Anda di halaman 1dari 37

SPESIFIKASI TEKNIS

BAB I
UMUM

1.1. LINGKUP PEKERJAAN


Lingkup pekerjaan lansekap yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor (secara garis
besarnya) adalah sebagai berikut:
a. Pekerjaan Perkerasan (Hardscape)
b. Pekerjaan Penanaman dan Pemeliharaan (Softscape)
c. Pekerjaan Penerangan Taman

1.2 DOKUMENTASI PROYEK

1.2.1 Umum
Kontraktor harus menyimpan, menyediakan dan membuat dokumentasi pekerjaan
secara lengkap, termasuk segala perubahan yang terjadi sejak awal sampai berakhirnya
pekerjaan.

1.2.2 Dokumentasi

a. Dokumen kerja
Kontraktor harus menyimpan dokumen kontrak yang terdiri atas CCO,
Addendum Kontrak dan Surat Perjanjian Pemborongan (Kontrak) beserta
lampiran-lampirannya.
b. Bahan-bahan
Semua material : sampel tanaman, media tanam, pupuk, obat-obat tanaman, dan
material lain harus memperoleh persetujuan dari Pemimpin Proyek / Konsultan
Pengawas. Seluruh contoh material tersebut harus tetap disimpan di tempat kerja.
c. Foto-foto
Kontraktor harus membuat foto-foto pelaksanaan mulai dari 0 % sampai dengan
selesai 100 %. Dokumentasi ini merupakan lampiran laporan dan harus sudah
diserahkan paling lambat saat Serah Terima Sementara hasil pekerjaan.
Laporan tersebut diserahkan kepada Pemimpin Proyek untuk mendapatkan
persetujuannya. Persetujuan laporan tersebut akan digunakan sebagai persyaratan
untuk dokumen faktur.

1.2.3 Pembayaran Hasil Pekerjaan


Pembayaran diadakan secara proporsional setiap bulannya atas pelaksanaan ketentuan
pasal ini. Biaya-biaya yang timbul atas pelaksanaan ketentuan pada pasal ini harus
sudah diperhitungkan sejak masa penawaran sampai dengan ditandatanganinya
kontrak.
1.2. PELAKSANAAN PEKERJAAN

1.3.1 Umum
Untuk menjamin mutu pekerjaan (seperti ketepatan ukuran, kerapian pelaksanaan
pekerjaan), Kontraktor harus menempatkan tenaga-tenaga yang berkualitas,
berpengalaman dan memahami permasalahan teknis sesuai dengan tugasnya dalam
pekerjaan.
Tenaga-tenaga tersebut bila diperlukan, harus melakukan pengukuran, menetapkan
titik-titik tetap pada staking out, melakukan penelitian/pengujian material,
menggambar, penyusunan laporan dan dokumentasi pekerjaan.

1.3.2 Persiapan

a. Kontraktor wajib menyediakan direksi keet sebagai tempat untuk melaksanakan


pengawasan, pengendalian pekerjaan, pekerjaan administrasi proyek dan lain lain
berkaitan dengan projek ini.
a. Kontraktor harus mempelajari gambar-gambar sebelum memulai pengukuran.
Kontraktor dan Konsultan Pengawas bersama-sama mengadakan penyesuaian
dan koreksi terhadap kenyataan di lapangan, terutama pada dimensi pekerjaan,
lokasi pekerjaan serta persesuaian dan kesepakatan atas hal tersebut di atas.
b. Kontraktor harus mempunyai informasi yang jelas tentang letak, lokasi, jenis
pekerjaan, gambar dan ukuran dari yang akan dikerjakan. Hasil pemeriksaan
harus diukur dalam buku ukur standar. Buku tersebut harus dijilid dan tidak
berupa lembaran yang terlepas.
c. Kontraktor harus memeriksa letak patok koordinat dan station. Bila diperlukan,
Kontraktor dapat meletakkan pada lokasi yang benar (dipindahkan).
d. Pada tempat-tempat dimana terdapat lokasi pekerjaan, harus dibuat gambar-
gambar kondisi asli (misal profil melintang dari jalan yang asli).

1.3.3 Pengendalian Mutu Bahan


a. Saat Pengadaan
Kontraktor bertanggungjawab untuk melakukan pemeriksaan dari suatu material
/ barang yang diperlukan dalam pekerjaan ini apakah memenuhi persyaratan
mutu, atau melebihi dari yang disyaratkan.
b. Saat Pelaksanaan
1. Konsultan Pengawas berhak untuk menolak material, barang, pekerjaan yang
tidak memenuhi persyaratan minimum yang disyaratkan.
2. Kontraktor bertanggungjawab untuk menyampaikan bukti-bukti yang
diperlukan baik bahan maupun hasil pekerjaan atau kedua-duanya yang
diminta oleh Konsultan Pengawas, atau disyaratkan dalam dokumen kontrak,
bahwa bahan atau pekerjaan tersebut memenuhi atau melampaui persyaratan
standar yang diperlukan. Bukti tersebut harus dalam bentuk tertulis
dalam bentuk copy laporan hasil pengujian yang disahkan.
3. Untuk pengendalian mutu bahan dan pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor
harus menempatkan seorang tenaga teknisi laboratorium yang
berpengalaman serta mampu untuk melaksanakan pengujian, penelitian serta
membuat campuran tanah tanam bila hal tersebut diperlukan. Hasil pengujian,
2
pemeriksaan mutu lapangan dan rencana campuran harus dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas.

1.3.4 Pengangkutan
a. Transportasi dan muatan lebih
1. Konsultan Pengawas akan mengatur batas muatan kendaraan yang diijinkan
dalam lingkungan pekerjaannya. Hal tersebut diperlukan demi keamanan
terhadap kerusakan struktur jalan dan jembatan dalam wilayah kerjanya.
2. Kontraktor bertanggungjawab atas kerusakan jalan maupun jembatan yang
disebabkan oleh kegiatan transportasi yang dilakukannya. Untuk itu
Kontraktor harus memelihara dan memperbaiki kerusakan tersebut atas beban
Kontraktor.
3. Bila menurut pandangan Konsultan Pengawas kegiatan pengangkutan yang
dilakukan oleh Kontraktor akan mengakibatkan kerusakan jalan, maka
Pemimpin Proyek / Konsultan Pengawas dapat memerintahkan Kontraktor
untuk menggunakan jalan alternatif. Penggunaan jalan alternatif ini tanpa
adanya pembayaran kompensasi dan Kontraktor tidak mempunyai hak untuk
menuntut kompensasi tersebut.

b. Tempat pembuangan material tak terpakai


1. Kontraktor harus mengatur pembuangan material tak terpakai (disposal
material) keluar lapangan pekerjaan atas biaya Kontraktor.
2. Kontraktor wajib menjaga dan mengatur kerapihan tempat pembuangan
material (disposal area) tersebut sehingga memuaskan Konsultan Pengawas.

1.3.5 Jadwal / Rencana Kerja


a. Jadwal Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan diperlukan untuk membuat rencana pelaksanaan pekerjaan
serta pengendalian pekerjaan.
b. Jadwal Keuangan
Jadwal keuangan diperlukan untuk membuat cash flow keuangan untuk
penyelesaian pekerjaan.
c. Analisa Jaring (net work planning) atau Precedence Diagram. Kontraktor wajib
membuat analisa jaring yang memperlihatkan awal mulai (early start) dan akhir
penyelesaian (latest finish) dari masing-masing kegiatan, dan ditunjukkan lintasan
kritisnya (critical path). Kontraktor juga wajib membuat secara terpisah, grafik atau
diagram dari program pelaksanaan pekerjaan kritisnya.
d. Jadwal Lainnya
Apabila diminta oleh Pemimpin Proyek atau Konsultan Pengawas, Kontraktor
wajib membuat jadwal, gambar, denah (peta), lokasi dan lain-lain informasi yang
diperlukan oleh Pemimpin Proyek atau Konsultan Pengawas.

3
1.3.6 Pembersihan Lapangan
a. Umum
Kontraktor wajib menjaga kebersihan daerah pekerjaan dari material sisa, sampah,
yang disebabkan oleh pelaksana pekerjaan. Pada saat selesainya pekerjaan,
Kontraktor wajib membongkar material sisa, sampah perkakas, peralatan, dan
material yang berlebih, serta membersihkan seluruh permukaan jalan dan median
yang tampak kotor. Sehingga meninggalkan pekerjaan dalam keadaan bersih dan
siap untuk dipakai.

b. Selama Pelaksanaan
Pembersihan harus dilaksanakan untuk menjamin lokasi pekerjaan dipelihara,
bebas dari timbunan material sisa, dan dan kotoran lainnya.
Material yang kering serta sampah harus dilembabkan dengan air tidak terbawa
angin.
Selama pekerjaan, tempat umum dan tempat kerja harus selalu terjaga
kebersihannya. Material sisa dan sampah harus dibuang ke luar lokasi pekerjaan.
Kontraktor harus menyediakan drum penampung untuk mengumpulkan material
sisa dan sampah, kemudian dibuang dari lokasi pekerjaan. Material sisa, kotoran
dan sampah harus dibuang pada tempat penimbunan yang ditunjuk.
Barang-barang yang disimpan harus disusun secara teratur sehingga mudah
untuk digunakan, tidak mengganggu lalu lintas dan drainase serta menyediakan
perlindungan yang memadai terhadap barang tersebut.
Kontraktor wajib mengurug kembali seluruh lubang dan galian yang dibuat
selama pekerjaan. Kontraktor harus membuang dan membersihkan sampah dan
material yang sudah tidak dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan.

c. Akhir Pelaksanaan
Pada akhir pelaksanaan Kontraktor harus meningggalkan lokasi pekerjaan dalam
keadaan bersih dan siap untuk digunakan oleh Pemilik Proyek. Kontraktor harus
mengembalikan ke keadaan semula bangunan tempat kerja yang tidak ditetapkan
untuk diubah.
Sebelum penyelesaian pekerjaan, jalan dan seluruh tempat yang telah digunakan
sehubungan dengan pekerjaan, harus dibersihkan dari sisa material dan sampah.
Tempat kerja harus ditinggalkan dalam keadaan yang rapi, bersih dengan
kelandaian serta ketinggian yang baik. Seluruh sisa perkakas dan material,
sampah dan kotoran harus dibawa ke luar dari tempat kerja.
Kontraktor harus mempekerjakan pekerja yang berpengalaman untuk
pembersihan akhir dan untuk penyiapan penyerahan pekerjaan kepada Pemilik
Proyek. Kontraktor wajib melakukan pemeriksaan hasil pekerjaan dari kerusakan
dan kotoran sebelum pembersihan akhir.

4
1.3. KANTOR LAPANGAN, GUDANG DAN NURSERY

1.4.1 Umum
Kontraktor wajib menyediakan direksi keet sebagai tempat untuk melaksanakan
pengawasan, pengendalian pekerjaan, pekerjaan administrasi proyek dan lain lain
berkaitan dengan projek ini. Kontraktor wajib memelihara, membersihkan dan menjaga
kantor lapangan sementara, gudang penyimpanan material dan penyimpanan tanaman
(Nursery) selama periode pelaksanaan pekerjaan. Pada saat selesainya pekerjaan,
Kontraktor harus membongkar kantor lapangan / sementara dan gudang sehingga
kondisi lokasi kembali seperti semula.

1.4.2 Kantor Lapangan dan Gudang Penyimpanan Material


a. Pelaksanaan
Apabila kantor lapangan berada di dalam wilayah jalan, Kontraktor harus
memperhatikan dan mentaati peraturan lalu lintas yang berlaku serta melaporkan
kepada Permimpin Proyek sebelum menetapkan lokasi dan melaksanakan
pemasangan instalasi / bangunan. Drainase pada komplek pusat kegiatan tersebut
harus berfungsi dengan baik. Kontraktor harus mengambil tindakan
pengamanan yang memadai untuk pencegahan kebakaran selama periode
penanaman maupun periode pemeliharaan.

b. Persyaratan Bangunan
Kantor lapangan harus baik secara struktur, kedap terhadap cuaca, dengan lantai
lebih tinggi dari permukaan tanah. Luas dan dimensi bangunan mencukupi
kebutuhan Kontraktor. Pada saat selesainya pekerjaan, Kontraktor harus
membongkar kantor lapangan / sementara dan gudang sehingga kondisi lokasi
kembali seperti semula

c. Perlengkapan dan Utilitas


Seluruh peralatan untuk masa konstruksi dan masa pemeliharaan disediakan oleh
Kontraktor. Kontraktor wajib menyediakan obat-obatan (P3K).
Atas biaya sendiri, Kontraktor harus melaksanakan pemasangan utilitas dan
perlengkapan sesuai kebutuhan Kontraktor.

d. Bila untuk suatu keadaan yang tidak terelakkan, dimana saluran air minum /
pembuangan, aliran listrik dan sebagainya yang sifatnya digunakan oleh umum
menjadi terganggu oleh pekerjaan ini, maka Kontraktor wajib mengusahakan
suatu cara penyelesaian sehingga fasilitas-fasilitas umum tersebut tetap berjalan
lancar sebagaimana mestinya.

