Anda di halaman 1dari 18

BAB 1

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar ISPA

Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah
pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia
yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat
adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena menyebabkan kematian bayi
dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1 dari 4 kematian yang terjadi. Setiap anak
diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya. 40 % -60 % dari kunjungan di
puskesmas adalah oleh penyakit ISPA (Anonim,2009)
Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya tingkat pendidikan sehingga
pengetahuan mengenai kesehatan juga masih rendah atau faktor ekonomi yang menyebabkan
tingkat kesehatan kurang diperhitungkan.

B. Definisi ISPA

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang


berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai
dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang
telinga tengah dan selaput paru

1
Sebagian besar dari infeksi saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk pilek dan
tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik, namun demikian anak akan menderita
pneumoni bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik dapat mengakibat kematian
Program Pemberantasan Penyakit ISPA membagi penyakit ISPA dalam 2 golongan yaitu
pneumonia dan yang bukan pneumonia. Pneumonia dibagi atas derajat beratnya penyakit yaitu
pneumonia berat dan pneumonia tidak berat. Penyakit batuk pilek seperti rinitis, faringitis,
tonsilitis dan penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada
balita. Bila ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin, semua radang telinga akut
harus mendapat antibiotik.

C. Klasifikasi ISPA

Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:


1. Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam (chest
indrawing).
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
3. Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa tarikan
dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan tonsilitis tergolong
bukan pneumonia
Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini
dibedakan untuk golongan umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5
tahun.
Untuk golongan umur kurang 2 bulan ada 2 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: diisolasi dari cacing tanah oleh Ruiz dan kuat dinding pada
bagian bawah atau napas cepat. Batas napas cepat untuk golongan umur kurang 2 bulan
yaitu 60 kali per menit atau lebih.
2. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat
dinding dada bagian bawah atau napas cepat.
Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun ada 3 klasifikasi penyakit yaitu :
1. Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian bawah
kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus dalam keadaan tenang
tidak menangis atau meronta).
2. Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 -12 bulan adalah
50 kali permenit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit atau lebih.
3. Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian
bawah dan tidak ada napas cepat(Rasmaliah, 2004).

2
D. Etiologi ISPA

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara
lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus, Pnemococcus, Hemofilus,
Bordetelladan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain golongan Micsovirus,
Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.

E. Patofisiologi ISPA

Perjalanan alamiah penyakit ISPA dibagi 3 tahap yaitu :


1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya gejala penyakit,timbul gejala demam dan
batuk. Tahap lanjut penyaklit,dibagi menjadi empat yaitu dapat sembuh sempurna, sembuh
dengan atelektasis, menjadi kronos dan meninggal akibat pneumonia.
Infeksi bakteri mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak
akibat infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan lapisan
mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SO2 (polutan utama dalam pencemaran
udara), sindroma imotil, pengobatan dengan O2 konsentrasi tinggi (25 % atau lebih).

F. Pathways

3
G. Gejala ISPA

Penyakit ISPA adalah penyakit yang sangat menular, hal ini timbul karena menurunnya sistem
kekebalan atau daya tahan tubuh, misalnya karena kelelahan atau stres. Pada stadium awal,
gejalanya berupa rasa panas, kering dan gatal dalam hidung, yang kemudian diikuti bersin terus
menerus, hidung tersumbat dengan ingus encer serta demam dan nyeri kepala. Permukaan
mukosa hidung tampak merah dan membengkak. Infeksi lebih lanjut membuat sekret menjadi
kental dan sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak terdapat komplikasi, gejalanya akan
berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi yang mungkin terjadi adalah sinusitis, faringitis,
infeksi telinga tengah, infeksi saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis dan pneumonia (radang
paru).

H. Cara Penularan Penyakit ISPA

Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah tercemar, bibit penyakit masuk
kedalam tubuh melalui pernafasan, oleh karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk
golongan Air Borne Disease. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan
yang terjadi tanpa kontak dengan penderita maupun dengan benda terkontaminasi. Sebagian
besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui kontak langsung, namun tidak jarang
penyakit yang sebagian besar penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung
unsur penyebab atau mikroorganisme penyebab. Penularan penyakit ISPA dapat terjadi
melalui:
a. Polusi udara
b. Asap rokok
c. Bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan
d. Asap pembakaran bahan kayu yang biasanya digunakan untuk memasak.

