Oleh
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang
kualitas hidup.
Protein hewani yang berasal dari daging, telur dan susu mampu membuat
pertumbuhan sel-sel organ tubuh dengan baik. Diantara sumber protein hewani
yang berasal dari hewan ternak yaitu daging. Daging sebagai salah satu bahan
makanan yang hampir sempurna, karena mengandung gizi yang lengkap dan
dibutuhkan oleh tubuh, yaitu protein hewani, energi, air, mineral dan vitamin.
Disamping itu, daging memiliki rasa dan aroma yang enak, sehingga disukai oleh
Daging itu sendiri merupakan sumber protein hewani yang bermutu tinggi
dan perlu dikosumsi oleh masyarakat, namum daging yang kita konsumsi haruslah
daging yang baik dan sehat. Daging yang dihasilkan dari tempat pemotongan
hewan, baik tempat pemotongan sederhana sampai rumah potong hewan pabrik
sebelum dipasarkan terlebih dahulu harus diperiksa untuk mencegah hal-hal yang
maka dilakukan pemeriksaan. Salah satu tahap yang sangat menentukan kualitas
dan keamanan daging dalam mata rantai penyediaan daging adalah tahap di rumah
Tujuan
Pemotongan Hewan yang selanjutnya disebut RPH adalah suatu bangunan atau
dengan disain dan konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan
higiene tertentu serta digunakan sebagai tempat memotong hewan potong selain
penampung, pembersihan kandang isolasi, dan/atau pembersihan isi perut dan air
sisa perendaman.
pada pemeriksaan ante mortem dan post mortem guna pencegahan dan
1. Sarana strategis tata niaga ternak ruminansia, dengan alur dari peternak,
pasar hewan, RPH yang merupakan sarana akhir tata niaga ternak hidup,
yang gemuk dan sehat oleh petani sehingga mempercepat transaksi yang
terdekat.
Syarat-syarat RPH
keamanan;
pemotongan babi harus terpisah dengan alat dan tempat pemotongan sapi,
telah ditentukan dan sebaiknya sesuai dengan Instalasi Standar Internasional dan
menjamin produk sehat dan halal. RPH dengan standar internasional biasanya
dilengkapi dengan peralatan moderen dan canggih, rapi bersih dan sistematis,
menunjang perkembangan ruangan dan modular sistem. Produk sehat dan halal
dapat dijamin dengan RPH yang memiliki sarana untuk pemeriksaan kesehatan
hewan potong, memiliki sarana menjaga kebersihan, dan mematuhi kode etik dan
tata cara pemotongan hewan secara tepat. Selain itu juga harus bersahabat dengan
alam, yaitu lokasi sebaiknya di luar kota dan jauh dari pemukiman dan memiliki
Produk peternakan asal hewan mempunyai sifat mudah rusak dan dapat
bertindak sebagai sumber penularan penyakit dari hewan ke manusia. Untuk itu
dalam merancang tata ruang RPH perlu diperhatikan untuk menghasilkan daging
yang sehat dan tidak membahayakan manusia bila dikonsumsi sehingga harus
Persyaratan Lokasi
Detail Tata Ruang (RDTR) dan/atau Rencana Bagian Wilayah Kota (RBWK).
Tidak berada di bagian kota yang padat penduduknya serta letaknya lebih rendah
dari pemukiman penduduk, tidak menimbulkan gangguan atau pencemaran
lingkungan. Tidak berada dekat industri logam dan kimia, tidak berada di daerah
rawan banjir, bebas dari asap, bau, debu dan kontaminan lainnya. Memiliki lahan
yang relatif datar dan cukup luas untuk pengembangan rumah pemotongan hewan.
Syarat Peralatan
Hewan harus terbuat dari bahan yang tidak mudah korosif, mudah dibersihkan dan
daging harus terbuat dari bahan yang tidak toksik, tidak mudah korosif, mudah
system) dan alat penggantung karkas yang didisain khusus dan disesuaikan dengan
alur proses untuk mempermudah proses pemotongan dan menjaga agar karkas tidak
Sarana untuk mencuci tangan harus didisain sedemikian rupa agar tangan
tidak menyentuh kran air setelah selesai mencuci tangan, dilengkapi dengan sabun
dan pengering tangan seperti lap yang senantiasa diganti, kertas tissue atau
pengering mekanik (hand drier). Jika menggunakan kertas tissue, maka disediakan
dokter hewan atau petugas pemeriksa berwenang dalam rangka menjamin mutu
untuk karyawan pada proses pemotongan dan penanganan daging adalah pakaian
kerja khusus, apron plastik, penutup kepala, penutup hidung dan sepatu boot.
Higiene Karyawan dan Perusahaan
pemotongan hewan dan higiene produk tetap terjaga baik. Setiap karyawan harus
sehat dan diperiksa kesehatannya secara rutin minimal satu kali dalam setahun.
hygiene dan mutu. Daerah kotor atau daerah bersih hanya diperkenankan dimasuki
oleh karyawan yang bekerja di masing-masing tempat tersebut, dokter hewan dan
Pada dasarnya ada dua cara atau teknik pemotongan atau penyembelihan
ternak, yaitu teknik pemotongan ternak secara langsung dan teknik pemotongan
setelah ternak diperiksa dan dinyatakan sehat, maka ternak langsung dapat
disembelih. Pemotongan ternak secara tidak langsung ialah ternak dipotong setelah
Indonesia, yaitu :
dengan menarik tali-tali ini ternak akan rebah. Pada penyembelihandengan sistem
ini diperlukan waktu kurang lebih 3 menit untuk mengikat dan merobohkan ternak.