1.4.3 Nursery
a. Umum
1. Nursery adalah lokasi yang cukup luas berbentuk bidang yang aman. Area ini
digunakan untuk memelihara dan mempersiapkan tanaman sehingga tanaman
5
siap dipindahkan ke tempat yang benar. Fungsinya termasuk menyimpan
semua peralatan, pupuk dan bahan pembantu pemeliharaan yang berkaitan
dengan kegiatan pertanaman, berbentuk bidang yang aman. Semua tanaman
harus diletakkan pada tempat yang teduh dengan keadaan tanah datar dan
bersih.
2. Nursery dibangun oleh kontraktor dengan ukuran 1000m2 dengan persetujuan
konsultan pengawas. Nursery menggunakan konstruksi bambu dan
dilengkapi dengan paranet, instalasi selang penyiraman dan pompa air. Pada
nursery juga terdapat kantor dan gudang kontraktor. kantor dilengkapi
dengan ruang kerja dan ruang rapat serta penginapan pekerja, sedangkan
gudang digunakan untuk penyimpanan peralatan kerja, peralatan
perlindungan/pengaturan lalu lintas dan material serta bahan lainnya sesuai
dengan kebutuhannya dan ketentuan dalam dokumen kontrak.
3. Peralatan dan bahan yang digunakan kontraktor diperiksa oleh konsultan
pengawas, untuk memastikan sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan dalam
kontrak. Bahan dan material berupa pupuk, pestisida dan obat-obatan lainnya
dalam keadaan kering dan bersih. Kekurangan peralatan, bahan dan material
harus dilengkapi agar tidak menghambat pelaksaan pekerjaan dilapangan.
4. Aplikasi Zat Perangsang Tumbuh (ZPT) seperti Rootane/Atonik dengan dosis
2-3 cc/liter dapat diaplikasikan pada bola akar tanaman pada saat tanaman
distok di Nursery. Selama tanaman disimpan di nursery tetap disiram rutin
dan dirawat dengan baik.
5. Tanaman yang disimpan di nursery diperiksa spesifikasinya oleh Konsultan
Pengawas. Pemeriksaan meliputi tinggi tanaman, diameter batang, kondisi
bola akar, percabangan dan daun serta dipastikan tanaman dalam keadaan
instant. Tanaman juga diperiksa jumlahnya dan selanjutnya diberi label
tanaman. Tanaman yang ditolak harus dikeluarkan dari nursery.
6. Tanaman di Nursery disusun dengan rapi dikelompokkan per jenis tanaman
dan dilengkapi dengan ajir bambu utuh agar memudahkan dalam
pemeriksaan, teratur dan nursery dalam kondisi bersih (tidak berantakan).
7. Kontraktor harus mengantisipasi musim kemarau yang ekstrem dengan
menggunakan alcosorb dengan takaran 50-100 gram perpohon. Alcosorb
ditanamkan pada area sekitar akar tanaman. Kontraktor juga dapat
memberikan mulsa dari irisan/cacahan pelepah batang pisang yang atau dapat
pula menggunakan tanaman apu-apu dari empang. Aplikasi mulsa lainnya
juga dapat diberikan apabila sudah mendapat persetujuan dari konsultan
pengawas. Antisipasi musim kemarau yang ekstrem juga dapat dilakukan
dengan mengintensifkan atau menambah armada penyiraman.
8. Aplikasi Pupuk Kandang dengan takaran 5-10 kg per pohon dapat
dilaksanakan pada musim kemarau. Aplikasi pupuk kandang diharapkan
dapat membantu penyerapan air dalam tanah serta memperbaiki stuktur
tanah. Pupuk Kandang dari kotoran sapi dan atau ayam yang sudah matang
atau jenis pupuk kandang lainnya yang sudah mendapat persetujuan
konsultan pengawas. Pupuk kandang diaplikasikan pada awal penanaman

6
dan pada masa perawatan, khususnya pada musim kemarau.
9. Dalam rangka perbaikan struktur tanah, kontraktor dapat melakukan aplikasi
EM4/BOKASHI dengan dosis 3-10 cc/liter. Aplikasi ini ditujukan untuk
memperbaiki struktur tanah dan menguntungkan bagi tanaman. Aplikasi
dapat dilaksanakan pada saat penanaman dan pada masa perawatan. Aplikasi
EM4/BOKASHI dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Konsultan
Pengawas.
10. Aplikasi pupuk NPK/PHONSKA 15-15-15 dapat diaplikasikan pada masa
perawatan dengan takaran 50-100 gram perpohon. Pemupukan NPK dapat
dilaksanakan pada sore hari dan dipendamkan ke dalam tanah sekitar akar
tanaman. Setelah pemupukan segera dilakukan penyiraman untuk
mengoptimalkan fungsi pupuk bagi tanaman.
11. Pemangkasan tunas air dilakukan khususnya pada pohon seperti Bunga Kupu-
kupu, Dadap Merah, Tabebula, Trambesi, Flamboyan dan atau Kecrutan agar
daun mengumpul pada bagian tajuk tanaman dan tanaman terlihat ideal,
estetik dan proposional.

b. Lokasi
1. Terletak pada area yang cukup datar dan tidak dengan permukaan/ lapisan
batuan.
2. Mudah dicapai dari jalan
3. Dekat dengan kantor proyek / tidak jauh dari Pos/ gerbang proyek
4. Terdapat / dekat dengan sumber air
Di area nursery harus disediakan cukup air untuk penyiraman. Sumber air
dari sumur atau air sungai yang mutunya memenuhi syarat. Semua tanaman
yang berada di nursery harus disiram 2 (dua) kali sehari pada pagi dan sore
hari.
5. Seluruh area nursery harus bebas dari genangan air / banjir.

c. Persyaratan
1. Harus memiliki keteduhan dengan cara :
 Menggunakan pelindung paranet dengan kerapatan 50 %
 Tiang penyangga dari bambu diameter 8 – 10 cm, tinggi 3 m dari
permukaan tanah, dipancang tegak lurus ke dalam tanah, dengan
perkuatan dibuat pada setiap sambungan
2. Luas cukup memadai
3. Maksimalisasi penggunaan material sehingga menghasilkan modul yang
maksimal (misal : memperhitungkan ukuran paranet, bambu yang ada di
pasaran )
4. Harus mempunyai sirkulasi udara yang baik

7
d. Fasilitas Perlengkapan Utilitas
1. Sumur / sungai sebagai sumber air
Untuk menjaga ketersediaan air, maka di lokasi nursery harus disediakan bak
penampung air sebagai berikut :
 Bak penampung air terbuat dari bahan fiberglass dengan kapasitas 1000 -
3000 liter, dilengkapi dengan pompa dan selang untuk penyiraman.
 Bak penampung air ditanam dalam tanah, agar memudahkan pengisian
dan pengambilan air saat penyiraman.
2. Generator sebagai sumber listrik
3. Rumah jaga
4. Penyimpanan pupuk & peralatan.
Untuk menunjang kegiatan pekerjaan, kontraktor harus menyediakan gudang
/ bedeng di area nursery yang dapat digunakan untuk menyimpan alat-alat,
pupuk dan lain-lain.
5. Petugas harus disediakan sebuah tempat peturasan yang memenuhi syarat
kesehatan.

Kontraktor bertanggungjawab atas keamanan wilayah nursery selama proyek


berlangsung dan masa pemeliharaan.
1.4.4 Pengukuran Hasil Pekerjaan

Pengukuran hasil pekerjaan kantor lapangan dan gudang didasarkan atas realisasi yang
telah disetujui Konsultan Pengawas. Penetapan nilai prestasi sesuai daftar kuantitas
dan harga adalah merupakan dasar pengukuran hasil kerja. Pembayaran untuk
pekerjaan menurut pasal ini sebagaimana ditentukan dalam pasal SL 1.6 Mobilisasi.

1.4. PEMBERITAHUAN UNTUK MEMULAI PEKERJAAN DARI KONTRAKTOR

a. Kontraktor diharuskan untuk memberikan penjelasan tertulis selengkapnya


kepada Konsultan Pengawas tentang tempat-tempat asal material yang
didatangkan ke lokasi untuk pelaksanaan pekerjaan.
b. Dalam keadaan apapun tidak dibenarkan untuk memulai pekerjaan yang sifatnya
permanen tanpa terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas.
c. Pemberitahuan yang lengkap dan jelas harus terlebih dahulu disampaikan
kepada Konsultan Pengawas. Penyerahan harus dalam jangka waktu yang cukup
sebelum dimulainya pelaksanaan bagian pekerjaan tersebut. Agar Konsultan
Pengawas mempunyai waktu yang cukup apabila diperlukan mengadakan
penelitian dan pengujian terlebih dahulu atas persiapan pekerjaan tersebut.

8
1.5. PENGATURAN DAN PENGAMANAN LALU LINTAS

1.6.1 Umum
a. Agar lalu lintas tetap berjalan lancar dan aman, Kontraktor harus mengusahakan
dan memelihara pada tempat-tempat yang tepat di dalam maupun di sekeliling
daerah pekerjaan : tanda-tanda lalu lintas, lampu-lampu, papan-papan
peringatan, rintangan-rintangan dan perlengkapan lainnya yang perlu sesuai
dengan petunjuk Pemimpin Proyek / Konsultan Pengawas untuk mengarahkan
dan keselamatan lalu lintas.
b. Pengaturan lalu lintas pada jalan (yang tidak disediakan jalur pemisah /median)
di mana pekerjaan sedang dikerjakan, harus dilaksanakan untuk panjang tertentu
dan lebar jalur paling sedikit 3,50 m pada bagian atau badan jalan. Pengaturan
menggunakan rubber cone dan sarana pengatur lalu lintas lainnya yang diperlukan
sesuai dengan gambar.
c. Pengaturan lalu lintas pada jalan (dengan jalur pemisah/median) harus
dilaksanakan untuk panjang tertentu dan menyediakan sarana pemisah jalur
berupa rubber cone dan sarana pengatur lalu-lintas lainnya sesuai dengan gambar.
d. Kontraktor harus selalu mengusahakan agar hambatan-hambatan, kesulitan-
kesulitan dan kelambatan-kelambatan lalu lintas dihindari.
Bila diperlukan, Konsultan Pengawas menghendaki, Kontraktor harus
menyediakan tenaga / pekerja untuk memastikan kontrol dan mengelola lalu
lintas.

1.6.2 Pelaksanaan Pekerjaan

a. Sarana
Kontraktor harus menyediakan sarana pengatur lalu lintas sebagaimana
disebutkan dalam gambar dan Daftar Kuantitas dan Harga. serta memelihara dan
membongkar setelah pekerjaan selesai. Pada akhir periode konstruksi, sarana
pengatur lalu lintas tersebut menjadi milik Kontraktor.

b. Pelaksanaan pengaturan lalu lintas


Pengaturan lalu lintas (traffic management) dilakukan selama periode konstruksi,
untuk kenyamanan dan keamanan pemakai jalan.
Pengaturan dan penempatan sarana pengatur lalu lintas harus mengikuti prosedur
/ ketentuan Pemimpin Proyek. Pelaksanaan pengaturan lalu lintas tersebut, harus
dikoordinasikan dengan pihak Pemimpin Proyek.

c. Perlengkapan
Untuk melindungi pekerjaan, Kontraktor harus memasang rambu-rambu dan alat-
alat pengaman lalu-lintas yang ditentukan oleh Konsultan Pengawas, agar
terjamin kelancaran serta keamanan lalu-lintas di jalur pekerjaan tersebut.

9
d. Tenaga Pengatur
Tenaga pengatur lalu lintas harus ditempatkan pada area kerja yang terganggu
kelancaran lalu-lintasnya. Petugas ini mengatur dan mengelola kelancaran dan
keamananan lalu-lintas tetap terjamin dan kegiatan pekerjaan tidak terganggu.

1.6.3 Pengukuran Hasil Pekerjaan


Pengukuran terhadap pengaturan dan pengamanan lalu-lintas didasarkan atas realisasi
di lapangan sebagai sarana pengganti lalulintas, dengan syarat bahwa pelaksanaan
pengaturan dan penanganan lalu-lintas itu menenuhi ketentuan-ketentuan dalam pasal-
pasal di atas.

1.6.4 Dasar Pembayaran


Pembayaran atas prestasi pekerjaan di atas, dibayar sesuai dengan harga borongan yang
telah disepakati dengan tahapan pembayaran sebesar jumlah biaya keseluruhan dibagi
dengan jumlah bulan untuk setiap kali permohonan pembayaran. Jumlah pembayaran
terdapat pada Daftar Kuantitas dan Harga untuk pekerjaan Pengaturan dan
Pengamanan lalulintas.
Pembayaran berdasarkan mata pembayaran ini harus sudah mencakup biaya
Kontraktor untuk upaya memenuhi kewajibannya dalam Pasal ini beserta butir-butir
pembayaran lain yang diuraikan dalam Spesifikasi Khusus yang dinyatakan tercakup
dalam pembayaran dalam Pasal ini.
Harga dan pembayaran merupakan kompensasi penuh untuk tenaga, material,
peralatan dan hal-hal lain yang perlu dilaksanakan untuk penyelesaian pekerjaan
sebaik-baiknya.

Apabila ternyata kebutuhan sarana pengatur lalu lintas tidak sesuai dengan ketentuan
yang ada (kebutuhan nyata di lapangan kurang), maka Kontraktor wajib memenuhi
kekurangan tersebut tanpa adanya tambahan biaya.
Bila Kontraktor gagal dalam melaksanakan pekerjaan ini, maka Pemimpin Proyek /
Konsultan Pengawas melalui pihak lain dapat mengambil alih pekerjaan ini untuk
pelaksanaannya, dan kepada Kontraktor akan ditagihkan seluruh biaya pelaksanaannya
ditambah 10 % dari seluruh biaya tadi.

Nomor dan Nama Mata Pembayaran Satuan Pengukuran


Pemeliharaan dan Perlindungan
1.5 Lump sum
Lalulintas

Pembayaran akan dilakukan dalam 3 (tiga) kali angsuran, sebagai berikut :


- 25 % (dua puluh lima persen) pada Sertifikat Bulanan Pertama
- 50 % (lima puluh persen) pada Sertfikat Bulanan dengan angsuran yang sesuai
dengan harga pekerjaan yang telah dikerjakan
- 25 % (dua puluh lima persen) pada Sertifikat Akhir.

10
1.6. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

1.7.1 Umum

a. Pekerjaan mobilisasi dan demobilisasi yang dimaksudkan dalam kontrak ini ialah
pekerjaan mobilisasi kantor, gudang, nursery dan peralatan yang diperlukan untuk
pekerjaan ini. Pekerjaan mobilisasi ini mencakup pula pekerjaan demobilisasi
(pembongkaran/pemulangan/pengiriman kembali), bila kontrak telah berakhir
dan atau peralatan tidak diperlukan lagi
b. Ukuran, bentuk, kapasitas dan hasil produksi peralatan hendaknya disesuaikan
dengan jenis, macam dan volume pekerjaan yang akan dilaksanakan. Dalam
mengajukan penawaran dan atau dalam kontrak, Kontraktor harus membuat
rincian peralatan, yang akan dimobilisasi dan demobilisasi.
c. Kontraktor diperbolehkan untuk merubah, mengurangi atau memperbaiki
susunan alat-alat, perlengkapan dan instalasi-instalasi tersebut tanpa
mempengaruhi biaya. Dengan syarat Konsultan Pengawas tidak berkeberatan
untuk setiap waktu dalam masa pelaksanaan tersebut.
d. Biaya mobilisasi dan demobilisasi tersebut harus termasuk biaya pembongkaran
alat-alat, perlengkapan, instalasi-instalasi itu sedemikian rupa sehingga bekas
tempat alat-alat, perlengkapan dan instalasi-instalasi tersebut kembali seperti
semula.

1.7.2 Program Mobilisasi


a. Persiapan
Segera setelah surat perintah kerja diterbitkan oleh Pemberi Tugas, Kontraktor
harus segera membahas rencana pelaksanaan mobilisasi bersama Pemimpin
Proyek dan Konsultan Pengawas. Pembahasan ini mencakup semua hal dan
rencana lengkap. Hasil pembahasan ini kemudian dikoordinasikan dengan
pekerjaan lain yang menyangkut pekerjaan struktur, mekanikal, elektrikal.
Terutama dalam melakukan pekerjaan pembentukan tanah dan penyelesaian
tanah agar tidak terjadi kesalahan, pembongkaran, pengrusakan yang tidak
diinginkan terhadap pekerjaan yang lain yang telah selesai dilaksanakan maupun
yang sedang dilaksanakan.
Pada saat pembahasan, Kontraktor harus sudah mempersiapkan secara tertulis
semua persiapan untuk mobilisasi, serta pelaksanaan pekerjaan. Semua saran atau
ketetapan hasil pembahasan tersebut, harus diserahkan kembali dalam waktu 7
hari setelah tanggal pembahasan tersebut.

b. Rencana Mobilisasi
Rencana mobilisasi harus dilengkapi dengan :
- lokasi pusat-pusat kegiatan seperti : kantor, tempat-tempat penyimpanan
bahan, nursery disertai denahnya.
- rencana pengangkutan alat dari dan kemana, jadwal pengiriman serta
tahapan menurut prioritasnya, cara pengiriman dan sebagainya.
11
- perubahan yang terjadi, yang menyimpang dari hasil pembahasan, harus
dilaporkan dan mendapat persetujuan Pemimpin Proyek / Konsultan
Pengawas.

c. Periode Mobilisasi
Kontraktor diwajibkan untuk menyerahkan program mobilisasi kepada Pemimpin
Proyek dan Konsultan Pengawas untuk diketahui dan disetujui.
Sebelum pelaksanaan pekerjaan, semua peralatan yang diperlukan harus sudah
berada di lapangan. Peralatan harus dalam kondisi baik dan siap pakai.

1.7.3 Pengukuran Hasil Pekerjaan


Pengukuran hasil pekerjaan mobilisasi didasarkan atas realisasi di lapangan yang
disetujui Pemimpin Proyek setelah diperiksa oleh Konsultan Pengawas.
Peralatan dan lain-lain yang tercantum pada rincian Daftar Kuantitas dan Harga yang
ternyata tidak dimobilisasi tidak akan dibayarkan.
Penetapan nilai prestasi pembayaran mobilisasi dan demobilisasi sebagaimana telah
disepakati dalam Daftar Kuantitas dan Harga merupakan dasar pengukuran hasil kerja
mobilisasi dan demobilisasi.

1.7.4 Dasar Pembayaran


Pembayaran-pembayaran dalam Pasal ini akan dilaksanakan dalam 3 (tiga) kali
angsuran untuk setiap mata pembayaran sebagai berikut :
- 30 % (tiga puluh persen) setelah selesai kantor, ruang laboratorium, gudang tempat
penyimpanan bahan dan fasilitas lainnya untuk kepentingan kontraktor
- 50 % (lima puluh persen) setelah pelaksanaan pekerjaan mencapai kemajuan 75 %
- 20 % (dua puluh persen) pada Sertifikat Akhir setelah selesainya seluruh
pembersihan dan pemulihan tempat kerja sebagaimana mestinya.

Nomor dan Nama Mata Pembayaran Satuan Pengukuran


1.6 Mobilisasi Lump sum

1.7. PERLINDUNGAN TERHADAP CUACA


Kontraktor harus mengusahakan, atas tanggungannya, langkah-langkah dan peralatan
yang perlu untuk melindungi pekerjaan dan bahan-bahan yang digunakan agar tidak
rusak oleh cuaca.

1.8. PENGUKURAN ATAS PEKERJAAN LEBIH


a. Pada keadaan dimana Kontraktor diperkirakan akan mengerjakan pekerjaan lebih,
baik dalan bentuk pekerjaan maupun material, dan dikehendaki untuk mendapat
pembayaran, maka sebelum pelaksanaan pekerjaan tersebut dimulai, kontraktor
harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pemimpin Proyek setelah
diperiksa oleh Konsultan Pengawas.

12
b. Pengukuran hasil pekerjaan lebih tersebut harus dikerjakan, dicatat dan diperiksa
oleh Konsultan Pengawas serta disetujui oleh Pemimpin Proyek pada saat
pekerjaan tersebut selesai dilaksanakan. Pengukuran yang dilakukan oleh
Kontraktor tidak akan dianggap sah.
c. Pemimpin Proyek dan Konsultan Pengawas akan membuat catatan tentang
pelaksanaan pekerjaan lebih tersebut, dan dicocokkan dengan catatan Kontraktor.
Catatan untuk menyelesaikan pekerjaan lebih tersebut meskipun telah disetujui,
tidak akan membuat Pemimpin Proyek terikat dalam menentukan nilai pekerjaan
lebih. Nilai pekerjaan lebih tersebut ditentukan dengan hasil pengukuran yang
dilakukan sesuai dengan ketentuan di atas.

1.9. GAMBAR RENCANA


a. Gambar Rencana merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Dokumen
Kontrak. Harus disadari bahwa revisi-revisi pada gambar perencanaan dan detail-
detail gambar mungkin akan diadakan dalam masa pelaksanaan.

b. Kontraktor wajib melaksanakan pekerjaannya sesuai dengan Gambar Rencana


dan Spesifikasi. Kontraktor tidak dibenarkan untuk menarik keuntungan dari
kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan pada gambar atau perbedaan
ketentuan dan isi spesifikasi pekerjaan.

c. Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas akan mengoreksi dan menjelaskan


gambar-gambar rencana tersebut untuk kelengkapan yang telah disebut dalam
spesifikasi. Dimana dimensi-dimensi dalam gambar dapat dihitung dengan teliti,
tidak dibenarkan untuk menganggap bahwa gambar-gambar tersebut dibuat pada
skala yang benar. Ada kemungkinan bahwa rencana gambar yang muncul berbeda
dengan kondisi yang ada. Oleh karena itu, pengukuran lain harus diambil atau
memberikan soft file untuk memfasilitasi pekerjaan di lapangan.

d. Penyimpangan keadaan lapangan terhadap gambar rencana yang ada akan


ditentukan selanjutnya oleh Pemimpin Proyek/Konsultan Pengawas dan akan
disampaikan kepada Kontraktor secara tertulis. Kondisi hasil pekerjaan yang telah
selesai harus sesuai dengan kedataran, kemiringan, bentuk penampang dan
dimensi seperti yang tercantum dalam gambar rencana, kecuali bila Pemimpin
Proyek / Konsultan Pengawas menentukan lain.

1.10. GAMBAR KERJA (SHOP DRAWING)

1.11.1 Umum

Pekerjaan ini meliputi pengukuran, penggambaran, penggandaan atas pekerjaan yang


akan dilaksanakan. Kontraktor harus membuat gambar kerja (shop drawings) tersebut
untuk menyediakan informasi seluruh aspek dari pekerjaan, baik yang tampak maupun
yang tidak, untuk memungkinkan pengendalian pelaksanaan oleh Pemimpin
Proyek/Konsultan Pengawas.
13
1.11.2 Pelaksanaan Pekerjaan
a. Kontraktor harus melakukan pengukuran dan penggambaran atas kondisi
lapangan pekerjaan sebelum pelaksanaan pekerjaan. Gambar Kerja (shop drawings)
tersebut harus sudah disampaikan kepada Konsultan Pengawas untuk dievaluasi
dan ditelaah ulang untuk mendapat persetujuannya. Konsultan Pengawas akan
memberikan rekomendasi atas Gambar Kerja tersebut.

b. Kontraktor harus membuat gambar kerja tersebut di atas kertas ukuran A-1 atau
ukuran yang diperintahkan oleh Konsultan Pengawas. Gambar-gambar kerja yang
diserahkan kepada Konsultan Pengawas dengan tembusan kepada Pemimpin
Proyek cukup copy dari Asli yang telah disetujui. Gambar Kerja tersebut harus
memuat garis-garis penampang akhir dan rencana pekerjaan yang akan
dilaksanakan.

