Secara global pada tahun 2017 sekitar 25 % yaitu sekitar 165 juta anak didunia dari anak anak yang berusia dibawah 5 tahun
yang mengalami stuntng. Didunia ada 14 negara yang dapat dikatakan cukup banyak memiliki prevalensi stuntng yaitu sekitar
80% dan dilaporkan bahwa 10 dengan prevalensi sangat tnggi yaitu India, Nigeria, Pakistan, China, Indonesia, Bangladesh,
Ethiopia, Democratc Republic of Congo, Phillipines, dan United Republic of Tanzanfa (UNICEF Global Nutriton Database, 2017)
Prevalensi balita pendek di Indonesia cenderung stats. Dari hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukan prevalensi balita pendek
diindonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010 terjadi sedikit penurunan yaitu menjadi 35,6% namun prevalensi balita pendek
kembali meningkat pada tahun 2013 yaitu menjadi 37,2%. (Kemenkes RI, 2018)
Gambaran kasus gizi stuntng di provinsi lampung sejak tahun 2013-2015 sebanyak 38,6% kasus sangat pendek pada daerah
lampung tengah yang merupakan kabupaten tertnggi kejadian stuntng, urutan nomor dua berada pada daerah pesawaran
33,5% dan urutan ke tga berada pada kabupateng tulang bawang, sedangkan berdasarkan pemantauan presentase sangat
pendek dan pendek pada balita umur0-59 bulan terbanyak, menurut kabupaten adalah tanggamus 25,7%, lampung tengah
25,6% dan lampung tmur 25,2% (Profil Dinas Kesehatan Lampung,2017)
Penyebab stuntng diantaranya adalah hambatan pertumbuhan dalam kandungan, asupan zat gizi yang tdak mencukupi untuk
mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang cepat pada masa bayi dan anak anak serta seringnya terkena penyakit
infeksi saat masa awal kehidupan, anak memiliki panjang badan yang rendah ketka lahir, anak yang mengalami berat lahir
rendah pada saat dilahirkan dan pemberian makanan yang tdak sesuai menurut usia disertai dengan konsistensi makanan
pendampingnya, (kusuma,2013)
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
penelitan ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada
Hubungan Hubungan Status Gizi Ibu Saat Hamil Dengan Kejadian Stuntng Pada Balita dixx tahun 2020.
Tujuan Khusus
• Aplikatif
Bagi peneliti
Dengan melakukan penelitian ini, peneliti peneliti berharap bisa lebih memahami tentang hubungan
Hubungan Status Gizi Ibu Saat Hamil Dengan Kejadian Stunting dan sebagai informasi untuk menambah
wawasan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
Bagi Universitas Malahayati Bandar Lampung
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah dan menambah literatur di Universitas
Malahayati yang dapat digunakan sebagai bahan untuk peneliti lain melakukan penelitian lebih lanjut.
Bagi Tempat Peneliti
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan koreksi bagi tempat penelitian untuk
mengevaluasi dalam hubungan BBLR dengan kejadian stunting pada balita.
Ruang Lingkup
Oleh karena itu, masyarakat dan petugas kesehatan perlu memahami penting
nya ASI Eksklusif dan praktik praktik pemberian makan bayi dan anak yang tepat
serta memberikan dukungan kepada para ibu.
Sedangkan menurut Buletin Jendela (2018) penyebab dari
stunting dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu :
• Kondisi kesehatan dan gizi ibu sebelum dan saat kehamilan serta setelah persalinan
mempengaruhi pertumbuhan janin dan resiko terjadinya stunting. Faktor lainnya pada ibu
yang mempengaruhi adalah postur tubuh ibu (pendek), jarak kehamilan yang terlalu dekat,
ibu yang masih remaja, serta asupan nutrisi yang kurang pada saat kehamilan.
• Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusui
dini (IMD), gagalnya pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini
dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) hal yang perlu diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan
keamanan pangan yang diberikan.
• Kondisi social ekonomii dan sanitasi tempat tinggal juga berkaitan dengan terjadinya
stunting. Kondisi ekonomi erat kaitannya dengan kemampuan dalam memenuhi asupan yang
bergizi dan pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan sanitasi dan
keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit infeksi.
Upaya pencegahan stunting menurut (Buletin Jendela, 2018)