Pada saat ternak roboh akan menimbulkan rasa sakit karena ternak masih dalam
keadaan sadar.
Di Rumah Potong Hewan yang besar dan modern, sebelum ternak dipotong
Hewan yang disembelih harus memenuhi syarat dan rukun yang telah
(kerongkongan), hulqum (jalan pernapasan) dan dua urat darah pada leher. Pada
hukum agama Islam, karena ada kewajiban menjaga ketentraman batin masyarakat.
secara Islam (Kesmavet, 1992). Hewan yang disembelih harus memenuhi syarat
dengan memotong mari’ (kerongkongan), hulqum (jalan pernapasan) dan dua urat
darah pada leher. Hewan yang telah pingsan diangkat pada bagian kaki belakang
pisau pada leher kearah jantung. Posisi ternak yang menggantung menyebabkan
darah keluar dengan sempurna. Hewan yang dipotong baru dianggap mati bila
Sapi betina produktif adalah sapi yang melahirkan kurang dari 5 (lima) kali
atau berumur dibawah 8 (delapan) tahun, atau sapi betina yang berdasarkan hasil
pemeriksaan reproduksi dokter hewan atau petugas teknis yang ditunjuk di bawah
pengawasan dokter hewan dan dinyatakan memiliki organ reproduksi normal serta
Kesehatan, sapi betina yang boleh di potong adalah yang mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Berumur lebih dari 8 (delapan) tahun atau sudah lebih dari 5 (lima) kali
2. Tidak produktif (majir) dinyatakan oleh dokter hewan atau tenaga asisten
4. Menderita cacat tubuh yang bersifat genetis yang dapat menurun pada
melihat jumlah pemotongan sapi berdasarkan jenis kelamin di RPH Kota Makassar
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa pemotongan sapi betina sangat sering
dilakukan hal ini dapat disebabkan beberapa faktor seperti kurangnya sapi jantan
yang dipasok, faktor ekonomi peternak, permintaan pasar, dan harga sapi betina
lebih murah. Faktor yang paling dominan penyebab pemotongan sapi betina
produktif yaitu faktor ekonomi peternak, hal ini disebabkan peternak kebanyakan
menjual sapi mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka hal ini sesuai
peternak untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan untuk mendapatkan uang
cash.
sapi jantan yang disuplai ke RPH Kota Makassar, hal ini disebabkan karena struktur
populasi sapi potong memeang lebih dominan sapi betina dibandingkan sapi jantan,
hasil Sensus Pertanian (2013) memperlihatkan bahwa jumlah populasi sapi betina
sebanyak 705.119 ekor dan sapi jantan 278.917 ekor. Terdapat selisih yang sangat
jauh antara jumlah sapi betina dan sapi jantan. Sapi jantan juga kebanyakan
dikandangkan oleh peternak untuk dipersiapkan pada saat hari besar keagamaan
seperti idul adha sehingga tidak tersedia untuk dipotong pada hari biasa.
Pemotongan sapi betina produktif salah satu penyebabnya yaitu harga sapi
betina di pasaran lebih murah dibandingkan dengan sapi jantan, harga sapi betina
Rp. 8.000.000, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Litbang Pertanian, (2012)
dimana selisih harga sapi betina dan jantan dapat mencapai Rp. 500.000-
1.000.000/ekor dengan umur dan berat yang hampir sama, hal ini disebabkan
kebanyakan pedagang sapi menyimpan sapi jantan mereka untuk dijual nanti pada
saat hari besar keagamaan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih banyak.
Akibat dari hal ini maka untuk penyediaan daging setiap harinya diluar hari-hari
Undang No.18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan pasal 18 ayat
penghasil ternak yang baik, kecuali untuk keperluan penelitian, pemuliaan atau
produktif tetap dilanggar maka ada sangsi hukumannya dan ini berlaku pula untuk
18 ayat 2 dipidana dengan pidan kurungan paling singkat 1 (satu) bulan dan
paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling sedikit Rp.1.000.000,- (satu
bulan dan paling lama 9 (Sembilan) bulan dan atau denda paling sedikit
pengenaan denda.
(pusat dan daerah) untuk penyelamatan sapi betina produktif, baik secara makro
peternak), namun pemotongan sapi betina produktif di RPH dan perdagangan sapi
betina produktif antar pulau dan pasar hewan di wilayah sentra produksi masih
Kesimpulan
RPH adalah suatu bangunan atau kompleks bangunan dengan desain dan
konstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan higienis tertentu serta
digunakan sebagai tempat pemotongan hewan. Memiliki fungsi antara lain tempat
Salah satu syarat dari RPH adalah berada dilokasi yang tidak menimbulkan
gangguan dan kendaraan mudah masuk. Pemotongan sapi betina produktif masih
sering dilakukan dikarenakan beberapa faktor seperti kurangnya sapi jantan yang
dipasok, faktor ekonomi peternak, permintaan pasar, dan harga sapi betina lebih
murah.
Saran
ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA
Asdar, Z. 2014. Analisis proses pengelolaan pemotongan sapi dan kebau di rumah
potong hewan tamangapa kecamatan manggala makassar. Skripsi. Fakultas
Peternakan. Universitas Hasanuddin. Makassar
Data Sensus Pertanian, 2013. Populasi Sapi Potong Berdasarkan Jenis Kelamin.
Palmarudi, M. 2011. Perilaku Peternak Sapi Potong Dalam Penjualan Sapi Betina
Produktif (Kasus Pada Sentra Produksi Sapi Bali Di Sulawesi Selatan).
Prosiding Seminar Nasional & Workshop Optimallisasi Sumberdaya Lokal
pada Peternakan Rakyat Berbasis Teknologi. Makassar