1.11.3 Pengukuran Hasil Pekerjaan dan Dasar Pembayaran


Tidak diadakan pembayaran tersendiri atas pelaksanaan ketentuan pasal ini. Biaya-
biaya yang mungkin timbul atas pelaksanaan tersebut harus sudah diperhitungkan
sejak penawaran sampai dengan pelaksanaan kontrak oleh Kontraktor.
Apabila Kontraktor lalai untuk melaksanakan ketentuan pada pasal ini dimana
pekerjaan tersebut dinilai memerlukan shop drawings, maka Pemimpin Proyek /
Konsultan Pengawas dapat menghentikan pekerjaan yang sedang/akan dilaksanakan
sampai dengan ketentuan pasal ini dipenuhi.

1.11. GAMBAR TERLAKSANA/TERPASANG (AS BUILT DRAWING)

1.12.1 Umum
Pekerjaan ini meliputi pengukuran dan penggambaran atas pekerjaan yang benar-
benar dilaksanakan. Kontraktor harus membuat gambar hasil pelaksanaan (as built
drawings) untuk menyediakan informasi yang berdasarkan fakta perihal seluruh aspek
dari pekerjaan, baik yang tampak maupun yang tidak, untuk memungkinkan
modifikasi dimasa mendatang.

1.12.2 Pelaksanaan Pekerjaan


a. Kontraktor harus melakukan pengukuran dan penggambaran atas kondisi
lapangan pekerjaan sebelum dan sesudah pelaksanaan pekerjaan yang nyata-nyata
dilaksanakan.

b. Gambar terlaksana / terpasang (as built drawings) harus mendapat persetujuan


dari Pemimpin Proyek / Konsultan Pengawas. Seluruh gambar terlaksana tersebut
harus sudah disampaikan kepada Pemimpin Proyek / Konsultan Pengawas pada
saat proses serah terima sementara hasil pekerjaan.

14
c. Kontraktor harus membuat gambar hasil pelaksanaan di atas kertas ukuran A-1
atau ukuran yang lain sesuai perintah Pemimpin Proyek / Konsultan Pengawas.
Gambar hasil pelaksanaan pekerjaan penananam pohon terdiri dari gambar
denah tanaman yang menunjukkan juga jenis tanaman dan jumlahnya.

d. Gambar-gambar hasil pelaksanaan yang diserahkan kepada Pemimpin Proyek


/ Konsultan Pengawas adalah Asli yang telah disetujui. Gambar hasil
pelaksanaan tidak dijilid disertai 3 (tiga) cetak (copy) dari masing-masing gambar
yang diberi sampul dan dijilid, serta CD ROM yang berisi soft copy seluruh file
gambar-gambar tersebut dalam format AutoCAD.

e. Seluruh data dalam gambar terlaksana harus benar-benar akurat dan lengkap
dengan rincian sesungguhnya seperti :
- Perubahan yang dibuat oleh "Change Order" atau Perintah Lapangan
- Rincian yang tidak ada pada kontrak yang semula
- Dimensi tanaman dan dibedakan sesuai jenis tanamannya
Gambar hasil pelaksanaan ini harus disetujui oleh Pemimpin Proyek / Konsultan
Pengawas.

f. Biaya pengukuran dan penggambaran termasuk tenaga dan peralatan agar


diperhitungkan pada pekerjaan asli as built drawings, sedangkan copy
(penggandaan) dan penjilidan dihitung terpisah.

1.12.3 Pengukuran Pekerjaan


Pengukuran terhadap pekerjaan as built drawings, didasarkan atas lembar asli dan
lembar copy serta penyelesaian seluruh gambar hasil pelaksanaan dengan syarat harus
memenuhi ketentuan serta telah disetujui Pemimpin Proyek/ Konsultan Pengawas.

1.12.4 Dasar Pembayaran


Tidak diadakan pembayaran tersendiri atas pelaksanaan ketentuan pasal ini. Biaya-
biaya yang mungkin timbul atas pelaksanaan ketentuan pada pasal ini harus sudah
diperhitungkan sejak penawaran sampai dengan pelaksanaan kontrak oleh
Kontraktor.

Bila Kontraktor gagal dalam melaksanakan pekerjaan ini, maka Pemimpin Proyek /
Konsultan Pengawas melalui pihak lain dapat mengambil alih pekerjaan ini untuk
dilaksanakannya, dan kepada kontraktor akan ditagihkan seluruh biaya
pelaksanaannya ditambah 50 % dari seluruh biaya tadi.

15
BAB II

PERSIAPAN DAN PEKERJAAN TANAH

2.1. PEKERJAAN PERSIAPAN TANAH


a. Pekerjaan persiapan tanah ini meliputi pembongkaran / pemindahan /
pembersihan di area kerja dari benda / bekas bangunan / struktur bangunan yang
tidak berguna lagi, yang dapat mengganggu terlaksananya kelancaran kerja di
tempat tersebut dan dibuang keluar proyek.
b. Pohon / semak / rerumputan yang tidak diperlukan lagi di area kerja harus
disingkirkan berikut pokok dan akar-akarnya. Sampah-sampah tanaman / kotoran-
kotoran tanaman merupakan tanggung jawab Kontraktor untuk pembersihannya.
c. Persiapan dan pembentukan tanah untuk pekerjaan struktur atau berkaitan dengan
pekerjaan struktur merujuk pada pasal yang mengatur pekerjaan tersebut pada bab
persiapan tanah atau lahan untuk struktur.
d. Persipan dan pembentukan tanah untuk pekerjaan softscape diatur pada pasal
berikutnya dalam bab ini.

2.2. PEMBENTUKAN DAN PENYELESAIAN TANAH

a. Pekerjaan ini meliputi pekerjaan galian, urugan tanah, perataan tanah. Tanah yang
dipergunakan adalah tanah subur / top soil yang bebas dari kotoran / akar- akar
pohon.
b. Pembentukan dan penyelesaian tanah harus mengikuti bentuk / rencana grading,
kemiringan / kontur / peil yang tertera dalam gambar rencana lansekap.
c. Pekerjaan pananaman memerlukan pengurugan tanah yang mengandung bahan
organis.

2.3. PEMBERSIHAN LAHAN

a. Lahan yang telah siap untuk pelaksanaan suatu pekerjaan ataupun yang telah
selesai digarap harus dibersihkan dari bekas tanah galian dan bahan bangunan.

b. Lahan yang dipersiapkan untuk pekerjaan penanaman harus benar-benar


dibersihkan dari batu, kerikil, adukan, kapur, dan berbagai material bekas
bangunan, plastik dan bahan-bahan organis. Bahan-bahan tersebut dibuang keluar
dari lokasi proyek. Tanah untuk urugan, pelapisan tanah (top soil) adalah tanah
subur dan gembur.

c. Jenis tanaman yang ada pada lokasi pekerjaan dan tidak termasuk dalam rencana /
rancangan tapak harus disingkirkan dari lokasi pekerjaan dengan cara ditebang /
dicabut / dipotong dan sebagainya.

2.4. PENGUKURAN DAN PEMATOKAN LOKASI TANAM

Semua titik lokasi penanaman pohon harus diberi tanda dengan patok-patok yang diberi
cat sesuai tanaman yang tertera pada Gambar Rencana. Titik lokasi penanaman perdu
terluar sebagai batas kelompok tanaman yang sejenis harus diberi tanda untuk mendapat
16
persetujuan Konsultan Pengawas. Pematokan harus dilaksanakan dengan benar dan tepat
pada saat pengukurannya.
Apabila terjadi ketidak sesuaian pada kondisi lapangan, agar dilaporkan kepada
Konsultan Pengawas untuk menentukan lokasi patok yang disetujui.

2.5. PEKERJAAN PADA TANAH SUBUR

2.5.1. Lingkup Pekerjaan


 Pekerjaan ini meliputi penyediaan tenaga kerja, bahan-bahan, peralatan dan alat-alat
bantu yang dibutuhkan dalam terlaksananya pekerjaan ini untuk memperoleh hasil
yang baik.
 Pekerjaan tanah subur ini dilakukan untuk semua area penanaman, termasuk area
penanaman di antara concrete barrier pada median jalan.
 Khusus untuk penanaman perdu dalam area concrete barrier dilakukan pengerukan
tanah sedalam 40 cm dari permukaan concrete barrier. Area pengerukan kemudian
diisi kembali dengan campuran tanah subur dan pupuk kandang dengan
perbandingan 2 : 1 sampai 10 cm di bawah permukaan bibir concrete barrier (setelah
tanah disiram air).
 Khusus untuk penanaman rumput di dalam area concrete barrier, tanah ditambah
pupuk kandang setebal 5 cm yang kemudian diaduk dengan tanah urug yang ada.
 Khusus untuk penanaman pohon, tanah digali dengan ukuran 1m x 1 m x 1m dan
atau lebih kecil dari itu dengan persetujuan Consultan Pengawas. Tanah tersebut
dicampur dengan pupuk kandang untuk digunakan sebagai tanah subur / media
tanam.

2.5.2. Persyaratan Bahan


 Tanah yang digunakan harus terdiri dari tanah gembur, tidak berbatu atau tidak
terdapat puing-puing bekas bangunan, tidak ada sampah dan rumput/ tanaman
liar.
 Tanah yang digunakan harus bebas dari bibit hama, kutu maupun rayap.
 Digunakan pupuk kandang yang bermutu baik yang telah melalui masa
penimbunan selama minimum 6 bulan, sebagai campuran tanah gembur dengan
perbandingan 2 : 1 (tanah : pupuk), atau campuran tanah humus.
 Air siraman digunakan air tawar yang tidak mengandung minyak, asam alkali dan
bahan-bahan organis lainnya.
 Apabila dipandang perlu, Konsultan Pengawas dan atau Pemimpin Proyek dapat
meminta kepada Kontraktor, untuk memeriksakan air ke Laboratorium Pemeriksaan
Bahan yang resmi dan sah atas biaya Kontraktor.
 Pengendalian seluruh pekerjaan ini harus memenuhi syarat-syarat yang ditentukan
di atas dengan persetujuan Konsultan Pengawas dan atau Pemimpin Proyek

17
2.5.3. Syarat-syarat Pelaksanaan
 Tanah dan pupuk kandang yang digunakan, harus mendapat persetujuan Konsultan
Pengawas dan atau Pemimpin Proyek.
 Campuran tanah dan pupuk kandang harus merata, warna dan campurannya.
 Lapisan tanah subur harus sama ketebalannya sesuai yang disyaratkan dalam detail
gambar, diratakan dan disiram air.
 Tebal lapisan tanah subur / topsoil, termasuk dalam area concrete barrier minimum
30 cm atau sesuai dengan gambar.
 Pekerjaan selanjutnya dapat dikerjakan bilamana sudah mendapat persetujuan dari
pihak Konsultan Pengawas dan atau Pemimpin Proyek.

2.6. PENINGKATAN AERASI PADA TANAH LIAT


Keadaan fisik tanah tergolong baik apabila dapat menjamin pertumbuhan akar tanaman
dan mampu sebagai tempat aerasi dan lengas tanah, yang semuanya berkaitan dengan
peran bahan organik. Peran bahan organik yang paling besar terhadap sifat fisik tanah
meliputi : struktur, konsistensi, porositas, daya mengikat air, dan peningkatan ketahanan
terhadap erosi.

Pada tanah yang bertekstur halus (lempungan), pada saat basah mempunyai kelekatan
dan keliatan yang tinggi, sehingga sukar diolah (tanah berat), dengan tambahan bahan
organik dapat meringankan pengolahan tanah. Pada tanah ini sering terjadi retak-retak
yang berbahaya bagi perkembangan akar, maka dengan tambahan bahan organic
kemudahan retak akan berkurang. Pada tanah pasiran yang semula tidak lekat, tidak liat,
pada saat basah, dan gembur pada saat lembab dan kering, dengan tambahan bahan
organik dapat menjadi agak lekat dan liat serta sedikit teguh, sehingga mudah diolah.

Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk struktur agregat tanah,
yang berperan sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat
tanah. Bahkan bahan organik dapat mengubah tanah yang semula tidak berstruktur
(pejal) dapat membentuk struktur yang baik atau remah, dengan derajat struktur yang
sedang hingga kuat. Mekanisme pembentukan agregat tanah oleh adanya peran bahan
organik ini dapat terjadi dengan:
a. Penambahan bahan organik (pupuk kandang) yang dapat meningkatkan populasi
mikroorganisme tanah baik jamur dan actinomycetes. Melalui pengikatan secara
fisik butir-butir primer oleh miselia jamur dan actinomycetes, maka akan terbentuk
agregat walaupun tanpa adanya fraksi lempung;
b. Pengikatan secara kimia butir-butir lempung melalui ikatan antara bagian–bagian
negative dalam lempung dengan gugusan negatif (karboksil) senyawa organik
berantai panjang dengan perantaraan basa-basa Ca, Mg, Fe dan ikatan hidrogen;

18
Pori dalam tanah menentukan kandungan air dan udara dalam tanah serta menentukan
perbandingan tata udara dan tata air yang baik. Aerasi tanah sering terkait dengan
pernafasan mikroorganisme dalam tanah dan akar tanaman, karena aerasi terkait dengan
O2 dalam tanah. Dengan demikian aerasi tanah akan mempengaruhi populasi mikrobia
dalam tanah.

Pembentukan pori ini dapat dilakukan dengan cara:


a. Penambahan bahan kasar (berpasir) pada tanah pejal, akan meningkatkan pori
yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro. Dengan demikian akan
meningkatkan kemampuan menahan air.
b. Pemberian bahan organik (pupuk kandang) pada tanah halus lempungan, akan
meningkatkan pori meso dan menurunkan pori mikro. Dengan demikian akan
meningkatkan pori yang dapat terisi udara dan menurunkan pori yang terisi air,
sehingga akan terjadi perbaikan aerasi untuk tanah lempung berat. Pengaruh
bahan organik terhadap peningkatan porositas tanah di samping berkaitan
dengan aerasi tanah, juga berkaitan dengan status kadar air dalam tanah dan
dampaknya terhadap penurunan laju erosi tanah.

Hal ini dapat terjadi akibat dari perbaikan struktur tanah yaitu dengan semakin
mantapnya agregat tanah, sehingga menyebabkan ketahanan tanah terhadap pukulan air
hujan meningkat. Di samping itu, dengan meningkatnya kapasitas infiltrasi air akan
berdampak pada aliran permukaan dapat diperkecil sehingga erosi dapat berkurang.

2.7. PENGOLAHAN TANAH / PENINGKATAN PH TANAH


 Untuk meningkatkan pH menjadi netral perlu ditambahkan kapur / Dolomot,
jumlah kapur yang dibutuhkan tergantung dari masing-masing tingkat keasaman
area tersebut.
 Untuk hasil yang terbaik dari proses pengkapuran memerlukan waktu dua minggu
sebelum waktu penanaman. Pengkapuran dilakukan dengan mencampurkan tanah
subur, pupuk kandang matang dan 1 (satu) sendok makan Dolomit secara merata
untuk setiap 1 lubang pohon.
 Untuk penanaman yang sudah selesai, pemberian kapur dapat diberikan dengan
mencampur kapur dengan tanah pada permukaan (ditabur merata) dengan dosis
300 kg/1 ha.
 Untuk tanaman semak/perdu dan rumput, ditebarkan menyeluruh dan merata
pada permukaan tanah. Setelah dilakukan penebaran kapur/Dolomit, harus
dilakukan pencangkulan secara merata diseluruh area, agar terjadi proses yang
optimal.

2.8. PEMUPUKAN
Untuk meningkatkan unsur mikro dan makro yang dikandung tanah, pupuk kandang
yang telah matang harus dicampur dengan Bokasi/EM 4 serta dapat pula ditambahkan
Furadin.

19
2.9. PENGUKURAN HASIL PEKERJAAN DAN DASAR PEMBAYARAN
Tidak diadakan pembayaran tersendiri atas pelaksanaan ketentuan pasal ini.
Pengukuran hasil pekerjaan tersebut akan dibayar menurut Pasal SL.2.08. Harga Satuan
dan Pembayaran ini merupakan kompensasi penuh untuk semua pekerjaan yang sesuai
dengan Gambar, Spesifikasi dan Instruksi Konsultan Pengawas.
Biaya-biaya yang mungkin timbul atas pelaksanaan ketentuan pada pasal ini harus
sudah diperhitungkan sejak penawaran sampai dengan pelaksanaan kontrak oleh
Kontraktor.
Apabila ternyata Kontraktor lalai untuk melaksanakan ketentuan pada pasal ini, padahal
pekerjaan tersebut dinilai sangat diperlukan, maka Konsultan Pengawas dapat
menghentikan pekerjaan yang sedang/akan dilaksanakan sampai dengan ketentuan
pasal ini dipenuhi.

20
BAB III

PEKERJAAN PERKERASAN (HARDSCAPE)

3.1. UMUM
Pekerjaan perkerasan adalah semua pekerjaan di luar pekerjaan penanaman termasuk
pekerjaan pembuatan beton non struktural, pemasangan kanstin dan paving, pekerjaan
penutup lantai. Pekerjaan ini meliputi mobilisasi tenaga kerja, penyediaan material yang
dibutuhkan dan pembuatan pekerjaan perkerasan serta finishing.

3.2. BETON NON STRUKTURAL


Pekerjaan beton non struktural adalah pekerjaan beton yang dimaksudkan bukan
sebagai penahan beban bangunan atau struktur tertentu.

3.2.1. Lingkup Pekerjaan


a. Pekerjaan Beton Bertulang. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
- Dinding pembatas atau turap sederhana atau balok praktis seperti tercantum
dalam Gambar Kerja.
b. Pekerjaan Beton Tumbuk. Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
- Pembuatan lantai kerja atau pondasi beton tumbuk sesuai Gambar Kerja.

3.2.2. Standar/ Rujukan.


1. American Society for Testing dan Materials (ASTM).
2. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982).
3. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1991)
4. Standar Nasional Indonesia (SNI):
SNI.15-2049-2004 : Semen Portland/ Ordinary Portland Cement (OPC)

3.2.3. Prosedur Umum.


1. Pengajuan Contoh.
Sebelum pekerjaan konstruksi, Pelaksana Pekerjaan memberikan contoh/ sampel
material adukan semen yang digunakan sebelum pelaksanaan untuk diperiksa dan
mendapat persetujuan dari Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan.
2. Pengiriman dan Penyimpanan.
Semua semen dalam bungkusnya harus dikirimkan dan disimpan. Agregat harus
disimpan di atas permukaan yang bersih, bebas dari genangan air, memiliki sistem
drainase yang mencukupi, dan bebas dari bahan-bahan asing. Ketinggian tumpukan
tidak boleh lebih dari 120 cm, guna mencegah segregasi/ pemisahan.

3.2.4. Persyaratan Bahan.


a. Besi Beton
- Besi beton yang dipakai adalah dari mutu U-24 untuk diameter lebih kecil dari
 12 mm.
- Besi harus bersih dari lapisan minyak, lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-
serpih.
21
- Penampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan NI-2.
- Diameter besi beton yang dipasang harus sesuai dengan Gambar Kerja.
- Besi beton yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lapangan
kerja dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Konsultan
Pengawas.
- Kawat pengikat besi beton adalah dari baja lunak dan tidak disepuh / dilapis
seng. Diameter kawat lebih besar atau sama dengan 0,40 mm. Kawat pengikat
besi beton harus memenuhi syarat-syarat dalam NI-2 (PBI-1991)
b. Semen.
Semen sebaiknya Semen Portland (PC) tipe I yang memenuhi standar SNI.15-2049-
2004 atau ASTM C150-89, dan PBI 1991 serta harus disetujui terlebih dahulu oleh
Pemberi Tugas / Pengawas Lapangan. Produk yang digunakan berasal dari Semen
Tiga Roda, Semen Gresik, Semen Tonasa atau setara. Semen Portland yang
digunakan harus dari satu nama/merk yang sama.
c. Pasir.
Pasir yang digunakan adalah jenis pasir pasang dengan butir-butir yang tajam,
bersih dari tanah dan lumpur dan tidak mengandung bahan-bahan organis. Pasir
yang dipakai harus Pasir Beton.
d. Koral beton / Split
- Koral beton / spleet harus bersih, keras, padat, memiliki ujung kasar/bersudut
tajam, tidak mengandung bahan perusak seperti lumpur, tanah liat atau bahan
organic lain dan tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai
dengan syarat-syarat NI-2 atau ASTM C 33
- Penyimpanan / penimbunan koral beton dengan pasir harus dipisahkan satu
sama lain, hingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan perbandingan
adukan beton yang disyaratkan.
e. Ai r.
Air yang dipakai harus bebas dari lumpur, minyak, asam, basa, garam, bahan
organik dan kotoran lainnya dalam jumlah yang dapat merusak. Air yang telah
diketahui kualitasnya dan sesuai untuk konsumsi air minum manusia, tidak perlu di
tes lagi. Akan tetapi, untuk mengantisipasi segala kemungkinan, jenis air lainnya
harus dites dan harus disetujui terlebih dahulu oleh Pemberi Tugas / Pengawas
Lapangan.

f. Campuran.
Campuran untuk meningkatkan kekedapan air dan untuk sambungan harus berasal
dari produk yang telah teruji, dan harus disetujui terlebih dahulu oleh Pemberi
Tugas/ Pengawas Lapangan.

g. Acuan / bekisting dan perancah.


- Papan acuan / bekisting dibuat dari multiplex tebal 9 mm.
- Balok-balok pengaku dan pengikat papan acuan dari kaso 5/7.
- Perancah disyaratkan memakai perancah besi, tidak diperkenankan
mempergunakan balok kaso 5/7 atau bambu.

22
3.2.5. Pelaksanaan
a. Beton Bertulang.
- Campuran dan mutu beton
 Campuran adalah 1pc : 2ps : 3Kr.
 Mutu beton yang disyaratkan dalam pekerjaan beton bertulang non
struktural ini adalah K-175.

- Pembesian
 Pembuatan tulangan-tulangan untuk batang lurus atau yang
dibengkokkan, sambungan, kait-kait dan sengkang (ring) persyaratannya
harus sesuai NI-2 (PBI-1991).
 Pemasangan dan penggunaan tulangan beton harus sesuai dengan
Gambar Kerja.

Tulangan beton harus diikat dengan kuat untuk menjamin agar besi tulangan
tersebut tidak berubah tempat selama pengecoran, dan harus bebas dari papan
acuan / bekisting atau lantai kerja dengan memasang selimut beton dan
bantalan beton (beton decking) sesuai dengan NI-2 (PBI-1991).

- Acuan / bekisting
 Acuan harus dipasang sesuai dengan bentuk dan ukuran-ukuran yang
telah ditetapkan dalam Gambar Kerja.
 Acuan harus dipasang sedemikian rupa dengan perkuatan-perkuatan,
sehingga cukup kokoh dan dijamin tidak berubah bentuk dan
kedudukannya selama pengecoran berlangsung.
 Acuan harus rapat (tidak bocor), permukaannya licin, bebas dari kotoran
tahi gergaji, potongan kayu, tanah, lumpur dan sebagainya.

- Cara pengadukan.
 Takaran untuk semen portland, pasir dan kerikil/spleet harus disetujui
terlebih dahulu oleh Konsultan Pengawas. Adukan harus dicampur
dengan jumlah yang dibutuhkan untuk digunakan dalam satu waktu
sehingga tidak ada adukan yang terbuang.
 Cara pengadukan harus menggunakan beton molen.
 Semua bahan kecuali air, harus diaduk dengan benar dalam sebuah wadah
atau dalam alat pengaduk semen yang disetujui, sampai adukan
menghasilkan warna yang sama. Setelah itu ditambahkan air dengan
jumlah yang tepat, dan pengadukan dilanjutkan.
 Waktu pengadukan minimum harus 1 sampai 2 menit untuk aplikasi.
Adukan semen yang tidak digunakan dalam waktu lebih dari 45 menit
setelah pengadukan, tidak boleh digunakan lagi.

