset dan Intensitas Estrus Kambing pada Umur yang Berbeda,
Jurnal Agroland, 16(2):183

Karlina, Y., 2003, Siklus Estrus Histologis Ovarium Tikus putih (Rattus
norvigecus) Setelah Alprazolam, Universitas Sebelas Maret , Surakarta.
Najamudin, 2010, Penentuan Siklus Estrus pada Kancil (Tragulus javanicus)
Berdasarkan Perubahan Sitologi agina, Jurnal Veteriner, 11(2): 82

Narulita, E., Prihatin, J., Anam, K, dan Oktavia, H, R., 2017, Perubahan Kadar
dan Histologi Uterus Mencit (mus musculus) Betina dengan Induksi
Progesteron Sintetik, Jurnal Biosfera, 34(3): 117-122

Suci, N,E., 2015, Histologi Hasil Ulas Vagina dan waktu Siklus Estrus Mencit
(Mus musculus), Biologi : Kendari

Pratiwi, H., 2010, Siklus Genital Siklus Birahi dan Pseudo Pregnancy,
Hidrometra , Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai