Anda di halaman 1dari 15

HUBUNGAN GIZI IBU SAAT HAMIL DENGAN KEJADIAN STUNTING

PADA BALITA DI PUSKESMAS XX

1. Ari Yunita 16320002


2. Eneng Rest 16320007
3. Trio Subroto 16320029
4. Widya Dwi Lestari 16320031
5. Weni Amelia 16320042
Latar Belakang

Secara global pada tahun 2017 sekitar 25 % yaitu sekitar 165 juta anak didunia dari anak anak yang berusia dibawah 5 tahun
yang mengalami stuntng. Didunia ada 14 negara yang dapat dikatakan cukup banyak memiliki prevalensi stuntng yaitu sekitar
80% dan dilaporkan bahwa 10 dengan prevalensi sangat tnggi yaitu India, Nigeria, Pakistan, China, Indonesia, Bangladesh,
Ethiopia, Democratc Republic of Congo, Phillipines, dan United Republic of Tanzanfa (UNICEF Global Nutriton Database, 2017)
Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung stats. Dari hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukan prevalensi balita pendek
diindonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010 terjadi sedikit penurunan yaitu menjadi 35,6% namun prevalensi balita pendek
kembali meningkat pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. (Kemenkes RI, 2018)
Gambaran kasus gizi stuntng di provinsi lampung sejak tahun 2013-2015 sebanyak 38,6% kasus sangat pendek pada daerah
lampung tengah yang merupakan kabupaten tertnggi kejadian stuntng, urutan nomor dua berada pada daerah pesawaran
33,5% dan urutan ke tga berada pada kabupateng tulang bawang, sedangkan berdasarkan pemantauan presentase sangat
pendek dan pendek pada balita umur0-59 bulan terbanyak, menurut kabupaten adalah tanggamus 25,7%, lampung tengah
25,6% dan lampung tmur 25,2% (Profil Dinas Kesehatan Lampung,2017)
Penyebab stuntng diantaranya adalah hambatan pertumbuhan dalam kandungan, asupan zat gizi yang tdak mencukupi untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada masa bayi dan anak anak serta seringnya terkena penyakit
infeksi saat masa awal kehidupan, anak memiliki panjang badan yang rendah ketka lahir, anak yang mengalami berat lahir
rendah pada saat dilahirkan dan pemberian makanan yang tdak sesuai menurut usia disertai dengan konsistensi makanan
pendampingnya, (kusuma,2013)
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
penelitan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
Hubungan Hubungan Status Gizi Ibu Saat Hamil Dengan Kejadian Stuntng Pada Balita dixx tahun 2020.

Tujuan Khusus

1. Diketahui karakteristk responden di xx, Tahun 2020


2. Diketahui distribusi Status Gizi Ibu Saat Hamil pada balita di puskesmas xx 2020
3. Diketahui distribusi frekuensi kejadian stuntng pada balita di puskesmas xx tahun 2020
4. Diketahui hubungan BBLR dengan kejadian stuntng di puskesmas xx, 2020
Stuntng merupakan suatu keadaan dimana tnggi badan anak yang terlalu rendah. Stuntng atau
terlalu pendek berdasarkan umur adalah tnggi badan yang berada dibawah minus dua standar deviasi
(<-3 SD) dari table status gizi WHO child growth standard (WHO, 2012).

Faktor kejadian stuntng menurut (Rochani, 2018)


Salah satunya adalah
Keadaan Gizi Ibu Saat Ibu Hamil Dan Melahirkan
Stuntng disebabkan oleh faktor multdimensi, diantaranya praktk pengasuhan gizi yang kurang baik,
termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan gizi sebelum dan pada masa kehamilan
serta setelah ibu melahirkan.
Intervensi yang paling menetukan untuk dapat mengurangi pravelensi stuntng perlu dilakukan pada
1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dari anak balita. Peluang intervensi kunci yang terbukt efektf
diantaranya adalah intervensi praktk praktk pemberian makan anak dan pemenuhan gizi ibu.
Sedangkan menurut Buletn Jendela (2018) penyebab dari stuntng dapat dilihat dari beberapa faktor
yaitu :
Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan mempengaruhi
pertumbuhan janin dan resiko terjadinya stuntng. Faktor lainnya pada ibu yang mempengaruhi adalah
postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat, ibu yang masih remaja, serta asupan
nutrisi yang kurang pada saat kehamilan.
Manfaat Penelitian
• Teoritis
Secara teoritis hasil dari penelitian inni diharapkan dapat dijadikan referensi pada kepustakaan serta bahan
bacaan untuk menambah wawasan mahasiswa dalam meninngkatkan mutu pendidikan dan menambah
kajian ilmiah khususnya dalam bidang ilmu keperawatan anak.