23
- Pengecoran Beton.
 Sebelum pelaksanaan pengecoran, Kontraktor diwajibkan me- laksanakan
pekerjaan persiapan dengan membersihkan dan menyiram cetakan-
cetakan sampai jenuh, pemeriksaan ukuran-ukuran dan ketinggian,
pemeriksaan penulangan dan penempatan penahan jarak.
 Pengecoran beton hanya dapat dilaksanakan atas persetujuan Konsultan
Pengawas.
 Pengecoran harus dilakukan dengan menggunakan alat penggetar beton
untuk menjamin beton cukup padat, dan harus dihindarkan terjadinya
cacat pada beton seperti keropos dan sarang-sarang koral / spleet yang
dapat memperlemah konstruksi.
 Pekerjaan pengecoran beton harus selesai seketika. Apabila pengecoran
beton akan dihentikan dan diteruskan pada hari berikutnya, maka tempat
perhentian tersebut harus disetujui Konsultan Pengawas.
 Beton harus dilindungi dari sinar matahari langsung, hingga tidak terjadi
penguapan terlalu cepat.
 Persiapan perlindungan atas kemungkinan datangnya hujan, harus
diperhatikan.

- Pekerjaan pembongkaran acuan / bekisting.


Pekerjaan pembongkaran acuan / bekisting hanya boleh dilakukan dengan ijin
tertulis dari Konsultan Pengawas. Setelah bekisting dibuka, tidak diijinkan
mengadakan perubahan apapun pada permukaan beton tanpa persetujuan
Konsultan Pengawas.

- Pekerjaan pembuatan balok praktis / lintel dan ring balok.


Pemasangan balok praktis / lintel dan ring balok :
 Di tepi atas / akhir dari dinding pasangan bata yang bebas sebagai ring
balok setiap luas 9 m2 pasangan dinding bata yang tinggi.
 Ukuran balok pratis adalah 13 x 13 cm, 13 x 20 cm, atau sesuai Gambar
Kerja.
 Dan atau seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
Penulangan beton balok praktis sesuai Gambar Kerja. Pada setiap pertemuan
dinding pasangan bata dengan ring balok beton maupun beton lainnya seperti
tercantum dalam Gambar Kerja harus diperkuat angker  8 mm, setiap jarak
50 cm. yang terlebih dahulu telah ditanam dengan baik pada bagian pekerjaan
kolom dan balok praktis ini. Bagian yang tertanam dalam pasangan bata
minimal sedalam 30 cm. kecuali ditentukan lain.

b. Pekerjaan Beton Tumbuk.


Komposisi :

- Perbandingan 1 semen dan 2 pasir digunakan untuk adukan di tempat basah/


lembab pada 150 mm di bawah permukaan tanah sampai dengan 200 mm di
atas finishing lantai (seperti yang ditunjukkan/tidak ditunjukkan dalam
24
gambar), acian untuk permukaan beton ekspos, dan di tempat-tempat lain
yang ditunjukkan dalam gambar.
- Perbandingan 1 semen dan 4 pasir digunakan untuk semua pekerjaan acian pada
daerah kering, selain pengecualian yang ditunjukkan dalam gambar.
- Campuran kedap air harus diaplikasikan pada adukan semen sesuai dengan
rekomendasi produsen, agar menghasilkan lapisan kedap air (waterproofing)
dan sambungan yang efektif.

3.3. PEKERJAAN PASANGAN BATA


3.3.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
Pembuatan dinding bata press yang direkatkan dengan adukan semen, termasuk segala
hal yang berhubungan dengan pekerjaan bata seperti yang ditunjukkan dalam gambar
dan/atau seperti yang disebutkan di sini.

3.3.2. Standar/Rujukan
a. Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia (PUBI-1982).
b. Peraturan Beton Bertulang Indonesia (PBI 1991)
c. Standar Industri Indonesia (SII) dan/atau Standar Nasional Indonesia (SNI).
d. American Society for Testing dan Materials (ASTM).

3.3.3. Persyaratan Bahan.


a. Bata
- Bata yang dipakai adalah dari mutu yang terbaik, setaraf bata F, ukuran 8 x 4 x 24
cm. dengan pengepresan sempurna dan merata. Bata yang dipakai harus bebas
dari cacat, retak, cat atau adukan, mempunyai sudut siku dan ukuran yang
seragam dan langsung didatangkan dari pabrik atau penjual.
- Kontraktor diwajibkan mengajukan contoh disertai data teknis dari bata yang
akan dipakai kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan.
- Unit bata harus dibuat dari bahan yang baik dan harus memenuhi PUBI-1982
dan/atau SII-0021/SNI.15-2094-1991.
b. Semen. Sesuai dengan pasal 3.2.4
c. Pasir. Sesuai dengan pasal 3.2.4
d. Air. Sesuai dengan pasal 3.2.4
e. Adukan Semen
Adukan Semen harus memenuhi Spesifikasi Adukan Semen. Adukan Semen untuk
pasangan bata harus terdiri dari perbandingan 2 pasir dengan 1 PC (Portland
Cement). Adukan kedap air harus dibuat dengan menambahkan kompon kedap air
ke dasar adukan, seperti yang disebutkan dalam Spesifikasi Adukan Semen.

25
3.3.4. Pelaksanaan
a. Umum.
- Dinding harus diklasifikasikan sebagai pasangan bata setebal 150 mm, disusun
dengan adukan semen dan disatukan seperti yang disebutkan di sini. Semua unit
harus disusun dengan adukan semen, dan semua sambungan harus diisi dengan
spesi/ aduk.
- Dalam pelaksanaan pekerjaan ini, Kontraktor harus memperhatikan detail
bentuk profil, sambungan dan hubungan dengan material lain dan
melaksanakannya sesuai dengan yang tercantum dalam Gambar Kerja.
- Pekerjaan bata harus dibangun dengan tata cara yang sama dalam pengukuran
dan garis ketinggian yang tepat. Pemasangan bata harus rapi, sama tebal, lurus,
tegak dan pola ikatan harus terjaga baik di seluruh pekerjaan. Pertemuan sudut
antara dua dinding harus rapi dan siku seperti tercantum dalam Gambar Kerja.
- Bata harus dapat dibongkar, dikurangi/ ditambah ketinggiannya jika
diperlukan, untuk mencapai ketinggian yang disyaratkan.

b. Aduk perekat / spesi.


- Aduk perekat / spesi untuk pasangan bata kedap air adalah campuran 1pc : 3 ps
untuk :
 Dinding pasangan bata daerah basah.
 Dinding pasangan bata yang langsung berhubungan dengan luar.
 Saluran.
- Untuk semua pasangan bata terhitung dari P +0,20 ke atas, dipakai aduk
perekat/spesi campuran 1pc : 5ps terkecuali yang disyaratkan kedap air seperti
tercantum dalam Gambar Kerja.
- Persyaratan pembuatan adukan harus sesuai dengan 3.2.4
c. Pasangan bata
1) Sebelum pemasangan, bata harus direndam dalam air bersih dulu sehingga
jenuh. Pada saat diletakkan, tidak boleh ada genangan air di atas permukaan
bata tersebut.
2) Semua bata harus tetap basah selama proses konstruksi dan harus disusun
agar membentuk pola yang dapat tersambung oleh adukan semen. Dalam
satu hari, ketinggian unit pasangan bata tidak boleh lebih dari 150 cm untuk
dipasang kolom praktis setiap 12 m2 luas dinding. Susunan bata harus
mengikuti peraturan yang benar, yaitu antara lapisan satu dengan lapisan
lainnya harus memiliki jarak setengah dari panjang bata. Semua sambungan
bata harus diisi dengan adukan semen dan sambungan harus rata dan sama
ketebalannya. Jarak rata-rata adalah 12.5 mm dengan toleransi 2.5 mm.
3) Pekerjaan pemasangan bata harus benar-benar vertikal dan horizontal.
Pengukuran dilakukan menggunakan tiang lot dan harus diukur dengan
tepat. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau
pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm.
vertikal dan horizontal. Sudut-sudut dan pekerjaan lain yang lebih sulit
harus disusun dengan penopang dan tidak dinaikkan melebihi 100 cm.

26
Toleransi vertikal maksimum per 400 cm adalah 10 cm. Jika melebihi,
Kontraktor harus membongkar / memperbaiki dan biaya untuk perkerjaan
ini ditanggung oleh Kontraktor, tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan
tambah.
4) Semua pasangan bata yang tertanam dalam tanah harus dilapis aduk kasar
sampai setinggi permukaan tanah.
5) Setelah bata terpasang dengan adukan, siar-siar harus dikerok dengan
kedalaman 1 cm. dengan rapi dan dibersihkan dengan sapu lidi, kemudian
disiram air dan siap menerima plesteran.
6) Sebelum diplester, permukaan pasangan bata harus dibasahi dengan air
terlebih dahulu dan siar-siar telah dikerok dan dibersihkan.
7) Pembuatan lubang pada dinding pasangan bata untuk perancah sama sekali
tidak diperkenankan.
8) Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari
5%. Bata yang patah lebih dari 2 (dua) bagian tidak boleh digunakan.
9) Ketebalan jadi (setelah difinish dengan plester aci) harus:
- Dinding bata 1⁄2 batu, harus setebal 15cm.
- Dinding bata 1 batu, harus setebal 25 cm.
d. Pasangan Bata Untuk Kotak/ Wadah.
Pasangan bata untuk wadah saluran pipa dan sebagainya harus dipasang serta
dibentuk secara akurat sebagaimana yang dibutuhkan. Posisi dan dimensi pasangan
tersebut harus sesuai dengan yang ditunjukkan dalam gambar dan ditunjukkan
oleh Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan.
e. Perlindungan dan Pembersihan.
a. Komponen lansekap dan permukaan-permukaan yang telah difinishing harus
dilindungi dari kerusakan selama pelaksanaan pekerjaan.
b. Pekerjaan blok dinding yang baru dipasang harus dilindungi dari kerusakan
akibat terlalu cepat kering, permukaan air dan benturan yang merusak.
f. Pemeliharaan:
Selama pasangan dinding bata belum difinish, Kontraktor wajib untuk memelihara
dan menjaga atas kerusakan atau pengotoran oleh bahan lain. Apabila pada saat di-
finish terdapat kerusakan, berlubang dan lain sebagainya, Kontraktor harus
memperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh Konsultan Pengawas. Biaya
ini ditanggung oleh Kontraktor dan tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.

3.4. PEKERJAAN PLESTERAN


3.4.1. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan yang dimaksud meliputi :
- Plesteran aci halus untuk dinding pasangan bata press dan permukaan beton
- Plesteran kedap air
- Plesteran biasa
- Pekerjaan plesteran lainnya seperti terurai dalam Gambar Kerja.

27
3.4.2. Persyaratan Bahan
a. Semen. Sesuai dengan pasal 3.2.4
b. Pasir. Sesuai dengan pasal 3.2.4
c. Air. Sesuai dengan pasal 3.2.4
d. Campuran plesteran yang dimaksud adalah campuran dalam volume.
e. Pekerjaan plesteran dapat dilaksanakan bilamana pekerjaan dinding pasangan bata
atau bidang beton telah disetujui secara tertulis oleh Konsultan Pengawas.
f. Jenis plesteran.
- Plesteran kasar adalah plesteran dengan permukaan tidak dhaluskan. Campuan
plesteran kasar adalah campuran aduk kedap air,yaitu 1pc : 3ps. Dipakai untuk :
 Menutup permukaan dinding pasangan yang tertanam di dalam tanah
hingga ke permukaan tanah dan atau lantai.
 Menutup permukaan dinding pagar yang menghadap tetangga.
- Plesteran biasa adalah campuran 1pc : 5ps. Aduk plesteran ini untuk pasangan
bata dan batu tempel serta untuk menutup semua permukaan dinding pasangan
bagian dalam bangunan, yang dinyatakan tidak kedap air seperti tercantum
dalam Gambar Kerja.
- Plesteran kedap air adalah campuran 1pc : 3ps. Aduk plesteran ini untuk :
 Menutup semua permukaan dinding pasangan pada bagian luar / tepi luar
bangunan.
 Semua bagian dan keseluruhan permukaan dinding pasangan yang
disyaratkan harus kedap air seperti tercantum dalam Gambar Kerja hingga
ketinggian 150 cm. dari permukaan lantai.
 Semua pasangan bata di bawah permukaan tanah hingga ketinggian sampai
20 cm. dari permukaan lantai, kecuali ditentukan lain dalam Gambar Kerja.
- Plesteran halus / aci halus adalah campuran PC dengan air yang dibuat
sedemikian rupa sehingga diperoleh campuran yang homogen. Plesteran halus
ini merupakan pekerjaan penyelesaian akhir dari dinding pasangan. Pekerjaan
plesteran halus ini dilaksanakan sesudah aduk plesteran sebagai lapisan dasar
telah berumur 8 (delapan) hari, atau sudah kering benar.