I. Faktor Yang Mempengaruhi Penyakit ISPA

a. Agent

Infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru-paru. Kejadiannya bisa secara akut
atau kronis, yang paling sering adalah rinitis simpleks, faringitis, tonsilitis, dan sinusitis. Rinitis
simpleks atau yang lebih dikenal sebagai selesma/common cold/koriza/flu/pilek, merupakan
penyakit virus yang paling sering terjadi pada manusia. Penyebabnya adalah virus Myxovirus,
Coxsackie, dan Echo.
b. Manusia
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun
mempunyai risiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak yang lebih

4
tua. Keadaan ini terjadi karena anak di bawah usia 2 tahun imunitasnya belum sempurna dan
lumen saluran nafasnya masih sempit.
2. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993), menunjukkan bahwa tidak terdapat
perbedaan prevalensi, insiden maupun lama ISPA pada laki-laki dibandingkan dengan
perempuan.
3. Status Gizi
Di banyak negara di dunia, penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama
kematian terutama pada anak dibawah usia 5 tahun. Akan tetapi anak-anak yang meninggal
karena penyakit infeksi itu biasanya didahului oleh keadaan gizi yang kurang memuaskan.
Rendahnya daya tahan tubuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan mempercepat
berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.
4. Berat Badan Lahir
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) ditetapkan sebagai suatu berat lahir <2.500
gram. Menurut Tuminah (1999), bayi dengan BBLR mempunyai angka kematian lebih tinggi
dari pada bayi dengan berat ≥2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya.
Pneumonia adalah penyebab kematian terbesar akibat infeksi pada bayi baru lahir.
5. Status ASI Eksklusif
Air Susu Ibu (ASI) dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi kaya akan
faktor antibodi untuk melawan infeksi-infeksi bakteri dan virus, terutama selama minggu
pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolostrum, yaitu ASI awal mengandung zat
kekebalan (Imunoglobulin, Lisozim, Laktoperin, bifidus factor dan sel-sel leukosit) yang sangat
penting untuk melindungi bayi dari infeksi.
6. Status Imunisasi
Imunisasi adalah suatu upaya untuk melindungi seseorang terhadap penyakit
menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu. Pentingnya imunisasi
didasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit merupakan upaya terpenting dalam
pemeliharaan kesehatan anak.
c. Lingkungan
1. Kelembaban Ruangan
Hasil penelitian Chahaya, dkk di Perumnas Mandala Medan (2004), dengan desain
cross sectional didapatkan bahwa kelembaban ruangan berpengaruh terhadap terjadinya ISPA
pada balita. Berdasarkan hasil uji regresi, diperoleh bahwa faktor kelembaban ruangan
mempunyai exp (B) 28,097, yang artinya kelembaban ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 28 kali.
2. Suhu Ruangan
Salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu optimum 18- 300C.
Hal ini berarti, jika suhu ruangan rumah dibawah 180C atau diatas 300C keadaan rumah
tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat kesehatan menjadi
faktor risiko terjadinya ISPA pada balita sebesar 4 kali.
3. Ventilasi

5
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah menjaga agar
aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang
diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
4. Kepadatan Hunian Rumah
Menurut Gani dalam penelitiannya di Sumatera Selatan (2004) menemukan proses
kejadian pneumonia pada anak balita lebih besar pada anak yang tinggal di rumah yang padat
dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah yang tidak padat. Berdasarkan hasil
penelitian Chahaya tahun 2004, kepadatan hunian rumah dapat memberikan risiko terjadinya
ISPA sebesar 9 kali.
5. Penggunaan Anti Nyamuk
Penggunaan Anti nyamuk sebagai alat untuk menghindari gigitan nyamuk dapat
menyebabkan gangguan saluran pernafasan karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap.
Adanya pencemaran udara di lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-
paru sehingga mempermudah timbulnya gangguan pernafasan.
6. Bahan Bakar Untuk Memasak
Bahan bakar yang digunakan untuk memasak sehari-hari dapat menyebabkan
kualitas udara menjadi rusak. Kualitas udara di 74% wilayah pedesaan di China tidak
memenuhi standar nasional pada tahun 2002, hal ini menimbulkan terjadinya peningkatan
penyakit paru dan penyakit paru ini telah menyebabkan 1,3 juta kematian.
7. Keberadaan Perokok
Rokok bukan hanya masalah perokok aktif tetapi juga perokok pasif. Asap rokok
terdiri dari 4.000 bahan kimia, 200 diantaranya merupakan racun antara lain Carbon
Monoksida (CO), Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) dan lain-lain. Berdasarkan hasil
penelitian Pradono dan Kristanti (2003), secara keseluruhan prevalensi perokok pasif pada
semua umur di Indonesia adalah sebesar 48,9% atau 97.560.002 penduduk.
8. Status Ekonomi dan Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio
pengeluaran makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, maka jumlah ibu
yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak. Bedasarkan hasil uji
statistik didapatkan bahwa ibu dengan status ekonomi tinggi 1,8 kali lebih banyak pergi berobat
ke pelayanan kesehatan dibandingkan dengan ibu yang status ekonominya rendah.

J. Cara Mengatasi ISPA

a. Mengatasi panas (demam)


1. Untuk orang dewasa, diberikan obat penurun panas yaitu paracetamol.
2. Untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, demam diatasi dengan memberikan
paracetamol dan kompres.
b. Mengatasi batuk
1. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman, yaitu ramuan obat tradisional berupa
jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½ sendok teh, diberikan 3 kali
sehari.

6
2. Dapat menggunakan obat batuk lainnya yang tidak mengandung zat yang merugikan
seperti kodein, dekstrometorfan dan antihistamin.
c. Pemberian makanan
1. Berikan makanan yang cukup bergizi biarpun hanya sedikit tetapi berikan secara
berulang-ulang.
2. Pemberian ASI pada bayi yang menyusui tetap diberikan.
d. Pemberian minuman
1. Usakan pemberian cairan seperti air putih, air buah dan sebagainya, diberikan lebih dari
biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak dan mencegah kekurangan cairan.
2. Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal dan rapat, apalagi
jika pada anak yang menderita demam karena akan menghambat keluarnya panas.
3. Jika pilek, bersihkan hidung untuk mempercepat kesembuhan dan menghindari
komplikasi yang lebih parah.
4. Usahakan lingkungan tetap terjaga dan selalu sehat, yaitu ventilasi yang cukup, dengan
cahaya yang memadai dan tidak berasap.

K. Pencegahan ISPA

Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:


a. a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik
Dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu akan mencegah kita atau terhindar dari
penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya dengan mengkonsumsi makanan
empat sehat lima sempurna, banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat
yang cukup, kesemuanya itu akan menjaga badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang
sehat maka kekebalan tubuh kita akan semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus
/bakteri penyakit yang akan masuk ke tubuh kita.
b. b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang
berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
c. c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap
dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang menghirup
asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang baik dapat
memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi manusia.
d. d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan oleh
seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam
tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya berbentuk
aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakniDroplet,
Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara droplet dan
melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyak

7
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Pengkajian ISPA

1. Identitas Pasien
Nama : An. K
Umur : 18 bulan
Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Status : Belum menikah
Alamat : Jl. Siliwangi Babakan Tasik Rt/Rw 01/12
Kelurahan Sawah Gede Kecamatan
Cianjur Kabupaten Cianjur
Jawa Barat
Agama : Islam
Suku / bangsa : Sunda / Indonesia
Tanggal masuk puskesmas : 05 Februari 2016
Diagnosa medis : ISPA
No.Registrasi : 2067

2. Identitas penanggung jawab


Nama : Tn. Z
Umur : 37 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Hubungan dengan pasien : Ayah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Alamat : Jl. Siliwangi Babakan Tasik Rt/Rw 01/12
Kelurahan Sawah Gede Kecamatan
Cianjur Kabupaten Cianjur Jawa Barat

B. Riwayat Kesehatan

1. Keluhan Utama
Tn. dari An. K mengatakan bahwa anaknya mengalami batuk, pilek selama 5 hari
disertai dengan demam, sakit tenggorokan dan adanya suara tambahan saat tidur (stridor).
2. Riwayat kesehatan sekarang