• Aplikatif
 Bagi peneliti
Dengan melakukan penelitian ini, peneliti peneliti berharap bisa lebih memahami tentang hubungan
Hubungan Status Gizi Ibu Saat Hamil Dengan Kejadian Stunting dan sebagai informasi untuk menambah
wawasan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
 Bagi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan menambah literatur di Universitas
Malahayati yang dapat digunakan sebagai bahan untuk peneliti lain melakukan penelitian lebih lanjut.
 Bagi Tempat Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan koreksi bagi tempat penelitian untuk
mengevaluasi dalam hubungan BBLR dengan kejadian stunting pada balita.
Ruang Lingkup

Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Subjek penelitian


anak balita. Objek penelitian ini adalah hubungan Hubungan Status Gizi Ibu Saat
Hamil Dengan Kejadian Stunting Pada Balita. Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh balit di Puskesmas xx Tahun 2020 pada tanggal
TINJAUAN PUSTAKA

• Stunting pada anak balita


• Pengertian Stunting
• Stunting merupakan suatu keadaan dimana tinggi badan anak yang terlalu
rendah. Stunting atau terlalu pendek berdasarkan umur adalah tinggi badan
yang berada dibawah minus dua standar deviasi (<-3 SD) dari table status gizi
WHO child growth standard (WHO, 2012).
• Balita pendek (stunting) adalah status gizi yang didasarkan pada indeks PB/U
atau TB/U dimana dalam standar antropometri penilaian status gizi anak, hasil
pengukuran tersebut beradapada ambang batas (Z-Score) <- 2SD sampai
dengan -3 SD (pendek / stunted) dan <-3 SD (sangat pendek/ severely stunted)
(Rochani, 2018).
Lanjut…

• Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau


tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini
diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua
standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita
stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak
faktor seperti kondisi social ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan
pada bayi dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di
masa yang akan dating akan mengalami kesulitan dalam mencapai
perkembangan fisik dan kognitif yang optimal (Buletin Jendela, 2018).
Faktor Penyebab Stunting
Faktor kejadian stunting menurut (Rochani, 2018)
• Keadaan Gizi Ibu Saat Ibu Hamil Dan Melahirkan
Stunting disebabkan oleh faktor multidimensi, diantaranya praktik pengasuhan gizi
yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan gizi
sebelum dan pada masa kehamilan serta setelah ibu melahirkan.
Intervensi yang paling menetukan untuk dapat mengurangi pravelensi stunting perlu
dilakukan pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) dari anak balita. Peluang
intervensi kunci yang terbukti efektif diantaranya adalah intervensi praktik praktik
pemberian makan anak dan pemenuhan gizi ibu.
• Pemberian ASI
Beberapa fakta dan informasi yang ada menyebutkan bahwa hanya 22,8% dari anak
usia 0-6 bulan yang menyusui eksklusif dan hanya 36,6% anak usia 7-23 bulan
yang menerima makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang sesuai dengan praktik
praktik yang direkomendasikan tentang pengaturan waktu, frekuensi, dan kualitas.
Lanjut…
• Pemberian MP-ASI
MP-ASI dibeerikan atau mulai diperkenalkan nya ketika balita berusia di atas 6
bulan. Selain ntuk mengenalkan jenis makanan baru pada bayi yang tidak lagi
dapat disokong oleh ASI serta membentuk data tahan tubuh dan perkembangan
system imunologis anak terhadap makanan dan minuman.

Oleh karena itu, masyarakat dan petugas kesehatan perlu memahami penting
nya ASI Eksklusif dan praktik praktik pemberian makan bayi dan anak yang tepat
serta memberikan dukungan kepada para ibu.
Sedangkan menurut Buletin Jendela (2018) penyebab dari
stunting dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu :
• Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan
mempengaruhi pertumbuhan janin dan resiko terjadinya stunting. Faktor lainnya pada ibu
yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat,
ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan.
• Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusui
dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini
dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan
keamanan pangan yang diberikan.
• Kondisi social ekonomii dan sanitasi tempat tinggal juga berkaitan dengan terjadinya
stunting. Kondisi ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan dalam memenuhi asupan yang
bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan sanitasi dan
keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi.
Upaya pencegahan stunting menurut (Buletin Jendela, 2018)

stunting merupakan salah satu target Sustainable Development Goals


(SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan ke 2 yaitu
menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada tahun 2030
serta mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan adalah
menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025.
Untuk mewujudkan hal tersebut, pemerintah menetapkan stunting
sebagai salah satu program prioritas. Berdasarkan peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga,upaya yang
dilakukan untuk menurunkan
Pravalensi Stunting Diantaranya sebagai berikut:

1. Ibu hamil dan bersalin


• Intervensi pada 1.000 hari pertama kehidupan
• Mengupayakan jaminan mutu ante natal care (ANC) terpadu
• Meningkatkan persalinan di fasilitas kesehatan
• Menyelenggarakan program pemberian makanan tinggi kalori, protein, dan
mikronutrien (TKPM)
• Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular)
• Pemberantasan kecacingan
• Meningkatkan transformasi Kartu Menuju Sehat (KMS) kedalam buku KIA
• Menyelenggarakan konseling Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI Eksklusif
• Penyuluhan dan pelayanan KB
Lanjut…
2. Balita
• Pemantauan pertumbuhan balita
• Menyelenggarakan kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) untuk balita
• Menyelenggarakan stimulasi dini perkembangan anak
• Memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
3. Anak usia sekolah
• Melakukan revitalisasi Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)
• Menguatkan kelembagaan tim pembia UKS
• Menyelenggarakan Program Gizi Anak Sekolah (PROGAS)
• Memberlakukan sekolah sebagai kawasan bebas rokok dan narkoba
Lanjut
4. Remaja
• Meningkatkan penyuluhan untuk prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola
gizi seimbang, tidak merokok, /mengonsumsi narkoba
• Pendidikan kesehatan reproduksi
5. Dewasa muda
• Penyuluhan dan pelayanan keluarga berencana (KB)
• Deteksi dini penyakit (menular dan tidak menular)
• Meningkatkan penyuluhan untuk prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), pola
gizi seimbang, tidak merokok, /mengonsumsi narkoba

Anda mungkin juga menyukai