3.4.3. Pelaksanaan.
a. Persiapan dan Pembersihan Permukaan
1) Semua permukaan yang akan diberi adukan semen harus bebas dari karbonat
dan bahan-bahan yang tidak diinginkan.
2) Aplikasi adukan semen dapat digunakan setelah semua pekerjaan pemasangan
selesai. Semua bagian yang akan diberi adukan semen adalah yang telah
terlindungi di bawah atap.
3) Permukaan yang akan diaci tidak boleh berumur lebih dari dua minggu,
kemudian permukaan harus dibasahi terlebih dahulu dengan air sampai
terlapisi air.
4) Untuk permukaan dinding pasangan, sebelum diplester harus dibasahi terlebih
dahulu dan siar-siarnya dikerok sedalam kurang lebih 1 cm.
5) Acian untuk Permukaan Beton.
28
- Permukaan beton yang akan diaci harus harus dibersihkan dari sisa-sisa
bekisting, kemudian dikasarkan (“scratched”) dan bebas dari bahan-bahan
yang tidak diinginkan dan dibasahkan dulu dengan air. Semua lubang -
lubang bekas pengikat bekisting atau form tie harus tertutup aduk
plesteran, baru kemudian diaci.
- Permukaan beton yang akan diaci harus bebas dari cat, minyak, lemak dan
sebagainya.
- Permukaan beton harus dibersihkan dengan sikat kawat. Setelah pekerjaan
acian selesai dan mengeras, permukaan harus diperbaiki dengan siraman
air.
- Acian yang tidak sempurna seperti permukaan yang tidak rata, retak dan
sebagainya harus diganti dan diperbaiki.

b. Adukan
1) Cara pengadukan sesuai dengan pasal 3.2.5. a. point Cara Pengadukan.
2) Adukan semua jenis plesteran tersebut di atas harus disiapkan sedemikian rupa
sehingga selalu dalam keadaan masih segar dan belum mengering pada waktu
pelaksanaan pemasangan.
3) Kontraktor harus mengusahakan agar tenggang waktu antara waktu
pencampuran aduk plesteran dengan waktu pemasangan tidak melebihi 30
menit, terutama untuk plesteran kedap air.

c. Kontraktor harus menyediakan Pekerja / Tukang yang ahli untuk pelaksanaan


pekerjaan plesteran ini, khususnya untuk plesteran aci halus.

d. Mutu aplikasi adukan


1) Terkecuali untuk plesteran kasar, permukaan semua aduk plesteran harus
diratakan. Permukaan plesteran tersebut khususnya plesteran halus / aci harus
rata, tidak bergelombang, penuh dan padat, tidak berongga dan berlubang,
tidak mengandung kerikil ataupun benda-benda lain yang membuat cacat.
2) Untuk semua bidang dinding yang akan dilapis dengan cat / wallpaper dipakai
plesteran aci halus di atas permukaan plesterannya. Untuk bidang dinding
pasangan yang menggunakan bahan / material akhir lain, permukaan
plesterannya harus diberi alur-alur garis horizontal untuk memberikan ikatan
yang lebih baik terhadap bahan / material yang akan digunakan tersebut.
3) Untuk setiap pertemuan bahan / material yang berbeda jenisnya pada satu
bidang datar, harus diberi naat / celah dengan ukuran lebar 7 mm. dan dalam 5
mm.
4) Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau
pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 2 m.

29
d. Ketebalan
Ketebalan plesteran harus mencapai ketebalan permukaan dinding / kolom seperti
yang dinyatakan dan dicantumkan dalam Gambar Kerja atau sesuai dengan yang
ditetapkan oleh Konsultan Pengawas. Tebal plesteran adalah minimal 1 cm. dan
maksimal 2 cm. Jika ketebalan melebihi 2 cm, maka diharuskan menggunakan
kawat ayam yang diikatkan / dipakukan ke permukaan dinding pasangan yang
bersangkutan, untuk memperkuat daya lekat plesteran.

e. Penghalusan.
Penghalusan permukaan harus dilakukan setelah acian terlapisi siraman air
sehingga acian menjadi halus tanpa retak dan acian berumur 8 hari atau telah benar-
benar kering.

f. Pekerjaan plesteran dinding hanya diperkenankan setelah selesai pemasangan


instalasi pipa listrik, pipa plumbing, untuk seluruh bangunan.

g. Pemeriksaan dan Pengetesan.


Segala macam hasil yang tidak memuaskan harus diperbaiki dan dikerjakan dengan
tata cara yang sama seperti sebelumnya tanpa ada biaya tambahan kepada pemilik
Konsultan Pengawas.

3.4.4. Pemeliharaan.
a. Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung dengan
wajar. Hal ini dilakukan dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat
kering dan melindunginya dari sinar matahari langsung dengan bahan penutup
yang dapat mencegah penguapan secara cepat. Pembasahan tersebut adalah selama
7 (tujuh) hari setelah pengacian selesai, Kontraktor harus selalu menyiram dengan
air sekurang- kurangnya 2 (dua) kali sehari sampai jenuh.
b. Selama permukaan plesteran belum dilapis dengan bahan / material akhir,
Kontraktor wajib memelihara dan menjaganya terhadap kerusakan- kerusakan dan
pengotoran dengan biaya ditanggung oleh Kontraktor, dan tidak dapat di-klaim
sebagai pekerjaan tambah.
c. Tidak dibenarkan pekerjaan penyelesaian dengan bahan / material akhir di atas
permukaan plesteran dilakukan sebelum plesteran berumur lebih dari 2 (dua)
minggu, cukup kering, bersih dari retak, noda dan cacat lain seperti yang
disyaratkan tersebut di atas.
d. Apabila hasil pekerjaan tidak memenuhi semua yang disyaratkan oleh Konsultan
Pengawas, maka Kontraktor harus membongkar dan memperbaiki sampai disetujui
oleh Konsultan Pengawas. Biaya untuk perbaikan tersebut ditanggung oleh
Kontraktor dan tidak dapat dijadikan sebagai pekerjaan tambah.

30
3.5. PEKERJAAN BETON RABAT DAN KANSTIN
3.5.1. Lingkup Pekerjaan.
Pekerjaan terdiri dari unit kanstin yang ditempatkan dan disusun dekat adukan semen,
termasuk segala hal yang berhubungan dengan pekerjaan bata seperti yang ditunjukkan
dalam gambar dan/ atau seperti yang disebutkan di sini.

3.5.2. Persyaratan Bahan


1. Beton Rabat dibuat dari adukan 1 pc : 2 ps : 3 kr, sehingga menghasilkan mutu beton “fc’
= 15 mPa atau K.175.
2. Kanstin
a. Terbuat dari beton cetak yang memenuhi mutu SII
b. Kuat tekan : 400 kg/ cm2.
c. Ukuran per unit : 15 x 40 x 30 cm
d. Standard kualitas : Produksi Conbloc Indonesia, Cisangkan atau setara
3. Kanstin yang digunakan merupakan kanstin yang khusus digunakan pada pedestrian
yang disebut kanstin jepit.

3.5.3. Pemasangan dan Pelaksanaan


1. Pekerjaan harus sesuai dengan gambar dan mendapat petunjuk serta persetujuan
Pemberi Tugas/ Pengawas Lapangan.
2. Tanah harus dipadatkan dalam keadaan rata.
3. Antara tanah dan beton rabat harus diberi pasir minimal tebal 10 cm atau sesuai
dengan gambar.
4. Pada waktu pemasangan kanstin harus dijaga kerapihannya dan cukup kokoh supaya
tidak berubah kedudukannya.
5. Apabila diperlukan water inlet, maka harus dipasang dipasang terlebih dahulu pada
lokasi sesuai dengan gambar rencana dengan kemiringan saluran minimal 2 %.
6. Water inlet yang bertemu dengan pasangan kanstin merupakan satu kesatuan dengan
kanstin dan dihubungkan dengan saluran air menuju saluran drainase sesuai spesifikasi
teknis pada gambar.

3.6. PEKERJAAN PAVING BLOCK


Paving block merupakan suatu komposisi bahan bangunan yang dibuat dari campuran
semen Portland atau bahan perekat hidrolis sejenisnya, air dan agregat dengan atau tanpa
bahan tambahan lainnya yang tidak mengurangi mutu bata beton itu.

31
Produk tersebut dibuat dengan mesin secara otomatis melalui proses vibrating dan
tekanan, dengan sistem pengisian bahan (factor feeding system) yang mempengaruhi
kualitas produk. Proses produksi dilengkapi dengan batching plant untuk proses
pencampuran bahan dan alat pengendali kandungan air (water moisture control).
Kekonstanan humidity adukan dan produk dapat terjaga dengan menambahkan teknologi
pengembunan (fogging).

3.6.1. Lingkup Pekerjaan


a. Menyediaan tenaga kerja, bahan-bahan yang diperlukan, peralatan dan termasuk
alat-alat bantu lainnya untuk melaksanakan pekerjaan ini dengan baik dan
sempurna.
b. Pekerjaan ini meliputi :
- Persiapan area sub grade dan sub base.
- Urugan pasir dan pemadatannya. (pasir extra beton)
- Paving Block dan assesories ex conblock.atau setara tebal 8 cm type dan warna
lihat External Finish Schedule.
c. Acuan Standar
- BS 6717 Part 1: 1993, Specification for Paving Block
- SNI 03-0691-1996: Standar Bata Beton (Paving Block)
- SNI 0028-1987-A : Standar Ketahanan Aus
- SK SNI S - 02 - 1990 – F: Spesifikasi untuk Agregat Beton SNI 15-2049-2004: Standar
untuk Semen Portland
- SNI 06-0387-1989: Standar Pigmen Besi Oksida

3.6.2. Persyaratan Bahan


a. Semua pavers adalah kualitas nomor satu. Jangan gunakan unit pavers yang pecah,
retak, berlubang, berubah warna dan cacat lainnya yang mungkin kelihatan atau
menyebabkan pekerjaan yang terpasang menjadi bernoda.
b. Spesifikasi
- Ukuran : Tebal 6 cm (untuk jalur pedestrian)
Tebal 8 cm (untuk parkir kendaraan)
Toleransi untuk dimensi berdasarkan BS 6717:part 1: 1993 adalah deviasi panjang
atau lebar sebesar maksimal ±2mm dan deviasi ketebalan maksimal sebesar
±3mm
- Produksi : CISANGKAN (paving dan kanstin pracetak) atau setara
- Warna : Abu- abu
- Kualitas : kuat tekan minimal 400 kg/ cm2 (SNI 03-0691-1996)
kuat lentur minimal 60 kg/ cm2 (SNI 03-0691-1996)
ketahanan aus minimal 0,090 mm/menit (SNI 03-0691-1996)
penyerapan air maksimum 3% (SNI 03-0691-1996)
- Pola : sesuai dengan gambar
- Type : sesuai gambar atau mengajukan contoh untuk disetujui Konsultan
Perencana

32
c. Persyaratan lain :
- Estetis
- Awet, tahan terhadap cuaca dan ketahanan aus
- Pemasangan mudah, cepat dan dapat segera digunakan.
- Pembuatan dengan menggunakan mesin.
- Mempunyai bentuk yang bermacam-macam, sesuai dengan fungsi/ kebutuhan
penggunaan (bagian tepi, tengah dan sudut) sehingga dapat menghasilkan
hubungan yang kompak dan tidak terjadi celah-celah).
- Anti slip (tidak licin).
- Blok yang mudah rusak mudah diangkat dan diganti dengan yang baru tanpa
meninggalkan bekas.
d. Potong unit pavers dengan peralatan gergaji mesin untuk mendapatkan pinggiran
yang bersih, tajam dan tidak pecah. Potong unit untuk mendapatkan pola yang
ditunjuk dan agar serasi dengan pekerjaan sebelahnya dengan rapi. Gunakan unit
yang utuh tanpa potongan jika memungkinkan. Memotong dengan palu tidak
disetujui.
e. Pola sambungan : Sesuai yang ditunjuk di gambar.
f. Toleransi : Tidak boleh melebihi 0.5 inci unit ke unit offset dari flush (lippage) dan
tolerasi dari 2 mm dalam 3 meter dari level atau slope seperti yang ditunjuk untuk
finish permukaan paving.