8
Pada saat pengkajian tanggal 5 Februari 2016 Tn. dari An. K mengatakan bahwa
anaknya mengalami batuk, pilek selama 5 hari disertai dengan demam, sakit tenggorokan, dan
adanya suara tambahan (stridor) saat tidur. Skala nyeri 3 dari 0-5.
3. Riwayat kesehatan dahulu
Klien sebelumnya sudah pernah mengalami penyakit sekarang tetapi tidakdisertai dengan
sakit tenggorokan dan suara tambahan (stridor) ketika sedang tidur.
4. Riwayat kesehatan keluarga
Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien
tersebut.

C. Pemeriksaan fisik (Data Objektif)

1. Keadaan umum : Lemas


2. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah :-
b) Respirasi : 20 x/menit
c) Nadi : x/menit
o
d) Suhu : 38 C
3. Berat badan : 12 Kg
4. Tinggi badan : 72 Cm
a. Pemeriksaan Head to Toe
1. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam tebal, kulit kepala tidak kotor, tidak ada nyeri
tekan.
2. Mata
Bentuk mata simetris, konjungtiva non anemis , sklera putih, tidak ada nyeri tekan. Pupil
mengecil ketika di beri rangsangan cahaya.
3. Hidung
Bentuk hidung simetris, klien dapat mencium kayu putih.
4. Mulut
Mulut simetris, bibir kering, tidak ada stomatitis.
5. Telinga
Lubang telinga simetris, tidak ada nyeri tekan, klien dapat mendengar detak jam.
6. Leher
Bentuk leher simetris. Adanya nyeri tekan pada leher.
7. Dada / thorax
Bentuk dada simetris, tidak ada nyeri tekan, adanya suara tambahan (stridor) ketika sedang
tidur.
8. Abdomen
Bentuk abdomen simetris, tidak ada nyeri tekan.
9. Punggung

9
Bentuk punggung simetris, tidak ada nyeri tekan.
10. Ekstremitas
a) Atas
Tangan lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang, tidak ada
kelainan.
b) Bawah
Kaki lengkap simetris, tidak ada nyeri tekan, kuku tidak kotor dan tidak panjang, tidak ada
kelainan.

D. Data Psikososial

a. Pengkajian psikologi
a) Status emosional : Gelisah
Karena klien terlihat meronta dan menangis
b) Konsep diri :-
c) Cara berkomunikasi :-
d) Pola interaksi : Baik
Karena masih bisa berinteraksi dengan perawat
b. Pengkajian sosial
a) Hubungan sosial :-
b) Faktor kultursosial :-
c) Pola hidup : Baik
Karena keluarga Tn. Z menjaga pola hidup sehat
d) Hubungan dengan keluarga : Baik
Sebagai hubungan peran anak dan keluarga
c. Kebutuhan dasar / pola aktivitas sehari-hari
1. Nutrisi
1) Makan
a) Frekuensi : 3x sehari
b) Porsi : 1 porsi habis
c) Jenis makanan :-
d) Keluhan :-
2) Minum
a) Frekuensi : < 8 botol atau gelas / hari
b) Jenis minuman : air putih dan susu formula
d. Terapi Medis
1) Amoxilin sirup 3x2
2) Glyceryl Guaiacolate 1 x 1/4
3) Chlorpheniramine Maleate 1 x 1 /4
4) Vitamin B Kompleks 1 x 1/2
5) Paracetamol sirup 3x1

10
E. Tentang Keluarga Pasien

a. Tipe keluarga
Keluarga Tn. Z termasuk tipe keluarga sederhana yaitu didalam satu rumah terdapat 4 orang
yang terdiri dari Tn. Z (Ayah), Ny. I (Ibu), An. B (Anak ke 1) dan An. K (Anak ke 2 ).
b. Suku bangsa
Bahasa yang digunakan Tn. Z adalah bahasa sunda karena berasal dari Jawa Barat. Dalam
keluarga tidak ada pantangan makanan apapun.
c. Agama
Keluarga Tn. Z beragama Islam dan taat menjalankan shalat 5 waktu biasanya dilakukan
dirumah dan sering membaca Al-Quran.
d. Status sosial ekonomi keluarga
Kebutuhan sehari-hari keluarga semua dipenuhi oleh Tn. Z yang bekerja sebagai wiraswasta.
Ny. I membantu pekerjaan rumah.
e. Aktifitas keluarga
Keluarga menjalankan aktifitas masing-masing seperti Tn. Z sibuk mencari nafkah, Ny. I
membantu pekerjaan rumah, sedangkan dua orang anaknya sibuk sekolah.

F. Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Ds: Tn dari An. K Pencemaran Udara (asap Batuk, pilek selama 5 hari
mengatakan bahwa klien rokok, asap kendaraan, disertai dengan demam,
mengalami batuk, pilek asap pabrik dll) sakit tenggorokan dan
selama 5 hari disertai mengandung virus dan adanya suara tambahan
dengan demam, sakit bakteri saat tidur (stridor).
tenggorokan, dan adanya
suara tambahan saat tidur
(stridor).
Terhirup oleh hidung

Virus / bakteri jenis


Streptococcus dan
Micsovirus, merusak
lapisan epitel dan lapisan
mukosa

Anak menjadi lemas dan


terdapat gangguan sistem
pernafasan
Do: Klien terlihat lemas
dan gelisah

11
Tabel 1.1 Analisa Data

G. Diagnosa Keperawatan dan Prioritas Masalah


Klien batuk, pilek, demam, sakit tenggorokan, dan adanya suara tambahan saat tidur
(stridor). Berhubungan dengan saluran pernapasan atas.

H. Rencana Asuhan Keperawatan

Nama : An. K
Dx Medis : ISPA
No. Reg : 2067
N Diagnosa Tujuan Perencanaan Implementas Evaluasi Par
o Intervensi Rasional i af
1 Batuk Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien Put
berhubun panjang: pemberian pemberia pemberian mengata ri
gan Dalam posisi yang n posisi posisi yang kan Re
dengan waktu 3x24 nyaman yang nyaman batuk na
terjadinya jam batuk nyaman masih Sar
penyempi klien hilang usaha ada i
tan pada dengan nafas O: -
saluran kriteria: akan Klien
pernafasa -Batuk kembali masih
n klien hilang normal terlihat
DS: Tn -Skala 0 sekaligus batuk
dari An. dapat -
K mengelua Skala 3
mengatak Tujuan rkan A:
an pendek: Berikan sputum Masalah
batuk sel Dalam therapy obat dengan Memberikan klien
ama 5 waktu 8 jam Glyceryl mudah therapy belum
hari batuk klien Guaiacolate dan obat Glycery teratasi
DO: berkurang de 1 x 1/4 meningka l Guaiacolate P:
Klien ngan tnya 1 x 1/4 Interven
terlihat kriteria: suplai si
batuk -Klien oksigen dilanjutk
berulang- terlihat ke paru- an
ulang tenang paru
-Skala -Skala 2
nyeri 3 Dengan
dari 0-5

12
memberik S: Klien
an mengata
therapy kan
obat batuk
batuk berkuran
klien g
berkurang O: Skala
ataupun 2
hilang A:
Masalah
klien
teratasi
sebagian
P:
Interven
si
dilanjutk
an
2 Pilek Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien
berhubun panjang: pemberian pemberia pemberian mengata Put
gan Dalam posisi yang n posisi posisi yang kan ri
dengan waktu 3x24 nyaman yang nyaman pilek Re
masukny jam pilek nyaman berkuran na
a bakteri klien hilang terciptany g sedikit Sar
pada dengan a jalan O: - i
saluran kriteria: nafas Klien
pernafasa -Klien tidak yang terlihat
n menghirup bersih dan sedikit
DS: Tn udara ke patent, nyaman
dari An. hidung meningka -
K secara tnya Skala 1
mengatak berulang- pengeluar A:
an pilek ulang dan an sekret Masalah
selama 5 cepat dengan klien
hari adanya suara teratasi
DO: tambahan sebagian
Klien -Skala 0 P:
terlihat Interven
menghiru si
p udara dilanjutk
ke hidung an
secara

13
berulang- Tujuan
ulang dan pendek:
cepat Dalam
dengan waktu 8 jam Berikan
adanya pilek klien therapy obat Memberikan
suara berkurang Chlorphenira therapy obat
tambahan dengan mine Chlorphenira
-Skala 2 kriteria: Maleate 1 mine
dari 0-5 -Klien x 1/4 Dengan Maleate 1
terlihat memberik x 1/4
nyaman an
-Skala 2 therapy
obat
diharapka
n pilek
klien S: Klien
berkurang mengata
atau kan
hilang pilek
berkuran
g
O: Skala
1
A:
Masalah
klien
teratasi
sebagian
P:
Interven
si
dilanjutk
an
3 Demam Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien Put
berhubun panjang: kompres kompres kompres mengata ri
gan Dalam daerah diharapka daerah kan Re
dengan waktu 3x24 frontal n demam frontal demam na
proses jam demam klien berkuran Sar
infeksi klien hilang hilang g i
atau dengan O: Klie
inflamasi kriteria: n terlihat
tenang

14
DS: Tn Klien tidak A:
dari An. gelisah Masalah
K klien
mengatak Tujuan teratasi
an pendek: Berikan Dengan Memberikan sebagian
demam Dalam therapy obat memberik therapy obat P:
DO: waktu 8 jam Paracetamol an Paracetamol Interven
Klien demam klien sirup 3x1 therapy sirup 3x1 si
terlihat berkurang obat dilanjutk
gelisah dengan demam an
krtiteria: klien
Klien hilang
terlihat
tenang S: Klien
mengata
kan
demam
berkuran
g
O: Klien
terlihat
tenang
A:
Masalah
klien
teratasi
sebagian
P:
Interven
si
dilanjutk
an
4 Sakit Tujuan Lakukan Dengan Melakukan S: Klien
tenggoro panjang: therapy pijat dilakukan therapy pijat mengata Put
kan Dalam daerah leher therapy daerah leher kan sakit ri
berhubun waktu 3x24 pijat tenggoro Re
gan jam sakit diharapka kan na
dengan tenggorokan n sakit masih Sar
virus atau hilang tenggorok ada i
bakteri dengan an O: Klien
sterptoko kriteria: berkurang masih
kus atau terlihat

15
disebut -Klien tidak memega
dengan memegang ng
strep tenggorokan tenggoro
throat kan
yang A:
menyeran Masalah
g klien
tenggoro belum
kan teratasi
DS: Tn P:
dari An. Interven
K si
mengatak dilanjutk
an sakit Tujuan Berikan Memberikan an
tenggoro pendek: therapy obat therapy obat
kan dan Dalam Amoxilin Amoxilin
adanya waktu 8 jam sirup 3 x 2 Dengan sirup 3x2
suara sakit dan Vitamin memberik dan Vitamin
tambahan tenggorokan B Kompleks an B Kompleks
saat tidur klien 1 therapy 1x1/2
(stridor) berkurang x1/2 obat
DO: dengan diharapka
Klien kriteria: n sakit
terlihat Klien tenggorok
memegan terlihat an klien
g nyaman hilang
tenggoro dan suara S: Klien
kan stridorpun mengata
hilang kan sakit
tenggoro
kan dan
suara
stridor
hilang
O: Klien
terlihat
nyaman
A:
Masalah
klien
teratasi

16
P:
Interven
si
dilanjutk
an di
rumah

17
BAB III
KESIMPULAN

Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama pentingnya dengan masalah
pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya. Usia balita dan anak-anak merupakan usia
yang rentan penyakit. Hingga saat ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat
adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari. Yang dimaksud
dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
Program Pemberantasan ISPA mengklasifikasi ISPA yaitu:
1. Pneumonia berat
2. Pneumonia
3. Bukan pneumonia
Menurut pelayanan kesehatan bahwa etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus
dan riketsia. Bakteri penyebabnya antara lain dari genus Streptococcus, Stafilococcus,
Pnemococcus, Hemofilus, Bordetella dan Corinebakterium. Virus penyebabnya antara lain
golongan Micsovirus, Adenovirus, Coronavirus, Picornavirus, Micoplasma, Herpesvirus.

18

Anda mungkin juga menyukai