3.6.3. Pelaksanaan
a. Syarat-syarat yang harus diperhatikan:
- Lapisan subgrade
Subgrade mempunyai kemiringan minimal sebesar 1,5%. Subgrade harus
dipadatkan dengan kepadatan relative minimal 90% MDD (modified max Dry
Density).
- Lapisan subbase
Profil lapisan permukaan dari subbase jg harus mempunyai kemiringan minimal
2%. Minimum kepadatan relative adalah 95%.
Pedoman pelaksanaan pekerjaan lapisan based :

Nilai CBR Lapisan Sub Grade


Max Wheel Load No Vehicle Per hari
3% 5% 7% 10% 20%
Tebal lapisan base minimal
(mm)
0-15 120 90 80 75
2.3 ton 15-50 140 100 85 80
2,3 ton 50-150 160 115 90 85
5 ton 150-450 225 165 130 105 85
5 ton 450-1500 325 230 180 150 125
20 ton 450 320 250 220 150
45 ton 575 400 325 250 180

33
Rekomendasi Material Standar untuk lapisan sub struktur adalah sebagai berikut:

a. Particle Size Distribution b. Plasticity


53,0 mm 100 Liquid limit 25%
37,5 mm 85-100 Index plastisitas 6%
26,5 mm - Linear Shrinkage 3%
19,0 mm 60-90 c. Strength
13,2 mm - Soaked CBR at
80%
9,52 mm - 95%MDD
Persentase Lolos 4,75 mm 30-65 Max Swell 0,5%
Ayakan 2,36 mm -
1,18 mm 20-50
600 mikron -
425 mikron 10-30
300 mikron 9-27
150 mikron -
75 mikron 5-15

- Kanstin/penguat tepi
Kanstein, gutter, mainhole, atau sejenisnya harus sudah terpasang sebelum
pemasangan paving block, demikian juga untuk instalasi di bawah paving block,
seperti drainage/saluran, juga harus sudah dilaksanakan sebelum pemasangan
paving block.
b. Pelaksanaan
1. Paving dipasang pada jalur pedestrian dan bagian-bagian lain seperti tercantum
pada gambar.
2. Tanah (sub grade) dipadatkan dan diratakan.
3. Taburkan/pasang batuan grade dengan dimensi 5-7cm untuk sub base dan base
di atas sub grade yang dipadatkan, dengan ketebalan sekurang-kurangnya 20 cm.
Sediakan ketebalan base dan sub base yang dipadatkan sampai dengan level
yang dikehendaki. Padatkan sub base dan base sampai padat menggunakan
Stamper minimal Mikasa MTR 80. Tingkat kepadatan ini minimum 85% dari
kepadatan maksimum, hasil tes laboratorium.
4. Taburkan batuan setebal 30 mm grade dengan dimensi 1-2 cm untuk base di atas
sub grade yang dipadatkan. Padatkan base dengan stamper sampai dengan
level yang dikehendaki.
5. Taburkan pasir (pasir Extra beton) pada lapisan perataan dan lapis sampai
ketebalan 60 mm - 70 mm, dan diratakan dengan jidar kayu dengan
memperhatikan kemiringan (min 2%) yang akan dilaksanakan. Penggelaran
pasir alas tidak melebihi jarak 1 m di depan paving yang akan dipasang & tidak
terganggu oleh getaran apapun sampai paving tersebut selesai dikerjakan
(selesai dipadatkan menggunakan vibrator plate compactor. Batas kandungan
air pasir alas 6-8%, dan maks 1% untuk pasir pengisi. Pasir harus terbebas dari
kandungan garam yang akan menyebabkan terjadinya efflorescence. Jaga agar
kandungan kelembaban tetap konstan.
34
6. Berikan treatment pada laveling base dengan sterilizer tanah untuk menghambat
pertumbuhan rumput-rumput.
7. Pola pemasangan disesuaikan dengan gambar, demikian juga as pemasangannya.
8. Pada bagian tepi area paving dibatasi oleh kerb/kanstin (penghalang) yang dicetak
dengan ukuran tertentu/standard. Pemasangan kerb/kanstin ini sedemikian
sehingga sebaiknya tidak terjadi pemotongan. Bilamana ternyata diperlukan juga
pemotongan kerb/kanstin, maka harus dilakukan dengan alat pembelah hidraulik.
9. Pasang pavers beton, pemasangan paving harus saling mengikat. Pemasangan
paving dimulai dari 1 titik/garis dengan cara bergerak maju dan berdiri diatas
paving yang telah terpasang, setiap permukaan paving disemaikan dengan
acuan benang pembantu menggunakan pemukul dari kayu. Setiap pengakhiran
harus terisi paving yang telah dipotong (menggunakan paver cutter). Lebar
sambungan minimum 1 mm dan maksimum 4 mm, hati-hati jangan
mengganggu leveling base. Jika pavers mempunyai spacer bars, tempatkan
pavers dengan tangan yang kencang terhadap spacers bars. Gunakan tali untuk
menjaga garis yang lurus. Gap antar unit yang melebihi 4 mm dengan potongan
yang dipotong agar serasi dari unit pavers yang utuh.
10. Tempatkan unit pavers secara hati-hati dengan tangan pada jalan yang lurus
untuk menjaga ketepatan dan keseragaman permukaan atas dengan akurat.
Lindungi unit pavers yang baru dipasang dengan plywood sebagai tempat
berdiri para pekerja. Majukan panel pelindung seiring kemajuan pekerjaan tatapi
tetapi lindungi daerah tersebut sesuai dengan perpindahan selanjutnya bahan-
bahan dan peralatan untuk menghindari cekukan atau mengganggu keserasian
unit pavers. Jika diperlukan tambahan ketinggian pada paving dan sebelum
pekerjaan mengisi sambungan, gilas dengan gilasan mesin setelah terdapat
panas yang cukup dipermukaan dari udara panas beberapa hari. Periksa dan
jaga ketepatan garis sesering mungkin.

11. Bidang permukaan paving kemudian dipadatkan dengan memakai alat vibrator
plate yang mempunyai spesifikasi :
a. Luas plat : 0,35 – 0,50 m2
b. Gaya centrifugal : 16,00 – 20,00 kN
c. Frekuensi putaran : 75,00 – 100,00 Hz
d. Jumlah lintasan (passing) : 3,00 – 4,00 kali
12. Pemadatan dilakukan dengan menggunakan dengan vibrator plat amplitude rendah
berkemampuan 1500 - 2500 kg kekuatan pemadatan. Getarkan pavers beton
sampai ke leveling course agar rata dan pasir isi dapat mengisi celah-celah antar
paving tersebut. Lakukan sekurang-kurangnya 3 kali dengan arah yang berbeda.
Getarkan di bawah kondisi berikut :

35
- Setelah pavers pinggir terpasang dan permukaan telah selesai dan sebelum
permukaan terkena hujan.
- Sebelum mengakhiri pekerjaan harian, padatkan sepenuhnya pavers beton
yang terpasang dalam 1 m dari laying face. Tutup lapisan yang terbuka
dengan lembaran plastik yang tak bernoda, lebihkan penutup 1,2 m pada
setiap sisi dari laying face untuk melindungi terhadap hujan.

13. Sebarkan pasir.secepatnya setelah menggetarkan pavers ke lapisan perataan. Sapu


dan getarkan pasir sampai sambungan-sambungan betul-betul terisi penuh,
kemudian singkirkan pasir yang lebih.
14. Pemadatan ini berhenti pada jarak 1 m dari pasangan paving yang belum ada
penahannya. Bila ada paving yang retak pada pemadatan ini, maka harus diganti.
a. Setelah pemadatan selesai dengan baik, pasir halus (filler sand) disapukan ke
dalam celah-celah yang terjadi, sehingga celah-celah terisi dengan pasir dan
pasangan paving menjadi kuat danmantap. Bila terjadi penurunan setempat
(rutting), maka harus segera dicari penyebabnya dan diperbaiki.
b. Sebelum, selama dan sesudah pemasangan paving harus diperhatikan agar
tidak ada air yang tergenang pada daerah yang dipasang paving.
15. Ulangi proses pengisian sambungan 30 hari kemudian.
c. Joint Treatment :
1. Tempatkan unit pavers dengan penyambungan dengan tangan secara kencang
isi dengan campuran kering dari 1 bagian semen porland dan 3 bagian pasir
dengan cara menyapu campuran tersebut diatas permukaan paving sampai
sambungan-sambungan yang sama agar tidak kelihatan tanda -tanda
penggantian.
2. Singkirkan dan ganti unit pavers yang longgar, retak, patah, bernoda atau
kerusakan lain atau unit tidak serasi dengan unit sebelah seperti yang
dikehendaki. Sediakan unit-unit baru untuk mencocokan unit yang bersebelahan
dan pasang dengan cara yang sama seperti unit semula, dengan melakukan
pengisian sambungan yang sama agar tidak kelihatan tanda-tanda penggantian.
3. Sediakan perlindungan akhir dan jagalah keadaan tersebut dengan suatu cara
yang disetujui oleh installer yang menjamin pekerjaan unit pavers tidak rusak
atau menjadi jelek pada saat Serah Terima Pekerjaan.

3.6.1. Syarat-syarat Pelaksanaan


a. Ukur ruangan yang akan dipasang batu alam, sehingga diperoleh luasnya (meter
persegi) dan dapat menentukan jumlah kebutuhan batu alam.
b. Pilih bentuk batu alam yang bertekstur kasar tapi agak rata, dengan ukuran sesuai
dengan yang disyaratkan pada gambar baik panjang dan lebar maupun
ketebalannya.
c. Siapkan pasir, semen abu-abu, dan semen adhesive khusus untuk perekat batu alam.

36
d. Peralatan yang akan digunakan, antara lain martil karet, centong semen, cangkul
dan sekop, benang tukang dan selang waterpas.
e. Siapkan adukan semen dan pasir dengan perbandingan 1:3, siapkan campuran
semen abu-abu dengan semen adhesive diberi air dan diaduk hingga menyerupai
pasta. Adonan ini dipergunakan sebagai perekat batu alam dengan adukan.
f. Ukur panjang dan lebar bidang yang akan dipasang batu alam, tentukan arah
pemasangan dan ke mana arah buangan sisa bidang.
g. Pasang benang sebagai patokan kelurusan batu alam. Sebarkan adukan semen dan
pasir sebagai lantai kerja. Oleskan semen berbentuk pasta di permukaan batu alam
bagian bawah, kemudian letakkan batu alam di atas adukan dan pukullah dengan
martil karet hingga padat dan rata dengan benang.
h. Apabila diperlukan pemotongan batu alam maka harus dilakukan dengan angel
grinder bermata tajam.
i. Biarkan pasangan batu alam selama 1x24 jam. Hindarkan dari paparan hujan dan
panas Jika pasangan batu alam sudah kering, maka bersihkan kotoran yang ada di
permukaan batu alam dengan air dan sikat.
j. Langkah terakhir ketika semua pasangan telah kering, lakukan hal ini satu hari
setelah pemasangan selesai, membersihkan permukaan batu alam dengan larutan
HCl agar lumut dan kotoran yang membandel terlepas semuanya.
k. Oleskan permukaan batu alam dengan vernis agar mengkilap, dilakukan setelah
setelah permukaan batu alam bersih dan telah kering.

37

Anda mungkin juga menyukai